Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Alat Bermain Balok Pada Kelompok B Di TK Kembang Jaya Omu | Yanna | Bungamputi 2780 8417 1 PB

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

MELALUI ALAT BERMAIN BALOK PADA KELOMPOK B

DI TK KEMBANG JAYA OMU

Yanna1

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Terdiri beberapa aspek perlakuan dan pengamatan utama yaitu peningkatan motorik halus anak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah motorik halus anak dapat ditingkatkan melalui alat alat bermain balok di kelompok B TK Kembang Jaya Omu? Dan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motorik halus anak melalui alat alat bermain balok. Penelitian dilaksanakan di TK Kembang Jaya Omu, melibatkan 20 orang anak terdiri atas 15 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui teknik obsevasi, wawancara, dan pemberian tugas kemudian dianalisis secara deskriptif dari data kualitatif dan kuantitatif.

Data yang dikumpulkan sebelum tindakan pengamatan motorik halus anak dalam membuat perahu kategori Berkembang Sangat Baik 0%, Berkembang Sesuai Harapan 10%, Mulai Berkembang 50%, dan Belum Berkembang 40%, kemudian motorik halus anak membuat bentuk rumah dengan kategori Berkembang Sangat Baik 0%, Berkembang Sesuai Harapan 10%, Mulai Berkembang 45%, Belum Berkembang 45%, dan pengamatan menyusun menara dengan kategori Berkembang Sangat Baik 5%, Berkembang Sesuai Harapan 10%, Mulai Berkembang 35%, Belum Berkembang 50%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui alat bermain balok dapat meningkatkan motorik halus anak, terbukti ada peningkatan motorik halus anak dari siklus I ke siklus II yang diamati dalam membuat perahu dari 50% menjadi 80% (30%), peningkatan motorik halus anak dalam membuat bentuk rumah dari 50% menjadi 90% (40%), kemudian yang terakhir pengamatan anak dalam menyusun menara dari 50% menjadi 95% (45%). Secara umum terjadi peningkatan dari semua kemampuan yang diukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan alat bermain balok dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Kembang Jaya Omu.

Kata Kunci : Kemampuan Motorik Halus, Alat-Alat Bermain Balok

1

Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk:A 481 10 089.


(2)

PENDAHULUAN

Memasuki masa usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensinya. Masa peka merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan (lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah). Kepribadian anak terbentuk dan berkembang melalui interaksi ketiga lingkungan tersebut. Dimasa ini, anak-anak perlu dibimbing sehingga perkembangan fisik motoriknya khusunya motorik halus dapat meningkat secara optimal. Karena terkadang anak telah memiliki kemampuan di dalam dirinya tetapi karena tidak dirangsang dengan pembelajran dan permainan-permainan yang menarik sehingga kemampuan motorik halus anak tersebut kurang berkembang secara maksimal. Untuk itulah tugas kita sebagai guru PAUD untuk memberikan rangsangan berupa permainan balok kepada anak agar kemampuan motorik halus mereka dapat berkembang secara optimal.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan sangat menentukan bagi perkembangan anak di kemudian hari. Secara naluri, keluarga (terutama orang tua) merupakan pendidik yang pertama dan utama ketika anak dilahirkan. Pendidikan anak usia dini memberikan layanan pada anak usia 0-6 tahun. Taman Kanak-kanak merupakan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal. Secara tegas dinyatakan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 (Pasal 28) antara lain bahwa PAUD dieselenggarakan sebelum jalur jenjang pendidikan dasar (seperti TK/RA) atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan non formal (seperti TPA, Kelompok Bermain. atau bentuk lain yang sederajat) serta jalur pendidikan informal (seperti PAUD dalam keluarga atau yang diselenggarakan dalam lingkungan masayarakat).

Sebagai seorang guru yang mengajar di TK Kembang Jaya Omu, penulis memperoleh fakta, bahwa guru belum masimal mengajar dengan menggunakan permaianan balok untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak, padahal secara rinci penggunaan permainan balok sangat efektif dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Oleh karena itu untuk mengetahui lebih lanjut tentang kenyataan yang terjadi tersebut, saya akan melakukan suatu penelitian dengan judul " Meningkatkan kemampuan motorik halus Anak melalui permainan balok pada Kelompok B di TK Kembang Jaya Omu".

