PBINo11 10 PBI 2009penjelasan

PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR 11/10/PBI/2009
TENTANG
UNIT USAHA SYARIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa perbankan
syariah kepada masyarakat diperlukan jumlah kantor bank syariah
yang semakin banyak yang dapat menjangkau masyarakat secara
luas termasuk memperkuat keberadaan unit usaha syariah pada
bank umum konvensional;
b. bahwa unit usaha syariah harus berkembang secara sehat dan
dikelola secara profesional sehingga diperlukan dukungan dari
manajemen dan modal yang cukup agar dapat tumbuh secara sehat
dan tangguh (sustainable);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a dan huruf b maka diperlukan penyesuaian terhadap
ketentuan mengenai unit usaha syariah dalam suatu Peraturan
Bank Indonesia.

Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti …

-2Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4901) sebagaimana
telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4962);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4867);
3. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4756);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG UNIT USAHA
SYARIAH.

BAB I …

-3BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1.

Bank Umum Konvensional yang selanjutnya disebut BUK
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
termasuk kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di
luar negeri;

2.

Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;


3.

Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit
kerja dari BUK yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah;

4.

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan syariah berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;

5.

Kantor Cabang Syariah yang selanjutnya disebut KCS adalah
kantor cabang UUS yang bertanggung jawab kepada UUS yang
bersangkutan …


-4bersangkutan, dengan alamat tempat usaha yang jelas sesuai
dengan lokasi KCS tersebut melakukan usahanya, termasuk
kantor cabang pembantu syariah dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri;
6.

Kantor di bawah Kantor Cabang Syariah adalah kantor cabang
pembantu syariah dan kantor kas syariah;

7.

Kantor Cabang Pembantu Syariah yang selanjutnya disebut
KCPS adalah kantor cabang pembantu UUS yang kegiatan
usahanya membantu KCS induknya, dengan alamat tempat usaha
yang jelas sesuai dengan lokasi KCPS tersebut melakukan
usahanya, termasuk kantor di bawah kantor cabang pembantu
syariah atau kantor kas syariah dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri;


8.

Kantor Kas Syariah yang selanjutnya disebut sebagai KKS
adalah kantor kas UUS yang kegiatan usahanya membantu KCS
atau KCPS induknya, kecuali memberikan pembiayaan, dengan
alamat tempat usaha yang jelas sesuai dengan lokasi KKS
tersebut melakukan usahanya;

9.

Layanan Syariah yang selanjutnya disebut LS adalah kegiatan
penghimpunan dana, pembiayaan dan pemberian jasa perbankan
lainnya berdasarkan Prinsip Syariah yang dilakukan di kantor
cabang konvensional atau kantor cabang pembantu konvensional
untuk dan atas nama KCS pada bank yang sama;

10. Kegiatan Perbankan Elektronis adalah kegiatan pelayanan jasa
bank syariah yang dilakukan dengan menggunakan sarana mesin
elektronis yang dimanfaatkan untuk pembayaran melalui
pemindahbukuan,


transfer antar bank dan/atau memperoleh
informasi …

-5informasi mengenai saldo/mutasi rekening nasabah, antara lain
termasuk internet banking dan mobile banking;
11. Kegiatan Pelayanan Kas Syariah adalah kegiatan kas dalam
rangka melayani pihak yang telah menjadi nasabah UUS
meliputi antara lain:
a. Kas Keliling yaitu kegiatan pelayanan kas secara berpindahpindah dengan menggunakan alat transportasi atau pada
lokasi tertentu secara tidak permanen antara lain kas mobil,
kas terapung atau counter bank non permanen;
b. Payment Point yaitu kegiatan dalam bentuk penerimaan
pembayaran melalui kerjasama antara BUK yang memiliki
UUS dengan pihak lain pada suatu lokasi tertentu, seperti
untuk penerimaan pembayaran tagihan telepon, tagihan
listrik dan/atau penerimaan setoran dari pihak ketiga;
c. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yaitu kegiatan kas atau non
kas yang dilakukan secara elektronis untuk memudahkan
nasabah antara lain dalam rangka menarik atau menyetor

secara

tunai

atau

melakukan

pembayaran

melalui

pemindahbukuan, transfer antar bank dan/atau memperoleh
informasi

mengenai

saldo/mutasi

rekening


nasabah,

termasuk ATM yang dilakukan dengan pemanfaatan
teknologi melalui kerja sama dengan pihak lain;
12. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disebut DPS adalah
dewan yang bertugas memberikan nasehat dan saran kepada
Direksi serta mengawasi kegiatan UUS agar sesuai dengan
Prinsip Syariah;

13. Pejabat …

-613. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab
langsung kepada Direktur UUS dan/atau mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan dan operasional bank seperti kepala divisi,
atau pemimpin KCS;
14. Pemisahan (spin-off) adalah pemisahan usaha dari satu BUK
menjadi dua badan usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
15. Hari adalah hari kalender.


BAB II
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Pembukaan Unit Usaha Syariah
Pasal 2
(1)

BUK yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah wajib membuka UUS.

(2)

Rencana pembukaan UUS harus dicantumkan dalam rencana
bisnis BUK.

Pasal 3
(1)

Pembukaan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank

Indonesia.

(2)

Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk izin usaha.

Pasal 4 …

-7Pasal 4
(1)

Modal kerja UUS ditetapkan dan dipelihara paling kurang
sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah).

(2)

Modal kerja UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disisihkan dalam bentuk tunai.

Bagian Kedua
Persetujuan Izin Usaha
Pasal 5
(1)

Permohonan izin usaha UUS diajukan oleh BUK disertai dengan
antara lain:
a. rancangan perubahan anggaran dasar yang paling kurang
memuat kegiatan usaha UUS;
b. identitas dan dokumen pendukung Direktur yang akan
bertanggung jawab penuh terhadap UUS, calon anggota DPS
dan calon Pejabat Eksekutif;
c. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi
ekonomi; dan
d. rencana bisnis (business plan) UUS untuk tahun pertama dan
jangka menengah.

(2)

BUK

yang

mengajukan

permohonan

izin

usaha

UUS

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan
penjelasan mengenai keseluruhan rencana pembukaan UUS.

