Bulletin BPKSDM Edisi keempat

bulletin bpksdm
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Urgensi MKUK pada Pendidikan Keahlian
Teknik Bidang Pekerjaan Umum

D ar i Redaksi

Urgensi MKUK
Pada Pendidikan
Keahlian Teknik
Bidang Pekerjaan Umum
Oleh: Ero
Pendahuluan
Departemen Pekerjaan Umum (Dep. PU) dalam melaksanakan tugas-tugas
umum pemerintahan dan pembangunan diperlukan sumber daya manusia
yang handal dan profesional sesuai dengan jenjang dan kompetensi yang
dibutuhkan. Salah satu pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia yang
mampu menjabarkan strategi dan kebijakan-kebijakan bidang ke-PU-an dalam
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan

dipersiapkan melalui Pendidikan Kedinasan Keahlian Teknik (PKKT) jenjang
magister. Hal ini sejalan dengan rencana strategis Dep. PU tahun 20052009, dimana misi Dep. PU antara lain meningkatkan kapasitas pemerintah
daerah dan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum
(IPU) serta menerapkan organisasi yang efisien , tata laksana yang efektif
dan terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM
yang profesional. Selain itu sesuai dengan rencana kerja pemerintah tahun

2007 terdapat sembilan prioritas
pembangunan nasional dan salah satunya
adalah percepatan pembangunan
infrastruktur sehingga diperlukan SDM yang
profesional
dalam
menangani
penyelenggaraan
pembangunan
infrastruktur, oleh sebab itu kerjasama
pendidikan bidang ke-PU-an dengan
perguruan tinggi di berbagai tempat diseluruh
Indonesia sangat strategis.

Pendidikan Kedinasan Keahlian Teknik
Bidang Pekerjaan Umum kerjasama Pusat
Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi, Badan
Pembinaan Konstruksi dan SDM Departemen Pekerjaan
Umum (Dep.PU) dengan Perguruan Tinggi Nasional (PTN)
mitra kerja merupakan pendidikan yang dirancang secara
khusus. PKKT bidang Pekerjaan Umum merupakan
pendidikan yang menekankan pada penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang ke-PU-an dan keahlian
pendukung lainnya yang terkait. Lulusan dari PKKT akan
mendapat ijazah dari PTN mitra .
Program magister ini ditujukan pada kelompok sasaran para
aparatur yang terkait dengan bidang pekerjaan umum pusat
dan daerah. Sebagai suatu pendidikan kedinasan, maka
salah satu ciri yang menunjukkan kedinasannya adalah
adanya mata kuliah umum kedinasan.
Mata kuliah umum kedianasan (MKUK) merupakan salah
satu mata kuliah pokok pada PKKT bidang pekerjaan umum.
Untuk program magister, MKUK mempunyai bobot 2 SKS
dimana mata kuliah ini harus mendukung visi dan misi

depar temen ser ta dirancang untuk memberikan

pemahaman kepada karyasiswa agar mampu
mengapresiasikan konsep, sistem, kebijakan, strategi,
program dan NSPM yang telah digariskan di lingkungan
pekerjaan umum dalam kegiatan yang sesuai dengan tugas
masing-masing. Mata kuliah kedinasan ini dilaksanakan
secara terpusat di Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik
Konstruksi (Pusbiktek) Bandung.
Pada tahun ajaran 2006 pelaksanaan MKUK diikuti oleh
243 karyasiswa magister yang terbagi dalam 11 program
studi kerjasama dengan perguruan tinggi nasional sebagai
berikut :

Tujuan dan Materi Mata Kuliah Umum Kedinasan
Tujuan mata kuliah umum kedinasan adalah agar karyasiswa
mampu memahami system, kebijakan, strategi, program
dan aplikasi NSPM bidang pekerjaan umum secara utuh
menyeluruh.
Adapun substansi/ materi pokok mata kuliah kedinasan

program magister dikelompokan sebagai berikut:
1. Materi pokok kedinasan dari Dep. PU:
a. Kebijakan Strategis Dept. PU dalam Pembangunan
Infrastruktur menuju kesejahteran masyarakat
b. Investasi dan Industri Kontruksi
c. Pembangunan dan Otonomi Daerah
d. Community Based Development
e. Penerapan Good Governance dalam penyelenggaraan
IPU
f. Kebijakan Penataan Ruang dalam rangka
penyelenggaraan IPU
g. Kebijakan dan program penyelenggaraan sektor Sumber
Daya Air
h. Kebijakan dan program penyelenggaraan sektor
Penyelenggaraan Jalan
i. Kebijakan dan program penyelenggaraan sektor Cipta
Karya
j. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dalam rangka mendukung
IPU

k. Kebijakan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam rangka mendukung IPU
2. Materi yang bersifat umum:
a. Peran dan strategi Pusbiktek dalam menyelenggarakan
kerjasama pendidikan kedinasan
b. Penjelasan umum kegiatan MKUK
c. Pengantar program studi
d. Character Building
e. Dasar analisis kebijakan
f. Sistem pengambilan keputusan
g. Perkembangan metoda dan teknologi konstruksi
h. Pengelolaan sampah di perkotaan
Proses Pembelajaran
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam proses
pembelajaran adalah Problem based learning dan metode
pembelajaran orang dewasa. Hal ini sesuai dengan
karakteristik karyasiswa / pebelajar yang dihadapi dalam
PKKT-PU adalah orang dewasa, yang mempunyai
karakteristik antara lain : telah memiliki pengalaman belajar,
telah memiliki konsep diri, memiliki kesiapan belajar,

memiliki orientasi belajar. Oleh karena itu dalam

pembelajaran orang dewasa
lebih ditekankan adanya
komunikasi dua arah antara
pengajar dengan pebelajar
Garis Besar Proses Belajar
Mengajar pada dasarnya
meliputi:
a. Penyampaian materi
Mata Kuliah Umum Kedinasan (MKUK) berupa paparan
meteri-materi ajar yang disampaikan oleh para pengajar
dalam waktu yang telah ditentukan, dipandu oleh
seorang moderator. Bahan ajar yang akan diberikan
kepada peserta didik (karyasiswa) adalah kumpulan
bahan tulisan dari masing-masing pengajar/ pejabat dari
Departemen Pekerajaan Umum. Penyampaian materi
dilakukan langsung oleh pengajar atau team teaching.
b. Diskusi Panel . Dalam panel ini para pengajar dan
para karyasiswa melakukan diskusi dengan dipandu oleh

