ProdukHukum BankIndonesia LKMQ2091.

BANK INDONESIA
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan
Biro Kebijakan Moneter
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Telepon
Fax.
E-mail
Website

: +62 61 3818163
+62 21 3818206 (sirkulasi)
: +62 21 3452489
: BKM_TOD@bi.go.id
: http://www.bi.go.id

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
TRIwuLAN II-2009


Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah
Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam
rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama,
yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada
prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii)
sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat
luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan
kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur
Boediono

Gubernur

Miranda S. Goeltom

Deputi Gubernur Senior


Hartadi A. Sarwono

Deputi Gubernur

Siti Ch. Fadjrijah

Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi

Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad

Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo

Deputi Gubernur


Budi Mulya

Deputi Gubernur



LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA



LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

Langkah-langkah Penguatan
Kebijakan Moneter dengan sasaran Akhir Kestabilan Harga
(Inflation Targeting Frameworks)
Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan
Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy
reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan

(4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

strategi Kebijakan Moneter
Prinsip Dasar
Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar
nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif
(forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka
menengah ke depan.
Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar
kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan
ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan
mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.
Sasaran Inflasi
Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK
untuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasi dimaksud
sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaran inflasi jangka
menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.
Instrumen dan Operasi Moneter
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi

jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.
Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni
2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga
Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).
BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang
untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang
Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter
harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).
Proses Perumusan Kebijakan
BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal
terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG
Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter
Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang
telah ditetapkan.
Transparansi
Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan
kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi
dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Koordinasi dengan Pemerintah
Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia

telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya,
Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank
Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan.



LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

Gubernur Bank Indonesa

Kata Pengantar

Trwulan II-2009 dwarna oleh munculnya tanda-tanda perbakan ekonom duna. Ekspektasi pemulihan
ekonomi yang terjadi telah mendorong sentimen positif di pasar keuangan global. Kendati demikian, membaiknya

prospek perekonomian tersebut diperkirakan belum mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi global, yang
terutama disumbang oleh negara maju. Laju perekonomian domestik diprakirakan melambat, meski tidak sedalam
proyeksi semula. Di sisi eksternal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya,
ditopang oleh prospek perekonomian global yang membaik, harga komoditas yang meningkat serta pasar keuangan
global yang menunjukkan tanda-tanda kestabilan.
Pertumbuhan ekonom selama trwulan II-2009 dprakrakan berada dalam ksaran 3,7%-4,0%, lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2009 (4,4%), namun lebih tinggi dari prakiraan semula (3,3%). Pertumbuhan ekonomi
domestik yang melemah, terutama disebabkan oleh kontraksi kegiatan ekspor dan perlambatan pertumbuhan
konsumsi rumah tangga. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kinerja ekspor menurun signifikan akibat
lemahnya ekspansi ekonomi dunia, termasuk di negara mitra dagang utama. Pengeluaran konsumsi masyarakat
melemah dan daya beli belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Namun, perlambatan yang lebih dalam
pada konsumsi swasta ini dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden serta adanya
realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil.
Neraca Pembayaran Indonesa trwulan II-2009 dprakrakan mencatat surplus sebesar USD 0,4 mlar.
Transaksi berjalan mencatat surplus terkait meningkatnya harga komoditas di pasar global dan permintaan dari
emerging markets, khususnya Cina dan India. Sementara, transaksi di neraca modal dan finansial mencatat defisit.
Pembalikan arus dana yang sempat dialami pasar keuangan domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan
investasi portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Cadangan devisa mencapai USD57,6
mlar setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.
Konds sektor keuangan domestk membak serng dengan perkembangan global dan ndkator makro

domestk yang kondusf. Selama triwulan II-2009, rupiah cenderung menguat, indeks saham meningkat, yield SUN
menurun didukung oleh terjaganya kondisi fundamental domestik. Pada akhir triwulan, indikator-indikator tersebut
sempat mengalami koreksi akibat pengaruh perkembangan global yang belum stabil.

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

Lkudtas d sektor perbankan cenderung longgar, seperti tercermin pada meningkatnya simpanan perbankan
dalam instrumen moneter, naiknya volume transaksi PUAB dan suku bunga PUAB yang menurun. Respon penurunan
suku bunga perbankan masih terbatas pada suku bunga simpanan. Adapun, suku bunga kredit turun lebih lambat
dengan ekspansi kredit yang masih terbatas.
Penurunan laju nflas terus berlanjut. Terjaganya pasokan pangan serta penguatan nilai tukar mendukung
penurunan tekanan inflasi. Inflasi triwulan II-2009 tercatat sebesar -0,15% (qtq), jauh lebih rendah dibanding pola
historisnya. Secara kumulatif, inflasi IHK tercatat amat rendah, mencapai 0,21% (ytd) atau 3,65% (yoy).
Perekonoman Indonesa selama 2009 berpotens tumbuh lebh tngg dar prakraan semula. PDB 2009
diprakirakan tumbuh mencapai batas atas kisaran 3,5%-4,0%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya (3,3%). Sementara
itu, inflasi pada 2009 diproyeksikan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya bahkan berpotensi di bawah 5%, seiring
dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan terjaganya pasokan dan distribusi bahan makanan.

Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneter yang kondusif bagi permintaan domestik dengan
tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah-panjang. Di bidang perbankan, Bank
Indonesia akan terus mendorong konsolidasi dan intermediasi perbankan serta memperkuat daya tahan perbankan di
tengah gejolak global. Demikian gambaran singkat materi laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia
selama triwulan II-2009.

Jakarta, 3 Juli 2009
Pjs. GUBERNUR BANK INDONESIA

Mranda S. Goeltom

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

daftar Isi

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009


Daftar Is
1. Tnjauan Umum ............................................................................

1

2. Perkembangan Makroekonom Terkn ......................................

5

Perkembangan Ekonomi Dunia .......................................................

5

Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................

6

Neraca Pembayaran Indonesia ......................................................... 14

3. Perkembangan dan Kebjakan Moneter Trwulan II-2009......... 16

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................... 17
Inflasi .............................................................................................. 18
Kebijakan Moneter ......................................................................... 21

4. Perekonoman Indonesa ke Depan ............................................ 27
Asumsi dan Skenario yang Digunakan ............................................ 27
Prospek Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 28
Prakiraan Inflasi ............................................................................... 33
Faktor Risiko.................................................................................... 34

5. Respon Kebjakan Moneter Trwulan II-2009 ............................. 35

Tabel Statstk ................................................................................... 36

v

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER
BANK INdONEsIA

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

v

daftar Isi

Tinjauan umum

1. Tnjauan Umum
Perkembangan perekonoman global mengndkaskan proses pemulhan yang
semakn menguat, walaupun mash terdapat sejumlah rsko. Di negara maju, berbagai
indikator pemulihan ekonomi makro telah menunjukkan kecenderungan yang semakin
membaik. Paket stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan program stabilisasi sektor
keuangan telah berhasil mendorong penguatan keyakinan masyarakat sehingga mampu
mendorong konsumsi. Di samping itu, kondisi pasar kredit yang mulai membaik turut
menopang kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat. Kendati demikian, masih tingginya
angka pengangguran menjadi faktor risiko yang membayangi proses pemulihan ekonomi
di kelompok negara tersebut. Di sisi lain, pemulihan ekonomi negara emerging markets,
khususnya China, India dan Korea, semakin menunjukkan penguatan. Dengan dukungan
stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur dan tingginya pertumbuhan kredit, kegiatan
investasi di China yang telah berlangsung sejak awal tahun terus berlanjut. Geliat permintaan
domestik di beberapa negara Asia tersebut pada gilirannya mendorong peningkatan kinerja
perekonomian negara lainnya di kawasan. Namun demikian, membaiknya perekonomian
di beberapa negara emerging markets diperkirakan belum mampu mengkompensasi
perlambatan ekonomi negara maju. Dengan berbagai perkembangan tersebut, kontraksi
ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, meski dengan laju yang semakin melambat.
Ekspektas pemulhan ekonom duna mendorong perkembangan postf d pasar
keuangan global. Sepanjang triwulan II-2009 kinerja sektor keuangan global terus
membaik. Bursa saham di negara maju mencatat peningkatan indeks harga yang didorong
oleh faktor sentimen positif terkait dengan membaiknya permodalan bank pasca stress test,
optimisme terhadap upaya stabilisasi sektor keuangan dan kondisi perekonomian, serta
laporan keuangan beberapa lembaga keuangan dunia yang mencatat kinerja positif. Kondisi
sektor perbankan juga menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin dari pelonggaran
standar pemberian kredit. Perkembangan pasar keuangan di negara maju tersebut pada
gilirannya berimbas pada pasar keuangan di kawasan. Kendati demikian, menjelang akhir
periode perkembangan di pasar keuangan menunjukkan pembalikan arah yang dipicu oleh
sentimen negatif terkait dengan masih tingginya angka pengangguran di Amerika Serikat
dan Eropa.
Kecenderungan perekonoman global yang membak telah memberkan dampak
postf terhadap knerja ekonom Indonesa. Dampak penguatan permintaan negara
mitra dagang, terutama China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia
terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan tembaga. Meski terus
membaik, belum pulihnya perekonomian global menyebabkan kinerja ekspor yang masih
mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi swasta dapat
tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres), serta adanya
realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan yang
masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah, kegiatan investasi masih
terbatas. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama triwulan
II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%.

