Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kompetensi Profesional Guru dan Ketersediaan Media Pembelajaran di SMA se-Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur T2 942011063 BAB IV
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Kondisi
Kabupaten Kupang
Wilayah
Kabupaten
Sosial Masyarakat
Kupang
secara
geografis
terletak pada titik koordinat 9º19 - 10º57 Lintang
Selatan dan 121º30 – 124º11
ketinggian
daratan
dari
Bujur Timur dengan
permukaan
laut
berkisar
antara 0 sampai dengan 500 meter. Kondisi Permukaan
tanah
Kabupaten
Kupang
umumnya
berbukit,
bergunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah
dengan tingkat kemiringan rata – rata mencapai 45º.
Kabupaten Kupang secara keseluruhan terdiri
dari 24 Kecamatan dengan total jiwa 310.573 orang
yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai
petani
(BPS
Kab
Kupang
2012).
Pada
sektor
pendidikan, Kabupaten Kupang telah menyediakan
sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas yang tersebar di 24 Kecamatan
dengan
rincian
sebagai
berikut:
Sekolah
Dasar
berjumlah 243 sekolah dengan jumlah guru sebanyak
2.359 orang. Pada tingkat SMP terdapat 81 sekolah
dengan jumlah guru 1.126 orang, sedangkan pada
tingkat SMA terdapat 28 sekolah, namun terdapat
beberapa kecamatan yang belum memiliki Sekolah
Menengah Atas sehingga akses pelayanan pendidikan
26
belum terserap sepenuhnya oleh peserta didik. Adapun
jumlah guru SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten
Kupang hanya berjumlah 300 orang guru.
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
peneliti
memberikan gambaran tingkat kompetensi profesional
guru yang tersebar di delapan sekolah di wilayah
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Nilai rata-rata Kompetensi Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia dan Matematika Guru SMA seKabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur
Hasil Uji Kompetensi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Responden/SMA
SMA N 1 Kupang
Barat
SMA N 1 Fatule’u
SMA N 1 Amarasi
Selatan
SMA N 1 Kupang
Timur
SMA N 1 Takari
SMA N 1
Amfoang Barat
Daya
SMA N 1
Amfoang Selatan
SMA N 1
Amfoang Utara
Rata-rata
Standart Deviasi
Bahasa
Inggris
Bahasa
Indonesia
Matematika
76
34
78
66
63
74
86
70
74
80
78
86
80
53
54
84
58
38
86
70
74
78
57
94
79
59,8
71.6
6,1
15, 1
17,9
Sumber: data primer
Berdasarkan
hasil
evaluasi
kompetensi
guru
Bahasa Inggris di delapan SMA tersebut, menunjukan
27
bahwa kompetensi guru-guru tergolong baik, yang
mana skor tertinggi 86 dan terendah adalah 66 dengan
nilai
rata-rata
79.
Dengan
demikian
kompetensi
akademis mereka berada pada tingkat menengah.
Hasil evaluasi kompetensi guru Bahasa Indonesia
di delapan SMA menunjukan bahwa kompetensi guruguru tersebut rendah, yang mana skor tertinggi 78 dan
terendah adalah 34 dengan nilai rata-rata 59,8, dengan
demikian kompetensi akademis mereka berada pada
tingkat rendah. Sedangkan hasil evaluasi kompetensi
guru Matematika di delapan SMA menunjukan bahwa
kompetensi guru-guru tersebut cukup baik, di mana
skor tertinggi 94 dan terendah adalah 38 dengan nilai
rata-rata 71,6. Dengan demikian kompetensi akademis
mereka berada pada tingkat cukup baik.
Begitu juga kompetensi profesional guru-guru
Bahasa Inggris di delapan SMA di Kabupaten Kupang
tergolong cukup baik, ini terlihat dari hasil tes berupa
nilai tertinggi dan terendah kemudian nilai rata-rata
mereka. Sedangkan
kompetensi Bahasa Indonesia
masuk dalam kategori rendah di mana nilai rata-rata
nilai kompetensi profesional mereka 59, sedangkan
kompetensi
kategori
guru-guru
baik
dengan
Matematika
nilai
rata-rata
berada
71.
pada
Namun
terdapat juga masalah pada nilai terendah dimana nilai
terendah pada kompetensi Bahasa Indonesia adalah 34
dan
44,
terdapat
pula
28
nilai
kompetensi
guru
Matematika yang berada pada nilai 38 dan 53. Hal lain
yang bisa dilihat dari hasil tes kompetensi profesional
guru adalah nilai rata-rata yang baik tetapi adanya
perbedaan yang mencolok antara nilai satu dan lainnya
yang terlihat dari hasil standart deviasi yang begitu
tinggi antara rentangan nilai-nilai tes antara satu dan
lainnya.
Ini menunjukan bahwa guru-guru tersebut tidak
bisa mengerjakan tes sehingga mengidentifikasikan
bahwa guru-guru tersebut kurang berkualitas secara
akademis.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan skor
pada kuesioner untuk para siswa kelas 3 mengenai
ketersedian media pembelajaran di sekolah mereka.