Pasal 6 …

-8Pasal 6
(1)

BUK yang telah mendapat izin usaha UUS wajib melakukan
kegiatan usaha paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal izin usaha diberikan.

(2)

UUS wajib melaporkan pelaksanaan kegiatannya paling lambat
10 (sepuluh) hari setelah tanggal pelaksanaan kegiatan usaha.

(3) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal izin usaha diberikan BUK belum melakukan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, maka izin usaha
yang telah diberikan menjadi tidak berlaku.

Pasal 7
BUK yang telah mendapatkan izin usaha UUS wajib mencantumkan
secara jelas frase “Unit Usaha Syariah” setelah nama BUK dan logo
iB pada kantor UUS yang bersangkutan.

BAB III
DIREKTUR UNIT USAHA SYARIAH,
DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN PEJABAT EKSEKUTIF
Bagian Kesatu
Direktur Unit Usaha Syariah
Pasal 8
(1)

Penunjukan dan/atau penggantian Direktur yang bertanggung
jawab penuh terhadap UUS (Direktur UUS) wajib dilaporkan
oleh BUK paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal
pengangkatan dan/atau penggantian efektif.

(2) Direktur …

-9(2)

Direktur UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
merangkap tugas BUK lainnya sepanjang tidak menimbulkan
benturan kepentingan (conflict of interest).

(3)

Direktur UUS wajib memiliki kompetensi dan komitmen dalam
pengembangan UUS.

(4)

Direktur UUS wajib mengikuti proses wawancara.

(5)

Dalam hal Direktur UUS dinilai kurang memiliki kompetensi
dan komitmen dalam pengembangan UUS, maka penunjukan
tersebut wajib ditinjau kembali.

Bagian Kedua
Dewan Pengawas Syariah
Pasal 9
(1)

BUK yang memiliki UUS wajib membentuk DPS yang
berkedudukan di kantor UUS.

(2)

Anggota DPS harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. integritas, yang paling kurang mencakup:
1.

memiliki akhlak dan moral yang baik;

2.

memiliki

komitmen

untuk

mematuhi

ketentuan

perbankan syariah dan ketentuan peraturan perundangundangan lain yang berlaku;
3.

memiliki komitmen terhadap pengembangan perbankan
syariah yang sehat dan tangguh (sustainable); dan

4.

tidak termasuk dalam Daftar Kepatutan dan Kelayakan
(Daftar Tidak Lulus) sebagaimana diatur dalam
ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan (fit
and proper test) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. kompetensi …

-10b. kompetensi, yang paling kurang memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang syariah mu’amalah dan pengetahuan
di bidang perbankan dan/atau keuangan secara umum; dan
c. reputasi keuangan, yang paling kurang mencakup:
1.

tidak termasuk dalam daftar kredit macet; dan

2.

tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi pemegang
saham, anggota Dewan Komisaris, atau anggota
Direksi suatu perseroan dan/atau anggota pengurus
suatu

badan

usaha

yang

dinyatakan

bersalah

menyebabkan suatu perseroan dan/atau badan usaha
dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir
sebelum dicalonkan.

Pasal 10
(1)

DPS bertugas dan bertanggungjawab memberikan nasihat dan
saran kepada Direktur UUS serta mengawasi kegiatan UUS agar
sesuai dengan Prinsip Syariah.

(2)

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:
a. menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah dalam
pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan UUS;
b. mengawasi proses pengembangan produk baru UUS sejak
awal sampai dengan dikeluarkannya produk tersebut;
c. memberikan opini syariah terhadap produk baru dan/atau
pembiayaan yang direstrukturisasi;
d. meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk
produk baru UUS yang belum ada fatwanya;
e. melakukan …

-11e. melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip
Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa bank; dan
f.

meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah
dari satuan kerja UUS dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

(3)

Pedoman

pelaksanaan

tugas

dan

tanggung

jawab

DPS

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut
dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 11
(1)

Jumlah anggota DPS paling kurang 2 (dua) orang dan paling
banyak 3 (tiga) orang.

(2)

DPS dipimpin oleh seorang ketua yang ditunjuk dari salah satu
anggota DPS.

(3)

Anggota DPS dapat merangkap jabatan sebagai anggota DPS
paling banyak pada 4 (empat) lembaga keuangan syariah lain.

Pasal 12
(1)

Calon anggota DPS wajib memperoleh persetujuan Bank
Indonesia sebelum diangkat dan menduduki jabatannya.

(2)

Pengajuan calon anggota DPS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan setelah mendapat rekomendasi Dewan Syariah
Nasional - Majelis Ulama Indonesia.

Pasal 13 …

-12Pasal 13
(1)

Pengangkatan calon anggota DPS wajib dilaporkan oleh UUS
paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pengangkatan.

(2)

Dalam hal calon DPS tidak diangkat oleh rapat umum pemegang
saham dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
persetujuan diberikan maka persetujuan terhadap calon anggota
DPS dimaksud menjadi tidak berlaku.

Pasal 14
Pemberhentian dan/atau pengunduran diri anggota DPS wajib
dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
pemberhentian dan/atau pengunduran diri efektif.

Bagian Ketiga
Pejabat Eksekutif
Pasal 15
(1)

Pejabat Eksekutif UUS baik yang berasal dari BUK maupun dari
sumber lain harus memiliki pengetahuan dan pemahaman
terhadap kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

(2)

Pengangkatan,

penggantian

atau

pemberhentian

Pejabat

Eksekutif UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari terhitung
sejak tanggal pengangkatan, penggantian atau pemberhentian
efektif.
(3)

Apabila menurut penilaian dan penelitian Bank Indonesia,
Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Daftar Kepatutan dan Kelayakan (Daftar Tidak
Lulus) …

-13Lulus), Daftar Kredit Macet atau terdapat informasi lain yang
menunjukkan

tidak

terpenuhinya

aspek

integritas

dan

kompetensi, maka pengangkatan Pejabat Eksekutif tersebut
wajib dibatalkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
tanggal surat penegasan dari Bank Indonesia.

Bagian Keempat
Tenaga Kerja Asing
Pasal 16
BUK yang memiliki UUS yang memanfaatkan tenaga kerja asing
wajib memenuhi persyaratan dan tata cara pemanfaatan tenaga kerja
asing sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

BAB IV
KEGIATAN USAHA
Pasal 17
UUS wajib melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Perbankan Syariah dengan menerapkan Prinsip
Syariah dan prinsip kehati-hatian.