seorang moderator, dan sebagai panelis adalah
karyasiswa perwakilan masing- masing program studi.
c. Pendalaman materi MKUK . Setelah memperoleh materi
dari para pengajar , maka dilakukan pendalaman materi
melalui diskusi kelompok di kelas sesuai dengan prodi
masing-masing dengan sasaran untuk mendapatkan
materi yang komprehensif, terintegrasi serta waktu untuk
diskusi yang lebih lama. Masalah yang dikaji adalah
penyusunan konsep perumusan kebijakan terkait dengan
masing-masing program studi dan penyelenggaraan IPU
ke depan.
d. Pendalaman materi dilaksanakan dengan penjadwalan
terstruktur dengan bentuk diskusi yang meliputi :
pembekalan dasar penyelesaian tugas oleh Tim
Pembimbing, bimbingan penyelesaian tugas oleh Tim
Pembimbing, penyelesaian tugas secara mandiri. Proses
diskusi diawali dengan brainstorming sampai
memperoleh topik dan judul makalah. Hasil dari diskusi
dan pendalaman materi ditindak lanjuti dengan tugas
membuat makalah/ laporan dan dipresentasikan oleh

masing-masing kelompok. Pendalaman materi , diskusi
, dan pembuatan makalah serta presentasi dibimbing
oleh Tim Pembimbing dari Pusbiktek , Widyaiswara,
praktisi dari dinas PU dan pengajar perguruan tinggi
e. Presentasi hasil diskusi dilakukan oleh setiap kelompok,
yang akan ditanggapi oleh para peserta forum diskusi..
f. Alokasi Waktu Kegiatan pembelajaran. MKUK
dilaksanakan selama dua minggu atau 12 hari. Waktu
kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk setiap kelompok
materi adalah sebagai berikut: pemaparan materi inti
dan diskusi oleh pengajar 4 jam pelajaran (JP)/ hari,
pemaparan materi umum dan diskusi oleh pengajar 3
JP/ hari, pendalaman materi , diskusi dan penyusunan
tugas 4 JP/ hari (dipandu oleh pembimbing di kelas
masing-masing), tugas terstruktur 4JP / minggu dan
mandiri 2 jam/ hari.
g. Penilaian. Penilaian pada MKUK meliputi : kehadiran
minimal 80 persen kecuali sakit , penilaian tugas panelis,
tugas komprehensif berupa penulisan makalah dan
presentasi, tugas laporan kunjungan ke lapangan, dan

tes tertulis. Selain itu dilakukan juga penilaian karyasiswa
terhadap pelaksanaan MKUK terutama dalam hal peran
pengajar dan pembimbing, Manfaat materi MKUK,
Proses pembelajaran, serta penugasan.
Penulis adalah Staf Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi, BPKSDM.

eikutsertaan Indonesia
dalam
liberalisasi
p er dagan gan
internasional membuka
peluang
kerjasama
dengan negara lain. Kerjasama ini
diharapkan mampu meningkatkan
arus perdagangan barang dan jasa
internasional, sehingga dapat
memacu roda perekonomian baik
di dalam maupun di luar negeri ser ta membawa
kesejahteraan bagi Indonesia dan dunia internasional.

Apabila pertumbuhan ekonomi secara terus menerus dapat
diraih maka secara otomatis kesempatan dan lapangan kerja
makin luas baik di tingkat nasional maupun internasional.
Memasuki perdagangan internasional membuat Indonesia
mau tidak mau harus melakukan persiapan dalam arti
mempunyai strategi dalam menghadapinya. Apabila Indonesia tidak mempersiapkan diri maka yang terjadi adalah
makin banyak tenaga kerja Indonesia kehilangan pekerjaan
disebabkan pasar tenaga kerja dikuasai oleh tenaga kerja
asing. Salah satu penyebabnya yaitu rendahnya kompetensi
tenaga kerja Indonesia sehingga kesulitan menguasai pasar
tenaga kerja di luar negeri. Apalagi mekanisme penempatan
tenaga kerja dalam pasar liberal lebih ditentukan berdasarkan
permintaan pasar. Pengetahuan dan penguasaan teknologi
menjadi modal utama agar mampu merebut pasar tenaga
kerja. Hal ini yang masih harus menjadi perhatian semua
pihak agar tenaga kerja Indonesia mampu bersaing di dunia
Internasional.
Karena alasan itulah Indonesia melakukan berbagai
persiapan untuk menghadapi persaingan pasar
internasional, salah satunya adalah dengan menjalin

perjanjian di tingkat regional terutama dengan ASEAN
melalui liberalisasi pasar. Dalam hal ini negara- negara
ASEAN mengadakan kesepakatan melalui ASEAN Free
Trade Area (AFTA) dan kesepakatan perdagangan jasa
melalui ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS).
Perdagangan jasa di tingkat ASEAN dilakukan dengan 4
mode sebagaimana dilakukan di tingkat WTO.
Dalam artikel singkat ini hanya akan dibahas mengenai
mode ke-4 yaitu Movement of Natura/ Persons (kebebasan
bagi profesi tenaga ahli untuk memberikan jasanya maupun
untuk bekerja di perusahaan di negara lain), misalnya
seorang insinyur Indonesia menyediakan jasanya di negara
Singapura. Di tingkat ASEAN untuk memfasilitasi terjadinya
Movement of Natura/ Persons dibuat persiapan bersama
yaitu persiapan pengakuan kesetaraan diantara profesi
tenaga ahli atau Mutua/ Recognitions Arrangement (MRA).
MRA itu sendiri merupakan persiapan kesepakatan antara
dua atau lebih pihak-pihak untuk mengakui dan menerima
secara bersama-sama beberapa atau semua aspek dari hasil
penilaian terhadap para tenaga profesional. MRA
merupakan amanat dari Bali Concord II tahun 2003, untuk
memfasilitasi Movement of Natura/ Persons. Naskah MRA
ini sendiri telah ditandatangani oleh seluruh Menteri
Perdagangan ASEAN.

Oleh: Dadan Krisnandar
Meskipun telah ditandatangani pada akhir tahun 2005 tetapi
direncanakan baru lima negara yang akan memberlakukan
program ini pada kuartal pertama tahun 2007 yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand.
Kerjasama MRA memberikan peluang untuk kerjasama
antar profesi, peningkatan potensi kesempatan kerja
nasional dengan prinsip kepercayaan, daya saing, kepuasan
konsumen, timbal balik, networking teknologi dan pangsa
pasar.
Beberapa bidang yang akan diprioritaskan dalam MRA
adalah Architectural Services, Engineering Services, Accountancy Services, Nursing Services dan Legal Services.
Architectural dan Engineering Services merupakan dua
klasifikasi bidang yang terkait jasa konstruksi.
Dari beberapa klasifjkasi bidang pekerjaan jasa konstruksi
dalam Central Product Classification (CPC), baru bidang
pekerjaan Engineering Services yang terakomodasi dalam
proses MRA. Akomodasi direalisasikan dalam bentuk MRA
on Engineering Services dan ditandatangani di Kuala
Lumpur pada tanggal 9 Desember 2005 oleh Menteri
Perdagangan. Berdasarkan hal itu para Professional Engineer ASEAN agar dapat bekerja di tingkat regional dan
bekerjasama dengan Registered Foreign ASEAN Chartered
Professional Engineer (RF ACPE) sebagai lead fjrmnya wajib
menjadi terdaftar di ACPE. Sementara itu untuk menjadi
seorang ACPE harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain :
1. Menyelesaikan program engineering yang diakreditasi
dan diakui, atau dinilai dan diakui dengan mengikuti
program yang setara oleh lembaga yang berwenang di
negaranya.

