Analisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El shirazy.

(1)

(2)

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : MALIKI

NIM : D91213156

FAK/JUR : FTK/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Judul : ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY

Dengan ini menyatakan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY” secara keseluruhan adalah hasil karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 07 April 2017


(4)

(5)

(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id vii

Maliki, D91213156. “Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El-Shirazy”. Skripsi. Prodi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017. Pembimbing Dr. H. Achmad Muhibin Zuhri, M.Ag., Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I.

Novel Api Tauhid, merupakan novel yang dikarang oleh Habiburrahman El-Shirazy. Novel ini merupakan novel sejarah ulama terkemuka Turki Utsmani yang lahir pada tahun 1876-1960 M dan dikenal dengan nama Badiuzzaman Said Nursi. Sejarah Badiuzzaman Said Nursi diceritakan melalui dialog intens tokoh yang bernama Fahmi, seorang mahasiswa S2 di Universitas Madinah asal kota Lumajang bersama kawan-kawannya dalam wisata sejarah ke Turki. Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mencari; 1) Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy, dan 2) Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazi dalam penguatan keimanan peserta didik. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu; 1) Mendeskrisikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy, dan 2) Menjelaskan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El-Shirazy dalam penguatan keimanan peserta didik.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan untuk pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan hermeunetik yang secara sederhananya dapat didefinisikan sebagai kegiatan menafsirkan. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik baca dan catat, yaitu pembacaan secara berulang-ulang kali kemudian dilanjutkan dengan pencatatan yang sesuai dengan rumusan masalah. Sedangkan analisis data terdiri dari; reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy yaitu; 1) Nilai-nilai akhlak ditanamkan melalui percontohan dan bimbingan kesadaran akan pentingnya menghormati seseorang sesuai kedudukannya menurut Islam, 2) Nilai-nilai aqidah ditanamkan melalui percontohan kehidupan dari alam atau kebesaranc iptaan-Nya, 3) Nilai-nilai ibadah ditanamkan dengan pembiasaan dan bimbingan kesadaran bahwa menjalankan ibadah merupakan kewajiban setiap muslim, dan 4) Nilai-nilai social kemasyarakatan ditanamkan dengan cara saling tolong menolong dan bimbingan kesadaran pentingnya memiliki jiwa social kemasyarakatan, termasuk pentingnya memiliki moral kebangsaan.


(7)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10


(8)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xii

F. Metode Penelitian... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Nilai-nilai Pendidikan Islam... 18

1. Pengertian Nilai ... 18

2. Pendidikan Islam ... 20

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam... 26

4. Nilai Pendidikan Islam ... 36

B.Novel sebagai Karya Sastra Pembentuk Nilai ... 42

1. Makna Karya Sastra dalam Novel ... 41

2. Peran Sastra dalam Pembentukan Nilai ... 49

BAB III DESKRIPSI NOVEL ... 54

A.Sekilas tentang Habiburrahman El-Shirazy ... 54

B.Sinopsis Novel Api Tauhid... 61

C.Deskripsi Unsur-unsur Api Tauhid ... 67

BAB IV ANALISIS DATA ... 75

A.Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid... 75

1. Nilai-nilai Akhlak ... 86


(9)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id xiii

3. Nilai-nilai Ibadah ... ..117

4. Nilai-nilai Sosial Kemasyarakatan... 135

B.Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy dalam Penguatan Keimanan Siswa ... 144

BAB V PENUTUP ... 149

1. Kesimpulan ... 149

2. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 152


(10)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1

PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan sebagai sebuah proses pendewasaan. Sebagaimana fitrah manusia sebagai makhluk individu, baik dalam pola tingkah, pola pikir serta erat kaitannya antara individu dengan Tuhan maupun dengan individu satu dengan yang lainnya. karena proses tersebut bukanlah hal yang sederhana, akan tetapi memerlukan tahapan dan berbagai jalan demi mewujudkan hal tersebut. Disamping itu, pendidikan juga merupakan usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangannya yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhan.

Pendidikan bisa didapatkan dari manapun bisa di bangku sekolah, alam, buku, maupun novel. Seperti halnya buku-buku bacaan pengetahuan lainnya, novel juga dapat difungsikan sebagai media pendidikan. Hanya saja hal ini sangat tergantung pada keinginan dan latar belakang pengarangnya baik itu pengetahuan maupun pengalaman pribadinya. Dan jika dilihat dari fungsi membaca novel yaitu membawa tanggung jawab dan etika besar bagi pembacanya. Tentang bagaimana ceritanya, isi pesan moralnya, dakwah, pendidikan, dan sebagainya.


(11)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2

Satu hal yang melandasi novel dimasukan sebagai media belajar adalah isi novel yang berupa cerita, yang memuat kisah-kisah yang menarik, ringan, menghibur dan mendidik. Novel mampu mengikat dan menarik perhatian pembaca tanpa memakan waktu lama, menyentuh nurani manusia dalam keadaannya yang utuh, menyeluruh, mendidik perasaan ketuhanan. Novel yang menarik juga memberikan kesempatan mengembangkan pola pikir bagi yang membacanya. 1

Cerita atau kisah dalam sebuah novel mempunyai fungsi edukasi yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa. Sebagaimana kisah dalam al-Quran dan kisah nabawi yang memiliki keistimewaan merubah aspek psikologis pada seseorang. Disamping itu, kisah edukatif dapat melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktivitas didalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai dengan tuntutan, perjalanan dan akhir kisah serta pengambilan pelajaran dari isi novel tersebut.2

Belakangan ini dunia pendidikan telah dihadapkan oleh pemandangan baru, dimana peserta didik tidak harus bertemu gurunya. Untuk mendapatkan ilmu, dia cukup menghadap komputer yang tersambung dengan sistem internet. Fenomena lain juga terlihat dari buku novel yang semakin digemari dan

1Abdul Aziz dan Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terj. Syarif Hade Masyah Makhfud Lukman Hakim, (Mastakim: 2003), h.12-13.

2Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (CV. Diponegoro, 1996),h. 332


(12)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menjadi bahan referensi di masyarakat. Novel Ayat-Ayat Cinta, Laskar Pelangi,

Sang Pemimpi dan sebagainya telah menjadi sumber rujukan dalam memotivasi untuk mencari ilmu. Menjadikannya sebagai sumber inspirasi dalam mentransfer nilai-nilai pendidikan Islam bagi siapa saja yang dapat membaca dan mengilhaminya terutama bagi peserta didik.

Penulis akan meneliti nilai-nilai pendidikan Islam Badiuzzaman Said Nursi yang terdapat dalam novel Api Tauhidkarya Habiburrahman El Shirazy karena dalam novel tersebut banyak terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat dipetik untuk dijadikan ibrah dalam kehidupan, terutama dalam dunia pendidikan Islam saat ini. Dalam novel tersebut, Habiburrahman ElShirazy menyajikan nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat memberikan pencerahan melalui tokohnya kepada pembaca sehingga dapat mengambil hikmah dengan mencontoh sifat baik para pemerannya. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel ini sangat penting untuk diteliti, melihat perkembangan dunia pendidikan saat ini yang masih jauh dari penanaman nilai-nilai pendidikan Islam. Dunia pendidikan kita saat ini masih banyak yang sekedar mengajarkan pendidikanIslamsaja, tanpa menerapkan nilai-nilai pendidikan Islam itu sendiri pada lingkungan sekolah dan khususnya pada peserta didik.

Novel Api Tauhid mempunyai nilai lebih dari sekadar novel percintaan remaja saat ini.Novel tersebut bertema kehidupan religius tokoh remaja. Jalan ceritanya terbentuk dengan alur campuran. Tokoh utama terdiri dari beberapa orang, dan kebanyakan adalah remaja. Sifat dan penokohan dalam novel tersebut


(13)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4

sangat cocok dijadikan contoh bagi kehidupanremaja masa kini, tokoh utamanya sangat kental dengan nilai-nilai religius, seperti i’tikaf danmenghatamkan al-Quran sebanyak empat puluh kali. Dia melakukan semua itu hanya untukmelupakan seseorang yang dia cintai, sehingga novel tersebut sangat sesuai jika diajarkansebagai sarana pembentukan karakter pada peserta didik.