Tabel 4.2. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam
Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Buku
Panduan dalam
Mengajar Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
55
13
11
1
80
165
26
11
0
202
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
Buku
Panduan
dalam mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA
di Kabupaten Kupang
29
= Ʃ
:Ʃ
×100% Skor Kasus =
x 100%
Melihat hasil tabel di atas maka penggunaan
buku panduan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA adalah 84% yang berada dalam kisaran
81%
-
100%
yang
berarti
para
guru
selalu
menggunakan buku panduan dalam mengajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.3. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam
Mengajar Matematika
Penggunaan Buku
Panduan dalam
Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
70
6
3
1
80
210
12
3
0
225
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
Buku
Panduan
dalam mengajar
Matematika di delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dengan demikian penggunaan Buku Panduan
dalam mengajar Matematika di delapan
93%
SMA adalah
atau berada dalam kisaran 81% - 100% yang
30
berarti para guru selalu menggunakan buku panduan
dalam mengajar mata pelajaran Matematika.
Tabel 4.4. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan LKS
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
19
17
27
17
80
57
34
27
0
118
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
LKS
dalam
mengajar
Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan LKS dalam mengajar Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah 49%
atau
berada dalam kisaran 41% - 60% yang berarti para
guru kadang-kadang menggunakan buku LKS (Lembar
Kerja Siswa) dalam mengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.5. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar Mata
Pelajaran Matematika
31
Penggunaan LKS
dalam mengajar
Matematika
Skor
Responden
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
3
2
1
0
27
11
19
23
80
Ʃ Skor
Responden x
Skor
81
22
19
0
122
Sumber: data Primer
Penggunaan buku LKS Matematika di delapan
SMA di Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
LKS
dalam
mengajar mata pelajaran Matematika di delapan SMA
adalah 50%
atau berada dalam kisaran 41% - 60%
yang berarti para guru kadang-kadang menggunakan
buku LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam mengajar mata
pelajaran Matematika.
Tabel 4.6. Skor Penggunaan Handout dalam Pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan
Handout dalam
Pelajaran Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
21
17
25
63
34
25
32
Tidak pernah
0
16
80
Ʃ Skor
0
122
Sumber: data Primer
Penggunaan
handout
atau
selebaran
dalam
mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia di delapan SMA di Kabupaten
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
Kupang
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
handout atau
selebaran dalam mengajar mata pelajaran Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia di delapan SMA adalah
atau berada dalam kisaran 41% - 60% yang
50%
berarti
handout
para
atau
guru
kadang-kadang
selebaran
dalam
menggunakan
mengajar
mata
pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.7. Skor Penggunaan Handout dalam Mengajar
Matematika
Penggunaan
Handout dalam
Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
13
7
25
35
80
39
14
25
0
78
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
33
Penggunaan
Matematika
di
Handout
delapan
dalam
SMA
di
mengajar
Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan handout dalam mengajar Matematika di
delapan SMA adalah 32%
atau berada dalam kisaran
21% - 40% yang berarti para guru jarang menggunakan
handout dalam mengajar Matematika.
Tabel 4.8. Skor Penggunaan Tape Recorder dalam
Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Tape
Recorder dalam
Mengajar Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
3
6
4
67
80
9
12
4
0
25
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
34
Penggunaan
tape
recorder
dalam
mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA
di Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan tape recorder dalam mengajar Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah
10% atau berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti
para
guru
tidak
pernah
menggunakan
tape
recorder/rekaman dalam mengajar Bahasa Inggris.
Tabel 4.9. Skor Penggunaan Video dalam mengajar
Matematika
Penggunaan Video
dalam mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
0
0
80
80
0
0
0
0
0
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan video dalam mengajar Matematika di
delapan SMA di Kabupaten
35
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
video
dalam
mengajar Matematika di delapan SMA adalah 0% atau
berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru
tidak pernah menggunakan video dalam mengajar mata
pelajaran Matematika.
Tabel 4.10 Skor Penggunaan Overhead Projector dalam
Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan OHP
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
3
2
1
0
1
1
3
35
80
Ʃ Skor
Responden x
Skor
3
2
3
0
8
Sumber: data Primer
Penggunaan overhead projector dalam mengajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan overhead projector dalam mengajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan
0%
-
SMA adalah 3%
20%
atau berada dalam kisaran
yang berarti para guru
36
tidak pernah
menggunakan overhead projector dalam mengajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.11. Skor Penggunaan Gambar dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Gambar
dalam Mengajar Bahasa
Indonesia dan Bahasa
Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
1
17
12
50
80
3
34
12
0
49
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
gambar
dalam
mengajar
mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dengan demikian penggunaan gambar dalam
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris di delapan SMA adalah 20% atau berada dalam
kisaran 0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah
menggunakan gambar dalam mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.12. Skor LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
Mengajar Matematika
Skor
Responden
Responden x
Penggunaan LKS
37
Skor
dalam mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
3
2
1
0
27
11
19
23
80
Ʃ Skor
81
22
19
0
122
Sumber: data Primer
Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
mengajar mata pelajaran Matematika di delapan SMA
di Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan
LKS
dalam
delapan SMA adalah 50%
mengajar
Matematika
di
atau berada dalam kisaran
41% - 60% yang berarti para guru kadang-kadang
menggunakan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
mengajar mata pelajaran Matematika.