Sitti Aisyah (2008:1.3), menyatakan bahwa “Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family chlid care home), pendidikan prasekolah baik


(3)

swasta maupun negeri, TK, dan SD”. Menurut Rusli Lutan (dalam Yuni, 2010: 12) kemampuan motorik halus adalah kemampuan untuk menggunakan otot kecil seperti jari tangan, lengan, yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dan tangan, contohnya seperti menulis dengan tangan. Selanjutnya Sri Rumini (dalam Jumadilah, 2010: 12), kemampuan motorik halus adalah kesanggupan untuk menggunakan otot tangan dengan baik terutama jari–jari tangan antara lain dengan menggerakkan pergelangan tangan, menggerakkan jari kaki, menggenggam, menjepit dengan ibu jari dan telunjuk.

Menurut (Benish,1978) dalam Montolalu, dkk (2008:7.13) bahwa “balok dianggap sebagai alat bermain yang paling bermanfaat dan yang paling banyak digunakan di TK maupun lembaga pendidikan prasekolah”. Variasi bentuk, ukuran, warna dan berat balok menunjang penglaman belajar anak usia dini. Balok memberi banyak kesempatan bagi anak-anak untuk berkembang dalam berbagai cara. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan permasalahan pada penelitian ini yaitu “Apakah melalui permainan balok dapat Meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Kelompok B di TK Kembang Jaya Omu?” Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui permainan balok dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Kelompok B di TK Kembang Jaya Omu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara bersiklus mengacu pada model / desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart terbagi rancangan penelitian mengacu pada Dahlia (2012:29)

Gambar 1 siklus Alur PTK Kemmis dan MC Taggart Keterangan

0 : pra tindakan 1 : Rencana siklus 1 2 : Pelaksanaan siklus 1 3 : Observasi siklus 1 4 : Refleksi siklus 1 5 : Rencana siklus 2 6 : Pelaksanaan siklus 2 7 : Observasi siklus 2 8 : Refleksi siklus 2 A. : Siklus 1


(4)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di pada Kelompok B di TK Kembang Jaya Omu. Sedangkan subjek penelitian ini adalah seluruh anak didik yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 15 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas partisipasi, artinya peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus pada anak maka digunakan penelitian secara kuantitatif dan untuk melengkapi analisis data digunakan pendekatan penelitian secara kualitatif. Kedua pendekatan tersebut digunakan secara bersama-sama, namun dengan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama.

Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 3 cara yaitu :

1) Observasi

Observasi partisipasi ini merupakan langkah utama pengumpulan data PTK. Observasi dilengkapi dengan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Adapun yang di observasi adalah guru dan anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak TK melalui permainan balok.

2) Tugas

Permainan balok ini dilakukan kepada anak TK kelompok B dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan motorik halus anak.

Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. 1) Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan penyelidikan dengan memfokuskan dan menyederhanakan data mulai dari awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengolahan selanjutnya. 2) Paparan data: dala tahap ini dilakukan penyusunan informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penggambaran tindakan. 3) Pada kegiatan ini dilakukan pembuatan kesimpulan akhir terhadap hasil penafsiran dan evaluasi dalam bentuk kalimat atau infomasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dan hasil tindakan.


(5)

Data kuantitatif yang merupakan hasil belajar anak dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78).

= Berkembang Sangat Baik = Berkembang Sesuai Harapan = Mulai Berkembang

= Belum Berkembang

Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan

dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut (Sudjiono, 1991:40) :

Keterangan :

P = Hasil yang dicapai; f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban; n = Jumlah sampel; 100= Angka tetap/pembulatan

HASIL PENELITIAN

1. Pra Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di kelas (TK Kembang Jaya Omu). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kelas sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan melalui lembar pengamatan tes pra tindakan untuk menentukan kelompok belajar anak, serta menyiapkan alat dan sumber belajar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Refleksi Awal

No Label

Aspek yang Diamati

Jumlah %

Membuat Perahu Membuat Bentuk

Rumah Menyusun Menara

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

0 0 0 0 1 5

1

1,67 2.

Berkembang Sesuai Harapan

2 10 2 10 2 10

6

10 3.