Yang menarik dari novel ini tidak hanya masalah percintaan, namun digambarkan juga dengan para tokoh yang sangat mencintai ilmu dan dakwah. Novel yang sangat inspiratif serta memberikan teladan melalui jejak sejarah Badiuzzaman Said Nursi. Tokoh Badiuzzaman Said Nursi yang dipandang banyak ulama,Said nursi disebut sebagai pembaharu. Bagaimana Said nursi berjuang ditengah-tengah gelapnya ajaran tauhid di wilayah itu. Apalagi saat itu ajaran atheis dan sekularisme sangat membudaya di Turki. Novel ini sangat menghidupkan semangat (ghiroh) keIslaman yang sangat kuat dalam balutan romantisme.

Novel Api Tauhid ini menjadi semacam bacaan reflektif terhadap perjuangan membangun peradaban Islam masa depan dan mengisi jiwa-jiwa para pejuang peradaban. Tokoh-tokoh dalam novel Api Tauhid mampu menginspirasi pembaca khususnya umat Islam untuk senantiasa mengobarkan ghiroh untuk menegakan syariat agama Islam dalam segala hal.

Terlepas dari itu, di dalam novel ini peneliti menekankan pada aspek nilai-nilai pendidikan Islam Badiuzzaman Said Nursi. Kegigihan Said nursidalam mencari ilmu hingga rela berjalan kaki beribu-ribu kilometer hanya untuk


(14)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id menuntut ilmu, kemudian tekad besarnya untuk mendirikan sebuah Medresetuz

Zehra (Universitas Timur), dan perjuangannya dalam menyebarkan ajaran Islamakan menjadi bahasan utama dalam penelitian ini. Perjuangan said nursi dalam mengobarkan api Islam yang hampir padam, kegigihannya dalam mencari ilmu, dan perjuangannya menyebarkan ajaran Islam dari penjara ke penjara adalah alasan peneliti mengapa nilai-nilai pendidikan Badiuzzaman Said Nursi penting untuk diteliti.

Badiuzzaman said nursi adalah ulama besar abad 20 yang menaruhkan seluruh hidupnya untuk memperjuangkan Islam dan mengajarkannilai-nilai Islam kepada masyarakat sekitar. Said nursi dilahirkan pada 1876 di desa Nurs, Provinsi Bitlis, Anatolia Timur dan meninggal pada 20 Maret 1960 di Sanhurfa. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh besar umat Islam dengan karakter dan strategi perjuangannya masing-masing dalam menegakkan kalimat Allah. Seperti di India dan Pakistan muncul Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawy (1886-1948) dan Muhammad Ali Jinnah (1876-1948). Di Libiya muncul Syaikh Omar Mukhtar (1858-1931) yang mendapat julukan The Lion of desert from Libiya. Di Mesir, muncul Syaikh Mustafa al-Maraghi (1881-1945) dan Syaikh Hasan al-Banna (1906-1949). Di Palestina muncul Syaikh Muhammad Amin al-Husaini (1895-1974), mufti besar Palestina yang mendukung kemerdekaan indonesia. Di Aljazai, muncul Syaikh Abdul Hamid bin Badis atau dikenal dengan Ibnu Badis (1889-1940). Dan di Indonesia, tak kalah dengan dunia Islam lainnya, hadir tokoh sakaliber Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ary (1875-1947), Mbah Wahab Hasbullah


(15)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 6

(1888-1971) dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1928). 3Sepanjang hidupnya

Said Nursi dikenal sebagai seorang ulama yang sangat cerdas dan mempunyai ingatan hafalan yang sangat kuat, bahkan di usia yang baru menginjak lima belas tahun beliau disejajarkan dengan ulama-ulama senior pada masa itu. Di usia yang masih sangat muda, Said nursi sudah hafal puluhan kitab referensi penting dan banyak mengalahkan ilmu yang dimiliki ulama-ulama senior. Julukan Badiuzzaman atau keajaiban zaman pertama kali diberikan oleh gurunya yang bernama Molla Fethullah Efendi4, yaitu salah satu guru Said Nursi dari Siirt.

Kegelisahan Badiuzzaman Said Nursi bahwa pendidikan saat itu kurang tepat, karena lebih mengandalkan ilmu-ilmu umum yang lebih sekuler. Itu diakibatkan oleh silaunya pengambil kebijakan akan budaya Eropa waktu itu. Sehingga pada tahun 1910-an, Badiuzzaman Said Nursi telah mengusulkan sistem pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum secara dikotomis, tetapi seharusnya ilmu-ilmu agama diajarkan pada sekolah-sekolah umum. Demikian pula sebaliknya, pada sekolah-sekolah-sekolah-sekolah umum juga dipelajari ilmu-ilmu agama, tidak hanya itu, bahkan pendidikan juga menyentuh penyucian jiwa dan kehalusan budi. Karena itu, beliau ingin mendirikan Medresetuz Zahra yang menggabungkan tiga hal itu, yaitu sekolah modern yang

3Prof. Dr. Noor Achmad MA, Heroisme Cinta Ilahi dalam Prolog novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy.

4Dalam Emirdag Lahikasi, yaitu edisi surat Said Nursi tahun 1946 yang ditulis ketika berada di pengasingan Emirdag, halaman 383., Said Nursi mengungkapkan bahwa orang pertama kali menjulukinya Badiuzzaman adalah Molla Fethullah Efendi, gurunya dari Siirt. Said Nursi disamakan dengan Badiuzzaman Hamadani (abad 3 H), ulama jenius yang memiliki hafalan luar biasa dan menjadi keajaiban zamannya.


(16)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id mengajarkan ilmu-ilmu modern, madrasah yang mengajarkan ilmu Syariah, dan

zawiyah para sufi yang membina penyucian jiwa dan kehalusan adab. Atas ide-idenya itu beliau sering berhadapan dengan para penguasa dan mulai dikucilkan bahkan dipenjara.

Model pendidikan semacam inilah yang diperjuangkan banyak ulama sesudahnya. Model pendidikan yang mencakup semua aspek itu ada di dalam Quran, yaitu pada surat Baqarah ayat 129 dan 151, Ali Imran ayat 164, dan al-Jumu’ah ayat 2. Yang intinya pendidikan mengandung tiga aspek penting. Yaitu aspek tilawah (pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ayat-ayat Allah), aspek

tazkiyah (pembersihan hati dan pembersihan jiwa), serta aspek ta’lim

(pengetahuan). Ta’lim atau pengajaran ini mencakup pengajaran al kitab dan al hikmah secara integral dan tidak dipisahkan. Itu bermakna keniscayaan adanya pendalaman terhadap ilmu pengetahuan dan kegunaannya. Dan puncak pendalaman ilmu pengetahuan itu akan bermuara pada ma’rifatullah. Sebab, mengenal Allah sesungguhnya adalah puncak ilmu pengetahuan.

Pada masa Sultan Abdul Hamid II Said Nursi berjuang mati-matian agar penguasa membuat kebijakan menerapkan pendidikan yang integral itu. Sayang, karena lingkaran birokrasi tidak mengizinkan Said Nursi bertemu langsung dengan sang Sultan. Kerik itu Sultan meneruskan kebijakan pendidikan yang hanya menitikberatkan pada pendidikan modern yang berkiblat pada Eropa. Dari pendidikan modern ini, maka muncullah Young Turk Movement. Mereka yang mengotaki pelengseran sang Sultan, bahkan pembubaran khilafat. Ketika Sultan


(17)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 8

Abdul Hamid II menyadari kekeliruan dalam design pendidikan itu, kondisinya sudah sangat terlambat, ia sudah tidak punya kekuatan. Bahkan akhirnya ia dimakzulkan oleh generasi yang mendapat pendidikan cara Eropa itu. Generasi Mustafa Kemal Attaturk dan Emanuel Carasso. Tidak hanya memakzulkan Sultan Hamid II, generasi hasil didikan cara Eropa jugalah yang menyudahi umur Khilafah Utsmaniah pada 3 Maret 1924 dan menghapusnya dari muka bumi untuk selama-lamanya.