Pasal 18
UUS dapat melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dalam bidang
devisa dengan izin Bank Indonesia.

BAB V…

-14BAB V
PEMBUKAAN KANTOR UNIT USAHA SYARIAH
Bagian Kesatu
Pembukaan Kantor di Dalam Negeri
Paragraf 1
Pembukaan Kantor Cabang Syariah
Pasal 19
(1)

Pembukaan KCS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank
Indonesia.

(2)

Rencana pembukaan KCS harus dicantumkan dalam rencana
bisnis UUS.

(3)

Pembukaan KCS dapat beralamat yang sama dengan kantor
cabang atau kantor cabang pembantu BUK, sepanjang memenuhi
persyaratan, antara lain:
a. terdapat pemisahan kantor antara KCS dengan kantor cabang
atau kantor cabang pembantu BUK; dan
b. tidak menimbulkan risiko operasional dan risiko reputasi
bagi KCS.

Pasal 20
(1)

UUS wajib melaksanakan pembukaan KCS dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal izin diberikan.

(2)

Pelaksanaan pembukaan KCS wajib dilaporkan oleh UUS paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal pembukaan.

(3)

Dalam hal UUS tidak melaksanakan pembukaan KCS dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal izin

diberikan …

-15diberikan maka izin pembukaan KCS yang telah diberikan
menjadi tidak berlaku.

Paragraf 2
Pembukaan Kantor Dibawah Kantor Cabang Syariah
Pasal 21
(1)

Pembukaan KCPS dan KKS hanya dapat dilakukan setelah
mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia.

(2)

Rencana pembukaan KCPS dan KKS harus dicantumkan dalam
rencana bisnis UUS.

(3)

Pembukaan KCPS dan KKS hanya dapat dilakukan dalam satu
wilayah kerja kantor Bank Indonesia dimana lokasi KCS
induknya berada.

(4)

Pembukaan KCPS dan KKS dapat bertempat di alamat yang
sama dengan kantor BUK dan/atau kantor lain sepanjang
memenuhi persyaratan, antara lain:
a. terdapat pemisahan kantor antara KCPS dan KKS dengan
kantor BUK dan/atau kantor lain; dan
b. tidak menimbulkan risiko operasional dan risiko reputasi
bagi BUK yang memiliki UUS.

(5)

Laporan keuangan KCPS dan KKS wajib digabungkan secara
otomasi dan online dengan laporan keuangan KCS induknya
pada hari yang sama.

Pasal 22…

-16Pasal 22
(1)

UUS wajib melaksanakan pembukaan KCPS dan KKS dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal penegasan
dikeluarkan.

(2)

Pelaksanaan pembukaan KCPS dan KKS wajib dilaporkan oleh
UUS kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah tanggal pembukaan.

(3)

Dalam hal UUS tidak melaksanakan pembukaan KCPS dan KKS
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal
penegasan dikeluarkan maka penegasan pembukaan KCPS dan
KKS yang telah diberikan menjadi tidak berlaku.

Paragraf 3
Kegiatan Perbankan Elektronik
Pasal 23
(1)

Kegiatan Perbankan Elektronik hanya dapat dilakukan setelah
mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia.

(2)

Rencana Kegiatan Perbankan Elektronik harus dicantumkan
dalam rencana bisnis UUS.

(3)

Pelaksanaan Kegiatan Perbankan Elektronik wajib dilaporkan
oleh UUS kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh)
hari setelah tanggal pelaksanaan.

Paragraf 4 …

-17Paragraf 4
Kegiatan Pelayanan Kas Syariah
Pasal 24
(1)

Rencana Kegiatan Pelayanan Kas Syariah harus dicantumkan
dalam rencana bisnis UUS.

(2)

Pembukaan, pemindahan alamat dan penutupan Kegiatan
Pelayanan Kas Syariah wajib dilaporkan oleh UUS kepada Bank
Indonesia secara semesteran untuk posisi akhir bulan Juni dan
Desember.

(3)

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib disampaikan
paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah akhir bulan laporan.

Paragraf 5
Layanan Syariah
Pasal 25
(1)

Rencana pelaksanaan Layanan Syariah harus dicantumkan dalam
rencana bisnis UUS.

(2)

Layanan Syariah dapat dilaksanakan di kantor cabang atau
kantor cabang pembantu BUK dengan persyaratan sebagai
berikut:
a. lokasi Layanan Syariah berada dalam satu wilayah dengan
KCS induknya, yaitu:
1.

dalam satu wilayah propinsi; atau

2.

dalam satu wilayah kerja kantor Bank Indonesia dalam
hal wilayah kerja kantor Bank Indonesia melebihi satu
wilayah propinsi;

b. menggunakan …

-18b. menggunakan sumber daya manusia yang telah memiliki
pengetahuan mengenai produk dan jasa bank syariah; dan
c. didukung oleh teknologi sistem informasi yang memadai.
(3) Kegiatan Layanan Syariah wajib tercatat secara otomasi dan
online dengan laporan keuangan KCS induknya pada hari kerja
yang sama.

Pasal 26
(1)

Pembukaan, pemindahan alamat dan penutupan Kegiatan
Layanan Syariah wajib dilaporkan oleh UUS kepada Bank
Indonesia secara semesteran untuk posisi akhir bulan Juni dan
Desember.

(2)

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan
paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah akhir bulan laporan.

Bagian Kedua
Pembukaan Kantor di Luar Negeri
Pasal 27
(1)

Pembukaan KCS dan jenis-jenis kantor lainnya di luar negeri
hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia.

(2)

Rencana pembukaan KCS dan jenis-jenis kantor lainnya harus
dicantumkan dalam rencana bisnis UUS.

(3)

Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
diberikan apabila:
a. UUS telah memiliki izin untuk melakukan kegiatan dibidang
devisa; dan

b. UUS …

-19b. UUS memenuhi persyaratan tingkat kesehatan, kecukupan
modal kerja dan profil risiko yang paling kurang moderate.