2. Dinilai telah layak untuk bekerja mandiri dalam
negaranya. 3. Mempunyai pengalaman minimal 7 tahun
praktek sejak lulus dan pengalaman 2 tahun yang
signifikan dalam posisi engineering.
4. Memiliki registrasi dan ijin terbaru dan sah untuk
berpraktek engineer di negara asal yang diterbitkan oleh
Professional Regulatory Authority (PRA), untuk Indonesia PRA dilakukan oleh LPJK.
5. Mendapatkan sertifikat dari PRA negara asal tanpa ada
catatan pelanggaran yang serius dalam masalah teknikal,
standar profesional atau etik baik di tingkat lokal maupun
internasional.
6. Sejalan dengan kebijakan Program Pemutakhiran
Keprofesian (Continuing Professional Development).
Profesional Engineer yang memenuhi persyaratan di atas
dapat terdaftar sebagai ACPE. Seseorang yang telah menjadi
ACPE dapat mendaftar ke PRA di negara lain dan terdaftar
sebagai Registered Foreign Profesional Engineering dengan
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Terikat kode etik profesional baik di tingkat nasional
maupun internasional sesuai dengan negara asalnya.
2. Terikat dengan penerapan peraturan di negara tempat
akan bekerja.
3. Bekerjasama dengan profesional engineer setempat yang
kompetensinya diakui dan diterima PRA setempat dan
mengacu pada hukum setempat.
Proses MRA membuka peluang dan tantangan bagi Indonesia. Peluang yang dapat diperoleh adalah terbukanya
kerjasama bagi para insinyur dalam negeri dengan pihak
asing dan mendorong kemampuan insinyur dalam negeri
agar dapat bersaing secara global. MRA di tingkat ASEAN

merupakan kesempatan berlatih untuk
menghadapi liberalisasi di tingkat WTO
tahun 2020 dan penyiapan peraturan
untuk menghadapi persaingan
sekaligus melindungi kepentingan
dalam negeri. Di satu sisi tantangan
yang dihadapi adalah pembahasan
secara
cermat
mengenai
pengorganisasian Coordinating Commit tee (CC) sesuai dengan
kesanggupan Indonesia, perolehan
dana yang diambil dari aplikan ACPE
setiap tahun, kurangnya kepedulian
dari pihak-pihak terkait karena urusan
bisnis ke luar negeri masih belum
menjadi opsi yang menarik, dan masih
adanya tatacara bakuan kompetensi
mengenai klasifikasi dan kualifikasi
yang berbeda-beda.
MRA sebagai salah satu proses
pembelajaran liberalisasi perlu
dilakukan secara bertahap. Tahapan
pertama dimulai dengan adanya
sosialisasi melalui penyelenggaraan
Seminar dari awal Juni sampai dengan
akhir November 2006, Workshop dan
pembentukan Tim Perumus mengenai
kelembagaan dan mekanisme
penilaian pada awal Juli sampai
dengan akhir Desember 2006,
pengajuan secara administratif
mengenai komitmen bidang jasa
konstruksi dalam MRA pada bulan
Januari tahun 2007, dan terakhir
penandatanganan oleh Menteri
Perdagangan pada Maret 2007.
MRA menjadi fasilitas mempercepat
perdagangan jasa internasional
khususnya Movement of Natura/ Persons. Dengan adanya kerjasama antara
profesional asing dengan nasional di
tingkat ASEAN diharapkan dapat
terjadi transfer teknologi dan
pengetahuan sehingga dapat
mempersiapkan SDM Indonesia
menjelang liberalisasi di tingkat yang
lebih luas. Selain itu diharapkan Indonesia mampu menghasilkan tenagatenaga kerja yang profesional bukan
hanya tenaga terampil saja serta
memiliki kemampuan bersaing dengan
negara lain.
Penulis adalah Sekretaris BPKSDM.

Sertifikasi Keahlian dan
Persaingan Global
Oleh: Doedoeng Z. Arifin

M asyarakat
Jasa
Konstruksi
dan
Tantangan Global
Dalam Undang-undang
No. 18 tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi,
di samping masyarakat
umum, dikenal juga istilah
masyarakat
jasa
konstruksi,
yaitu
masyarakat yang mempunyai
kepentingan dan atau kegiatan yang
berhubungan dengan usaha dan
pekerjaan jasa konstruksi. Untuk
mewadahi penyelenggaraan peran
masyarakat jasa konstruksi, dilakukan
melalui kegiatan Forum jasa konstruksi
dan melalui Lembaga yang
independen dan mandiri yaitu
Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (LPJK).
Tugas LPJK secara garis besar adalah:
melakukan atau mendorong penelitian
dan pengembangan jasa konstruksi;
menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan jasa konstruksi; melakukan
registrasi tenaga kerja konstruksi, yang
meliputi klasifikasi, kualifikasi dan
sertifikasi keterampilan dan keahlian
kerja; melakukan registrasi badan
usaha jasa konstruksi; ser ta
mendorong dan meningkatkan peran
arbitrase, mediasi, dan penilai ahli di
bidang jasa konstruksi.
Salah satu tantangan persaingan
global bagi pelaku jasa konstruksi
adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan bersaing dalam
menyediakan jasa konstruksi yang
berkualitas dan efisien. Dalam konteks
pasar bebas, parameter lingkungan
strategis yang perlu dicermati adalah
perubahan sistem dan manajemen
sumber daya manusia. Perubahan
sistem dan manajemen sumber daya
manusia memberikan dampak kepada
ukuran kualitas yang menjadi

persyaratan-persyaratan
yang disepakati antar
negara dalam kerangka
General Agreement on
Trade in Services (GATS)
yang dapat dijadikan
dasar bagi negosiasinegosiasi antar negara
dalam membuka akses
pasar.
Untuk memfasilitasi transaksi barang/
jasa antar negara tersebut diperlukan
harmonisasi pengaturan yang harus
disepakati
bersama
agar
pelaksanaannya dapat berjalan
dengan lancar, memberikan hasil yang
maksimal dan menghindari dampak
negatif yang ditimbulkan. Harmonisasi
yang dimaksud di antaranya meliputi
klasifikasi, kualifikasi dan standarisasi
jasa dan profesi dalam sektor
konstruksi dengan memformulasikan
Mutual Recognation Agreements
(MRA) untuk profesi rekayasa yang
selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
ASEAN Engineer sebagai bentuk
pengakuan atas kesetaraan kualifikasi
insinyur di t ingkat ASEAN. Di
Indonesia saat ini baru diakomodir
oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Standar-standar perdagangan barang
dan jasa yang menjadi acuan dan
komitmen dalam GATS adalah Central
Product Classification (CPC) untuk
kategori bidang usaha, dan
International Standard Classification of
Occupations-88 (ISCO-88) untuk
kategori bidang pekerjaan. Standarstandar lainnya pada bidang pekerjaan
adalah Internat ional Standard
Industrial Classificat ion of All
Economic Activities, Revision 3 (ISIC,
Revision 3) dan Internat ional
Classification of Status in Employment
(ICSE-93).
Pemerintah Indonesia sebenarnya
telah menjabarkan standar-standar