Sejak dikungkung oleh kekuatan tiran Mustafa Kemal Attaturk yang ekstrem-sekuler, Turki mengalami masa-masa yang sangat kelam. Simbol-simbol agama dilarang. Masjid-masjid banyak yang ditutup. Kantor Syaikhul Islam di Istanbul dijadikan gedung dansa. Azan memakai bahasa Arab dilarang. Zawiyah-zawiyah sufi ditutup. Madrasah-madrasah dilarang mengajarkan al-Quran. Huruf dan angka hijaiah dilaramg digunakan, diganti dengan latin. Mustafa Kemal Attaturk menghapus semua jejak Islam dengan harapan dapat diterima oleh bangsa-bangsa Eropa.

Dari sejarah inilah, kita dapat mengambil pelajaran bahwa masa depan dan warna sebuah negara sangatlah ditentukan oleh menu pendidikan yang dihidangkan kepada generasi penerusnya.Pendidikan di negara saat ini masih jauh dari nilai-nilai Islam, masalah rendahnya moral atau akhlak peserta didik, maraknya kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual oleh para pelajar, ditambah lagi dengan masalah pendidikan yang akhir – akhir ini ramai di perbincangkan di media tentang kasus seorang anak didik yang melaporkan


(18)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id gurunya karena tuduhan pencubitan adalah bukti bahwa dunia pendidikan di

negara ini masih sangat jauh dari nilai-nilai Islam. Seperti yang penulis paparkan di atas, bahwa masa depan dan warna sebuah negara sangatlah ditentukan oleh menu pendidikan yang dihidangkan kepada generasi penerusnya.Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan seperti ini, maka peran pendidikan Islam sangat ditentukan, sistem pendidikan haruslah disusun rapi sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islamseperti yang diajarkan oleh Badiuzzaman Said Nursi yang sangat menghormati ilmu dan juga menghormati orang-orang yang berilmu. Bahkan Said Nursi sangat marah ketika mengetahui seorang yang berilmu direndahkan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka di tentukan judul “Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El

Shirazy” dalam skripsi ini. Sehingga diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat

menambah khazanah keilmuan dalam menjalani kehidupan dan membangkitkan ghiroh untuk berjuang demi pendidikan. Nilai-nilai pendidikan Islam yang diajarkan Badiuzzaman Said Nursi,dan kegigihan Said nursi dalam mengobarkan api Tauhid dapat kita teladani dan dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka dapat untuk memfokuskan pembahasan kiranya perlu diambil rumusan masalah sebagai berikut:


(19)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 10

1. Nilai-nilai pendidikan Islam apa sajakah yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shyrazy

2. Apa relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shyrazy dalam peningkatan keimanan siswa C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy

3. Menjelaskan relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shyrazy dalam penguatan keimanan siswa

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya penulis dengan beberapa harapan.

1. Secara teoritis, tulisan ini untuk melengkapi konsep pembelajaran karya sastra modern sebagai media pembentukan nilai-nilai keislaman. Dan diharapkan tulisan ini dapat menambah khasanah pustaka yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan Islam di era modern.

2. Secara Praktis, pembaca dapat merespon secara kritis, konstruktif, dan sebagai problem solver terhadap permasalahan pendidikan Islam di Indonesia


(20)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id di era global, khususnya berkaitan dengan wacana nilai-nilai pendidikan

Islam

E.Definisi Operasional

Judul skripsi ini tentang “Analisis Nillai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy”. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran judul dan agar mudah dimengerti maksudnya, maka penulis akan mendefinisikan beberapa istilah dalam judul tersebut, antara lain:

1. Analisis :uraian, kupasan; pengkajian terhadap suatu peristiwa; penguraian dan penelaahan secara menyeluruh dan mendalam.5 Kata analisis berasal dari

bahasa Greek, terdiri dari kata “ana” dan “lysis”. Ana artinya atas (above). Lysis artinya memecahkan atau menghancurkan.6

2. Nilai : nilai adalah kadar, mutu, sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.Menurut Milton Rokeach dan James Bank yang dikutip oleh H. Una, menjelaskan bahwa “nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas untuk dikerjakan.7

5Kamus saku ilmiah populer edisi lengkap, (Jakarta:GAMA Pers,2010), h 42.

6Moh. Kasiram, Metodelogi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 353

7W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarata: Balai Pustaka, 1982). h.667.


(21)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 12

3. Pendidikan Islam : pendidikan Islam adalah proses bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengaasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.8Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta

didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat.9

Nilai yang dimaksud dalam pendidikan Islam adalah sesuatu yang berkenaan dengan identitas yang khusus dalam ajaran Islam. Sebagaimana diungkap Zakiah Daradjat bahwa nilai pendidikan Islam adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberi corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, maupun perilaku.Nilai Pendidikan Islam yang dimaksud penulis adalah muatan yang mengandung taksiran sebagai proses bimbingan untuk mengubah peserta didik terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut Islam dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi yang sesuai dengan ajaran Islam.

3. Novel Api Tauhid

8M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdesioliner), (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 14-15.


(22)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Novel Api Tauhid adalah novel romansa percintaan yang didalamnya juga

mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan dan perjuangan ulama besar Turki Badiuzzaman Said Nursi dalam menegakkan ajaran Islam. Novel karangan Habiburrahman ElShirazy ini diterbitkan oleh Republika Penerbit tahun 2014. F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian tentang “Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam NovelApi Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy” ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang tidak menggunakan perhitungan angka-angka.10 pendekatan kualitatif disini merupakan suatu

pendekatan dengan menggunakan data non angka atau berupa dokumen-dokumen manuskrip maupun pemikiran-pemikiran yang ada dimana dari data tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan relevansinya dengan pokok permasalahan yang dikaji.

Sedangkan untuk pendekatannya, penelitian ini menggunakan

pendekatan hermeneutik yang secara gampang pendekatan ini dapat didefinisikan sebagai kegiatan menafsirkan.11 Secara etimologis, hermeneutik

berasal dari bahasa Yunani, yaitu hermeneuein yang berarti menafsirkan. Sedangkan secara istilah, menurut Hans Georg Gadamer, hermeneeutik

10Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h.2

11H. Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002), h. 314


(23)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 14

merupakan usaha untuk memahami dan menginterpretasi sebuah teks. Oleh karena hermeneutik ini merupakan usaha untuk menafsirkan, maka erat kaitannya dengan hubungan makna-makna yang terkandung dalam teks, serta pemahaman tentang realitas yang diperbincangkan.12

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan Islam badiuzzaman said nursi yang terkandung dalam Novel Api Tauhid

3. Sumber Data

Penelitian pustaka maksudnya adalah menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data pustaka (primer) dan buku-buku lain sebagai pendukung yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi (sekunder). Adapun sumber data itu sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber Primer dalam penilitian ini adalah sumber asli baik berbentuk dokumen maupun peninggalan lainnya.13 Dalam penelitian ini, sumber data

primernya adalah novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy, diterbitkan oleh Republika, 2014.