1

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan masih berlanjut. Pada Juni 2009, harga
barang konsumen mencatat inflasi sebesar 0,11% (m-t-m), jauh lebih rendah dibandingkan
dengan pola historisnya maupun proyeksi sebelumnya. Kenaikan harga beberapa komoditas
pangan di pasar internasional masih dapat dikompensasi oleh apresiasi rupiah sehingga
kenaikan harga barang domestik masih terkendali. Selain penguatan rupiah, lemahnya
permintaan domestik, serta membaiknya ekspektasi inflasi sejalan dengan meningkatnya
akselerasi disinflasi menyebabkan laju inflasi kelompok inti menunjukkan penurunan.
Terjaganya pasokan pangan juga menjadi faktor yang mendukung rendahnya inflasi selama
triwulan II-2009. Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif (ytd) inflasi IHK baru
mencapai 0,21% atau 3,65%(yoy).
Kenakan harga komodtas dan membaknya permntaan negara emergng
markets juga menyebabkan knerja Neraca Pembayaran Indonesa (NPI) lebh bak
dbandngkan dengan perkraan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI ditopang oleh surplus
pada transaksi berjalan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan harga komoditas
di pasar global, terutama untuk komoditas tambang dan crude palm oil, serta meningkatnya
permintaan dari negara emerging markets, khususnya China dan India, mendukung
peningkatan ekspor non migas. Di sisi neraca neraca modal dan finansial (TMF), investasi
dalam bentuk portofolio masih mencatat surplus. Membaiknya kondisi pasar keuangan
global, serta terjaganya persepsi positif terhadap ekonomi domestik mendorong aliran masuk
modal asing dalam bentuk portofolio. Kendati demikian, pembalikan arus dana yang sempat
mewarnai pasar finansial domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan investasi
portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Penanaman dana
dalam bentuk investasi langsung juga diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya
kegiatan eksplorasi perusahaan migas. Lebih lanjut, terjaganya kepercayaan terhadap prospek
perekonomian domestik dan membaiknya keketatan di pasar keuangan global mendukung
penarikan utang luar negeri swasta yang lebih tinggi dari perkiraan. Dengan perkembangan
tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2009 mencapai 57,58 miliar dolar AS
atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.
Membaknya NPI dan sentmen postf d pasar global mendorong apresas nla
tukar. Dibandingkan dengan negara di kawasan, rupiah mengalami penguatan tertinggi
setelah Won Korea. Secara rata-rata, selama triwulan II-2009 rupiah terapresiasi 9,99%.
Penguatan nilai tukar tersebut ditopang oleh meningkatnya pasokan valas sejalan dengan
aliran masuk modal asing. Optimisme akan pemulihan ekonomi global yang disertai dengan
terjaganya kondisi fundamental domestik sebagaimana tercermin pada neraca pembayaran
yang surplus dan imbal hasil rupiah yang tetap menarik, telah menumbuhkan risk appetite
terhadap aset di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia. Namun demikian,
adanya sentimen negatif pada perekonomian global berdampak pada sedikit melemahnya
nilai tukar diakhir triwulan II-2009 dibandingkan dengan awal Juni 2009.
D sektor keuangan, perkembangan global dan ndkator makro domestk yang
kondusf memberkan dampak postf d sektor keuangan domestk. Di pasar saham,
secara umum perkembangan bursa efek selama triwulan II-2009 ditandai oleh peningkatan
indeks harga, meski di akhir periode terjadi pembalikan arus modal asing yang sempat

2

Tinjauan umum

mengakibatkan turunnya indeks harga. Fundamental domestik yang membaik serta kenaikan
harga komoditas global telah mendorong maraknya pembelian saham baik oleh investor
asing maupun domestik. Di pasar obligasi, yield SUN mencatat penurunan sejalan dengan
menurunnya suku bunga kebijakan moneter dan meningkatnya minat investasi penanam
modal asing. Kendati demikian, untuk tenor jangka panjang (di atas 15 tahun) yield SUN
masih cenderung tinggi, terkait dengan masih tingginya persepsi risiko.
D sektor perbankan, konds perbankan nasonal relatf stabl, namun respons
perbankan terhadap kebjakan pelonggaran moneter mash terbatas. Secara mikro,
kondisi perbankan nasional tetap stabil, yang diindikasikan oleh masih terjaganya rasio
kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) per Mei 2009 yang cukup tinggi mencapai
level 17,3%. Sementara itu rasio gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah
5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar
uang antar bank makin membaik dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat. Namun demikian,
respons suku bunga perbankan masih terbatas. Penurunan BI Rate sebesar 250 bps sejak
Desember 2008 hingga Juni 2009 baru direspons dengan penurunan suku bunga dasar kredit
(base lending rate) hingga Mei 2009 sekitar 45 bps. Terkait dengan hal tersebut, penyaluran
kredit perbankan sampai dengan bulan Mei 2009 masih mencatat kontraksi sebesar 1,1%
(ytd) . Kendati demikian, likuiditas perekonomian masih cukup longgar. Meski pertumbuhan
besaran moneter (uang kartal dan M1) masih sangat rendah, perhitungan berdasarkan
faktor fundamentalnya menunjukkan perkembangan besaran moneter masih sesuai dengan
kebutuhan perekonomian. Dengan penurunan suku bunga kredit yang lebih lambat dan
ekspansi kredit yang masih sangat terbatas, terdapat indikasi dunia usaha semakin intensif
mencari alternatif pembiayaan selain perbankan, antara lain melalui penerbitan obligasi.
Ke depan, prospek ekonom berpotens tumbuh lebh bak dar perkraan semula.
Proyeksi perekonomian dalam jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan
global. Kinerja ekspor keseluruhan tahun yang diperkirakan masih mengalami kontraksi
diprakirakan dapat dikompensasi oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang ditopang
oleh penyelenggaraan Pemilu. Mencermati dampak dari penyelenggaran pemilihan calon
legislatif selama triwulan I-2009 yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya, penyelenggaraan
pemilihan presiden 2009 diprakirakan dapat memberi sumbangan yang signifikan pada
kegiatan konsumsi masyarakat. Di tengah kondisi daya beli yang belum menunjukkan
perbaikan signifikan, konsumsi swasta selama tahun 2009 diprakirakan dapat tumbuh relatif
tinggi sebagai imbas dari penyelenggaraan Pemilu. Dengan latar belakang kondisi tersebut,
perekonomian selama keseluruhan tahun 2009 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari proyeksi
sebelumnya. Secara keseluruhan tahun, PDB diprakirakan dapat tumbuh sebesar 3,5-4,0%
dengan kecenderungan menuju batas atas kisaran tersebut.
Neraca Pembayaran Indonesa dperkrakan mencatat surplus untuk keseluruhan
tahun 2009. Hal tersebut ditopang oleh kondisi perekonomian global yang membaik, harga
komoditas yang meningkat, serta stabilisasi pasar keuangan global yang berlanjut. Kegiatan
ekspor diprakirakan membaik, seiring dengan penguatan ekonomi global sejak triwulan III2008 secara lebih merata di berbagai kawasan, serta berlanjutnya kenaikan harga komoditas