tersebut dalam versi Badan Pusat
Stat istik, yaitu Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia 2000
yang mengacu pada ISIC revisi 3, dan
Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan
Indonesia 2002 yang mengacu pada
ISCO-88, namun belum seluruh
kategori dalam bidang jasa konstruksi
dijabarkan dalam kedua standar
tersebut. Mengingat kedua standar
tersebut menjadi acuan bagi banyak
negara, maka khusus untuk ISCO-88
menjadi komitmen Pemerintah, dalam
hal ini Departemen Pekerjaan Umum
untuk menyusun standar kompetensi
tenaga kerja konstruksi Indonesia yang
memiliki keterbandingan dan
keterkaitan dengan standar-standar
yang berlaku internasional.
Dengan mengenali perubahan di
lingkungan strategis pada tingkat
internasional tersebut, maka
peningkatan daya saing pelaku jasa
konstruksi yang berbasis kompetensi
akan memberi peluang yang cukup
besar bagi tenaga kerja Indonesia
untuk memasuki pasar kerja luar
negeri.
Sertifikasi Keahlian
Sebagaimana termuat dalam UndangUndang Nomor 18/1999, jenis usaha
jasa konstruksi terdiri atas usaha
perencanaan konstruksi, usaha
pelaksanaan konstruksi, dan usaha
pengawasan konstruksi yang masingmasing dilaksanakan oleh perencana
konstruksi, pelaksana konstruksi, dan
pengawas konstruksi. Sedangkan dari
sisi tanggung jawab hukum dapat
berbentuk orang perseorangan atau
badan usaha. Pelaku Perorangan
diwadahi oleh asosiasi Profesi
sedangkan pelaku Badan Usaha
diwadahi oleh asosiasi Badan Usaha.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 28 tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi,
disebutkan bahwa tenaga kerja
konstruksi harus mengikuti sertifikasi
keterampilan kerja atau sertifikasi
keahlian kerja yang dilakukan oleh
Lembaga, yang dinyatakan dengan
ser t ifikat. Sedangkan Ser t ifikat
keterampilan kerja akan diberikan
kepada tenaga kerja terampil yang
telah memenuhi persyaratan

berdasarkan disiplin keilmuan dan atau
keterampilan tertentu.
Lebih lanjut ditegaskan pula bahwa
sertifikat keahlian kerja diberikan
kepada tenaga kerja ahli yang telah
memenuhi persyaratan berdasarkan
disiplin keilmuan dan atau kefungsian
dan atau keahlian tertentu dengan
catatan bahwa sertifikat keterampilan
kerja dan sertifikat keahlian kerja
tersebut secara berkala akan diteliti/
dinilai kembali oleh Lembaga. Adapun
pelaksanaan ser t ifikasi dapat
dilakukan oleh asosiasi profesi atau
institusi pendidikan dan pelatihan
yang telah mendapat akreditasi dari
Lembaga.
Untuk memperoleh ser t ifikat
keterampilan kerja dapat dilakukan
dengan cara: 1) pendidikan yang
diakhiri dengan pengujian; atau 2)
pelat ihan yang diakhiri dengan
pengujian; atau 3) pembekalan yang
diakhiri dengan pengujian. sedangkan
untuk memperoleh sertifikat keahlian
kerja dapat dilakukan dengan cara: 1)
menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi atau yang setara yang
terakreditasi oleh Pemerintah, dan
telah melakukan pemagangan secara
profesional yang diakhiri dengan
pengujian oleh asosiasi terkait; atau 2)
penilaian/ pengujian terhadap tenaga
ahli yang telah mempunyai
pengalaman oleh asosiasi terkait.
Sesuai PP 28/ 2000, disebutkan pula
bahwa Lembaga melaksanakan
akreditasi terhadap asosiasi profesi dan
institusi pendidikan dan pelatihan
yang telah memenuhi persyaratan
untuk menyelenggarakan sertifikasi.
Selanjutnya, setiap asosiasi profesi dan
institusi pendidikan dan pelatihan
yang telah terakreditasi wajib
melaporkan hasil sertifikasi yang telah
dilaksanakannya kepada Lembaga.
Agar institusi pendidikan, misalnya
Fakultas Teknik suatu Perguruan
Tinggi dapat menyelenggarakan
sertifikasi, maka Fakultas Teknik
tersebut dapat mengajukan usulan
kepada LPJK untuk mendapatkan
akreditasi. Dengan demikian, setiap
lulusan dari Fakultas Teknik tersebut
yang telah mengikuti program
pemagangan dengan kriteria tertentu,

dapat diuji oleh asosiasi terkait untuk
mendapatkan sertifikat keahlian kerja
sesuai norma-norma yang ditetapkan
LPJK.
Terkait dengan proses sertifikasi
keahlian kerja oleh asosiasi profesi,
suatu asosiasi profesi hendaknya
memiliki suatu badan sertifikasi yang
kredibel dan independen. Namun
demikian, asosiasi juga seyogyanya
tidak menitikberatkan kegiatannya
hanya dalam masalah ser tifikasi
sehingga kurang atau bahkan tidak
melakukan upaya-upaya peningkatan
kompetensi anggota. Dewasa ini
masih dijumpai penyelenggaraan
sertifikasi oleh asosiasi yang belum
sepenuhnya mengacu kepada standar
penilaian kompetensi. Hal ini tentu
saja akan menyebabkan terjadinya
penilaian yang tidak objektif.
Penilaian sertifikasi harus dilaksanakan
oleh institusi yang independen, bukan
oleh perangkat organisasi dari asosiasi
tersebut. Oleh sebab itu, asosiasi
sebaiknya cukup menetapkan kriteria
dan cara penilaian kompetensi,
sementara yang melakukan penilaian
adalah institusi lain. Sistem tersebut
akan lebih menjamin obyektifitas dan
mengurangi kemungkinan terjadinya
kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).
Sertifikat Keahlian Profesi Tenaga Ahli
(SKA) merupakan bukti tingkat/
kedalaman
kompetensi
dan
kemampuan profesi dan keahlian
sehingga harus diterbitkan dengan
kriteria baku dan benar-benar
didasarkan atas asas nyata . Kriteria
tersebut hendaknya mengatur
persyaratan minimal yang harus
dipenuhi
berkaitan
dengan
administrasi, teknis, waktu maksimal
yang diperlukan dan biaya pelayanan.
Ketentuan tersebut t idak boleh
ber tentangan dengan hak asasi
masyarakat atas kebebasan berusaha.
Jelaslah sudah bagi kita semua bahwa
masih banyak pekerjaan rumah yang
harus kita siapkan dalam membangun
kemampuan para pelaku jasa
kontruksi untuk meningkatkan
perannya dalam pembangunan
Nasional dan juga mampu berkiprah
di tingkat Internasional. [dza 140806]
Penulis adalah Kepala Sub Bagian Evaluasi dan
Pelaporan Bagian Perencanaan Sekretariat BPKSDM.