12Sumaryono, Hermeneutik Sebagai Metode Filsafat, (Yogyakarta:Kanisius, 1999), h. 83 13Winartno Surakhmad, Penganatar Ilmiah, Metode dan Teknik (Bandung: Tarsito, 1994), h. 134


(24)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan hasil penggunaan sumber-sumber lain yang tidak langsung dan sebagai dokumen yang murni ditinjau dari kebutuhan peneliti.14Sumber sekundernya adalah kumpulan berbagai

literatur buku dan karya tulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. c. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini

menggunakan metode baca dan catat. Metode ini dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang, pembacaan berulang-ulang ini dilanjutkan dengan pencatatan yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. d. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini melalui tiga tahap, antara lain: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pada tahap pertama, ketika data sudah terkumpul melalui metode baca dan catat, data-data tersebut kemudian diolah melalui penggolongan, membuang yang tidak perlu, dan pengorganisasian data. Tahap kedua, data yang sudah diolah pada tahap pertama kemudian disajikan dalam bentuk narasi beserta penafsiran di dalamnya, dan berlanjut pada tahap ketiga yaitu penarikan kesimpulan. Karena penelitian ini dalam penarikan kesimpulannya berangkat dari kasus-kasus yang terangkat dari novel, maka dalam penarikan kesimpulannya

14Ibid,


(25)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 16

menggunakan pola induksi, yaitu memberikan kesimpulan umum dari kasus-kasus hasil interpretasi.

e. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika penulisan yang tergambar pada skripsi dan paparan di bawah ini, untuk mempermudah dalam membaca sehingga lebih sistematis dan tidak terdapat atau terhindar dari kerancuan kaidah sistematika penulisan skripsi.

Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, pernyataan keaslian skripsi penulis, nota dinas pembimbing, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan daftar isi yang menerangkan isi skripsi secara keseluruhan.

Pada BABI membahas tentang pokok-pokok pikiran dasar yang menjadi landasan bagi pembahasan selanjutnya. Dalam bab ini tergambar langkah-langkah penulisan awal dalam skripsi yang dapat mengantarkan pada pembahasan berikutnya yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, serta sistematika pembahasan.

Kemudian pada BABII memuat tentang kajian pustaka yang meliputi: Konsep nilai-nilai pendidikan Islam dan novel sebagai karya sastra dalam pembentukan nilai-nilai pendidikan Islam.


(26)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Pada BABIII membahas tentang gambaran umum novel Api Tauhid

yang meliputi: sinopsis Novel Api Tauhid, biografi penulis Novel Api Tauhid, paradigma pemikiran Habiburrahman El-Shyrazy, fenomenologi Novel Api Tauhid.

Kemudian BABIV membahas tentang analisis nilai-nilai pendidikan IslamBadiuzzaman Said Nursi yang terdapat dalam Novel Api Tauhid.

Terakhir yaitu BABV memuat tentang penutup. Pada BAB ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang: kesimpulan, saran-saran penulis dan kata penutup.


(27)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id18 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Nilai-nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Nilai menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah kadar, mutu,atau sifat-sifat yang penting dan berguna bagi kemanusiaan.1 Nilai merupakan

sesuatu yang abstrak sehingga sulit merumuskannya ke dalam pengertian yang memuaskan. Beberapa ahli telah merumuskan pengertian nilai dari beberapa perspektif. Mujib dan Muhaiminmengungkapkan bahwa nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia yang melembaga secara obyektif di dalam masyarakat.2Jika nilai lebih kepada konsep

abstrak yang mampu memberikan corak pada setiap aktivitas manusia, maka pada tahap selanjutnya nilai dapat diterjemahkan secara praktis oleh sesuatu yang bernama formula, peraturan yang biasa disebut dengan norma. Sederhananya, nilai adalah rumus utamanya dan norma merupakan rumus turunannya.

Chabib Thoha menerjemahkan nilai sebagai sifat yang melekat pada sesuatu sistem kepercayaan yang telah berhubungan dengan subjek

1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 667.

2Muhaimindan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 110.


(28)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id yang memberi arti (manusia yang meyakini).3 Sedangkan menurut Milton

Rokeach dan James Bank yang dikutip oleh H. Una, menjelaskan bahwa “nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas untuk dikerjakan.

Dari beberapa penjelasan di atas, boleh dikatakan bahwa nilai itu merupakan sebuah konsep abstrak yang ada di dalam diri manusia yang dengannya manusia itu sendiri terdorong untuk menunjukkan pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Dalam bahasa sederhananya, nilai merupakan suatu yang tak berwujud namun memberikan corak tertentu dalam aktivitas yang dijalani oleh manusia itu sendiri.

Nilai ternyata memiliki sumber yang berlaku dalam kehidupan manusia, yang digolongkan menjadi dua macam, yaitu4

a. Nilai Ilahi, yaitu nilai yang dititahkan langsung oleh Tuhan melalui para Rasul-Nya, yang berbentuk nilai takwa, iman, adil, yang secara paten diabadikan dalam kitab suci agama dan disebut dengan wahyu ilahi.

3M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 1996), h.18

4Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 111.


(29)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 20

Pada nilai Ilahi, tugas manusia adalah menginterpretasikan nilai-nilai itu sendiri, dengan interpretasi itu, diharapkan manusia mampu menghadapi ajaran agama yang dianutnya. Nilai-nilai dalam bentuk ini sifatnya mutlak dan tidak mengalami perubahan. Konfigurasi dari nilai-nilai ini mungkin saja dapat mengalami perubahan melalui aktivitas interpretasi, akan tetapi secara intrinsiknya nilai-nilai ini tetap tidak berubah.

b. Nilai insani, yaitu nilai yang berasal dari kesepakatan manusia itu sendiri, serta hidup danberkembangdari peradaban manusia. Bertolak belakang dengan nilai Ilahi, nilai insani ini bersifat dinamis, bahkan fungsi tafsir lebih memperoleh konsep nilai itu sendiri, dengan kata lain lebih memperkaya isi konsep nilai itu atau juga mengganti dengan konsep baru.

2. Pendidikan Islam

Sebelum secara spesifik membahas tentang pendidikan Islam itu sendiri, alangkah baiknya diurai satu per satu tentang apa itu pendidikan dan apa itu pendidikan Islam

a. Pendidikan secara umum

Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses pembentukan akhlak, moral dan bukan hanya proses belajar mengajar yang dibatasi tempat, dinding dan meja kursi yang tertata rapi. Tetapi proses dimana manusia sadar menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa alam


(30)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id sepanjang zaman. Selain itu, pendidikan yang ideal adalah system

belajar yang memberikan ruang kreatifitas seluasnya kepada anak didik. Dalam proses belajar siswa diarahkan untuk menyampaikan pemikirannyadan tidak sekedar hanya menuruti atau menghafal materi belajar.

Pendidikan menurut orang-orang awam adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat, melatih sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke masjid atau ke gereja, melatih anak menyanyi, bertukang, dan lain lain. Semua itu adalah pendidikan. Itu sudah mencukupi untuk orang-orang awam, bahkan bagi mereka “pendidikan adalah sekolah”.5 Namun, bagi orang yang memiliki

perhatian khusus terhadap pendidikan, maka perlu mendefinisikan pendidikan ini secara utuh.

Menurut Ahmad Tarsir, pendidikan adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap seorang anak didik agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu di antaranya adalah dengan cara mengajarnya, yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.6

Berkenaan dengan ini, Ahmad D Marimba menyatakan dalam bukunya pengantar filsafat Islam, bahwa pendidikan adalah bimbingan

5Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.24.


(31)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 22

atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7

Dari beberapa penjelasan di atas,maka dapat diambil pengertian pendidikan adalah sebuah proses pendewasaan sebagaimana fitrah manusia sebagai makhluk individu, baik dalam pola tingkah, pola pikir serta erat kaitannya antara individu dengan Tuhan maupun dengan individu satu dengan yang lainnya. karena proses tersebut bukanlah hal yang sederhana, akan tetapi memerlukan tahapan dan berbagai jalan demi mewujudkan hal tersebut. Di samping itu, pendidikan juga merupakan usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangannya yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhan.

b. Pendidikan Islam

Dalam literatur pendidikan Islam, pendidikan mempunyai banyak istilah. Istilah yang sering digunakan adalah raba-yurabbi

(mendidik), ‘allama-yu’allimu (memberi ilmu), addaba-yu’addibu

7Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Maa’rif 1989), h.19.