Mulai Berkembang 10 50 9 45 7 35

26

43,33 4.

Belum Berkembang 8 40 9 45 10 50

27

45


(6)

Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1,67% yang masuk kategori berkembang sangat baik, 10% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 43,33% yang masuk kategori mulai berkembang dan 45% yang masuk kategori belum berkembang. Dari hasil pra tindakan ini, terlihat hanya sedikit anak yang dapat melakukan kegiatan membuat perahu, membuat bentuk rumah dan menyusun menara. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak usia dini di TK Kembang Jaya Omu.

2) Tindakan Siklus I

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I

No Label

Aspek yang Diamati

Jumlah %

Membuat Perahu

Membuat Bentuk Rumah

Menyusun Menara

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

5 25 4 20 5 25 14 23,33

2.

Berkembang Sesuai Harapan

5 25 6 30 5 25 16 26,67

3.

Mulai Berkembang

5 25 6 20 7 35 18 30

Belum Berkembang

5 25 4 30 3 15 12 20

Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100

Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 23,33% yang masuk kategori berkembang sangat baik, 26,67% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 30% yang masuk kategori mulai berkembang dan 20% yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yaitu menyusun menara, membuat bentuk rumah, dan membuat perahu belum mencapai persentase keberhasilan tindakan yaitu 23,33% + 26,67% = 50%. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada tindakan siklus II.


(7)

3) Tindakan Siklus II

Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II

No Label

Aspek yang Diamati

Jumlah %

Membuat Perahu

Membuat Bentuk Rumah

Menyusun Menara

F % F % F %

1.

Berkembang Sangat Baik

8 40 9 45 9 45 26 43,33

2.

Berkembang Sesuai Harapan

8 40 9 45 10 50 27 45

3.

Mulai Berkembang

2 10 1 5 1 5 4 6,67

4.

Belum Berkembang 2 10 1 5 0 0 3 5

Jumlah 20 100 20 100 20 100 60 100 Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlakan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 43,33% yang masuk kategori berkembang sangat baik, 45% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, 6,67% yang masuk kategori mulai berkembang dan 5% yang masuk kategori belum berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yaitu menyusun menara, membuat bentuk rumah dan membuat perahu telah mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori berkembang sesuai harapan, hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak yang masuk kategori berkembang sangat baik 43,33% dan masuk kategori berkembang sesuai harapan 45% dapat disimpulkan bahwa Kemampuan anak yaitu 88,33% dengan kategori berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui alat permainan balok, dimana guru menyuruh anak untuk selalu disiplin dalam segala hal. Tidak lupa pula guru membangun hubungan yang harmonis dengan anak dan meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut dimaksudkan agar anak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah


(8)

kegiatan pembelajaran. Dengan demikian anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebab anak yang belajar dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak yang belajar secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan guru melakukan alat permainan balok yang melibatkan anak dalam proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus tiga kali tindakan. Pelaksanaan tindakan pertama, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yaitu kemampuan fisik motorik halus dalam membuat perahu, setiap kelompok diperintahkan untuk membuat perahu dan guru memberi pujian kepada anak yang bisa membuat perahu tanpa bantuan orang lain sedangkan yang belum bisa membuat perahu diberi motivasi untuk dapat membuat perahu dan meyakinkan anak bahwa mereka pasti bisa.

Pada pelaksanaan tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat dan pada kegiatan pembelajaran ini anak diperintahkan untuk membuat bentuk rumah, seperti pada kegaiatan pertama anak diperintahkan untuk membuat bentuk rumah dan anak yang dapat membuat bentuk rumah dengan baik dapat diberih pujian sedangkan anak yang belum tau membuat bentuk rumah dan tidak bisa membuat bentuk rumah sama sekali diberi motivasi.

Pada pelaksanaan tindakan yang ketiga guru memberi motivasi kepada anak didik terlebih dahulu dan memberi penguatan agar anak dapat Menyusun menara dengan penuh percaya diri, karena pada kegiatan pembelajaran ini anak diminta untuk menyusun menara tanpa bantuan orang lain dengan penuh percayah diri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak.