Kursus Penyegaran Eselon IV dan Staf
Senior (Bidang Sumber Daya Air)
dilingkungan Departemen Pekerjaan
Umum

Workshop Review, SKK, SLK dan MUK Jabatan Kerja
Value Engineer dan Team Leader Konsultan Supervisi
Kerjasama Pusat Pembinaan Kompetensi dan Keterampilan Konstruksi
BPKSDM dan LPJK

Trainning of Trainer Bidang Pengadaan, BPKSDM, Departemen PU

Pelatihan Hukum
Kontrak Konstruksi

Penyelenggaraan Mata Kuliah Umum Kedinasan,
Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi
BPKSDM, bekerjasama dengan PTN Mitra,
ITB-UNPAR-UPI YAI-UNDIP-USM-ITS-UNHAS

Student Support Services, dalam rangka
mempersiapkan karya siswa mengikuti
dan menyelesaikan program magister.

Perencanaan/Implementasi/
Pengelolaan Sistem Akuntansi
Pemerintah dilingkungan
BPKSDM Dep. PU

Bantuan Teknis Administrasi dan
Keuangan balai-Balai dilingkungan
BPKSDM Dep. PU

Keikutsertaan BPKSDM dalam lomba gerak jalan dalam rangka
memperingati HUT RI ke 61

Keikutsertaan BPKSDM dalam lomba
Tumpeng, memperingati Hari
Ulangtahun RI ke 61

adan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia
(BPKSDM) Depar temen
Pekerjaan
Umum
menyelenggarakan Focus
Group Discussion (FGD) yang bertema
Peluang Penyedia Jasa Konstruksi Indonesia Meraih Pasar Internasional,
Kamis (27/ 07) di Hotel Borobudur
Jakar ta. Kepala BPKSDM Iwan
Nursyirwan mengatakan bahwa
maksud diadakannya FGD adalah
untuk menganalisa kemampuan Jasa
Konstruksi
Indonesia
dan
mengupayakan untuk menghilangkan
kendala-kendala yang ada agar Badan
Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) Indonesia dapat masuk ke dalam pasar jasa
konstruksi Internasional. Selain itu

FGD ini dimaksudkan agar BUJK Indonesia menjadi tuan rumah di negeri
sendiri dan juga dengan adanya
liberalisasi perdagangan jasa dapat
memajukan industri jasa konstruksi
Indonesia.
Selama ini penyedia jasa konstruksi
dalam negeri hanya mampu berebut
proyek pemerintah yang bernilai
sekitar Rp60 triliun atau 45% dari pasar
konstruksi dalam negeri, padahal
banyak negara yang sudah memberi
peluang. Oleh karena itu menurut Iwan
Nursyirwan, Departemen Pekerjaan
Umum
akan
membantu
mempersiapkan para pelaku jasa
konstruksi menghadapi liberalisasi jasa
konstruksi baik regional dan global.
Pasar jasa konstruksi di Indonesia
sudah penuh karena hanya
mengharapkan proyek pemerintah,

Perlu Dukungan Pemerintah
untuk Meningkatkan Kualitas Jasa Konstruksi
Indonesia di Tingkat Internasional
akibatnya banting-bantingan harga
yang bisa saja menurunkan mutu
pekerjaan. Oleh karena itu sektor ini
akan didorong untuk bersaing di pasar
internasional karena peluang dan nilai
proyeknya cukup besar.

Inpres untuk pemberdayaan jasa
konstruksi Indonesia seperti yang
pernah
dilakukan
untuk
pemberdayaan pelayaran dalam
negeri.
Adhi Karya yang baru-baru ini
memenangi
tender
proyek
pembangunan Hotel Shangrila di
Qatar serta pembangunan rel kereta
api di India dianggap menjadi contoh
sukses penyedia jasa konstruksi
nasional yang berhasil di pasar
internasional. Menurut wakil dari Adhi
Karya, pengalaman memenangkan
tender di pasar internasional cukup
berat bagi perusahaan apalagi tanpa
bantuan pemerintah. Kendala seperti
jaminan bank yang tidak laku di luar
negeri, tenaga kerja yang terkena fiskal
serta kesulitan permodalan dapat
menurunkan daya saing penyedia jasa
konstruksi nasional.

FGD ini dihadiri oleh Wakil dari Badan
Pengembangan Ekspor Nasional
(BPEN), LPJK-N, Asosiasi Kontraktor
Indonesia (AKI), Tim Koordinasi
Bidang Jasa (TKBJ) Departemen
Keuangan, Departemen Perdagangan,
PT Adhi Karya, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), dan
Departemen Luar Negeri. Dalam
diskusi tersebut BPKSDM mendapat
masukan yang intinya antara lain
perlunya dukungan pemerintah secara
politis, maupun fasilitasi keuangan
yang dapat berupa kemudahan fiskal,
dukungan modal maupun jaminan
Bank, ser ta legalitas mengenai
pengaturan yang jelas mengenai
pengaturan yang jelas mengenai
liberalisasi jasa dan investasi. Ketua
Koordinator Kelompok Kerja dan
Satuan Tugas TKBJ menyarankan agar
diupayakan Paket Kebijakan berupa

Di samping itu Dirjen Kerjasama
Internasional melihat keinginan sektor
konstruksi untuk berkiprah di pasar
Internasional maka disarankan agar
dalam perundingan-perundingan yang
akan datang baik internasional, regional, maupun nasional Indonesia
dapat menyampaikan request ke
negara lain di bidang jasa konstruksi
dan juga mempelajari offer dari negara
lain. BPEN menginformasikan bahwa
pada bulan Desember yang akan
datang akan diadakan pameran
Konstruksi di Timur Tengah, dimana
diharapkan pelaku usaha konstruksi
Indonesia ikut berpar tisipasi di
dalamnya. Dalam pameran tersebut
akan dihadiri oleh perwakilan dari
negara-negara Timur Tengah untuk
melihat perkembangan konstruksi di
negara-negara yang berminat
memasuki pasar di kawasan Timur
Tengah.