3

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

dunia. Di sisi neraca transaksi modal finansial, arus masuk modal asing, baik dalam bentuk
portofolio maupun investasi langsung, diprakirakan berlanjut sejalan dengan optimisme
pemulihan ekonomi dunia yang disertai dengan semakin kondusifnya pasar finansial global.
Selain itu, arus masuk modal di sektor publik diprakirakan turut menopang kinerja neraca
Transaksi Modal dan Finansial.
Dengan mempertmbangkan perkembangan-perkembangan tersebut d atas, Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesa pada 3 Jul 2009 memutuskan untuk menurunkan
BI Rate sebesar 25 bps, dar 7,0% menjad 6,75%. Keputusan tersebut diharapkan dapat
mendukung upaya menjaga optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Ke depan, kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara mendorong
perekonomian domestik di tengah masih lesunya perekonomian global dan menjaga stabilitas
makroekonomi dalam jangka menengah dengan mempertimbangkan kenaikan tekanan
inflasi di tahun 2010. Dengan pertmbangan-pertmbangan tersebut, kebjakan
moneter ke depan akan dlakukan secara lebh berhat-hat mengngat ruang bag
pelonggaran kebjakan moneter semakn terbatas.

4

Perkembangan Makroekonom Terkn

2. Perkembangan Makroekonom
Terkn
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh melambat
menjadi sekitar 3,7-4,0% (yoy). Di sisi permintaan, seluruh komponen PDB
diperkirakan masih berada dalam tren melambat. Walaupun perbaikan ekonomi
global mendukung kinerja ekspor Indonesia dalam triwulan II-2009, perekonomian
global yang masih kontraksi menyebabkan ekspor masih mengalami kontraksi yang
cukup signifikan dalam Triwulan II-2009. Namun demikian, laju perlambatan ekonomi
tertahan oleh pengeluaran konsumsi swasta terkait dengan Pemilu Pilpres putaran
pertama. Sementara itu, pertumbuhan investasi diperkirakan menurun sejalan
dengan melemahnya permintaan dan belum membaiknya sentimen bisnis pengusaha.
Di sisi penawaran, sebagian sektor-sektor perekonomian pada triwulan II-2009 juga
diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan melemahnya permintaan eksternal
maupun domestik. Meskipun demikian, beberapa sektor ekonomi diperkirakan
tumbuh membaik seiring dengan meningkatnya permintaan untuk kegiatan Pemilu
Presiden yakni sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor jasa dan sektor
industri pengolahan khususnya subsektor industri makanan dan minuman, subsektor
industri kertas dan barang cetakan, serta subsektor industri tekstil.

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
Prospek pemulhan ekonom global semakn membak. Konds tersebut sejalan
dengan proses stablsas d pasar keuangan, dukungan stmulus fskal yang cukup
besar, suku bunga rendah, serta mula pulhnya keyaknan konsumen dan bsns.
Berbagai respons pelonggaran moneter dan stimulus fiskal yang ditempuh di hampir
semua negara memicu optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global. Fase
pemulihan ekonomi dunia tercermin dari tren penurunan indikator makro ekonomi yang
makin melambat dan bahkan banyak yang diyakini sudah mencapai
���

titik terendah. Secara keseluruhan, perekonomian dunia pada triwulan



�����

���

���

���

������������������

tersebut diperkirakan lebih terbatas dibandingkan realisasi pertumbuhan
ekonomi pada triwulan I 2009. Perbaikan ekonomi dunia lebih didorong

���
���
���

������
����
�����������

����

������

������

������

������ ������

������

������

oleh pertumbuhan kelompok ekonomi negara berkembang, sementara

���

kelompok negara maju masih berada pada titik terendahnya.