1) Pra Tindakan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak menunjukan kemampuan fisik motorik halusnya dalam menggunakan alat permainan balok yang belum maksimal. Hal ini terbukti karena belum ada anak yang dapat membuat perahu kategori berkembang sangat baik, ada 2 anak (10%) yang memiliki kemampuan


(9)

fisik motorik halus dapat membuat perahu yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, kemudian dengan kategori mulai berkembang dalam membuat perahu terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 8 anak (40%) yang masuk kategori belum berkembang atau belum menunjukan kemampuan fisik motorik halusnya pada membuat perahu.

Sementara peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diukur dalam membuat bentuk rumah belum ada anak yang memiliki kategori berkembang sangat baik, ada 2 anak atau (10%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan kategori berkembang sesuai harapan, kemudian ada 9 anak atau (45%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan kategori mulai berkembang, dan terdapat 9 anak atau (45%) yang kurang berhasil atau yang belum menunjukan motorik halusnya dalam membuat bentuk rumah.

Selanjutnya kemampuan fisik motorik halus anak yang diamati dalam menyusun menara dari kertas baru 1 anak atau (5%) yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori berkembang sangat baik, begitu pula dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu terdapat 2 anak atau (10%) yang dapat menyusun menara, kemudian masih terdapat 7 anak atau (35%) yang dapat menyusun menara dengan kategori mulai berkembang, dan hasil pengamatan anak yang dapat menyusun menara dengan kategori belum berkembang terdapat 10 anak atau (50%) yang belum berhasil dalam menyusun menara.

Hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan fisik motorik halus melalui alat permainan balok, karena sebagian besar anak belum mampu untuk memahami kegiatan pembelajaran. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak melalui alat permainan balok.

2) Tindakan Siklus I

Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan menggunakan model ataupun metode pembelajaran. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkoleborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat pembelajaran sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I.

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I, Hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagian anak menunjukan kemampuan fisik motorik halus anak belum


(10)

berhasil. Dari hasil pengamatan anak yang menunjukan kemampuan fisik motorik halus dalam terdapat 5 anak atau (25%) dengan kategori berkembang sangat baik, ada 5 anak (25%) yang dapat membuat perahu yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, kemudian dengan kategori mulai berkembang dalam membuat perahu terdapat 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 5 anak (25%) yang masuk kategori belum berkembang dalam membuat perahu.

Sementara pada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diukur dalam membuat bentuk rumah terdapat 4 anak (20%) yang memiliki kategori berkembang sangat baik, ada 6 anak atau (30%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan kategori berkembang sesuai harapan, kemudian ada 6 anak atau (30%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan dengan kategori mulai berkembang, dan terdapat 4 anak atau (20%) yang kurang berhasil atau yang belum menunjukan motorik halusnya dalam membuat bentuk rumah.

Peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diamati dalam menyusun menara baru 5 anak atau (25%) yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori berkembang sangat baik, begitu pula dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu terdapat 5 anak atau (25%) yang dapat menyusun menara, kemudian masih terdapat 7 anak atau (35%) yang dapat menyusun menara dengan kategori mulai berkembang, dan hasil pengamatan anak yang dapat menyusun menara dengan kategori belum berkembang terdapat 3 anak atau (15%) yang belum berhasil atau belum dapat menyusun menara.

Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari ketiga aspek pengamatan tersebut belum ada yang mencapai persentase keberhasilan tindakan. Melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, ada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak dibandingkan dengan hasil pengamatan pra tindakan. Meskipun ada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak masih jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan tindakan untuk 3 aspek penilaian yaitu membuat perahu, membuat bentuk rumah, dan menyusun menara.

Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak pada kegaiatan pembelajaran melalui alat permainan balok, karena anak termotivasi mendengarkan penjelasan guru dan dimotivasi dengan berbagai media pembelajaran untuk melakukan suatu kegiatan serta guru juga memberikan penghargaan berupa pujian pada anak yang melakukan suatu kegiatan yang diperintahkan guru dengan


(11)

baik. Cara guru menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat, sehingga menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran.