Tabel 4.13. Skor Penggunaan Gambar dalam
MengajarMatematika
Penggunaan
gambar dalam
mengajar
matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
3
2
1
0
11
26
15
30
80
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
38
Responden x
Skor
33
52
15
0
100
Penggunaan gambar dalam mengajar Matematika
di delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan gambar dalam mengajar Matematika di
delapan SMA adalah 41% atau berada dalam kisaran
41% - 60% yang berarti para guru kadang-kadang
menggunakan gambar dalam mengajar Matematika.
Tabel 4.14. Skor Penggunaan Poster dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Poster
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
7
17
58
80
0
14
17
0
31
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
poster
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
×100%
39
Bahasa
SMA di
Skor Kasus =
Dengan
x 100%
demikian
penggunaan
poster
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA adalah 12% atau berada dalam kisaran
0%
-
20%
yang berarti para guru
tidak pernah
menggunakan poster dalam mengajar Bahasa Inggris
dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.15. Skor Penggunaan Poster dalam Mengajar
Matematika
Penggunaan Poster
dalam Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
3
3
74
80
0
6
3
0
9
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan poster dalam mengajar Matematika
di delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan poster dalam mengajar Matematika di
40
delapan
0%
-
SMA adalah 4%
20%
atau berada dalam kisaran
yang berarti para guru
tidak pernah
menggunakan poster dalam mengajar mata pelajaran
Matematika.
Tabel 4.16. Skor Penggunaan Foto dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Foto
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
1
2
9
68
80
3
4
9
0
16
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
foto
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Bahasa
SMA di
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
:Ʃ
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
foto
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
41
delapan
0%
-
SMA adalah 6%
20%
atau berada dalam kisaran
yang berarti para guru
tidak pernah
menggunakan foto dalam mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.17. Skor Penggunaan Film dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan
Penggunaan Film dalam
Mengajar Bahasa
Indonesia dan Bahasa
Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
1
1
78
80
0
2
1
0
3
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
film
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
42
Bahasa
SMA di
Dengan
demikian
Penggunaan
film
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan
0%
-
SMA adalah 1%
20%
yang berada dalam kisaran
yang berarti para guru
menggunakan
video/film
dalam
tidak pernah
mengajar
mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.18. Skor Penggunaan Video dalam Mengajar
Matematika
Penggunaan Video
dalam Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
3
2
1
0
0
1
0
79
80
Ʃ Skor
Responden x
Skor
0
2
0
0
2
Sumber: data Primer
Penggunaan video dalam mengajar Matematika di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
:Ʃ
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
video
dalam
mengajar Matematika di delapan SMA adalah 0% atau
berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru
tidak pernah menggunakan video/film dalam mengajar
Matematika.
43
Tabel 4.19. Skor Penggunaan LCD dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan LCD
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
1
6
1
71
80
3
12
1
0
16
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
LCD
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Bahasa
SMA di
Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan LCD dalam mengajar Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah 6%
yang
berada dalam kisaran 0% - 20% atau berarti para guru
tidak pernah menggunakan power point dan LCD
dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.
Tabel 4.20. Skor Penggunaan LCD dalam
Mengajar Matematika
Penggunaan LCD
dalam Mengajar
Matematika
Selalu
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
1
3
44
Sering
Jarang
Tidak pernah
2
1
0
3
0
77
80
Ʃ Skor
6
0
0
9
Sumber: data Primer
Penggunaan LCD dalam mengajar Matematika di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
LCD
dalam
mengajar Matematika di delapan SMA adalah 4% atau
berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru
tidak pernah menggunakan power point dan LCD
dalam mengajar mata pelajaran Matematika.
Tabel 4.21. Skor Penggunaan Benda dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Benda
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
5
7
18
50
80
15
14
18
0
47
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
benda
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
45
Bahasa
SMA di
Dengan
demikian
penggunaan
benda
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA adalah 19%
0%
-
20%
atau
yang berada dalam kisaran
berarti para
guru
tidak pernah
menggunakan contoh benda dalam mengajar Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.22. Skor Penggunaan Benda dalam Mengajar
Matematika
Skor Penggunaan
Benda dalam
Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
7
20
24
24
80
21
40
24
0
85
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Skor
Penggunaan
Matematika
di
benda
delapan
dalam
SMA
di
mengajar
Kabupaten
Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
:Ʃ
×100%
x 100%
demikian
mengajar Matematika di
penggunaan
benda
dalam
delapan SMA adalah 35%
atau berada dalam kisaran 21% - 40% yang berarti
para guru jarang menggunakan benda-benda dalam
mengajar mata pelajaran Matematika.
46
Media lain yang digunakan guru dalam mengajar
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris adalah
netbook, koran, laptop dan infocus. Sedangkan media
lain
yang
digunakan
guru
dalam mengajar
mata
pelajaran Matematika adalah kerucut, bola dan laptop.
Untuk media pembelajaran lain yang paling mudah
dipahami oleh anak-anak SMA se Kabupaten Kupang
dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
adalah buku panduan, video, gambar, dan LCD. Dalam
pelajaran Matematika adalah buku panduan, gambar,
dan LCD.
Berdasarkan
sekolah
di
hasil
delapan
kuesioner
SMA
kepada
se-Kabupaten
komite
Kupang
membuktikan bahwa
1. Ketersediaan media pembelajaran di delapan SMA
tersebut hanya berupa buku panduan sedangkan
media lainnya tidak tersedia.