����

Perekonoman AS pada trwulan II-2009 dperkrakan mash

����

akan menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh merosotnya

���

����

II-2009 diperkirakan masih mengalami kontraksi, Kontraksi ekonomi

����
������ ������ ������

�����������������

aktivitas ekonomi, dipicu terutama oleh turunnya investasi swasta,
khususnya non-residensial, dan turunnya ekspor seiring dengan

Grafk 2.1

anjloknya permintaan dunia. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga AS

Grafk Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga AS

masih tumbuh positif. Hal tersebut terutama didorong oleh berbagai
kebijakan bantuan tunai dari pemerintah AS. Pendapatan rumah tangga

5

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

AS di bulan April menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan lalu
�����

didorong social benefit yang diberikan oleh Pemerintah AS (Grafik


��

���

dan ketidakpastian ke depan mendorong rumah tangga mengurangi
��

��

����

konsumsi dan beralih meningkatkan tabungan seperti tercermin
melonjaknya savings rate yang mencapai level tertinggi dalam 14 tahun
. Membaiknya indikator konsumsi mulai direspons dengan membaiknya

��
��������������������
��������������������������
����

2.1). Namun demikian, kekhawatiran atas ketatnya pasar tenaga kerja

���

���
����

���

kegiatan ekonomi di sektor manufaktur sebagaimana tercermin dari
menurunnya inventory to sales ratio, membaiknya indeks pembelian

���

���
����

���

���

���

��

����

Grafk 2.2
Grafk Capacty Utlzaton dan Industral Producton AS

kalangan pabrikan (PMI), dan melambatnya kontraksi industrial
production (Grafik 2.2).
Konds sektor keuangan global terus mengalam perbakan.
Kondisi keketatan likuditas terus mereda didorong aliran likuiditas dan
kebijakan quantitative easing oleh beberapa bank sentral. Injeksi

likuiditas yang dilakukan bank sentral seperti the Fed, BOE, BOJ, dan ECB mampu meredakan
ketegangan pasar kredit seperti tercermin dari menurunnya spread Libor dengan Overnight
Index Swap (OIS) ke level sebelum Lehman Brothers bangkrut. Perbaikan di sektor keuangan
juga ditunjukkan oleh hasil stress test yang dilakukan the Fed yang menyimpulkan
bahwa perbankan AS relatif tahan terhadap gejolak keuangan, tercermin dari kewajiban
pemenuhan permodalan yang ternyata tidak sebesar yang diperkirakan semula. Bahkan
dalam perkembangannya, beberapa perbankan berencana untuk mengembalikan dana TARP
(Troubled Asset Relief Programme) kepada Pemerintah lebih cepat dan mampu memenuhi
kecukupan modal yang disyaratkan tanpa menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
Indkas perbakan pertumbuhan ekonom pada trwulan II-2009 terjad juga d
Asa. Perbaikan ekonomi China telah mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan
Asia. Perbaikan ekonomi China tersebut tercermin dari solidnya pertumbuhan fixed asset
investment dan tingginya penyaluran kredit perbankan, ditambah lagi dengan paket mega
stimulus fiskal sebesar 4 triliun yuan (586 miliar dolas AS).
Inflas duna mash dalam tren menurun akbat melambatnya kegatan ekonom
dan mash cukup rendahnya harga komodtas dbandngkan tahun 2008. Beberapa
negara seperti AS, Jepang, China dan India bahkan mengalami deflasi pada bulan Mei 2009.
Namun demikian, membaiknya prospek ekonomi ke depan dibarengi oleh kenaikan harga
minyak internasional yang berpotensi meningkatkan inflasi di masa datang. Kondisi tersebut
menyebabkan bank sentral negara-negara di dunia lebih berhati-hati dalam melakukan
pelonggaran kebijakan moneter. Dengan demikian perkembangan ekonomi global yang
membaik ini perlu terus dicermati, mengingat berbagai faktor risiko yang menyertainya.

PERTUMBUHAN EKONOMI
Permntaan Agregat
Di perekonomian domestik, membaiknya perekonomian global berkontribusi positip pada
kinerja ekspor. Namun, sejalan masih berlangsungnya kontraksi perekonomian global,

6

Perkembangan Makroekonom Terkn

ekspor masih tumbuh negatif meski tertahan oleh indikasi membaiknya
�����

�����
���������

permintaan dari negara berkembang. Sejalan dengan berkurangnya

���������������

�����

�����

�����

�����

intensitas kegiatan ekonomi, pertumbuhan impor juga diprakirakan masih
negatif (Tabel 2.1). Dari sisi domestik, perlambatan ekonomi domestik

����
����
����

sedikit tertahan dengan adanya pengeluaran konsumsi menjelang
pelaksanaan Pemilu Presiden putaran pertama. Sementara itu, investasi

����

���������������������
���������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������������������
�����������������������������
�����������������������������������������������������������������������������
�������������������������������������������������������������������������

juga diprakirakan akan terus menurun seiring dengan melemahnya

����

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � ��
����
����
����
����
����
����
���� ����

kegiatan ekonomi. PDB pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh

����

pada kisaran 3,7% - 4,0% (yoy). Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh
perkembangan indikator penuntun PDB yang mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi berada pada fase perlambatan paling tidak

Grafk 2.3

sampai dengan 5 bulan ke depan (Grafik 2.3).