Sehubungan dengan masukan tersebut
Kepala BPKSDM Iwan Nursyirwan
memberikan tanggapan antara lain
bahwa Departemen Pekerjaan Umum
akan menindaklanjuti bersama LPJKN dengan melakukan pembahasanpembahasan kembali bersama
Depar temen
Perdagangan,
Departemen Keuangan, dan Bank Indonesia maupun dengan Departemen
Luar Negeri. Apabila di kemudian hari
ada promosi penyedia jasa konstruksi
Indonesia ke luar negeri maka
BPKSDM akan bekerjasama dengan
Badan Pengembangan Ekspor
Nasional (BPEN). Selain itu informasi
tentang pasar konstruksi akan disusun
oleh BPKSDM melalui website untuk
meningkatkan pengetahuan pelaku
jasa konstruksi Indonesia. BPKSDM
juga berupaya akan menyempurnakan
peraturan yang berkaitan dengan
konstruksi.
Salah satu hasil diskusi yang perlu
untuk segera ditindaklanjuti antara lain
Pemerintah
jangan
hanya
mempromosikan barang tetapi juga
bidang jasa termasuk jasa konstruksi.
Untuk menghadapi persaingan
internasional terutama industri jasa
konstruksi yang mempunyai peluang
yang besar, Pemerintah mendorong
para penyedia jasa untuk
meningkatkan kualitas dan profesi
tenaga ahli termasuk mengembangkan
industri yang bergerak dalam bidang
Building Material.
Selama ini dalam setiap perundingan
di tingkat Internasional Pemerintah
Indonesia hanya bertahan tanpa
orientasi akses market yang jelas.

Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana
memperkuat posisi tawar Indonesia di
tingkat Internasional. Menurut Ketua
LPJKN, Sulistijo Sidartomulyo, untuk
memenangkan persaingan jasa
konstruksi di pasar internasional, perlu
ada kesatuan strategi secara nasional
atau incoorporated baik dari promosi,
modal, jaminan yang menyangkut
asuransi dan pajak. Sulistijo memberi
perbandingan dengan Malaysia dimana
Indonesia pernah mendapat proyek
pembangunan jalan tol disana, namun
saat ini Malaysia telah berhasil
memenangkan 720 proyek di 29
negara. Mereka bisa melakukannya
karena Malaysia membentuk CDIB
Holding (Perusahaan promosi yang
dibentuk oleh LPJK Malaysia) untuk
mengumpulkan informasi, promo,
menawarkan banner proyek, mengajak
menteri-nya untuk menembus
hambatan politis dan begitu berhasil

pemerintahnya memberikan jaminan
untuk mendapatkan pinjaman
internasional.
Sulistijo juga menambahkan agar
konstruksi Indonesia bisa dititipkan
pada atase perdagangan seperti di
Jepang yang memiliki atase konstruksi.
Sulistijo memberi perbandingan
dengan Malaysia dimana Indonesia
pernah
mendapat
proyek
pembangunan jalan tol disana, namun
saat ini Malaysia telah berhasil
memenangkan 720 proyek di 29
negara. Bahkan China dan India
mampu memberikan kredit ekspor bagi
perusahaan yang mendapat proyek di
luar negeri.
Iwan Nursyirwan mengatakan akan
melakukan koordinasi dengan
Departemen terkait dan Bank Indonesia untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi penyedia jasa konstruksi
nasional. Sebagai langkah awal untuk
mempercepat informasi mengenai tender-tender di dalam negeri dan luar
negeri akan dibuat sebuah website
pasar jasa konstruksi yang
direncanakan bisa terwujud akhir tahun
ini. Selain itu BPKSDM terus
melakukan pelatihan-pelatihan untuk
menghasilkan tenaga ahli maupun
tenaga terampil yang mempunyai
sertifikasi sehingga bisa diakui di pasar
konstruksi internasional. (tw/ nn)

terciptanya tatanan kota
yang teratur dan rapi.
1.3. Yellow Box
Dibeberapa lokasi di
Malaysia
telah
menggunakan Yellow Box
yang ber tujuan untuk
Oleh: Cakra Nagara
Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, BKSDM,
meberikan peringantan
Departemen Pekerjaan Umum
secara tegas bahwa jika satu
ruas lengan sedang
Bagian Kedua - habis
diperbolehkan
untuk
1.1. Larangan Menyeberang Jalan bergerak maka lengan lainnya harus
berhent i atau mengikuti aturan
di Lokasi Tertentu
pergerakan
lalu lintas yang berlaku saat
Dibeberapa lokasi yang cukup padat
terdapat larangan menyeberang jalan itu. Yellow Box yang ada di Malaysia
tanpa menggunakan jembatan tetap menggunakan lampu lalu lintas.
penyeberangan. Tentunya hal ini Pelanggaran atas kendaraan yang
dilakukan
dengan melewati batas-batas Yellow Box
mempertimbangkan faktor kondisi diberikan sangsi yang cukup tegas.
lalu lintas dan keselamatan para
Berikut ini adalah salah satu contoh
pengguna jalan.
gambar Yellow Box dilihat dari KL
Adanya ancaman denda yang tinggi Tower.
sebesar RM 500,- (dalam rupiah Rp
1.250.000,-) memberi dampak yang
sangat serius terhadap para
penyeberang. Sangsi berupa denda
ini benar-benar dijalankan sehingga
Gambar 18.
Yellow Box.

Gambar 16. Larangan menyebrang jalan tanpa menggunakan
jembatan penyebrangan.

memberi dampak yang tinggi dalam
berdisiplin dalam menyeberang jalan.
Lebih besar lagi, tatanan kota menjadi
lebih indah dan lebih teratur akibat
ditegakannya disiplin lalu lintas.
1.2. Larangan Parkir Sembarangan
Dibeberapa lokasi diberlakukan
larangan parkir. Berikut ini didapati
kendaraan yang akan diderek karena
tetangkap tangan melakukan parkir
pada tempat larangan parkir.

1.4. Nehimiah Wall
Konsep dasarnya Nehimiah Wall
adalah dinding penahan tanah dengan
mempergunakan angkur. Setelah
melalui perhitungan-perhitungan
tertentu dipasangnya angkur-angkur
baja dipasangkan berdasarkan
dimensinya yang diperlukan di
lapangan. Hal yang menarik dari
Nehimiah Wall adalah diding penahan
tanah yang dipasangkan tersebut
membentuk arsitektural yang baik dan
indah.
Berikut ini adalah pengunaan
Nehimiah Wall yang sudah dilakukan
di Malaysia.

1.5. Penggunaan Kartu Touch and
Go di Jalan Tol
Sistim ticketing Touch and Go yang
menyebabkan waktu pelayanan
kendaraan bisa diminimalisir sehingga
tidak timubul antrian yang panjang
dimana-mana. Konsep dari Touch and
Go ini adalah menyediakan kartu
tertentu yang apabila terkena sensor
maka secara otomatis si pelanggan
telah membayar karcis Tol. Cara kerja
kartu ini mirip seperti kartu ATM yang
mana jumlah saldonya bisa tambah
(recharge).
Penggunaan kar tu ini sangat
menguntungkan karena dapat
mengurangi waktu pelayanan dari
waktu pelayanan tercepat dengan
menggunakan pembayaran tiket
adalah 8 detik, dengan Touch and Go
ini bisa menjadi 2 detik. Tentunya bisa
diperkirakan seberapa besar antrian
yang bisa diminimalisir di seluruh jalan
tol yang ada. Penggunaan kartu Touch
and Go ini sangat cocok digunakan di
jalan Tol di Jakarta dengan tingkat
okupansi yang sangat tinggi.
1.6. Penyediaan Jalur Khusus
Sepeda Motor di Jalan Tol
Secara umum tidak semua jalan Tol
menggunakan jalur khusus sepeda
motor. Jalur ini didesain untuk
mengalirkan arus lalu lintas sepeda
motor yang memang sudah tidak ada
lagi akses dari dan ke suatu tempat
tertentu, sehingga dibuatlah jalur
khusus sepeda motor.
Jalur khusus sepeda motor di jalan tol
ini cukup banyak di Malaysia. Berikut
ini adalah salah satu gambar jalur
khusus sepeda motor.