Disisi lain dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan hasil yang maksimal atau baik peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak pada kegiatan pembelajaran. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum mampu melakukan suatu kegiatan pada kegiatan pembelajaran yang disebabkan faktor dari dalam diri anak. Alat permainan balok belum meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak, kemungkinan disebabkan anak masih takut kepada guru, bisa pula disebabkan ada guru lain yang ikut masuk dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi aktivitas anak yang masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan perhatian dan memberi dorongan kepada anak-anak sehingga apa yang disampaikan oleh guru dapat dicerna dengan baik oleh anak. Disamping itu guru akan lebih memberikan motivasi berupa penguatan, dorongan serta semangat dan juga menceritakan sesuatu yang menarik sehingga memunculkan semangat kepada anak didik agar dapat berkemampuan fisik motorik halus melalui alat permianan edukatif.

3) Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus II, Hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagian anak sudah menunjukan kemampuan fisik motorik halusnya, terdapat anak belum berhasil. Dari hasil pengamatan anak yang menunjukan kemampuannya dalam membuat perahu terdapat 8 anak atau (40%) dengan kategori berkembang sangat baik, ada 8 anak 40%) yang dapat membuat perahu yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, kemudian dengan kategori mulai berkembang dalam membuat perahu terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 2 anak (10%) yang masuk kategori belum berkembang dalam membuat perahu.

Sementara pada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diukur dalam Membuat bentuk rumah terdapat 9 anak (45%) yang memiliki kategori berkembang sangat baik, ada 9 anak atau (45%) yang dapat Membuat bentuk rumah dengan kategori berkembang sesuai harapan, kemudian ada 1 anak atau (5%) yang dapat Membuat bentuk rumah dengan kategori mulai berkembang, dan 1 anak atau (5%) yang kurang berhasil atau yang belum menunjukan motorik halusnya dalam Membuat bentuk rumah.

Peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diamati dalam membuat perahu baru 9 anak atau (45%) yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori berkembang


(12)

sangat baik, begitu pula dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu terdapat 10 anak atau (50%) yang dapat menyusun menara, kemudian masih terdapat 1 anak atau (5%) yang dapat menyusun menara dengan kategori mulai berkembang, dan hasil pengamatan anak yang dapat menyusun menara dengan kategori sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Di samping perbaikan yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan meningkatnya kemampuan fisik motorik halus anak adalah karena anak-anak sudah merasa lebih percaya diri dalam menggunakan alat permainan balok sehingga dengan menerapkan alat permainan balok dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak di TK Kembang Jaya Omu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui alat permainan balok dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak di kelompok B TK Kembang Jaya Omu. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan dari hasil pra tindakan ke siklus pertama untuk pengamatan dalam membuat perahu dari 10% meningkat menjadi 50% (40%), kegiatan anak dalam membuat bentuk rumah dari 10% meningkat menjadi 50% (40%), dan peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak dalam menyusun menara dari 15% meningkat menjadi 50% (35%), hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki oleh anak yaitu sangat baik dan baik. Pada siklus kedua menunjukan peningkatan kemampuan fisik motorik halus dalam membuat perahu meningkat menjadi 80% kategori berkembang sangat baik dan baik, kemudian pada peningkatan motorik halus anak dalam membuat bentuk rumah meningkat menjadi 90% dengan kategori berkembang sangat baik dan baik, sedangkan peningkatan kemampuan fisik motorik halus dalam menyusun menara menjadi 95% kategori berkembang sangat baik dan baik. Dengan hasil yang diperoleh pada pengamatan peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak pada siklus dua sangat jelas mengalami peningkatan dari masing-masing alat permainan balok anak yang diamati dalam kategori berkembang sangat baik dan baik.


(13)

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada:

1) Kepala Taman Kanak-kanak Kembang Jaya Omu, agar selalu memberikan kesempatan bagi para guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuannya sebagai guru yang profesional.

2) Para guru agar termotivasi untuk selalu melakukan berbagai aktifitas dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

3) Murid agar selalu aktif dalam kegiatan kelas dan luar kelas serta memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya terutama unutk menjadi anak berkarakter.

4) Para peneliti lain untuk menjadikannya hasil penelitan ini sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda baik fokus. Masalah metode tehnik pengumpulan data maupun analisanya.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlia. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Universitas Tadulako. Jumadilah. (2010). Mengembangkan Daya Kreativitas. Surabaya: Putra Jaya. Montolalu. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Edukasi Mitra Grafika. Sitti Aisyah. (2008). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjiono. (1991). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.