Indkator Penuntun PDB

Konsums masyarakat pada trwulan II-2009 dprakrakan tumbuh
melambat. Perlambatan tersebut sejalan dengan pergerakan indikator
penuntun konsumsi swasta yang mengindikasikan siklus perlambatan pertumbuhan akan
berlangsung setidaknya hingga dua triwulan ke depan (Grafik 2.4). Seiring dengan masih
terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), tekanan terhadap daya beli masyarakat
diperkirakan masih berlanjut. Namun demikian, penghasilan yang bersumber dari musim
panen pada akhir triwulan I-2009 dan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) ke-13, serta
pengeluaran menjelang Pemilu Pilpres diprakirakan berpotensi menahan perlambatan
konsumsi masyarakat yang lebih dalam. Tertahannya laju perlambatan konsumsi masyarakat
pada triwulan II-2009 juga didukung oleh perkembangan indikator dini yang sebagian besar
menunjukkan peningkatan pada April 2009. Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi
rumah tangga pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat pada kisaran 3,8%
- 4,5% (yoy).
Beberapa ndkator dn pada Aprl 2009 mengndkaskan adanya perbakan pada
konsums masyarakat pada trwulan laporan jka dbandngkan dengan trwulan
sebelumnya. Pada sisi pembiayaan, indikator M1 riil dan kredit konsumsi riil menunjukkan
dukungan pembiayaan konsumsi masyarakat relatif stabil. Kemampuan daya beli masyarakat
% Y-o-Y, Tahun Dasar 2000

Tabel 2.1
Pertumbuhan Ekonom - Ss Permntaan
Indkator
Total Konsumsi

2007

2007

2008

II

III

IV

I

II

III

IV

4,6

5,3

5,0

4,9

5,5

5,5

6,3

6,4

2008
5,9

2009
I

II*

7,2

4,9 - 5,6

Konsumsi Swasta

4,7

5,1

5,5

5,0

5,7

5,5

5,3

4,8

5,3

5,8

3,8 - 4,5

Konsumsi Pemerintah

3,8

6,5

2,0

3,9

3,6

5,3

14,1

16,4

10,4

19,2

12,9 - 13,5

3,5

1,9 - 2,4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

7,6

9,7

12,4

9,4

13,7

12,0

12,2

9,1

11,7

Ekspor Barang dan Jasa

10,4

7,4

7,9

8,5

13,6

12,4

10,6

1,8

9,5

-19,1 (-17,4) - (-16,5)

Impor Barang dan Jasa

6,5

7,0

13,9

9,0

18,0

16,1

11,0

-3,5

10,0

-24,1

(-21,3 - (-19,9)

PDB

6,6

6,6

5,8

6,3

6,2

6,4

6,4

5,2

6,1

4,4

3,7 - 4,0

* Angka Proyeksi Bank Indonesia

7

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

menengah atas menunjukkan peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan
���
����������

���

���������������

���
���

�����

oleh pertumbuhan nilai transaksi belanja dengan menggunakan kartu

�����

debit/ATM dan kartu kredit hingga pertengahan triwulan II-2009 yang

�����

masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama

�����

Januari-Maret 2009. Selain itu, pertumbuhan konsumsi masyarakat

���

����

���

����

��

����

��

����

����������������������������������

��

����
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��
����

����

����

����

����

����

����

����

terutama durable goods juga memberikan indikasi positif sebagaimana
ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan produk elektronik serta
kendaraan terutama sepeda motor. Namun demikian, pertumbuhan
impor barang konsumsi mengalami penurunan yang tajam. Di sisi lain,
keyakinan konsumen cenderung menguat didukung oleh ekspektasi
perbaikan penghasilan dan membaiknya ketersediaan lapangan kerja.

Grafk 2.4

Indikasi Keyakinan Konsumen – Bank Indonesia (IKK–BI, Grafik 2.5)

Indkator Penuntun Konsums Swasta

menunjukkan adanya perbaikan terutama karena membaiknya persepsi
konsumen terhadap kondisi saat ini yang relatif stabil menjelang Pemilu
Pilpres dan kondisi 6 bulan mendatang karena peningkatan ekspektasi
kondisi tingkat penghasilan yang terutama didorong oleh realisasi

������

pemberian gaji ke-13 untuk PNS pada akhir triwulan laporan. Sementara

���
���

�������

itu, indeks riil penjualan eceran bergerak meningkat terutama pada
kelompok makanan dan tembakau sejalan dengan perkembangan harga

���

yang mengalami penurunan.

��

Tertahannya perlambatan konsums yang lebh dalam juga

��
�������

dkonfrmas oleh beberapa ndkator daya bel d berbaga

��
�������������������
��

������������������������

�������������������������

� � � � � � � � � �� �� �� � � � � � � � � � �� �� �� � � � � � ��
����
����
����

daerah. Kredit konsumsi menunjukkan arah perkembangan yang
relatif stabil di seluruh wilayah disertai dengan membaiknya optimisme
masyarakat yang ditandai oleh kenaikan IKK di seluruh wilayah. Selain

Grafk 2.5
Indeks Keyaknan Konsumen Surve Konsumen BI

itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan perkembangan yang
positif, terutama di Jabalnustra.
Pertumbuhan nvestas pada trwulan II-2009 dprakrakan akan
mengalam penurunan terkat mash lemahnya permntaan