Gambar 20. Jalur khusus sepeda motor di jalan tol.

1.7. SMART Tunnel
Konsep kerja SMART Tunnel adalah
memanfaatkan dimensi koridor jalan
eksist ing untuk diberikan jalan
tambahan di bawahnya berupa tunnel.
Tunnel ini pada saat tidak banjir
berfungsi sebagai jalan raya dan pada
saat permukaan air tinggi tunnel
berfungsi sebagai tempat aliran air.

Gambar 17. Mobil yang diderek karena melanggar larangan
parkir.

Setiap pelanggaran terhadap larangan
parkir dikenakan denda RM 300,(dalam rupiah Rp 750.000,-). Dampak
langsung dari denda ini adalah si
pelanggar jera dan t idak akan
mengulanginya lagi, sedangkan
dampak t idak langsung adalah

Gambar 19. Nehimiah Wall.

Ide dasar pembuatan Smart Tunnel ini
adalah bagaimana caranya mereduksi

beberapa permasalahan utama yaitu
banjir dan kemacetan lalu lintas dalam
suatu keterbatasan lahan, yang
diselesaikan dalam satu solusi
pemecahan yang komprehensif, yang
diwujudkan berupa Smart Tunnel.
Berikut ini diberikan ilustrasi dan
beberapa gambar yang bisa
menjelaskan fungsi dibangunnya
Smart Tunnel di Malaysia.
Gambar 22.
Pembagian koridor
pada lingkaran Smart
Tunnel.

Gambar 21. Konsep
dasar Smart Tunnel.

Gambar 23. Sistem Aerasi pada
Smart Tunnel.

1.9. Site Visit: Melacca, Twins
Tower, KL Tower, Genting
Dalam site visit ini dikunjungi beberapa
lokasi yang cukup menarik, anatara
lain: Melacca, Twins Tower, KL Tower,
Tanah Genting.
· Melacca merupakan lokasi cagar
budaya dari kebesaran bangsa Melayu
di Melacca. Terdapat gereja tertua sisasisa peninggalan Portugis abad 18 dan
pula terdapat akulturasi kebudayaan
portugis-melayu di Melacca.
· Twins Tower dan KL Tower
merupakan simbol semangat baru
Malaysia dalam melaksanakan
pembangunan.
· Genting merupakan objek wisata
yang menerapkan teknologi kereta
gantung yang panjangnya kurang dari
1 km. Di Genting pula merupakan
tempat lokalisasi perjudian terbesar di
Malaysia.
Gambar
28. Gereja
tertua di
Melacca
peninggalan
Portugis.

Gambar 29.
KL Tower

Gambar 24. Lay Out Smart Tunnel Malaysia

1.8. LRT dan Monorail
LRT dan Monorail adalah moda
transportasi yang digunakan sebagai
public transport. Pada dasarnya LRT
dan Monorail adalah sama-sama
mengangkut penumpang dengan
jumlah besar menggunakan gerbong
kereta. Perbedaan LRT dan Monorail
hanya pada media letak gerbong itu
sendiri, Monorail bersifat elevated.
Berikut ini diberikan rute penggunaan
LRT dan Monorail untuk Kota Kuala
Lumpur.

Gambar 30. Twins
Tower (Petronas Tower)

Gambar 31. Kereta
Gantung (Gandula)
di Genting.

1.21. Kementerian Kerja Malaysia
Berikut ini adalah kementerian/ badan
di bawah Koordinator Kementerian
Kerja Malaysia.
Di Malaysia, Malaysia Highway

Gambar 25. Rute perjalanan
menggunakan Monorail da LRT
menuju Kuala Lumpur.

Gambar 26.
Stasiun Feeder
Monorail.

Gambar 27. Monorail yang melintasi tengah kota

Gambar 32. Bagan kementerian keja Malaysia

Authority (istilah Indonesia: Badan
Pengelola Jalan Tol) dan Construction
Industry Development Board (istilah
Indonesia:
Puslatjakons)
kedudukannya sejajar dengan Public
Work Departement (istilah Indonesia:
Departemen Pekerjaan Umum).
Tentunya hal ini sangat beralasan yang
nantinya bedampak pada:
Privatisasi Jalan Tol di Malaysia,
secara tegas memisahkan antara
pengelola dan operator jalan tol.
Konsep privatisasi ini merupakan
tindak lanjut dari rencana penyehatan
kinerja jalan Tol, baik operator
maupun regulator dilakukan terpisah.
Construct ion
Industr y
Development Board (CIDB) di
Malaysia, mengurus masalah sertifikasi
keahlian para tenaga terampil dan
tenaga ahli. Masalah sertifikasi ini
tentunya akan menjamin perlindungan
terhadap kompetensi para tenaga baik
skala nasional maupun sekala
Internasional.
2. PENUTUP
Berikut ini diberikan kesimpulan dari
kegiatan pelatihan International
Course on Road Construction and
Maintenance di Malaysia yang
dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 19
Juni 2005.
1. Highlight kegiatan 40 Hari
Pelatihan Road Construction and
Maintenance Di Negeri Jiran ini
dianggap pent ing sebagai
masukan dan perbandingan untuk
pembangunan Indonesia dimasa
yang akan datang.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan
di Malaysia mungkin saat ini tidak

Pada tabel berikut ini diberikan beberapa persamaan dan perbedaan
yang terkait dengan ke-PU-an di Indonesia.

sebanyak
(plural)
ilmu
pengetahuan di Indonesia, namun
pergerakan pembangunan secara
fisik diakui sangat pesat.
3. Database tentang aset jalan yang
ada di Malaysia dimiliki sangat baik

sehingga dapat menentukan
perencanaan dan penanganan
terbaik. Dalam hal ini database
merupakan kunci utamanya.
Database yang tidak direkayasa
merupakan input terbaik dalam

setiap pemecahan segala
permasalahan yang ada.
4. Malaysia memiliki niat yang kuat
untuk melakukan maintenance
pada aset bidang jalan.
Maintenance merupakan kegiatan
terpenting dalam mepertahankan
aset yang ada.
5. Malaysia dianggap berhasil
mengendalikan tata ruang,
khususnya tata ruang sempadan
jalan. Tata ruang merupakan hal
penting dalam mengendalikan
wilayah. Segala hal yang dibangun
tidak sesuai dengan tata ruang
maka dipastikan akan menimbulkan masalah besar yang berdampak secara langsung terhadap
semua sistem disekitarnya.

yang mempengaruhi kehandalan
struktur dan perkembangan teknologi
bahan dan konstruksi.