(32)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

(memberikan teladan dalam akhlak), dan darrasa-yudarrisu

(memberikan pengetahuan).8

Menurut Naquib al-Attas yang dikutp oleh Ahmad Tafsir, menjelaskan bahwa istilah ta’dib adalah istilah yang paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan. Sementara istilah tarbiyyah dianggap terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mencakup juga pendidikan untuk hewan. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa istilah ta’dib merupakan masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan. Dari kata addaba ini diturunkan juga kata adabun. Menurut al-Attas, kata adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat dan derajat tingkatan mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. Berdasarkan pengertian adab seperti itu, al-Attas mendefinisikan pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam

8Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Andi, Pendidikan Karakter Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h 8.


(33)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 24

tatanan wujud sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut.9

Beberapa istilah berbeda tentang pendidikan, namun

kesemuanya berkaitan dengan pengertian mendidik dalam bahasa Indonesia dengan kata subjeknya dengan kata pendidik. Seorang pendidik dalam konsep Islam adalah orang yang dapat mengarahkan manusia ke jalan kebenaran sesuai al-Quran dan sunah Rasulullah. Jadi mendidik dalam konsep Islam adalah proses ketika pendidikan tersebut dapat mengangkat derajat manusia (peserta didik) menuju kedudukan yang lebih mulia, baik di dunia maupun di akhirat. Pengertian ini sesuai dengan pendidikan yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali, “mendidik

adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta

membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah”.10

Menurut Suyudi, pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial, untuk mengarahkan potensi baik potensi dasar fitrah maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui

9Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2013), h. 39. 10Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Andi, Pendidikan.., h. 11-12.


(34)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.11

Peran pendidikan Islam terhadap fitrah ini adalah usaha sadar untuk mematangkannya, dan setelah sampai pada kematangan, manusia itu sendiri mampu memerankan diri sesuai dengan apa yang sudah dikehendaki oleh pencipta dan bertanggung jawab atasnya. Kematangan secara sederhana dapat dijelaskan sebagai tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi fitrah manusia.12

Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individu dan sosial yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-ajarannya ke dalam tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber dan landasan pendidikan Islam harus sama dengan sumber Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an dan as Sunah.13 Pandangan

hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan Islam ialah pandangan hidup muslim yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal yakni al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada dengan pendapat Ahmad D. Marimba yang menjelaskan bahwa yang menjadi landasan atau dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan

11Dr. H. M. Suyudi, M.Ag, Pendidikan dalam Perspektif al-quran, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), h.55.

12 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 51. 13Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), h. 28.


(35)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 26

sehingga isi al-Qur’an dan as-Sunnah menjadi pondamen, karena menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya pendidikan.14

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dasar ini akan memberi arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dasar yang menjadi konteks acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan.15

Secara epistemologis, pendidikan Islam diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaan. Dasar-dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama tentu saja adalah al-Quran dan Sunnah.16 Menetapkan al-Quran

sebagai landasan nilai-nilai pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Justru kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh

14Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung : Al Ma’arif, 1989) h. 19.

15Al-Rasyidin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 34.

16Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 202.


(36)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman

kemanusiaan.

Dalam hal ini, Jalaluddin dan Usman Said menjelaskan, dasar pendidikan Islam itu identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al-Quran dan Sunnah. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal yakni al-Quran dan hadis sebagai sumber utama.17

Ahmad D. Marimba menegaskan, dasar pendidikan Islam adalah al-Quran dan hadis. Menurutnya, al-Quran adalah sumber kebenaran dalam Islam, yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan hadis atau sunnah Rasulullah adalah perilaku, ajaran-ajaran dan perkenan-perkenan Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung dalam al-Quran, yang kebenarannya juga tidak bisa diragukan lagi. Maka keteguhan berdirinya pendidikan Islam tidak dapat digoyangkan oleh apa pun. Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam karena mencakup segala

17Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h.37.


(37)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 28

masalah, baik yang mengenai peribadatan maupun mengenai

kemasyarakatan.18

Menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai dasar pemikiran dalam membina sistem pendidikan, bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan kepada keyakinan semata. Namun, kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh nalar dan bukti sejarah.19 Pernyataan ini sejalan dengan Ahmad Tafsir, untuk menentukan

keaslian Kitab suci, kita dapat menggunakan teori-teori sains, dalam hal ini sejarah telah meneorikan bahwa sekarang ini Kitab Suci yang masih terjamin keasliannya adalah al-Quran. Oleh karena itu, muslim mengambil al-Quran sebagai dasar kehidupannya,untuk dijadikan sumber ajaran Islam. Dan ini pulalah yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam.20

Masih dalam lingkup dasar-dasar pendidikan Islam. M. Suyudi membagi asas-asas atau dasar pendidikan Islam menjadi tiga. Pertama, adalah asas Ibadah (ta’abbud), kedua, asas Syari’at (tasyri’), dan ketiga

adalah asas rasional (logic).

a. Asas ibadah (ta’abbud)

Ibadah dalam Islam tumbuh dari naluri dan fitrah manusia itu sendiri. Kecenderungan untuk hidup teratur tercermin dalam ibadah salat, keteraturan makan dan minum tercermin dalam ibadah puasa,

18Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, h. 41-42. 19Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat pendidikan Islam, h.37. 20Ahmad Tafsir, ilmu Pendidikan Islam, h. 30


(38)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kecukupan dalam ekonomi tercermin dalam zakat, dan kecenderungan

untuk hidup bermasyarakat dalam rangka menjalin tali kasih tercermin dalam ibadah haji dan lainnya.

Ibadah ini merupakan wasilah yang dapat menyatukan dan menghubungkan antar individu dengan sama-sama menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya ibadah yang dilakukan manusia mempunyai pengaruh terhadap pendidikan jiwa di antaranya adalah:

1) Mengajarkan kesadaran berpikir

2) Menanamkan rasa solidaritas yang didasarkan atas ketulusan, toleran, kejujuran dan keterbukaan

3) Mendidik jiwa menjadi mulia, terhormat, menjauhi perbuatan cela dan menganggap bahwa segala kemuliaan hanya pada Allah semata, karena Dia maha besar, agung dan hanya kepada Allah segala sesuatu tunduk dan takluk.

4) Ibadah yang dilakukan berjamaah secara rutin menimbulkan saling kenal dan saling mengingatkan.

5) Mendidik orang Islam mencari kemuliaan yang abadi, bukan hanya sekedar untuk dirinya, golongan dan kelompok tertentu, tetapi juga untuk kemaslahatan umum.


(39)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 30

6) Memberikan kekuatan psikologis, sehingga percaya diri dan optimis yang disandarkan atas pertolongan Allah serta pahala yang diharapkan.

7) Memberikan dorongan dan semangat secara aktif. b. Asas Syariat (tasyri’).

Syariat yang dijadikan landasan pendidikan mempunyai hubungan degan intelektual, di antaranya adalah pertama, sebagai landasan berpikir yang mencakup segala yang dilihat oleh bayangan otak terhadap alam dan kehidupan. Dalam hal ini syariat mencakup pandangan manusia terhadap ajaran islam dan pandangan Islam terhadap alam raya dan alam wujud. Kedua, menjadikan orang Islam berpikir sebelum berbuat. Dalam hal ini syariat merupakan patron untuk rencana yang akan dikerjakan. Syariat mendidik manusia berpikir logis dalam meng-istimbath-kan hukum yang belum ditunjuki oleh Sara secara nyata. Ketiga, syariat menjadikan masyarakat membudaya.

Perintah terhadap kewajiban tertentu berpengaruh terhadap

perkembangan budaya.

c. Asas Rasional (logic)

Al-Quran sering memberi gambaran tentang kehidupan manusia beserta alam sekitarnya yang sering diulang dalam beberapa ayat dengan berbagai gaya retorikanya. Gambaran ini tidak hanya untuk


(40)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id memberikan pengetahuan dalam tatanan budi daya pikir, dan bukan

pula sekedar mendemonstrasikan keindahan retorika, tetapi agar pengetahuan (ma’rifat) tersebut dapat menggugah pikiran dan perasaan kemudian dapat memberi keyakinan dalam penghambaan kepada Allah sebagai penciptanya.