Pasal 28
(1)

Pelaksanaan pembukaan KCS dan jenis-jenis kantor lainnya di
luar negeri wajib dilaporkan oleh UUS paling lambat 10
(sepuluh) hari setelah tanggal pembukaan.

(2)

Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah tanggal
persetujuan Bank Indonesia diberikan pembukaan kantor di luar
negeri belum dilaksanakan, maka UUS wajib memberikan
penjelasan kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh)
hari terhitung sejak batas waktu 6 (enam) bulan berakhir.

BAB VI
PENINGKATAN DAN PENURUNAN STATUS KANTOR
UNIT USAHA SYARIAH
Pasal 29
Peningkatan status KCPS dan KKS menjadi KCS wajib dilakukan
dengan cara memenuhi ketentuan pembukaan KCS.

Pasal 30
Penurunan status KCS menjadi KCPS atau KKS wajib dilaporkan
oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal
pelaksanaan.

BAB VII …

-20BAB VII
PEMINDAHAN ALAMAT KANTOR UNIT USAHA SYARIAH
Bagian Kesatu
Pemindahan Alamat Kantor di Dalam Negeri
Paragraf 1
Kantor Unit Usaha Syariah dan Kantor Cabang Syariah
Pasal 31
(1)

Pemindahan alamat kantor UUS dan KCS hanya dapat dilakukan
dengan izin Bank Indonesia.

(2)

Pemindahan

alamat

kantor

UUS

dan

KCS

harus

mempertimbangkan kepentingan nasabah.
(3)

Rencana pemindahan alamat kantor UUS dan KCS harus
dicantumkan dalam rencana bisnis UUS.

Pasal 32
(1)

Pemindahan alamat kantor UUS dan KCS wajib diumumkan
oleh UUS dalam surat kabar yang mempunyai peredaran luas di
tempat kedudukan kantor UUS atau KCS paling lambat 10
(sepuluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan pemindahan alamat
kantor.

(2)

Pelaksanaan pemindahan alamat kantor UUS dan KCS wajib
dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
tanggal pelaksanaan pemindahan alamat.

(3)

Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal izin diberikan, UUS tidak melaksanakan pemindahan
alamat kantor, maka izin pemindahan kantor UUS atau KCS
yang telah diberikan akan ditinjau kembali.
Paragraf 2 …

-21Paragraf 2
Kantor Di bawah Kantor Cabang Syariah
Pasal 33
(1)

Pemindahan alamat KCPS dan KKS hanya dapat dilakukan
setelah mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia.

(2)

Pemindahan alamat KCPS dan KKS hanya dapat dilakukan
dalam satu wilayah kerja kantor Bank Indonesia dimana lokasi
KCS induknya berada.

(3)

Pemindahan alamat KCPS dan KKS harus mempertimbangkan
kepentingan nasabah.

Pasal 34
(1)

Pemindahan alamat KCPS dan KKS wajib diumumkan di lokasi
lama oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal
pelaksanaan.

(2)

Pelaksanaan pemindahan alamat KCPS atau KKS wajib
dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah
tanggal pelaksanaan.

Bagian Kedua
Pemindahan Alamat Kantor di Luar Negeri
Pasal 35
Pelaksanaan pemindahan alamat KCS dan jenis-jenis kantor lainnya di
luar negeri wajib dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah tanggal pelaksanaan pemindahan alamat.

BAB VIII …

-22BAB VIII
PENUTUPAN KANTOR UNIT USAHA SYARIAH
Bagian Kesatu
Penutupan Kantor di Dalam Negeri
Paragraf 1
Kantor Cabang Syariah
Pasal 36
Penutupan KCS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia.

Pasal 37
(1)

UUS yang telah memperoleh izin penutupan KCS wajib untuk:
a. menyelesaikan seluruh kewajiban KCS;
b. mengumumkan rencana penutupan KCS dalam surat kabar
harian yang mempunyai peredaran luas di tempat kedudukan
KCS paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tanggal
pelaksanaan penutupan; dan
c. menghentikan seluruh kegiatan usaha pada KCS dimaksud.

(2)

Pelaksanaan penutupan KCS wajib dilaporkan oleh UUS paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal pelaksanaan.

Paragraf Kedua
Kantor Di bawah Kantor Cabang Syariah
Pasal 38
Pelaksanaan penutupan KCPS dan KKS wajib dilaporkan oleh UUS
paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal penutupan.

Bagian …

-23Bagian Kedua
Penutupan Kantor di Luar Negeri
Pasal 39
Pelaksanaan penutupan KCS dan jenis-jenis kantor lainnya di luar
negeri wajib dilaporkan oleh UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah tanggal pelaksanaan penutupan.

BAB IX
PEMISAHAN UNIT USAHA SYARIAH
Bagian Kesatu
Pemisahan Unit Usaha Syariah Dari Bank Umum Konvensional
Pasal 40
(1)

BUK yang memiliki UUS wajib memisahkan UUS menjadi BUS
apabila:
a. nilai aset UUS telah mencapai 50% (lima puluh persen) dari
total nilai aset BUK induknya; atau
b. paling lambat 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.

(2)

BUK yang memiliki UUS dapat memisahkan UUS sebelum
terpenuhinya kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 41 …

-24Pasal 41
(1)

Pemisahan UUS dari BUK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 dapat dilakukan dengan cara:
a. mendirikan BUS baru; atau
b. mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang
telah ada.

(2)

Pendirian BUS hasil Pemisahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dapat dilakukan oleh 1 (satu) atau lebih BUK
yang memiliki UUS.

(3)

Pemisahan UUS dengan cara pengalihan kepada BUS yang telah
ada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat
dilakukan kepada BUS yang mempunyai hubungan kepemilikan
dengan BUK yang memiliki UUS.

(4)

BUS hasil Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
BUS penerima Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus memenuhi paling kurang rasio kewajiban pemenuhan
modal minimum (KPMM) minimal 8% (delapan persen).

(5)

Dalam hal Pemisahan UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan BUS hasil Pemisahan atau BUS penerima
Pemisahan memiliki rasio Non Performing Financing (NPF)
netto lebih dari 5% (lima persen) dan/atau mengakibatkan
pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana, maka BUS
hasil Pemisahan atau BUS penerima Pemisahan tersebut wajib
menyelesaikannya dalam waktu 1 (satu) tahun.