���
���

eksternal dan kepercayaan duna bsns. Pergerakan indikator
����

���

penuntun investasi sampai dengan triwulan II-2009 mengindikasikan

���

pertumbuhan investasi masih berada pada siklus perlambatan minimal

���
���

sampai dengan empat bulan ke depan (Grafik 2.6). Perlambatan investasi

���

tersebut terutama disebabkan penurunan investasi non-bangunan terkait

��

dengan masih rendahnya daya serap eksternal dan belum membaiknya

��

risiko ketidakpastian global. Tertundanya penyaluran stimulus fiskal

��
��
��

dan realisasi proyek infrastruktur juga mendorong lemahnya tendensi

��������������������������������������������������������������������������
� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �
����
����
����
����
����
����

�� ��� �� � ��
����
����

bisnis pelaku usaha meskipun kondisi dalam negeri menjelang Pemilu
Pilpres relatif stabil. Di samping itu, langkah percepatan pembangunan

Grafk 2.6

infrastruktur dengan mendirikan dua lembaga yaitu Lembaga Pembiayaan

Indkator Penuntun Investas

Infrastruktur (Infrastructure Fund) dan Lembaga Penjaminan
Infrastruktur (Guarantee Fund) diperkirakan belum berdampak pada

8

Perkembangan Makroekonom Terkn

triwulan II-2009. Berdasarkan perkembangan tersebut, investasi pada
�������
��

��

triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh sebesar 1,9% - 2,2% (yoy),
melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dilihat

��
��
��

dari distribusinya, pangsa pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009
diperkirakan masih ditopang oleh investasi bangunan (Grafik 2.7).



��




Perlambatan pertumbuhan nvestas juga dkonfrmas oleh
perkembangan berbaga ndkator dn. Pertumbuhan investasi
nonbangunan cenderung melambat sejalan dengan penurunan

���
��������

������������

����������


���


��

���

��



��

����

���

��



����

��

permintaan mesin dan perlengkapan luar negeri serta melemahnya impor
barang modal (Grafik 2.8). Di sisi lain, investasi bangunan diprakirakan

����

Grafk 2.7

tumbuh melambat akibat rendahnya realisasi pembangunan infrastruktur

Pertumbuhan Investas Bangunan & Nonbangunan

serta proyek properti pada kuartal II-2009. Hal tersebut didukung
oleh pertumbuhan konsumsi semen yang berangsur menurun sejak
awal triwulan II-2009 hingga pada bulan Mei 2009, terutama terjadi
di Pulau Jawa dan Sumatera. Dukungan pembiayaan investasi berupa

���

���

���
��

���������
��������

��

�������������

��

��

��

��

��
��

industri pengolahan. Indikasi tersebut juga didukung oleh hasil Survei

� ��
��

���

��



����

� ��

��

Hasil survei BPS memperkirakan masih lemahnya minat pengusaha
terutama diperkirakan karena penurunan kegiatan usaha pada sektor

� �



juga mengindikasikan perlambatan kegiatan investasi (Grafik 2.9).

��



���

penurunan. Sementara itu, perkembangan tendensi bisnis pengusaha

��



��

���

kredit investasi riil hingga awal triwulan II-2009 juga mengindikasikan
��

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang memperkirakan nilai rencana
investasi serta jumlah pelaku usaha yang akan berinvestasi pada semester
I-2009 diperkirakan menurun jika dibandingkan dengan semester
sebelumnya.

����

Grafk 2.8

Perlambatan pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan

Pertumbuhan Impor Barang Modal

akan tertahan sejalan dengan membaiknya kinerja negara mitra dagang
utama, seperti India dan China, serta harga komoditas internasional.
Kinerja ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih lemah yang

���

dipicu oleh penurunan permintaan terutama pada pasar tradisionalnya.

������

Namun demikian, pelemahan tersebut diindikasikan tertahan oleh
membaiknya permintaan negara emerging markets yang memiliki

���

pangsa sebesar 26%, terutama pada komoditas CPO dan batubara. Di
���

samping itu, berangsur menguatnya harga komoditas pertambangan
dan pertanian yang dibarengi dengan indikasi membaiknya pergerakan

���

Consumer Confidence negara tujuan ekspor utama diperkirakan
��

���

����������������

�����������������������������

����������������

juga akan menopang perbaikan permintaan eksternal. Berdasarkan
perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan II-2009 diprakirakan

��


��

���

��



��

����

���
����

Grafk 2.9
Sentmen Bsns – BPS

��



���
����

tumbuh sebesar (-17,4)% - (-16,5)% (yoy). Menurut sektor dan golongan
komoditas (HS 2 dijit), permintaan ekspor pada bulan April 2009 masih
didominasi oleh komoditas berbasis sumber daya alam seperti CPO,
karet dan barang dari karet (Grafik 2.10).