(1)

kegiatan pembelajaran. Dengan demikian anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.

Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebab anak yang belajar dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak yang belajar secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan guru melakukan alat permainan balok yang melibatkan anak dalam proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus tiga kali tindakan. Pelaksanaan tindakan pertama, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yaitu kemampuan fisik motorik halus dalam membuat perahu, setiap kelompok diperintahkan untuk membuat perahu dan guru memberi pujian kepada anak yang bisa membuat perahu tanpa bantuan orang lain sedangkan yang belum bisa membuat perahu diberi motivasi untuk dapat membuat perahu dan meyakinkan anak bahwa mereka pasti bisa.

Pada pelaksanaan tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat dan pada kegiatan pembelajaran ini anak diperintahkan untuk membuat bentuk rumah, seperti pada kegaiatan pertama anak diperintahkan untuk membuat bentuk rumah dan anak yang dapat membuat bentuk rumah dengan baik dapat diberih pujian sedangkan anak yang belum tau membuat bentuk rumah dan tidak bisa membuat bentuk rumah sama sekali diberi motivasi.

Pada pelaksanaan tindakan yang ketiga guru memberi motivasi kepada anak didik terlebih dahulu dan memberi penguatan agar anak dapat Menyusun menara dengan penuh percaya diri, karena pada kegiatan pembelajaran ini anak diminta untuk menyusun menara tanpa bantuan orang lain dengan penuh percayah diri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak.

1) Pra Tindakan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak menunjukan kemampuan fisik motorik halusnya dalam menggunakan alat permainan balok yang belum maksimal. Hal ini terbukti karena belum ada anak yang dapat membuat perahu kategori berkembang sangat baik, ada 2 anak (10%) yang memiliki kemampuan


(2)

fisik motorik halus dapat membuat perahu yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, kemudian dengan kategori mulai berkembang dalam membuat perahu terdapat 10 anak (50%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang, dan 8 anak (40%) yang masuk kategori belum berkembang atau belum menunjukan kemampuan fisik motorik halusnya pada membuat perahu.

Sementara peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diukur dalam membuat bentuk rumah belum ada anak yang memiliki kategori berkembang sangat baik, ada 2 anak atau (10%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan kategori berkembang sesuai harapan, kemudian ada 9 anak atau (45%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan kategori mulai berkembang, dan terdapat 9 anak atau (45%) yang kurang berhasil atau yang belum menunjukan motorik halusnya dalam membuat bentuk rumah.

Selanjutnya kemampuan fisik motorik halus anak yang diamati dalam menyusun menara dari kertas baru 1 anak atau (5%) yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori berkembang sangat baik, begitu pula dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu terdapat 2 anak atau (10%) yang dapat menyusun menara, kemudian masih terdapat 7 anak atau (35%) yang dapat menyusun menara dengan kategori mulai berkembang, dan hasil pengamatan anak yang dapat menyusun menara dengan kategori belum berkembang terdapat 10 anak atau (50%) yang belum berhasil dalam menyusun menara.

Hasil pra tindakan ini, dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan fisik motorik halus melalui alat permainan balok, karena sebagian besar anak belum mampu untuk memahami kegiatan pembelajaran. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak melalui alat permainan balok.

2) Tindakan Siklus I

Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan menggunakan model ataupun metode pembelajaran. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian meminta kepadanya untuk berkoleborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga menyiapkan alat-alat pembelajaran sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam tindakan siklus I.

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I, Hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagian anak menunjukan kemampuan fisik motorik halus anak belum


(3)

berhasil. Dari hasil pengamatan anak yang menunjukan kemampuan fisik motorik halus dalam terdapat 5 anak atau (25%) dengan kategori berkembang sangat baik, ada 5 anak (25%) yang dapat membuat perahu yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, kemudian dengan kategori mulai berkembang dalam membuat perahu terdapat 5 anak (25%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 5 anak (25%) yang masuk kategori belum berkembang dalam membuat perahu.