Pasal 42 …

-25Pasal 42
Pemisahan UUS dari BUK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (1) wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 43
(1)

BUK yang tidak melakukan Pemisahan UUS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) akan dikenakan pencabutan
izin usaha UUS.

(2)

BUK yang memiliki UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyelesaikan hak dan kewajiban UUS dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan izin
usaha UUS.

(3)

Dengan dicabutnya izin usaha UUS sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka BUK yang memiliki UUS dilarang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, kecuali dalam
rangka penyelesaian hak dan kewajiban UUS sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).

Pasal 44
(1)

BUK yang memiliki UUS wajib mengumumkan pencabutan izin
usaha UUS dalam surat kabar yang mempunyai peredaran
nasional paling lambat 10 (sepuluh) hari terhitung sejak tanggal
pencabutan izin usaha UUS diberikan.

(2)

Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat paling kurang:
a. penghentian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah; dan
b. penyelesaian…

-26b. penyelesaian seluruh hak dan kewajiban UUS.
(3)

Penyelesaian seluruh hak dan kewajiban UUS wajib dilaporkan
oleh BUK yang memiliki UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah penyelesaian.

Bagian Kedua
Pemisahan Unit Usaha Syariah
Dengan Cara Pendirian Bank Umum Syariah
Pasal 45
(1)

Pendirian BUS hasil Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (1) huruf a hanya dapat dilakukan dengan izin
Bank Indonesia.

(2)

Modal disetor pendirian BUS hasil Pemisahan ditetapkan paling
kurang sebesar Rp500.000.000.000,00 (lima ratus milyar
rupiah).

(3)

Apabila jumlah modal disetor tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka penambahan atas
kekurangan modal disetor tersebut harus dilakukan dalam bentuk
tunai dan/atau tanah dan gedung yang akan digunakan untuk
operasional BUS hasil Pemisahan.

(4)

Modal disetor BUS hasil Pemisahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib ditingkatkan secara bertahap menjadi paling
kurang sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu trilyun rupiah)
paling lambat 10 (sepuluh) tahun setelah izin usaha BUS
diberikan.

Pasal 46 …

-27Pasal 46
Pemberian izin pendirian BUS hasil Pemisahan dilakukan dalam 2
(dua) tahap:
a.

persetujuan

prinsip,

yaitu

persetujuan

untuk

melakukan

persiapan pendirian BUS hasil Pemisahan; dan
b.

izin usaha, yaitu izin yang diberikan setelah BUS hasil
Pemisahan siap melakukan kegiatan operasional.

Pasal 47
(1)

Permohonan persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 huruf a diajukan oleh BUK yang memiliki UUS disertai
dengan antara lain rancangan akta pendirian BUS hasil
Pemisahan, yang memuat paling kurang:
a. nama dan tempat kedudukan BUS hasil Pemisahan;
b. kegiatan usaha sebagai BUS sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. modal disetor paling kurang sebesar Rp500.000.000.000,00
(lima ratus milyar rupiah);
d. ketentuan syarat, jumlah, tugas, kewenangan, tanggung
jawab, serta hal lain yang menyangkut Dewan Komisaris,
Direksi, dan DPS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
e. ketentuan pengangkatan anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, dan anggota DPS dengan memperoleh persetujuan
Bank Indonesia terlebih dahulu;
f.

ketentuan rapat umum pemegang saham BUS yang
menetapkan tugas manajemen, remunerasi Dewan Komisaris
dan …

-28dan

Direksi,

laporan

pertanggungjawaban

tahunan,

penunjukan dan biaya jasa akuntan publik, penggunaan laba,
dan hal-hal lainnya yang ditetapkan dalam ketentuan Bank
Indonesia; dan
g. ketentuan rapat umum pemegang saham yang harus
dipimpin oleh Presiden Komisaris atau Komisaris Utama.
(2)

BUK yang memiliki UUS yang mengajukan permohonan
persetujuan prinsip harus memberikan penjelasan mengenai
keseluruhan rencana pendirian BUS hasil Pemisahan.

Pasal 48
(1)

Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal persetujuan prinsip diberikan, BUK yang telah mendapat
izin prinsip belum mengajukan izin usaha BUS hasil Pemisahan,
maka persetujuan prinsip yang telah diberikan menjadi tidak
berlaku.

(2)

BUK yang memiliki UUS wajib mengumumkan rencana
pengalihan hak dan kewajiban UUS dalam surat kabar yang
memiliki peredaran nasional paling lambat 10 (sepuluh) hari
sejak tanggal persetujuan prinsip diberikan.

(3)

Pengalihan hak dan kewajiban UUS sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hanya dapat dilakukan apabila izin usaha BUS hasil
Pemisahan telah diberikan.

Pasal 49
Permohonan izin usaha BUS hasil Pemisahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 huruf b diajukan oleh BUK yang telah memperoleh
persetujuan …

-29persetujuan prinsip disertai dengan antara lain akta pendirian BUS
hasil Pemisahan.

Pasal 50
(1)

BUS hasil Pemisahan wajib melakukan kegiatan usaha paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal izin usaha
diberikan.

(2)

Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilaporkan paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal
pelaksanaan.

(3)

Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) BUS hasil Pemisahan belum melakukan kegiatan usaha,
maka izin usaha yang telah diberikan akan ditinjau kembali.

(4)

Dalam hal izin usaha BUS hasil Pemisahan dibatalkan, maka
seluruh kewajiban UUS wajib diselesaikan oleh BUK yang
memiliki UUS paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggal izin usaha BUS hasil Pemisahan dibatalkan.

Pasal 51
BUK yang memiliki UUS wajib mengajukan permohonan pencabutan
izin usaha UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah hak dan
kewajiban UUS dialihkan kepada BUS hasil Pemisahan.

Bagian



-30Bagian Ketiga
Pemisahan Unit Usaha Syariah
Dengan Cara Pengalihan Hak dan Kewajiban Kepada Bank Umum Syariah
Pasal 52
(1)

Pengalihan hak dan kewajiban UUS kepada BUS penerima
Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) huruf
b hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Bank Indonesia.

(2)

Rencana pengalihan wajib diumumkan oleh BUK yang memiliki
UUS dalam surat kabar yang memiliki peredaran nasional paling
lambat 10 (sepuluh) hari setelah tanggal persetujuan.