2. Adapun penggunaan media buku panduan dipakai
setiap penyampaian materi.
3. Perolehan
media
pembelajaran
beserta
materi
didapat dari pembelian dan membuat sendiri.
4. Kondisi sekolah sebagian mendukung pengadaan
media tersebut berupa audio visual, tetapi dana
terbatas dan tidak ada listrik serta masih kurangnya
pemahaman
guru
akan
pembelajaran elektronik.
47
penggunaan
media
5. Adapun respon siswa dengan pengadaan media
tersebut
sangat
positif
dan
antusias
dalam
menanggapi pembelajaran.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
delapan
SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten
Kupang, Nusa Tenggara Timur membuktikan bahwa
salah
satu
hal yang
memungkinkan
menurunnya
tingkat prestasi akademis murid pada Ujian Nasional
adalah rendahnya kompetensi profesional guru yang
diukur dengan menggunakan tes pada ketiga mata
pelajaran yang diuji pada Ujian Naional yakni Bahasa
Indonesia,
Bahasa
Inggris
dan
Matematika
serta
kurangnya materi pembelajaran dalam mendukung
proses pembelajaran di sekolah.
4.3.1.Kompetensi Profesional Guru
Hasil uji kompetensi profesional guru di wilayah
Kabupaten Kupang sebagai berikut: nilai rata-rata,
tertinggi
dan
terendah
pada
guru-guru
Bahasa
Indonesia pada delapan SMA yang tersebar di wilayah
Kabupaten
Kupang
tersebut jelek,
di
mana
skor
tertinggi 78 dan terendah adalah 34 dengan nilai ratarata
59,8
dengan
demikian
kompetensi
akademis
mereka berada pada tingkat rata-rata (acuan penilaian,
2012).
48
Sedangkan
hasil
evaluasi
kompetensi
guru
Bahasa Inggris di delapan SMA di Kabupaten Kupang
menunjukan bahwa kompetensi guru-guru tergolong
baik, di mana skor tertinggi 86 dan terendah adalah 66
dengan nilai rata-rata 79, dengan demikian kompetensi
akademis
mereka
berada
pada
tingkat menengah.
Terakhir berdasarkan hasil evaluasi kompetensi guru
Matematika di
delapan
SMA menunjukan bahwa
kompetensi guru-guru tersebut cukup baik, di mana
skor tertinggi 94 dan terendah adalah 38 dengan nilai
rata-rata 71.6, dengan demikian kompetensi akademis
mereka berada pada tingkat cukup baik namun ada
beberapa guru SMA yang masih mempunyai nilai
kompotensi Matematika
yang rendah sehingga
ini
berdampak pada penyampaian informasi pelajaran dari
guru ke para murid.
Perlu diketahui
nilai tertinggi pada Uji Tes
Kompetensi Matematika adalah guru Sarjana Mendidik
di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T),
yang bukan merupakan guru asli daerah sehingga
kualitas guru-guru asli daerah perlu diukur kembali.
Salah satu akar permasalahan menurunnya tingkat
kelulusan siswa SMA di NTT dari tahun ajaran 20082012 adalah rendahnya kompetensi profesional guru
serta penyebaran kompetensi guru yang tidak merata
pada beberapa sekolah di wilayah NTT terutama di
wilayah Kabupaten Kupang.
49
4.3.2. Ketersediaan Media Pembelajaran
Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini
yang
diduga
merupakan
salah
satu
faktor
yang
memungkinkan menurunnya tingkat prestasi akademis
dari Ujian Nasional
SMA di NTT adalah ketidak
lengkapan media pembelajaran. Ini terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan di
delapan
SMA yang
tersebar di wilayah Kabupaten Kupang. Hasil tersebut
menyimpulkan bahwa para guru sering menggunakan
buku panduan dalam mengajar, karena hanya materi
itu yang tersedia di sekolah sedangkan media lainnya
seperti Lembar Kerja Siswa, handout, tape recorder,
overhead projector, gambar, poster dan LCD
pernah digunakan.
dengan
skala
tidak
Ini terlihat dari hasil kuesioner
Likert
dengan
rentangan
0-20%.
Sedangkan pemanfaatan media pembelajaran dipakai
setiap
penyampaian materi, bahan materi tersebut
diperoleh dari pembelian dan membuat sendiri. Kondisi
sekolah
sebagian
mendukung
pengadaan
media
tersebut berupa audio visual, tetapi dana terbatas dan
tidak ada listrik serta masih kurangnya pemahaman
guru akan penggunaan media pembelajaran elektronik.
Adapun
respon
siswa
dengan
pengadaan
media
tersebut sangat positif dan antusias dalam menanggapi
pembelajaran.
50
51
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Kondisi
Kabupaten Kupang
Wilayah
Kabupaten
Sosial Masyarakat
Kupang
secara
geografis
terletak pada titik koordinat 9º19 - 10º57 Lintang
Selatan dan 121º30 – 124º11
ketinggian
daratan
dari
Bujur Timur dengan
permukaan
laut
berkisar
antara 0 sampai dengan 500 meter. Kondisi Permukaan
tanah
Kabupaten
Kupang
umumnya
berbukit,
bergunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah
dengan tingkat kemiringan rata – rata mencapai 45º.