Tujuan Tuhan menunjukkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka berpikir rasional tentang fenomena alam dan kehidupan, selanjutnya mereka kembali kepada-Nya dan kembali kepada aturan yang dapat memberi kemuliaan diri dan kehidupan.21

Selanjutnya, tujuan pendidikan Islam adalah membentuk

kepribadian muslim, tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim itu sendiri. Seperti yang dijelaskan dalam al-Quran surat adz-Dzariyat: 56 dan surat al-Bayyinah:5

و عيل ا سنإاو ّنجلا تقلخ امو

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”[QS. (51) : 56].22

اورمأ امو

فنح ني لا هل نيصل م ّّا او عيل ا

ا

ة يقلا ني كل و اك ّزلا اوت يو اّصلا او يقيو

21M. Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Quran.., h. 59-62.


(41)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 32

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama,dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” [QS. (98) : 5].23

Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan hidup seorang muslim adalah untuk menjadi hamba Allah. Hamba Allah ini mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada Allah.

Secara umum, tujuan pendidikan Islam adalah mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.24

Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam secara jelas, harus berdasarkan asas tinjauan filosofis. Karena konsep pendidikan selalu berada dalam lingkungan budaya yang tidak terlepas dari eksistensinya. Adapun tujuan pendidikan secara umum itu adalah:

a. Jika pendidikan bersifat progres, maka tujuannya harus diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman, dalam hal ini, pendidikan tidak sekedar menyampaikan pengetahuan kepada anak didik, tetapi juga melatih kemauan berpikir dengan memberikan stimulan, sehingga mampu berbuat dengan inteligen dan tuntutan lingkungan. Aliran ini dikenal dengan progresivisme.

23Ibid, h. 598

24Henry Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), h.142-143.


(42)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Jika yang dikehendaki pendidikan adalah nilai yang tinggi, maka

pendidikan pembawa nilai yang ada di luar jiwa anak didik, sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan yang tinggi. Aliran ini dikenal dengan esensialisme.

c. Jika tujuan pendidikan dikehendaki agar kembali kepada konsep jiwa sebagai tuntunan manusia, maka prinsip dasarnya ia sebagai dasar pegangan intelektual manusia yang dapat menjadi sarana untuk menemukan evidensi sendiri. Aliran ini dikenal dengan perenialisme.

d. Menghendaki agar anak didik dapat dikehendaki kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan masyarakat karena adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan penyesuaian ini, anak didik tetap berada dalam aman dan bebas yang dikenal dengan aliran rekonstruksionisme.25

Tujuan ini berangkat dan terkait dengan pendidikan sesuai dengan alirannya masing-masing. Demikian juga pendidikan Islam, jika berangkat dari definisinya, maka tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian yang utama berdasarkan pada nilai-nilai dan ukuran ajaran Islam dan di nilai bahwa setiap upaya yang menuju kepada proses pencarian ilmu dikategorikan sebagai upaya perjuangan di jalan Allah.

25Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), h.26.


(43)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 34

Proses pendidikan terkait dengan kebutuhan tabiat manusia, sementara tabiat manusia tidak lepas dari tiga unsur yaitu jasad, roh, dan akal. karena itu, tujuan pendidikan Islam secara umum harus didasarkan oleh tiga komponen tersebut, yang masing-masing harus dijaga

keseimbangannya. Dari sini, tujuan pendidikan Islam dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1) Pendidikan Jasmani

Keberadaan manusia telah diprediksikan sebagai khalifah yang berinteraksi dengan lingkungannya, maka keunggulan fisik memberikan indikasi kualifikasi yang harus diperhitungkan, yaitu kegagahan dan keperkasaan seorang raja. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran:

ا ِِ ًةَطْسَب ُهَداَزَو ْمُكْيَلَع ُهاَفَطْصا َّّا ّنِإ

ِمْسِْْاَو ِمْلِعْل

"Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa."[Qs. (2) : 247].26

Fisik bukanlah tujuan utama dan segala-galanya, namun memiliki peranan yang sangat penting sampai-sampai kecintaan Allah terhadap orang mukmin yang mempunyai keimanan yang kuat dan fisik yang kuat dibandingkan dengan mukmin yang imannya kuat akan tetapi


(44)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id fisiknya lemah. Sabda Rasulullah: “Orang Mukmin yang kuat lebih baik

dan lebih dicintai oleh Allah dari pada orang mukmin yang lemah”.

2) Pendidikan Rohani

Pendidikan rohani ini dimaksudkan supaya orang-orang yang mempelajari Islam dengan baik akan menerima seluruh cita-cita ideal al-Quran secara utuh. Dan diharapkan adanya peningkatan kualitas jiwa yang hanya setia kepada Allah serta melaksanakan moral Islam yang dicontohkan Rasulullah, cinta inilah yang dipegangi oleh para ahli pendidik mode ketika pembicaraannya diarahkan kepada tujuan pendidikan agama.

3) Pendidikan Akal

Tujuan pendidikan akal ini terikat perhatiannya dengan perkembangan intelegensi yang mengarahkan manusia sebagai individu untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya yang mampu memberikan pencerahan diri. Maka, dengan memahami pesan dari ayat-ayat Allah akan membawa iman kepada sang pencipta.

Pendidikan yang membantu tercapainya tujuan akal dan pengembangan intelektual seharusnya diikuti dengan bukti yang relevan sesuai dengan yang dipelajari, yaitu menjelaskan fakta dari ayat-ayat Allah dan memberi kesaksian kebenaran-Nya.27


(45)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 36

4. Nilai Pendidikan Islam

Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Pandangan Freeman But dalam bukunya Cultural History of Western Education yang dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai.28 Lebih dari itu fungsi

pendidikan Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai Dinul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga disemua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak dini agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya.29

Landasan epistemologis seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa pendidikan Islam diletakkan pada dasar-dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaan yang bersumber dari al-Quran dan hadis, selanjutnya di break down menjadi nilai-nilai dasar pendidikan Islam sekaligus pelaksanaannya. Dalam konteks ini, Sarjono menjelaskan terdapat beberapa nilai dasar pendidikan Islam yang dapat dimunculkan, yaitu:

28Muhaimindan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, h.127. 29Muhaimindan Abdul Mujib, Pemikiran..,Ibid. h. 127.


(46)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id a. Nilai keimanan dan ketakwaan

Menurut konsep Islam, aktivitas seorang muslim dalam bidang apapun harus didedikasikan untuk meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan manusia. Oleh karena itu, nilai dasar pendidikan Islam adalah keimanan dan ketakwaan. Maksud dari pernyataan ini adalah, pendidikan Islam harus dapat menjadi wahana bagi peningkatan iman adm takwa anak didik.

Berdasarkan nilai ini, proses pendidikan Islam dijalankan berdasarkan semangat ibadah kepada Allah. Ibadah dalam ajaran Islam memiliki korelasi positif bagi pemeliharaan dan peningkatan iman dan takwa. Setiap muslim diwajibkan mencari ilmu pengetahuan untuk dipahami secara mendalam kemudian dalam taraf selanjutnya dikembangkan dalam kerangka ibadah guna kemaslahatan umat manusia. Dalam bahasa al-Jamaly, nilai ini bertujuan mengantarkan anak didik pada kesadaran akan ekspresinya di hadapan Allah serta menyadari kewajiban-kewajibannya. Kemudian dalam prakteknya, nilai ini juga dijadikan sebagai landasan oleh pendidik dalam menjalankan tugasnya. Implikasi positifnya, sekalipun para pendidik mempunyai hak-hak sebagai konsekuensi langsung dari posisinya sebagai tenaga pendidik. Pada saat bersamaan, tugas sebagai pendidik juga merupakan sebuah kewajiban agama yang harus tetap dilakukan dalam rangka ibadah pada Allah.