Pasal 53
(1)

BUK yang memiliki UUS wajib mengalihkan hak dan kewajiban
UUS kepada BUS paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
persetujuan pengalihan diberikan.

(2)

Pelaksanaan pengalihan hak dan kewajiban UUS kepada BUS
penerima Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan oleh BUK yang memiliki UUS paling lambat 10
(sepuluh) hari setelah tanggal pelaksanaan.

(3)

BUS

penerima

Pemisahan

wajib

melaporkan

kondisi

keuangannya setelah menerima pengalihan hak dan kewajiban
UUS paling lambat

10 (sepuluh) hari setelah tanggal

pelaksanaan.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) pengalihan hak dan kewajiban UUS kepada BUS penerima
Pemisahan belum dilakukan, maka persetujuan pengalihan yang
telah diberikan akan ditinjau kembali.
(5) Dalam …

-31(5)

Dalam hal persetujuan pengalihan dibatalkan, maka seluruh
kewajiban UUS wajib diselesaikan oleh BUK yang memiliki
UUS paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal
persetujuan pengalihan dibatalkan.

Pasal 54
BUK yang memiliki UUS wajib mengajukan permohonan pencabutan
izin usaha UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah hak dan
kewajiban UUS dialihkan kepada BUS.

BAB XI
PENCABUTAN IZIN USAHA UNIT USAHA SYARIAH
ATAS PERMINTAAN BANK UMUM KONVENSIONAL
Pasal 55
Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha UUS atas permintaan BUK
yang memiliki UUS.

Pasal 56
(1)

BUK yang telah memperoleh persetujuan pencabutan izin usaha
UUS wajib untuk:
a. menghentikan seluruh kegiatan usaha UUS;
b. mengumumkan rencana penghentian kegiatan izin usaha
UUS dan rencana penyelesaian kewajiban UUS dalam 2
(dua) surat kabar harian yang salah satunya mempunyai
peredaran nasional paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak
tanggal surat persetujuan pencabutan izin usaha UUS; dan
c. menyelesaikan…


-32c. menyelesaikan seluruh kewajiban BUK yang tercatat dalam
laporan keuangan UUS.
(2)

Pelaksanaan penghentian kegiatan UUS wajib dilaporkan oleh
BUK yang memiliki UUS paling lambat 10 (sepuluh) hari
setelah tanggal penghentian.

BAB XII
AKUNTANSI
Pasal 57
(1)

BUK yang memiliki UUS wajib menggunakan teknologi sistem
informasi secara otomasi dan online yang dapat memisahkan
secara jelas laporan keuangan UUS dengan laporan keuangan
BUK.

(2)

Penyusunan laporan keuangan UUS wajib mengikuti perlakuan
akuntansi yang diatur dalam pedoman akuntansi perbankan
syariah Indonesia yang berlaku.

BAB XIII
KANTOR UNIT USAHA SYARIAH
TIDAK BEROPERASI PADA HARI KERJA
Pasal 58
Rencana kantor UUS untuk tidak beroperasi pada hari kerja wajib
memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.

Pasal 59 …

-33Pasal 59
(1)

UUS wajib mengajukan permohonan persetujuan atas rencana
untuk tidak beroperasi pada hari kerja paling lambat 15 (lima
belas) hari sebelum tanggal pelaksanaan tidak beroperasi.

(2)

Rencana kantor UUS untuk tidak beroperasi pada hari kerja
wajib diumumkan kepada masyarakat oleh UUS paling lambat 3
(tiga) hari sebelum tanggal tidak beroperasi.

BAB XIV
PENCANTUMAN STATUS DAN LOGO PADA KANTOR
UNIT USAHA SYARIAH
Pasal 60
(1)

UUS wajib mencantumkan secara jelas nama dan jenis status
kantor pada masing-masing kantornya.

(2)

UUS wajib mencantumkan logo iB pada masing-masing kantor,
Layanan Syariah dan Kegiatan Pelayanan Kas Syariah.

BAB XV
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 61
UUS wajib memelihara dan meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia yang dimiliki.

BAB XVI …

-34BAB XVI
SANKSI
Pasal 62
(1) BUK yang memiliki UUS yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, Pasal
8 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), Pasal 9 ayat (1), Pasal 12 ayat
(1), Pasal 15 ayat (3), Pasal 16, Pasal 19 ayat (1), Pasal 20 ayat
(1), Pasal 21 ayat (1), ayat (3) dan ayat (5), Pasal 22 ayat (1),
Pasal 23 ayat (1), Pasal 25 ayat (3), Pasal 27 ayat (1),Pasal 29,
Pasal 31 ayat (1), Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36, Pasal
37 ayat (1) huruf a dan huruf c, Pasal 40 ayat (1), Pasal 41 ayat
(5), Pasal 42, Pasal 43 ayat (2), Pasal 44 ayat (2), Pasal 45 ayat
(1) dan ayat (4), Pasal 48 ayat (3), Pasal 50 ayat (1) dan ayat (4),
Pasal 52 ayat (1), Pasal 53 ayat (1) dan (5), Pasal 56 ayat (1)
huruf a dan huruf c, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 60, Pasal 61, dan
Pasal 64, dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
(2)

BUK yang memiliki UUS yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Pasal 6 ayat (2), Pasal 8 ayat (1), Pasal 13 ayat (1), Pasal 14,
Pasal 15 ayat (2), Pasal 20 ayat (2), Pasal 22 ayat (2), Pasal 23
ayat (3), Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 26, Pasal 28, Pasal
30, Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 34, Pasal 35, Pasal 37
ayat (1) huruf b dan ayat (2), Pasal 38, Pasal 39, Pasal 44 ayat
(1) dan ayat (3), Pasal 48 ayat (2), Pasal 50 ayat (2), Pasal 51,
Pasal 52 ayat (2), Pasal 53 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 54, Pasal
56 ayat (1) huruf b dan ayat (2), dan Pasal 59, dapat dikenakan
sanksi …

-35sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang-undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, berupa:
a. teguran tertulis dan denda uang sebesar Rp1.000.000,00
(satu juta rupiah) per hari kerja kelambatan untuk setiap
laporan

dan/atau

seluruhnya

pengumuman

dan

paling

banyak

sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta

rupiah);
b. teguran tertulis dan denda uang paling banyak sebesar
Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) apabila BUK atau
UUS tidak menyampaikan laporan dan/atau pengumuman.
(3)

BUK yang memiliki UUS dinyatakan tidak menyampaikan
laporan dan/atau pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b apabila BUK yang memiliki UUS belum
menyampaikan laporan atau BUK yang memiliki UUS tidak
menyampaikan

laporan

secara

lengkap,

dan/atau

belum

melaksanakan pengumuman setelah 30 (tiga puluh) hari sejak
batas akhir penyampaian laporan dan/atau pengumuman.
(4)

Pengenaan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar
karena dinyatakan tidak menyampaikan laporan dan/atau
pelaksanaan pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak menghapus kewajiban BUK yang memiliki UUS untuk
menyampaikan laporan dan/atau pelaksanaan pengumuman.