Kabupaten Kupang secara keseluruhan terdiri
dari 24 Kecamatan dengan total jiwa 310.573 orang
yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai
petani
(BPS
Kab
Kupang
2012).
Pada
sektor
pendidikan, Kabupaten Kupang telah menyediakan
sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Sekolah Menengah Atas yang tersebar di 24 Kecamatan
dengan
rincian
sebagai
berikut:
Sekolah
Dasar
berjumlah 243 sekolah dengan jumlah guru sebanyak
2.359 orang. Pada tingkat SMP terdapat 81 sekolah
dengan jumlah guru 1.126 orang, sedangkan pada
tingkat SMA terdapat 28 sekolah, namun terdapat
beberapa kecamatan yang belum memiliki Sekolah
Menengah Atas sehingga akses pelayanan pendidikan
26
belum terserap sepenuhnya oleh peserta didik. Adapun
jumlah guru SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten
Kupang hanya berjumlah 300 orang guru.
4.2. Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
peneliti
memberikan gambaran tingkat kompetensi profesional
guru yang tersebar di delapan sekolah di wilayah
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Nilai rata-rata Kompetensi Bahasa Inggris,
Bahasa Indonesia dan Matematika Guru SMA seKabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur
Hasil Uji Kompetensi
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Responden/SMA
SMA N 1 Kupang
Barat
SMA N 1 Fatule’u
SMA N 1 Amarasi
Selatan
SMA N 1 Kupang
Timur
SMA N 1 Takari
SMA N 1
Amfoang Barat
Daya
SMA N 1
Amfoang Selatan
SMA N 1
Amfoang Utara
Rata-rata
Standart Deviasi
Bahasa
Inggris
Bahasa
Indonesia
Matematika
76
34
78
66
63
74
86
70
74
80
78
86
80
53
54
84
58
38
86
70
74
78
57
94
79
59,8
71.6
6,1
15, 1
17,9
Sumber: data primer
Berdasarkan
hasil
evaluasi
kompetensi
guru
Bahasa Inggris di delapan SMA tersebut, menunjukan
27
bahwa kompetensi guru-guru tergolong baik, yang
mana skor tertinggi 86 dan terendah adalah 66 dengan
nilai
rata-rata
79.
Dengan
demikian
kompetensi
akademis mereka berada pada tingkat menengah.
Hasil evaluasi kompetensi guru Bahasa Indonesia
di delapan SMA menunjukan bahwa kompetensi guruguru tersebut rendah, yang mana skor tertinggi 78 dan
terendah adalah 34 dengan nilai rata-rata 59,8, dengan
demikian kompetensi akademis mereka berada pada
tingkat rendah. Sedangkan hasil evaluasi kompetensi
guru Matematika di delapan SMA menunjukan bahwa
kompetensi guru-guru tersebut cukup baik, di mana
skor tertinggi 94 dan terendah adalah 38 dengan nilai
rata-rata 71,6. Dengan demikian kompetensi akademis
mereka berada pada tingkat cukup baik.
Begitu juga kompetensi profesional guru-guru
Bahasa Inggris di delapan SMA di Kabupaten Kupang
tergolong cukup baik, ini terlihat dari hasil tes berupa
nilai tertinggi dan terendah kemudian nilai rata-rata
mereka. Sedangkan
kompetensi Bahasa Indonesia
masuk dalam kategori rendah di mana nilai rata-rata
nilai kompetensi profesional mereka 59, sedangkan
kompetensi
kategori
guru-guru
baik
dengan
Matematika
nilai
rata-rata
berada
71.
pada
Namun
terdapat juga masalah pada nilai terendah dimana nilai
terendah pada kompetensi Bahasa Indonesia adalah 34
dan
44,
terdapat
pula
28
nilai
kompetensi
guru
Matematika yang berada pada nilai 38 dan 53. Hal lain
yang bisa dilihat dari hasil tes kompetensi profesional
guru adalah nilai rata-rata yang baik tetapi adanya
perbedaan yang mencolok antara nilai satu dan lainnya
yang terlihat dari hasil standart deviasi yang begitu
tinggi antara rentangan nilai-nilai tes antara satu dan
lainnya.
Ini menunjukan bahwa guru-guru tersebut tidak
bisa mengerjakan tes sehingga mengidentifikasikan
bahwa guru-guru tersebut kurang berkualitas secara
akademis.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan skor
pada kuesioner untuk para siswa kelas 3 mengenai
ketersedian media pembelajaran di sekolah mereka.
Tabel 4.2. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam
Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Buku
Panduan dalam
Mengajar Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
55
13
11
1
80
165
26
11
0
202
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
Buku
Panduan
dalam mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA
di Kabupaten Kupang
29
= Ʃ
:Ʃ
×100% Skor Kasus =
x 100%
Melihat hasil tabel di atas maka penggunaan
buku panduan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA adalah 84% yang berada dalam kisaran
81%
-
100%
yang
berarti
para
guru
selalu
menggunakan buku panduan dalam mengajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.3. Skor Penggunaan Buku Panduan dalam
Mengajar Matematika
Penggunaan Buku
Panduan dalam
Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
70
6
3
1
80
210
12
3
0
225
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
Buku
Panduan
dalam mengajar
Matematika di delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dengan demikian penggunaan Buku Panduan
dalam mengajar Matematika di delapan
93%
SMA adalah
atau berada dalam kisaran 81% - 100% yang
30
berarti para guru selalu menggunakan buku panduan
dalam mengajar mata pelajaran Matematika.