(47)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 38

b. Penghargaan terhadap eksistensi manusia dengan segala potensinya Pada tahap ini, para ahli pendidikan muslim umumnya berpendapat bahwa teori dan praktek pendidikan Islam haruslah didasarkan pada konsep dasar tentang manusia. Karena manusia merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dengan sebaik-baiknya, dengan rupa yang seindah-indahnya dan dilengkapi dengan berbagai organ psiko-fisik yang istimewa seperti pancar indra dan hati. Dan secara lebih rinci,

keistimewaan manusia adalah kemampuannya berpikir untuk

memahami alam semesta dan dirinya sendiri. Akal untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah dan kalbu untuk mendapatkan “cahaya” tertinggi. Kesemuanya itu agar manusia lebih bersyukur kepada Allah

yang telah memberikan Anugrah keistimewaan-keistimewaan

tersebut.30

Menurut Ali Ashraf, pendidikan Islam tidak bisa dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu seutuhnya.31Tanpa konsep yang jelas tentang

manusia, pendidikan Islam akan dijalankan seperti meraba-raba. Dalam hal ini, dipahami bahwa posisi manusia yaitu sebagai khalifah dan hamba, kedudukan ini menghendaki program pendidikan yang menawarkan sepenuhnya penguasaan keilmuan secara totalitas. Di

30Sarjono, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. II No. 2, (Pdf, 2005), h. 140-141. 31Ali Ashaf, Harian Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Progressif, 1989), h. 1.


(48)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id samping itu, keberadaan manusia yang terdiri dari dua unsur, yaitu

(jiwa dan raga) menghendaki program pendidikan yang mengacu kepada ekuilibrium, yaitu integrasi yang utuh antara pendidikan aqliyah

dan qalbiah.

Agar berhasil dalam prosesnya, maka konsep manusia dan fungsi penciptaannya dalam alam semesta harus diakomodasikan secara integral dalam konsep atau teori pendidikan melalui pendekatan kewahyuan, empirik keilmuan dan rasional filosofis. Pendekatan keilmuan dan filosofis yang dimaksud di sini harus dipahami sebagai media untuk menalar pesan-pesan Tuhan yang absolut, baik melalui ayat-ayat-Nya yang bersifat tekstual (qur’aniyyah) maupun kontekstual

(kauniyyah).

c. Mengedepankan prinsip kebebasan dan kemerdekaan

Jika dilihat dari sejarah kelahiran Islam, Islam datang dalam konteks sosio-politik-budaya Mekkah yang pincang untuk merubahnya menjadi tatanan yang adil dan egaliter serta membebaskan umat manusia dari segala bentuk penindasan. Kaitannya dengan ini, Sayyid Qutub menegaskan bahwa Islam adalah aqidah revolusioner yang aktif, yang merupakan suatu proklamasi pembebasan manusia dari perbudakan manusia.

Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses pendewasaan sosial manusia menuju tatanan yang ideal. Dalam kata


(49)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 40

lain, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Makna yang terkandung di dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta potensi insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya. Mengingat manusia merupakan makhluk yang berpikir dan memiliki kesadaran, maka praktek pendidikan juga harus senantiasa mengacu pada eksistensi manusia itu sendiri. Dari sini akan terbentuk suatu tatanan pendidikan yang demokratis dan berorientasi pada memanusiakan manusia. Dengan demikian, pendidikan bukan sekedar sebagai transfer pengetahuan, melainkan membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya.32

d. Tanggung jawab sosial

Sejalan dengan kedudukan manusia sebagai mekhluk sosial, maka Islam diturunkan untuk memberikan norma-norma dalam kehidupan sosial tersebut. Sebagai proses memanusiakan manusia, maka pendidikan Islam menjadikan tanggung jawab sosial menjadi salah satu nilai dasar yang harus diajarkan kepada anak didik. Tanggung jawab sosial dalam pendidikan Islam merupakan salah satu esensi pendidikan.

Berdasarkan nilai dasar pendidikan ini, pendidikan Islam dijalankan dengan tujuan menjadikan anak didik sebagai manusia yang memiliki kemampuan sosial yang baik, sehingga dalam kehidupan


(50)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bermasyarakat ia mampu dan sadar dalam memberikan kontribusi

positif dan riel. Selain itu, diharapkan anak didik mampu menampilkan prilaku yang baik dan berpengaruh positif bagi orang lain. Tanggung jawab yang perlu ditransformasikan anak didik adalah:

1) Toleransi

2) Bertanggung jawab 3) Keadilan kolektif, dan 4) Kerja sama.

Dengan nilai-nilai tanggung jawab ini, diharapkan pendidikan Islam akan semakin mengukuhkan Islam sebagai rahmaatan lil’alamin. Maka orang yang telah dididik pada lembaga pendidikan Islam, nantinya akan memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang menyangkut masyarakat luas. Dari sini akan muncul perilaku-perilaku positif seperti menghargai perbedaan, menghargai orang lain, dan mampu bekerjasama dengan masyarakat sekitar. Lebih lagi, mereka mampu mendedikasikan ilmunya punuk kepentingan orang banyak.33

Sedangkan menurut Teuku Ramli Zakariya, untuk membentuk pribadi masyarakat yang memiliki moral dan nilai yang baik, maka perlu adanya suatu pendekatan penanaman nilai dalam diri masyarakat. Pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memberikan penanaman nilai sosial dalam diri siswa dan masyarakat. Pendekatan ini mempunyai dua tujuan. Pertama,


(51)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 42

dapat diterimanya nilai-nilai oleh peserta didik. Kedua, berubahnya nilai-nilai peserta didik yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan mengarahkan pada perubahan yang lebih baik.34

Pendekatan penanaman nilai ini terbagi atas dua cara yang dapat menentukan nilai-nilai pendidikan Islam. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan kajian ilmiah tentang sikap dan perilaku seorang muslim, pendekatan semacam ini bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana seorang muslim mengikuti ajaran Islam.

b. Pendekatan yang merujuk pada sumber utama Islam, yaitu al-Quran dan hadis, validitas dan hasil ini sangat jelas, namun masih terbatas karena tidak semua nilai Islam dapat digali dari kedua sumber tersebut, maka perlu adanya pendukung lain yaitu qiyas dan ijtihad.35

B. Novel sebagai Karya Sastra Pembentuk Nilai

Sebelum membahas secara rinci tentang novel itu sendiri, alangkah baiknya diurai satu persatu apa itu karya sastra, apa itu novel, dan bagaimana perannya dalam pembentukan nilai.

1. Makna Karya Sastra dan Novel

34Teuku Ramli Zakariya, Pendekatan-pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti (Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1994), h.9.

35M. Chabib Thoha Dkk, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h.23.


(52)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Menurut Alfian Rochmansyah, kata sastra ternyata berasal dari

bahasa Sansekerta yaitu dari akar kata sas yang dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau instruksi”, sedang akhiran tra menunjukkan “alat, sarana”. Jadi, kata sastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran. Awalan su pada kata susastra berarti “baik, indah” sehingga

susastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran yang baik dan indah. Menurutnya, kata susastra merupakan ciptaan Jawa atau Melayu karena susastra tidak terdapat dalam bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.36 Dari asal kata ini, akhirnya kita tahu bahwa

sastra merupakan alat untuk mengajar dengan baik dan indah. Pada bagian “baik dan indah” dalam pengertian ini menunjukkan isi yang disampaikan, yaitu mengarah pada hal-hal yang baik dan menyarankan pada hal yang baik pula, selanjutnya “bahasa” yang disampaikan dengan penyampaian yang indah, menunjukkan “bahasa” sebagai alat untuk menunjukkan atau menyampaikan sesuatu. Sastra menyajikan pengajaran ataupun penanaman nilai melalui karya dan bahasanya yang indah, sehingga pengajaran memalui karya sastra diharapkan dapat diterima oleh semua kalangan dengan baik.

36Alfian Rokhmansyah, Studi Pengkajian Sastra; Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 1.


(53)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 44

Tidak mudah ternyata mendefinisikan sastra, untuk

mendefinisikannya paling tidak ada beberapa batasan-batasan mengenai definisi sastra, batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut:37

a. Sastra adalah seni

b. Sastra merupakan ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam c. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud

dengan pikiran adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia

d. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimaterikan atau diwujudkan dalam sebuah bentuk keindahan

e. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kekuatan moral dengan sentuhan kesucian kebebasan pandangan dan bentuk yang mempesona.