Bagian Kedua - Habis

5. Jembatan Sistem Kabel
Penggunaan dan penguasaan teknologi
material yang kuat dan ringan, berupa
komponen kabel baja atau strand
sangat diperlukan untuk pembangunan
jembatan berbentang panjang,
disamping penguasaan teknologi
pembangunan baik dari aspek
peralatan,
material maupun
perencanaannya.
Penggunaan kabel sebagai elemen
utama jembatan umumnya dipakai
dalam bentuk konfigurasi suspension
(gantung) dan cable-stayed atau
kombinasi kedua sistem tersebut.
Konsep jembatan gantung (Gambar 1).
Umumnya konsep jembatan ini
digunakan untuk bentangan yang
cukup panjang hingga 2.000 m.

bentangan sedang sampai menengah
(850 meter).

Gambar 2. Jembatan Cable-Stayed

Konsep gabungan antara suspension
dan cable-stayed merupakan sinergi
sebagai alternatif untuk mendapatkan
bentangan ultra panjang dimana sistem
cable-stayed yang ada mencapai batas
kemampuan maksimumnya sedangkan
konsep gantung tidak kompetitif untuk
bentangan pendek. Teknologi
jembatan yang menggabungkan
konsep-konsep jembatan kabel yang
sudah ada, dikenal dengan nama
Sistem Hibrida (Gambar 3) yang
merupakan
rekayasa
untuk
mendapatkan jembatan dengan
bentangan ultra panjang (hingga 5.000
m).

Gambar 1. Jembatan Gantung

Sedangkan jembatan dengan
konfigurasi cable-stayed, dimana
sistem deck jembatan didukung oleh
kabel yang dihubungkan langsung
dengan pilon (Gambar 2) umumnya
dipakai untuk jembatan dengan

Gambar 3. Jembatan Sistem Hibrida

Perkembangan kemampuan untuk
memiliki bentang yang panjang
sesungguhnya dilatar- belakangi oleh
perkembangan kemampuan para
perencananya dalam menangani faktor

Jembatan dengan teknologi Kabel yang
sudah atau sedang dibangun di
Indonesia seperti ditunjukkan dalam
tabel.
6. Teknologi Kabel Baja Jembatan
Kabel sebagai komponen utama
jembatan pertama ka1i dipakai pada
jembatan gantung yang dibuat pada
abad 19 masih menggunakan baja
biasa. Teknologi material kabel ini
semakin hari semakin baik dan saat ini
sudah banyak digunakan pada
jembatan gantung atau jembatan cable
stayed.
Kua1itas kabel baja yang digunakan
pada jembatan gantung umumnya
memiliki tegangan ultimate l570 MPa
seperti yang digunakan pada Jembatan
Barito di Kalimantan Selatan. Namun
pada saat ini sudah dapat dibuat kabel
dengan tegangan ultimate l770 MPa
seperti yang dipakai untuk Jembatan
Gantung
Kar tanegara-2
di
Tenggarong, Kalimantan Timur. Kabel
pada jembatan ini disusun dalam
bentuk spiral strand dengan diameter
57,9 mm yang disusun dari 115 wire
yang berdiameter antara 3,810-4,826
mm yang umumnya dibuat di pabrik
yang kemudian diangkut ke lokasi
jembatan. Modulus Elastisitas dari kabel
tersebut, kurang lebih l60.000 MPa.
Untuk jembatan gantung bentang
panjang kabel penggantung umumnya
disusun di lokasi atau sering disebut

dengan Aerial Spinning baik dalam
bentuk paralell wire ataupun long lay
wire. Sedangkan, kabel yang dipakai
pada jembatan sistem cable-stayed,
lebih sering digunakan 7 wire strand
(strand) dengan diameter 0,5 inch atau
0,6 inch. Kabel ini, umumnya yang
memiliki modulus elastisitas berkisar
200.000 MPa, dan akhir-akhir ini
sudah ada dengan tegangan ultimate
2000 MPa. Masing-masing strand
umumnya dibungkus dengan High
Density Polyethelen (IIDPE) untuk
me1indungi terhadap bahaya korosi
sedangkan untuk masing-masing wire
dapat diberi per1indungan hot dip
galvanized
7 . T antangan Pembangunan
Jembatan Panjang
Tantangan ke depan yang dihadapi
untuk infrastruktur jembatan di
Indonesia adalah pembangunan
jembatan yang me1intasi sungai-sungai
besar dan lembah yang dalam serta

j embat anjembatan yang
menghubungkan
p ul au- p ul au
d e n g a n
mempertimbangkan
k em u d ah aa n
t e k n i k
pelaksanaan, baik
ditinjau dari aspek ketersediaan bahan,
material pendukung, peralatan kerja
maupun teknologi yang sudah
berkembang
di
Indonesia.
Pertimbangan ini harus menjadi dasar
mulai tahap pra-rencana sampai
dengan tahap perencanaan mendetail
(DED) dan pemeliharaan.
Beberapa jembatan panjang yang telah
di studi maupun telah dilaksanakan dan
menjadi tantangan dimasa yang akan
datang diantaranya sebagai berikut:
a) Jembatan
Selat
Sunda,
diperkirakan bentang utama
2.000m s/d 5.000m menggunakan tipe jembatan gabungan
(hybrid)
b) Jembatan Selat Bali direncanakan
dengan menggunakan tipe
jembatan gabungan (hybrid)
dengan bentang utama 2.100 m
c) Jembatan Teluk Balikpapan
direncanakan dengan menggunakan tipe jembatan Cable stayed
dengan bentang utama 370 m.

BERPIKIR NEGATIF
BERPIKIR POSITIF
FACT

d) Penyelesaian pembangunan
Suramadu dengan panjang total
5,4 Km dengan jembatan utama
Cable-Stayed dengan bentang 414
meter.
e) Jembatan yang menghubungkan
Mala.ka dengan daratan Sumatera
di provinsi Riau.
8. Penutup
Jembatan yang merupakan bagian dari
jalan sangat diperlukan dalam sistem
tansportasi nasional mempunyai
peranan penting dalam rangka
mewujudkan sasaran pembangunan
nasional menuju masyarakat yang adil
dan sejahtera.
Penguasaan teknologi jembatan
bentang panjang mutlak diperlukan
untuk mengantisipasi pembangunan
jembatan di Indonesia yang mengarah
pada penggunaan bentang-tunggal
ultra panjang yang dapat melintasi
sungai dan menghubungkan pulaupulau di nusantara serta kondisi aliran,
palung sungai dan kondisi navigasi
yang menuntut jembatan dengan
bentang tunggal yang besar.

Penulis : Kepala Bidang Pengembangan Usaha Jasa
Konstruksi, Pusat Pembinaan Usaha Konstruksi,
BPKSDM.

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.