Sementara pada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diukur dalam membuat bentuk rumah terdapat 4 anak (20%) yang memiliki kategori berkembang sangat baik, ada 6 anak atau (30%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan kategori berkembang sesuai harapan, kemudian ada 6 anak atau (30%) yang dapat membuat bentuk rumah dengan dengan kategori mulai berkembang, dan terdapat 4 anak atau (20%) yang kurang berhasil atau yang belum menunjukan motorik halusnya dalam membuat bentuk rumah.

Peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diamati dalam menyusun menara baru 5 anak atau (25%) yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori berkembang sangat baik, begitu pula dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu terdapat 5 anak atau (25%) yang dapat menyusun menara, kemudian masih terdapat 7 anak atau (35%) yang dapat menyusun menara dengan kategori mulai berkembang, dan hasil pengamatan anak yang dapat menyusun menara dengan kategori belum berkembang terdapat 3 anak atau (15%) yang belum berhasil atau belum dapat menyusun menara.

Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari ketiga aspek pengamatan tersebut belum ada yang mencapai persentase keberhasilan tindakan. Melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, ada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak dibandingkan dengan hasil pengamatan pra tindakan. Meskipun ada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak masih jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan tindakan untuk 3 aspek penilaian yaitu membuat perahu, membuat bentuk rumah, dan menyusun menara.

Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak pada kegaiatan pembelajaran melalui alat permainan balok, karena anak termotivasi mendengarkan penjelasan guru dan dimotivasi dengan berbagai media pembelajaran untuk melakukan suatu kegiatan serta guru juga memberikan penghargaan berupa pujian pada anak yang melakukan suatu kegiatan yang diperintahkan guru dengan


(4)

baik. Cara guru menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat, sehingga menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran.

Disisi lain dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan hasil yang maksimal atau baik peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak pada kegiatan pembelajaran. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum mampu melakukan suatu kegiatan pada kegiatan pembelajaran yang disebabkan faktor dari dalam diri anak. Alat permainan balok belum meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak, kemungkinan disebabkan anak masih takut kepada guru, bisa pula disebabkan ada guru lain yang ikut masuk dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi aktivitas anak yang masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan perhatian dan memberi dorongan kepada anak-anak sehingga apa yang disampaikan oleh guru dapat dicerna dengan baik oleh anak. Disamping itu guru akan lebih memberikan motivasi berupa penguatan, dorongan serta semangat dan juga menceritakan sesuatu yang menarik sehingga memunculkan semangat kepada anak didik agar dapat berkemampuan fisik motorik halus melalui alat permianan edukatif.

3) Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus II, Hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagian anak sudah menunjukan kemampuan fisik motorik halusnya, terdapat anak belum berhasil. Dari hasil pengamatan anak yang menunjukan kemampuannya dalam membuat perahu terdapat 8 anak atau (40%) dengan kategori berkembang sangat baik, ada 8 anak 40%) yang dapat membuat perahu yang masuk kategori berkembang sesuai harapan, kemudian dengan kategori mulai berkembang dalam membuat perahu terdapat 2 anak (10%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang dan 2 anak (10%) yang masuk kategori belum berkembang dalam membuat perahu.

Sementara pada peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diukur dalam Membuat bentuk rumah terdapat 9 anak (45%) yang memiliki kategori berkembang sangat baik, ada 9 anak atau (45%) yang dapat Membuat bentuk rumah dengan kategori berkembang sesuai harapan, kemudian ada 1 anak atau (5%) yang dapat Membuat bentuk rumah dengan kategori mulai berkembang, dan 1 anak atau (5%) yang kurang berhasil atau yang belum menunjukan motorik halusnya dalam Membuat bentuk rumah.

Peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak yang diamati dalam membuat perahu baru 9 anak atau (45%) yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori berkembang


(5)

sangat baik, begitu pula dengan kategori berkembang sesuai harapan yaitu terdapat 10 anak atau (50%) yang dapat menyusun menara, kemudian masih terdapat 1 anak atau (5%) yang dapat menyusun menara dengan kategori mulai berkembang, dan hasil pengamatan anak yang dapat menyusun menara dengan kategori sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