Menurut Summardjo dan Saini yang dikutip oleh Alfian Rokhmansyah, sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seorang pengarang menyampaikan pandangannya tentang kehidupan yang ada di sekitarnya. Oleh sebab itu, mengapresiasi karya sastra berarti berusaha menemukan nilai-nilai

37Ibid., h. 2.


(54)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kehidupan yang tercermin dalam karya sastra tersebut. Banyak nilai-nilai

kehidupan yang bisa dikemukakan dalam karya sastra. Sastra itu sendiri adalah produk budaya manusia yang berisi nilai-nilai yang hidup dan berlaku dalam masyarakat. Dari beberapa pengertian ini, maka sudah bisa dipastikan bahwa sastra merupakan alat pengajaran atau penanaman nilai-nilai melalui sentuhan bahasa yang indah. Peran sastra sangat besar terhadap pembentukan nilai-nilai kehidupan yang berlaku dimasyarakat.

Yang membedakan antara karya sastra dengan karya seni yang lain adalah unsur bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat karya sastra adalah karya seni yang bermedia atau berbahasan utama bahasa.38 Pendapat ini dikuatkan oleh Sapardi Djoko Damono yang dikutip

oleh Endah Tri Priyatni, yang memaparkan bahwa sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.39

Sastra merupakan ungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fiksi. Dalam hal ini, sastra memang representasi dari cerminan masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang diungkap oleh Goerge Lukas yang dikutip Endah Tri Priyatti dalam wikipedia 2009, yang

38Ibid., h. 2-3.

39Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h.12.


(55)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 46

menyatakan bahwa sastra merupakan sebuah cerminan yang memberikan kepada kita sebuah refleksi realitas yang lebih besar, lebih lengkap, lebih hidup, dan lebih dinamik.

Meskipun karya sastra bersifat imajiner, namun tetap masuk akal dan mengandung kebenaran. Hal ini karena pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif ban dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia40

Karya sastra merupakan sarana pendidikan yang mempunyai bermacam-macam bentuk, seperti cerpen, puisi, novel, gurindam dan lain-lain. Dalam hal, ini penulis akan memfokuskan pada salah satu karya sastra berupa novel. Novel merupakan salah satu karya sastra yang saat ini sedang digemari oleh semua kalangan, khususnya oleh kalangan pemuda. Kecintaan masyarakat terhadap karya sastra novel ini bisa diartikan sebagai kesadaran masyarakat umum tentang pentingnya mempelajari karya sastra termasuk novel. Novel selain berisi kisah tentang percintaan, di dalamnya juga bisa berisi kisah-kisah para tokoh inspiratif. Cerita atau kisah dalam sebuah novel mempunyai fungsi edukasi yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa.

40Ibid., h.12-13.


(56)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Secara bahasa, kata novel berasal dari bahasa latin novellus, kata

novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan drama.

Awalnya, kehadiran bentuk novel sebagai salah satu karya sastra ini berawal dari kesusastraan Inggris pada awal abad ke-18. Timbulnya akibat pengaruh tumbuhnya filsafat yang dikembangkan John Locke (1632-1704) yang menekankan fakta atau pengalaman dan bahayanya berpikir secara fantastis. Akibat timbulnya pembaca karya Astra dari kalangan pengusaha, pedagang, serta golongan menengah yang kurang menyukai puisi dan drama yang dianggapnya tidak realistis. Mereka memerlukan bacaan yang menggambarkan suasana yang lebih realistis dan masuk akal dari hidup ini. Mereka menginginkan bacaan tentang kehidupan orang-orang dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bukan lagi mengenai pahlawan khayalan yang gagah perkasa, atau penjahat ulung yang licik, atau kehidupan raja-raja yang penuh pesona seperti dalam puisi dan drama selama ini.41

Pada perkembangannya, hakikat novel diungkapkan oleh beberapa pengamat sastra, antara lain:

41Ibid., h.124.


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

150

2. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy dalam Penguatan Keimanan Siswa

Relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam penguatan keimanan siswa terletak pada penghayatan nilai-nilai keislaman yang terdapat dalam novel tersebut. Dengan menghayati dan menjalankan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel tersebut, siswa dan generasi muda Islam akan mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai-niai Islam yang ada. Dan pokok dari nilai-nilai Islam adalah nilai-nilai keimanan, sehingga dengan menghayati dan menjalankan nilai-nilai tersebut siswa akan mempunyai keimanan yang lebih kuat dari sebelumnya.

B.Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian antara lain;

1. Peran orang tua atau keluarga dalam penanaman nilai-nilai pendidikan Islam merupakan cara yang efektif bahkan wajib ditanamkan kepada anak. Karena lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama bagi anak, juga karena masa-masa kecil adalah masa dimana seseorang masih memiliki memori ingatan yang masih kuat. Sehingga apa yang dilihat dan diajarkan dalam lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan pola pikir dan tingkah laku seorang anak.

2. Memilih lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu secara

menyeluruh dengan benar sangat penting bagi perkembangan pola pikir anak didik.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3. Novel merupakan salah satu sumber belajar yang efektif bagi anak didik.

Novel juga mengandung pesan-pesan tersirat terkait problematika kehidupan, juga banyak pesan-pesan kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan Islam.


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 152

Abdul Mujib, Muhaimindan, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya, 1993

Abdullah Sani, Ridwan dan Andi, Muhammad, Pendidikan Karakter

Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, Jakarta: Bumi Aksara, 2016

Al-Rasyidin dan Nizar, Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,

2005

An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press, 1995

An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, CV. Diponegoro, 1996

Arifin, Mohammad, Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdesioliner), Jakarta: Bumi Aksara, 1994

Ashaf, Ali, Harian Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Progressif, 1989

Aziz, Abdul dan Majid, Abdul, Mendidik dengan Cerita, Terj. Syarif Hade Masyah Makhfud Lukman Hakim, Mastakim: 2003

Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Andi Offset, 1992

El Shirazy, Habiburrahman, Ayat-ayat Cinta 2, Jakarta: Republika, 2015


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id El Shirazy, Habiburrahman, Cinta Suci Zahrana, Jakarta: Ihwah Publishing

House, 2001

Jalaluddin, TeologiPendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2003

Kamus saku ilmiah populer edisi lengkap, Jakarta:GAMA Pers,2010

Kasiram, Moh., Metodelogi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: UIN Maliki Press, 2010

Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1980

Lubis, Mochtar, Sastra dan Tekniknya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Maa’rif 1989

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002

Muhadjir, H. Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 154

Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung: Trigenda Karya, 1993

Mujib El-Shirazy, Ahmad, The Inspiring Life Of Habiburrahman El-Shirazy, Jakarta: Balai Pustaka, 2009

Nasharuddin, Akhlak (Ciri Manusia Paripurna), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015

Noer Aly, Henry dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani, 2000

Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002

Nursito, Ikhtiar Kesusastraan Indonesia, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarata: Balai Pustaka, 1982

Ramli Zakariya, Teuku, Pendekatan-pendekatan Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1994

Rokhmansyah, Alfian, Studi Pengkajian Sastra; Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Sarjono, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. II No. 2, (Pdf, 2005)

Sumaryono, Hermeneutik Sebagai Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1999

Surakhmad, Winartno, Penganatar Ilmiah, Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito, 1994

Suyudi, Moh., Pendidikan dalam Perspektif al-quran, Yogyakarta: Mikraj, 2005

Jalaluddin dan Said, Usman, Filsafat pendidikan Islam, Konsep dan

Perkembangan Pemikirannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994

Syaibany, Ali, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010

Teeuw, A., Sastra dan Ilmu Sastra, Bandung: PT. DuniaPustaka Jaya, 2013)

Thoha, M. Chabib, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996

Thoha, M. Chabib, KapitaSelektaPendidikan Islam, Yogyakarta: PustakaPelajar), 1996

Tri Priyatni, Endah, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012