(5)

Dalam

hal

penyampaian

laporan

dan/atau

pelaksanaan

pengumuman dilakukan secara gabungan maka apabila BUK
yang memiliki UUS dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), sanksi dimaksud dihitung per jumlah laporan

dan/atau …

-36dan/atau

pengumuman

sebagaimana

tercantum

dalam

laporan/pengumuman gabungan.
(6)

BUK yang memiliki UUS yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Pasal 17 dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah berupa pencabutan izin usaha UUS.

BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 63
UUS yang telah berdiri sebelum berlakunya ketentuan ini ditetapkan
telah memiliki izin usaha sebagai UUS berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia ini.

Pasal 64
UUS yang belum memenuhi ketentuan mengenai:
a.

modal kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1); dan

b.

ketentuan rangkap jabatan anggota DPS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3);

wajib memenuhi ketentuan dimaksud paling lambat 2 (dua) tahun
setelah berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini.

BAB XVIII …

-37BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Ketentuan lebih lanjut mengenai Unit Usaha Syariah diatur dalam
Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 66
Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini maka:
a.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/3/PBI/2006 tanggal 30
Januari 2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum
Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan
Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional;

b.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum
Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan
Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional;

dinyatakan tidak berlaku bagi Unit Usaha Syariah.

Pasal 67
Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar …

-38Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 19 Maret 2009.
GUBERNUR BANK INDONESIA,

BOEDIONO
Diundangkan di : Jakarta
Pada tanggal
: 19 Maret 2009.
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 55
DPbS

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR 11/10/PBI/2009
TENTANG
UNIT USAHA SYARIAH

UMUM
Pembangunan nasional memerlukan kontribusi dan partisipasi dari semua elemen
masyarakat. Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat
dalam perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi
berdasarkan Prinsip Syariah dalam perbankan syariah.
Untuk meningkatkan layanan perbankan syariah kepada masyarakat diperlukan
jaringan kantor yang semakin luas dan menyebar di seluruh wilayah tanah air. Dengan
jumlah dan jaringan kantor Bank Umum Syariah yang masih relatif terbatas diperlukan
kebijakan pengembangan perluasan jaringan kantor perbankan syariah, antara lain
dengan pembukaan Unit Usaha Syariah pada Bank Umum Konvensional.
Perluasan dan kemudahan dalam pengembangan jaringan kantor Unit Usaha
Syariah pada Bank Umum Konvensional memerlukan pengaturan kelembagaan yang
komprehensif dan transparan sehingga dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan dan
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, terdapat beberapa perubahan ketentuan yang terkait Unit Usaha
Syariah, antara lain perizinan, kegiatan usaha dan batas waktu perubahan Unit Usaha
Syariah menjadi Bank Umum Syariah. Sehubungan dengan perubahan kelembagaan
Unit …

-2Unit Usaha Syariah tersebut maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan
Unit Usaha Syariah.

PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Angka 1 sampai dengan angka 15
Cukup jelas.

Pasal 2
Cukup jelas.

Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “izin usaha” adalah izin untuk melakukan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
Pemberian izin usaha UUS oleh Bank Indonesia berdasarkan pada antara
lain:
a.

penilaian terhadap komitmen BUK dalam pendirian UUS;

b.

analisis terhadap studi kelayakan pendirian UUS;

c.

analisis yang mencakup antara lain tingkat kejenuhan jumlah BUS dan
UUS serta pemerataan pembangunan ekonomi nasional; dan

d.

wawancara terhadap calon Direktur UUS dan calon anggota DPS.

Pasal 4 …

-3Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “modal kerja” adalah dana bersih yang ditempatkan
BUK pada UUS setelah dikurangi dengan penempatan UUS pada BUK,
yang diperlakukan sebagai komponen modal untuk UUS.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “tunai” adalah setoran dalam bentuk kas, bukan
dalam bentuk tanah, gedung atau bentuk sejenis lainnya.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Hal-hal yang harus dijelaskan melalui presentasi di Bank Indonesia antara
lain:
a.

tujuan dan alasan pembukaan UUS;

b.

target pasar penghimpunan dan penyaluran dana;

c.

rencana bisnis jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang;

d.

sistem teknologi informasi (IT); dan

e.

struktur organisasi dan personalia.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Contoh pencantuman frase “Unit Usaha Syariah” adalah PT Bank XYZ Unit
Usaha Syariah.

Pasal 8 …

-4Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Tim pewawancara terhadap Direktur UUS mayoritas berasal dari pihak
eksternal Bank Indonesia (independent).
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “ditinjau kembali” adalah diganti apabila yang
bersangkutan dinilai kurang memiliki komitmen dalam pengembangan
UUS atau diminta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah apabila yang bersangkutan
dinilai kurang memiliki kompetensi di bidang perbankan syariah.

Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Cukup jelas.

Angka 3 …

-5Angka 3
Yang dimaksud dengan “memiliki komitmen” antara lain
kesediaan untuk menyediakan waktu yang cukup kepada Bank
dalam rangka melaksanakan tugasnya secara efektif.
Angka 4
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Angka 1
Yang dimaksud dengan “daftar kredit macet” adalah daftar kredit
macet sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai Sistem Informasi Debitur.
Angka 2
Cukup jelas.

Pasal 10
Cukup jelas.