Dari hasil pengamatan tindakan siklus I yang dilakukan pada aktivitas anak yang masuk dalam kategori mulai berkembang harus ditingkatkan untuk mencapai kriteria keberhasilan baik. Sedangkan dari hasil pengamatan tindakan siklus II yang dilakukan pada aktivitas anak semua aspek yang diamati telah masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Di samping perbaikan yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan meningkatnya kemampuan fisik motorik halus anak adalah karena anak-anak sudah merasa lebih percaya diri dalam menggunakan alat permainan balok sehingga dengan menerapkan alat permainan balok dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak di TK Kembang Jaya Omu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui alat permainan balok dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik halus anak di kelompok B TK Kembang Jaya Omu. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan dari hasil pra tindakan ke siklus pertama untuk pengamatan dalam membuat perahu dari 10% meningkat menjadi 50% (40%), kegiatan anak dalam membuat bentuk rumah dari 10% meningkat menjadi 50% (40%), dan peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak dalam menyusun menara dari 15% meningkat menjadi 50% (35%), hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki oleh anak yaitu sangat baik dan baik. Pada siklus kedua menunjukan peningkatan kemampuan fisik motorik halus dalam membuat perahu meningkat menjadi 80% kategori berkembang sangat baik dan baik, kemudian pada peningkatan motorik halus anak dalam membuat bentuk rumah meningkat menjadi 90% dengan kategori berkembang sangat baik dan baik, sedangkan peningkatan kemampuan fisik motorik halus dalam menyusun menara menjadi 95% kategori berkembang sangat baik dan baik. Dengan hasil yang diperoleh pada pengamatan peningkatan kemampuan fisik motorik halus anak pada siklus dua sangat jelas mengalami peningkatan dari masing-masing alat permainan balok anak yang diamati dalam kategori berkembang sangat baik dan baik.


(6)

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada:

1) Kepala Taman Kanak-kanak Kembang Jaya Omu, agar selalu memberikan kesempatan bagi para guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuannya sebagai guru yang profesional.

2) Para guru agar termotivasi untuk selalu melakukan berbagai aktifitas dalam meningkatkan profesionalismenya sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.

3) Murid agar selalu aktif dalam kegiatan kelas dan luar kelas serta memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya terutama unutk menjadi anak berkarakter.

4) Para peneliti lain untuk menjadikannya hasil penelitan ini sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam merancang penelitian yang sama atau berbeda baik fokus. Masalah metode tehnik pengumpulan data maupun analisanya.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlia. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Universitas Tadulako. Jumadilah. (2010). Mengembangkan Daya Kreativitas. Surabaya: Putra Jaya. Montolalu. (2008). Media Pembelajaran. Jakarta: Edukasi Mitra Grafika. Sitti Aisyah. (2008). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjiono. (1991). Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI MENGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B DI Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Menggambar Pada Anak Kelompok B Di TK Kreatif Aba Jono Tanon Sragen Tahun Ajaran 2015/2016.

0 4 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B TK ABA VII Bareng Klaten Tahun Ajaran 2012 / 2013.

0 2 14

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Penggunaan Alat Permainan Edukatif Pada Kelompok B Tk Alhidayah Talise Palu Utara | Handayani | Bungamputi 2227 6611 1 PB

0 0 15

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Pendekatan Paikem Pada Kelompok B Di TK Ummahat DDI | Ening | Bungamputi 2220 6585 1 PB

0 0 13

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Metode Pemberian Tugas pada Kelompok B di TK Al-Khairaat Lolu | Labonati | Bungamputi 1940 5657 1 PB

0 1 14

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelompok B TK Aisyiyah Parigi | Ulfa | Bungamputi 2779 8413 1 PB

0 1 12

Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Alat Permainan Edukatif pada Kelompok B TK El. Roy Baleura Kecamatan Lore Tengah | Bagia | Bungamputi 2992 9167 1 PB

0 0 14

Peranan Kegiatan Menggambar dalam Meningkatkan Motorik Halus pada Anak di Kelompok B TK Bungamputi DWP Untad Palu | Anggriyani | Bungamputi 3297 10237 1 PB

0 0 11

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam di Kelompok B TK Aba II Pantoloan | Ningrum | Bungamputi 7237 24095 1 PB

0 0 13

Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Metode Pemberian Tugas di Kelompok B TK Alkhairaat Maku Kec. Dolo | Yondi | Bungamputi 7260 24184 1 PB

0 0 11