Tabel 4.4. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan LKS
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
19
17
27
17
80
57
34
27
0
118
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
LKS
dalam
mengajar
Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA di
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan LKS dalam mengajar Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah 49%
atau
berada dalam kisaran 41% - 60% yang berarti para
guru kadang-kadang menggunakan buku LKS (Lembar
Kerja Siswa) dalam mengajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.5. Skor Penggunaan LKS dalam Mengajar Mata
Pelajaran Matematika
31
Penggunaan LKS
dalam mengajar
Matematika
Skor
Responden
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
3
2
1
0
27
11
19
23
80
Ʃ Skor
Responden x
Skor
81
22
19
0
122
Sumber: data Primer
Penggunaan buku LKS Matematika di delapan
SMA di Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
LKS
dalam
mengajar mata pelajaran Matematika di delapan SMA
adalah 50%
atau berada dalam kisaran 41% - 60%
yang berarti para guru kadang-kadang menggunakan
buku LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam mengajar mata
pelajaran Matematika.
Tabel 4.6. Skor Penggunaan Handout dalam Pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan
Handout dalam
Pelajaran Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
21
17
25
63
34
25
32
Tidak pernah
0
16
80
Ʃ Skor
0
122
Sumber: data Primer
Penggunaan
handout
atau
selebaran
dalam
mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia di delapan SMA di Kabupaten
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
Kupang
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
handout atau
selebaran dalam mengajar mata pelajaran Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia di delapan SMA adalah
atau berada dalam kisaran 41% - 60% yang
50%
berarti
handout
para
atau
guru
kadang-kadang
selebaran
dalam
menggunakan
mengajar
mata
pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.7. Skor Penggunaan Handout dalam Mengajar
Matematika
Penggunaan
Handout dalam
Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
13
7
25
35
80
39
14
25
0
78
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
33
Penggunaan
Matematika
di
Handout
delapan
dalam
SMA
di
mengajar
Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan handout dalam mengajar Matematika di
delapan SMA adalah 32%
atau berada dalam kisaran
21% - 40% yang berarti para guru jarang menggunakan
handout dalam mengajar Matematika.
Tabel 4.8. Skor Penggunaan Tape Recorder dalam
Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Tape
Recorder dalam
Mengajar Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
3
6
4
67
80
9
12
4
0
25
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
34
Penggunaan
tape
recorder
dalam
mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA
di Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan tape recorder dalam mengajar Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah
10% atau berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti
para
guru
tidak
pernah
menggunakan
tape
recorder/rekaman dalam mengajar Bahasa Inggris.
Tabel 4.9. Skor Penggunaan Video dalam mengajar
Matematika
Penggunaan Video
dalam mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
0
0
80
80
0
0
0
0
0
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan video dalam mengajar Matematika di
delapan SMA di Kabupaten
35
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
video
dalam
mengajar Matematika di delapan SMA adalah 0% atau
berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru
tidak pernah menggunakan video dalam mengajar mata
pelajaran Matematika.
Tabel 4.10 Skor Penggunaan Overhead Projector dalam
Mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan OHP
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
3
2
1
0
1
1
3
35
80
Ʃ Skor
Responden x
Skor
3
2
3
0
8
Sumber: data Primer
Penggunaan overhead projector dalam mengajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan overhead projector dalam mengajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan
0%
-
SMA adalah 3%
20%
atau berada dalam kisaran
yang berarti para guru
36
tidak pernah
menggunakan overhead projector dalam mengajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.11. Skor Penggunaan Gambar dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Gambar
dalam Mengajar Bahasa
Indonesia dan Bahasa
Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
1
17
12
50
80
3
34
12
0
49
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
gambar
dalam
mengajar
mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dengan demikian penggunaan gambar dalam
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris di delapan SMA adalah 20% atau berada dalam
kisaran 0% - 20% yang berarti para guru tidak pernah
menggunakan gambar dalam mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.12. Skor LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
Mengajar Matematika
Skor
Responden
Responden x
Penggunaan LKS
37
Skor
dalam mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
3
2
1
0
27
11
19
23
80
Ʃ Skor
81
22
19
0
122
Sumber: data Primer
Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
mengajar mata pelajaran Matematika di delapan SMA
di Kabupaten
Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan
LKS
dalam
delapan SMA adalah 50%
mengajar
Matematika
di
atau berada dalam kisaran
41% - 60% yang berarti para guru kadang-kadang
menggunakan buku LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam
mengajar mata pelajaran Matematika.
Tabel 4.13. Skor Penggunaan Gambar dalam
MengajarMatematika
Penggunaan
gambar dalam
mengajar
matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
3
2
1
0
11
26
15
30
80
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
38
Responden x
Skor
33
52
15
0
100
Penggunaan gambar dalam mengajar Matematika
di delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan gambar dalam mengajar Matematika di
delapan SMA adalah 41% atau berada dalam kisaran
41% - 60% yang berarti para guru kadang-kadang
menggunakan gambar dalam mengajar Matematika.