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penunjukan ketua DPS dapat dilakukan oleh BUK yang memiliki UUS,
Direktur UUS atau kesepakatan diantara para anggota DPS.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 12 …

-6Pasal 12
Ayat (1)
Persetujuan atas permohonan calon anggota DPS diberikan berdasarkan
pada antara lain:
a.

penilaian terhadap komitmen calon anggota DPS dalam pengawasan
kegiatan usaha UUS dan ketersediaan waktu; dan

b.

wawancara terhadap calon anggota DPS.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 13
Ayat (1)
Laporan ditandatangani oleh Direktur UUS.
Ayat (2)
Pengangkatan DPS dapat dilakukan oleh Komisaris BUK sepanjang telah
diberikan kewenangan oleh rapat umum pemegang saham.
Persetujuan Bank Indonesia terhadap anggota DPS berlaku setelah
mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau Komisaris BUK
sepanjang telah diberikan kewenangan oleh rapat umum pemegang saham.

Pasal 14
Yang dimaksud dengan tanggal pemberhentian dan/atau pengunduran diri efektif
adalah tanggal setelah pemberhentian dan/atau pengunduran diri yang
bersangkutan mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham, serah
terima jabatan, atau mekanisme lainnya sebagaimana diatur dalam anggaran
dasar.
Laporan ditandatangani oleh Direktur UUS.
Pasal 15 …

-7Pasal 15
Ayat (1)
Salah satu Pejabat Eksekutif UUS adalah pejabat yang bertanggung jawab
langsung kepada Direktur UUS. Pejabat Eksekutif UUS yang bertanggung
jawab langsung kepada Direktur UUS tersebut memiliki tingkat jabatan
sama dengan pejabat BUK yang bertanggung jawab langsung kepada
Direktur BUK.
Ayat (2)
Laporan ditandatangani oleh Direktur UUS.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan ”informasi lain yang menunjukkan tidak
terpenuhinya aspek integritas” antara lain informasi track record yang
berasal dari hasil pengawasan Bank Indonesia atau sumber-sumber lainnya.

Pasal 16
Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam Pasal ini antara lain adalah:
a.

Undang-Undang

tentang

Ketenagakerjaan

dan

aturan-aturan

pelaksanaannya;
b.

Undang-Undang tentang Keimigrasian dan aturan-aturan pelaksanaannya;
dan

c.

Peraturan Bank Indonesia tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan
Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18 …

-8Pasal 18
Pemberian izin kegiatan dibidang devisa diberikan apabila UUS telah memenuhi
persyaratan antara lain:
a.

memiliki sistem informasi teknologi yang memadai;

b.

memiliki sumber daya manusia yang memahami aspek syariah dalam
kegiatan dibidang devisa;

c.

memiliki daftar calon nasabah yang akan melakukan kegiatan devisa.

Pasal 19
Ayat (1)
Persetujuan atas permohonan pembukaan KCS diberikan berdasarkan pada
antara lain:
a.

penilaian terhadap kesiapan operasional KCS;

b.

analisis atas hasil studi kelayakan yang disampaikan oleh BUK yang
memiliki UUS;

c.

analisis atas kinerja keuangan UUS, termasuk tingkat kesehatan;

d.

pemenuhan persyaratan modal kerja minimal UUS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1); dan

e.

tidak sedang dalam pengawasan intensif, antara lain karena:


terdapat pelampauan dan/atau pelanggaran Batas Maksimum
Penyaluran Dana;



rasio Non Performing Financing (NPF) netto diatas 5%;



dalam keadaan rugi yang semakin besar; dan



memiliki peringkat komposit 4 atau 5 dalam penilaian tingkat
kesehatan UUS.

Ayat (2) …

-9Ayat (2)
Rencana bisnis UUS harus disajikan dan dilaporkan tersendiri yang dapat
merupakan bagian atau lampiran dari rencana bisnis BUK.
Ayat (3)
Huruf a
Pemisahan dimaksudkan agar nasabah dapat membedakan dengan
jelas antara kantor syariah dengan kantor konvensional.
Pemisahan dapat dilakukan dengan cara antara lain pembedaan warna
ruangan, pembuatan sekat (partisi) dan/atau pemisahan ruangan.
Huruf b
Cukup jelas.

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Laporan ditandatangani oleh Direktur UUS.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 21
Ayat (1)
Surat penegasan dapat berupa persetujuan atau penolakan yang didasarkan
pada antara lain:
a.

penilaian terhadap kesiapan operasional KCPS atau KKS;

b.

analisis atas hasil studi kelayakan yang disampaikan oleh BUK yang
memiliki UUS; dan
c. pemenuhan …

- 10 c.

pemenuhan persyaratan modal kerja minimal UUS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

Ayat (2)
Rencana bisnis UUS harus disajikan dan dilaporkan tersendiri yang dapat
merupakan bagian atau lampiran dari rencana bisnis BUK.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Pemisahan dimaksudkan agar nasabah dapat membedakan dengan
jelas antara kantor syariah dengan kantor konvensional.
Pemisahan dapat dilakukan dengan cara antara lain pembedaan warna
ruangan, pembuatan sekat (partisi) dan/atau pemisahan ruangan.
Yang dimaksud dengan “kantor” adalah antara lain kantor cabang,
kantor cabang pembantu dan kantor kas.
Yang dimaksud dengan “kantor lain“ adalah kantor dari bank lain atau
perusahaan lain.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Laporan ditandatangani oleh Pemimpin KCS.
Ayat (3) …

- 11 Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 23
Ayat (1)
Surat penegasan dapat berupa persetujuan atau penolakan yang didasarkan
pada antara lain:
a.

penilaian terhadap kesiapan sistem teknologi informasi; dan

b.

penilaian terhadap sistem pengendalian risiko atas Kegiatan
Perbankan Elektronik.

Ayat (2)
Rencana bisnis UUS harus disajikan dan dilaporkan tersendiri yang dapat
merupakan bagian atau lampiran dari rencana bisnis BUK.
Ayat (3)
Laporan ditandatangani oleh Direktur UUS.

Pasal 24
Ayat (1)
Tidak termasuk dalam KPKS adalah kegiatan pameran yang dilakukan
dalam rangka promosi, tidak bersifat permanen dan hanya menerima
setoran awal/titipan kas sesuai persyaratan setoran minimal pembukaan
rekeni