9

Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009

Penurunan permntaan domestk dan eksternal dperkrakan
���

���
��

���
���

�����������������

����������������

���������������

��������������

mendorong pelemahan knerja mpor pada trwulan II-2009.
Pertumbuhan impor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih berada
pada siklus kontraksi sebagaimana ditunjukkan oleh pergerakan indikator

��
��

penuntun impor (Grafik 2.11). Hal tersebut searah dengan perlambatan

��

impor bahan baku dan barang modal akibat melambatnya kegiatan
��

��

perekonomian terutama pada sektor industri pengolahan. Selain
itu, melambatnya pertumbuhan bea masuk impor dan melemahnya

���

pertumbuhan impor komoditas bahan baku seperti besi dan baja juga
���

���


��

���

��



��

����

���

��



����

�����
����

mengindikasikan perlambatan pertumbuhan impor pada triwulan II2009. Dengan perkembangan tersebut, kinerja impor pada triwulan

Grafk 2.10

II-2009 diprakirakan masih negatif sekitar (-21,3)% - (-19,9)% (yoy). Bila

Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor

dilihat dari distribusinya, pangsa terbesar impor masih disumbang oleh
impor bahan bahan baku dan barang modal yang tumbuh melambat.
Pada bulan April 2009, pangsa pertumbuhan nilai impor berdasarkan

���

��������������

����

���

���������

���

�������
���������

���� �

golongan komoditas HS 2 dijit masih bertopang pada komoditas impor

���� �

kelompok bahan baku dan barang modal yang mendukung kegiatan

���� �

���

���� �

���

���� �

���

���� �
����

��
�����

��
��
��
��

����

�������������������������������������������������������������������������������������
������������������������������������������������������������������
���������������������������������������������������������������������

� �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� ��
����

����

����

����

����

����

����

produksi, seperti mesin/pesawat mekanik serta besi dan baja.

Operas Keuangan Pemerntah

����

Selama Aprl-Me 2009, APBN mencatat surplus anggaran sebesar

����

Rp5,8 trlun (0,1% dar PDB), hampr sama dengan konds perode

����

yang sama tahun sebelumnya yang mengalam surplus sebesar

����

Rp3,6 trlun (0,1% dar PDB). Dibandingkan dengan periode yang

Grafk 2.11

sama tahun lalu, operasi keuangan Pemerintah pada triwulan II-2009

Indkator Penuntun Impor

diperkirakan akan mengalami penurunan baik di sisi penerimaan maupun
belanja. Penurunan penerimaan pada periode Januari-Mei 2009 tersebut
berdampak pada lebih rendahnya surplus anggaran dibandingkan
dengan periode yang sama tahun 2008. Jika dibandingkan dengan targetnya selama tahun
2009, realisasi pendapatan negara dan hibah lebih rendah dari periode yang sama tahun
lalu akibat kinerja sektor perpajakan yang melambat. Sebaliknya, penyerapan belanja negara
pada periode laporan mengalami peningkatan baik dari Belanja Pemerintah Pusat maupun
Transfer ke Daerah.
Pencapaan penermaan perpajakan d trwulan II-2009 mengalam penurunan
sebaga mbas dar melambatnya perekonoman dan dkeluarkannya beberapa
stmulus perpajakan d tahun 2009. Namun, penurunan tersebut sedikit terbantu
dengan adanya peningkatan PPh nonmigas pada bulan April terkait pembayaran PPh
Badan. Penurunan terutama terjadi pada penerimaan PPN dan Pajak Ekspor seiring dengan
menyusutnya perdagangan internasional dan dihapuskannya pajak ekspor CPO sejak
November 2008. Di sisi nonpajak, penerimaan SDA Migas mengalami peningkatan signifikan
di bulan Mei seiring dengan kembali meningkatnya harga minyak internasional1. Sektor
1

10

Di bulan Mei 2009, rata-rata harga minas mencapai US$59,7/barel, meningkat pesat dibandingkan rata-rata harga minas selama
periode Januari-April 2009 sebesar US$45,2/barel.

Perkembangan Makroekonom Terkn

pajak yang utama seperti PPh nonmigas terus mengalami perlambatan pertumbuhan yang
selain akibat perlambatan perekonomian juga terkait dengan pemberian stimulus seperti
pengurangan tarif Pajak Penghasilan dan kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang mulai
berlaku tahun ini. Sementara itu, perlambatan perekonomian dunia terlihat jelas dampaknya
pada penerimaan PPN yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -6,5% (yoy) selama
lima bulan pertama tahun 2009 terutama akibat menurunnya aktivitas impor.
Knerja belanja negara mengalam penngkatan. Aktivitas belanja negara selama
triwulan II-2009 ditandai dengan pembayaran subsidi BBM dan listrik dalam jumlah yang
cukup signifikan pada bulan Mei lalu. Pemerintah juga melaksanakan pembayaran rapel gaji
PNS, TNI/Polri dan pensiunan pada bulan April dan pembayaran gaji ke-13 yang dijadwalkan
pada Juni 2009. Secara keseluruhan tahun, kinerja belanja negara mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan realisasi belanja
Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah yang lebih tinggi. Lebih tinggi realisasi belanja
Pemerintah Pusat bersumber dari peningkatan belanja barang dan belanja lain. Dari
pembayaran transfer, porsi pengeluaran Pemerintah dalam rangka subsidi dibandingkan
dengan targetnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode Januari-Mei 2008.
Namun secara nominal, biaya subsidi lebih rendah seiring dengan turunnya harga minyak
internasional. Dengan kondisi tersebut, realisasi Belanja Pemerintah Pusat selama tahun
2009 mencapai 25,3% da