Tabel 4.14. Skor Penggunaan Poster dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Poster
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
7
17
58
80
0
14
17
0
31
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
poster
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
×100%
39
Bahasa
SMA di
Skor Kasus =
Dengan
x 100%
demikian
penggunaan
poster
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA adalah 12% atau berada dalam kisaran
0%
-
20%
yang berarti para guru
tidak pernah
menggunakan poster dalam mengajar Bahasa Inggris
dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.15. Skor Penggunaan Poster dalam Mengajar
Matematika
Penggunaan Poster
dalam Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
3
3
74
80
0
6
3
0
9
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan poster dalam mengajar Matematika
di delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan poster dalam mengajar Matematika di
40
delapan
0%
-
SMA adalah 4%
20%
atau berada dalam kisaran
yang berarti para guru
tidak pernah
menggunakan poster dalam mengajar mata pelajaran
Matematika.
Tabel 4.16. Skor Penggunaan Foto dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Foto
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
1
2
9
68
80
3
4
9
0
16
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
foto
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Bahasa
SMA di
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
:Ʃ
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
foto
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
41
delapan
0%
-
SMA adalah 6%
20%
atau berada dalam kisaran
yang berarti para guru
tidak pernah
menggunakan foto dalam mengajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.17. Skor Penggunaan Film dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan
Penggunaan Film dalam
Mengajar Bahasa
Indonesia dan Bahasa
Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
0
1
1
78
80
0
2
1
0
3
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
film
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
42
Bahasa
SMA di
Dengan
demikian
Penggunaan
film
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan
0%
-
SMA adalah 1%
20%
yang berada dalam kisaran
yang berarti para guru
menggunakan
video/film
dalam
tidak pernah
mengajar
mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Tabel 4.18. Skor Penggunaan Video dalam Mengajar
Matematika
Penggunaan Video
dalam Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
3
2
1
0
0
1
0
79
80
Ʃ Skor
Responden x
Skor
0
2
0
0
2
Sumber: data Primer
Penggunaan video dalam mengajar Matematika di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
:Ʃ
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
video
dalam
mengajar Matematika di delapan SMA adalah 0% atau
berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru
tidak pernah menggunakan video/film dalam mengajar
Matematika.
43
Tabel 4.19. Skor Penggunaan LCD dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan LCD
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
1
6
1
71
80
3
12
1
0
16
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
LCD
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Bahasa
SMA di
Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
×100%
x 100%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
penggunaan LCD dalam mengajar Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris di delapan SMA adalah 6%
yang
berada dalam kisaran 0% - 20% atau berarti para guru
tidak pernah menggunakan power point dan LCD
dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.
Tabel 4.20. Skor Penggunaan LCD dalam
Mengajar Matematika
Penggunaan LCD
dalam Mengajar
Matematika
Selalu
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
1
3
44
Sering
Jarang
Tidak pernah
2
1
0
3
0
77
80
Ʃ Skor
6
0
0
9
Sumber: data Primer
Penggunaan LCD dalam mengajar Matematika di
delapan SMA di Kabupaten Kupang
=Ʃ
:Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
×100%
x 100%
demikian
penggunaan
LCD
dalam
mengajar Matematika di delapan SMA adalah 4% atau
berada dalam kisaran 0% - 20% yang berarti para guru
tidak pernah menggunakan power point dan LCD
dalam mengajar mata pelajaran Matematika.
Tabel 4.21. Skor Penggunaan Benda dalam Mengajar
Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Penggunaan Benda
dalam Mengajar
Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
5
7
18
50
80
15
14
18
0
47
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Penggunaan
benda
dalam
mengajar
Indonesia dan Bahasa Inggris di delapan
Kabupaten Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
:Ʃ
×100%
x 100%
45
Bahasa
SMA di
Dengan
demikian
penggunaan
benda
dalam
mengajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di
delapan SMA adalah 19%
0%
-
20%
atau
yang berada dalam kisaran
berarti para
guru
tidak pernah
menggunakan contoh benda dalam mengajar Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia.
Tabel 4.22. Skor Penggunaan Benda dalam Mengajar
Matematika
Skor Penggunaan
Benda dalam
Mengajar
Matematika
Selalu
Sering
Jarang
Tidak pernah
Skor
Responden
Responden x
Skor
3
2
1
0
7
20
24
24
80
21
40
24
0
85
Ʃ Skor
Sumber: data Primer
Skor
Penggunaan
Matematika
di
benda
delapan
dalam
SMA
di
mengajar
Kabupaten
Kupang
=Ʃ
Skor Kasus =
Dengan
:Ʃ
×100%
x 100%
demikian
mengajar Matematika di
penggunaan
benda
dalam
delapan SMA adalah 35%
atau berada dalam kisaran 21% - 40% yang berarti
para guru jarang menggunakan benda-benda dalam
mengajar mata pelajaran Matematika.
46
Media lain yang digunakan guru dalam mengajar
pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris adalah
netbook, koran, laptop dan infocus. Sedangkan media
lain
yang
digunakan
guru
dalam mengajar
mata
pelajaran Matematika adalah kerucut, bola dan laptop.
Untuk media pembelajaran lain yang paling mudah
dipahami oleh anak-anak SMA se Kabupaten Kupang
dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
adalah buku panduan, video, gambar, dan LCD. Dalam
pelajaran Matematika adalah buku panduan, gambar,
dan LCD.
Berdasarkan
sekolah
di
hasil
delapan
kuesioner
SMA
kepada
se-Kabupaten
komite
Kupang
membuktikan bahwa
1. Ketersediaan media pembelajaran di delapan SMA
tersebut hanya berupa buku panduan sedangkan
media lainnya tidak tersedia.
2. Adapun penggunaan media buku panduan dipakai
setiap penyampaian materi.
3. Perolehan
media
pembelajaran
beserta
materi
didapat dari pembelian dan membuat sendiri.
4. Kondisi sekolah sebagian mendukung pengadaan
media tersebut berupa audio visual, tetapi dana
terbatas dan tidak ada listrik serta masih kurangnya
pemahaman
guru
akan
pembelajaran elektronik.
47
penggunaan
media
5. Adapun respon siswa dengan pengadaan media
tersebut
sangat
positif
dan
antusias
dalam
menanggapi pembelajaran.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
delapan
SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten
Kupang, Nusa Tenggara Timur membuktikan bahwa
salah
satu
hal yang
memungkinkan
menurunnya
tingkat prestasi akademis murid pada Ujian Nasional
adalah rendahnya kompetensi profesional guru yang
diukur dengan menggunakan tes pada ketiga mata
pelajaran yang diuji pada Ujian Naional yakni Bahasa
Indonesia,
Bahasa
Inggris
dan
Matematika
serta
kurangnya materi pembelajaran dalam mendukung
proses pembelajaran di sekolah.
4.3.1.Kompetensi Profesional Guru
Hasil uji kompetensi profesional guru di wilayah
Kabupaten Kupang sebagai berikut: nilai rata-rata,
tertinggi
dan
terendah
pada
guru-guru
Bahasa
Indonesia pada delapan SMA yang tersebar di wilayah
Kabupaten
Kupang
tersebut jelek,
di
mana
skor
tertinggi 78 dan terendah adalah 34 dengan nilai ratarata
59,8
dengan
demikian
kompetensi
akademis
mereka berada pada tingkat rata-rata (acuan penilaian,
2012).
48
Sedangkan
hasil
evaluasi
kompetensi
guru
Bahasa Inggris di delapan SMA di Kabupaten Kupang
menunjukan bahwa kompetensi guru-guru tergolong
baik, di mana skor tertinggi 86 dan terendah adalah 66
dengan nilai rata-rata 79, dengan demikian kompetensi
akademis
mereka
berada
pada
tingkat menengah.
Terakhir berdasarkan hasil evaluasi kompetensi guru
Matematika di
delapan
SMA menunjukan bahwa
kompetensi guru-guru tersebut cukup baik, di mana
skor tertinggi 94 dan terendah adalah 38 dengan nilai
rata-rata 71.6, dengan demikian kompetensi akademis
mereka berada pada tingkat cukup baik namun ada
beberapa guru SMA yang masih mempunyai nilai
kompotensi Matematika
yang rendah sehingga
ini
berdampak pada penyampaian informasi pelajaran dari
guru ke para murid.
Perlu diketahui
nilai tertinggi pada Uji Tes
Kompetensi Matematika adalah guru Sarjana Mendidik
di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T),
yang bukan merupakan guru asli daerah sehingga
kualitas guru-guru asli daerah perlu diukur kembali.
Salah satu akar permasalahan menurunnya tingkat
kelulusan siswa SMA di NTT dari tahun ajaran 20082012 adalah rendahnya kompetensi profesional guru
serta penyebaran kompetensi guru yang tidak merata
pada beberapa sekolah di wilayah NTT terutama di
wilayah Kabupaten Kupang.
49
4.3.2. Ketersediaan Media Pembelajaran
Hal lain yang ditemukan dalam penelitian ini
yang
diduga
merupakan
salah
satu
faktor
yang
memungkinkan menurunnya tingkat prestasi akademis
dari Ujian Nasional
SMA di NTT adalah ketidak
lengkapan media pembelajaran. Ini terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan di
delapan
SMA yang
tersebar di wilayah Kabupaten Kupang. Hasil tersebut
menyimpulkan bahwa para guru sering menggunakan
buku panduan dalam mengajar, karena hanya materi
itu yang tersedia di sekolah sedangkan media lainnya
seperti Lembar Kerja Siswa, handout, tape recorder,
overhead projector, gambar, poster dan LCD
pernah digunakan.
dengan
skala
tidak
Ini terlihat dari hasil kuesioner
Likert
dengan
rentangan
0-20%.
Sedangkan pemanfaatan media pembelajaran dipakai
setiap
penyampaian materi, bahan materi tersebut
diperoleh dari pembelian dan membuat sendiri. Kondisi
sekolah
sebagian
mendukung
pengadaan
media
tersebut berupa audio visual, tetapi dana terbatas dan
tidak ada listrik serta masih kurangnya pemahaman
guru akan penggunaan media pembelajaran elektronik.
Adapun
respon
siswa
dengan
pengadaan
media
tersebut sangat positif dan antusias dalam menanggapi
pembelajaran.
50
51