PROS Naniek SW Pengaruh Penggunaan Sumber Full text

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013

PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TERHADAP
KREATIVITAS BELAJAR TEMA LINGKUNGAN
MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2012
Naniek Sulistya Wardani
Dosen S1 PGSD FKIP UKSW
naniek_sw@yahoo.com
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
penggunaan sumber belajar terhadap kreativitas belajar tema lingkungan mahasiswa
PGSD angkatan 2012 Kelas C dan D semester 1 tahun 2012/2013.
Penelitian ini dilakukan di Salatiga dengan unit penelitian terdiri dari seluruh
mahasiswa PGSD UKSW angkatan 2012 kelas C dan D, sebanyak 68 mahasiswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang didesain dengan Nonequivalent
Control Group Design. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan
dokumentasi. Instrumen data berupa lembar observasi penggunaan sumber belajar
lingkungan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis beda rerata (uji t)
kreativitas belajar tema lingkungan hidup dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan taraf signifikansi 5%
(α = 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan sumber belajar
lingkungan terhadap kreativitas belajar tema lingkungan (persiapan, inkubasi, iluminasi
dan verifikasi) mahasiswa PGSD FKIP UKSW angkatan 2012 kelas C dan D, hal ini
ditunjukkan dengan (1) Besarnya skor persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi
yakni sebesar 85,29 %; 79,41 %; 91,18 % dan 85,29 %; (2) Adanya peningkatan yang
signifikan dari rata-rata skor kreativitas sebelum tindakan diberikan dan sesudah
tindakan diberikan pada kelas eksperimen yakni dari 46,8529 ke 72,2647 atau sebesar
25,21 %. Hal ini tidak terjadi pada kelas kontrol. Peningkatan skor rata-rata dari klas
kontrol adalah dari 43,4116 ke 57,1765 atau 31,72 %. Jadi ada perbedaan peningkatan
kreativitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Begitu pula ada perbedaan yang
signifikan antara besarnya rata-rata skor akhir antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
yakni 57,1765 dan 72,2647 dan (3) Hasil uji t sebesar – 14,008 dengan probabilitas
signifikansi 0,000 < 0,05, membuktikan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang dinyatakan
dengan ‘Ada perbedaan kreativitas belajar lingkungan yang signifikan antara sebelum
dan sesudah pembelajaran menggunakan sumber belajar lingkungan mahasiswa S1
PGSD angkatan 2012’ diterima. Jadi ada pengaruh positif signifikan penggunaan
sumber belajar lingkungan terhadap kreativitas belajar tema lingkungan mahasiswa.
mahasiswa PGSD FKIP UKSW angkatan 2012 kelas C dan D
Kata Kunci
: sumber belajar, kreativitas belajar , tema lingkungan


PENDAHULUAN
Pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan saat ini mengubah desain pembelajaran di
kelas. Pergeseran itu dari paradigma lama yang menekankan pada perilaku (behaviouristic) peserta
didik ke paradigma baru yang menekankan pada proses (constructivistic). Dengan kondisi ini
maka pola penilaiannya pun juga mengalami penyesuaian yakni yang semula berpola teachingtesting bergeser ke pola learning-continous improvement. Penilaian dilakukan secara terus menerus
dan tidak hanya menekankan pada penilaian dengan menggunakan tes. Dengan demikian ada
pelibatan peserta didik dalam pembelajaran, peserta didik menjadi aktif sehingga muncul
kreativitas peserta didik, dan potensi yang dimilikinya menjadi berkembang. Hal ini didukung UU
RI No. 20 tahun 2003 yang mengatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
....... bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

IPA-53

Naniek Sulistya Wardani/ Pengaruh Penggunaan Sumber

ISBN 978 – 979 -96880 – 7 - 1.

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pengembangan potensi peserta didik yang terkait dengan pengembangan kreativitas dapat
dilakukan melalui perkuliahan dengan menggunakan sumber belajar (learning resources). Hal ini
dikuatkan oleh Utami Munandar (1977) yang membuktikan bahwa potensi seorang anak dipupuk
dan dikembangkan oleh fungsi sikap guru dan orang tua terhadap kreativitas. Sumber belajar
adalah sumber yang bentuknya dapat berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat
dipergunakan oleh siswa selama belajar, sehingga mempermudah mereka mencapai tujuan atau
kompetensi yang diharapkan pada pembelajaran itu (Muhammad Faiq, 2013). Ada banyak jenis
sumber belajar antara lain, penggunaan lingkungan sekitar, guru, dan perpustakaan. Melalui sumber
belajar peserta didik terdorong untuk ingin tahu terhadap sesuatu. Penggunaan sumber belajar
lingkungan misalnya. Kreativitas peserta didik akan muncul melalui penggunaan sumber belajar
ini.
Guru sebagai sumber belajar di dalam kelas menciptakan terjadinya belajar (learning) bagi
peserta didik, seperti dalam paradigma konstruktivisme yang menekankan terjadinya belajar pada
diri peserta didik. Untuk menciptakan terjadinya situasi belajar, guru dapat memberikan konsepsi
yang menantang kepada peserta didik seperti pemberian masalah yang ada di sekitar peserta didik
untuk dipecahkannya. Pengalaman peserta didik dalam memecahkan permasalahan merupakan
pengetahuan yang diperolehnya, kemudian mengendap dalam benak peserta didik. Pengalaman
yang diperoleh peserta didik ini sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang diterimanya, inilah
bentuk konstruksi yang dilakukan oleh masing-masing individu. Jadi pengetahuan itu dibangun
dalam pikiran peserta didik sendiri yang diperoleh dari informasi di lingkungannya, dengan cara

mengkonstruksikannya. Untuk itu kreativitas peserta didik sangat diperlukan dalam kegiatan
belajar melalui penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar untuk dikonstruksi dalam
pikirannya. Bahkan, dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah saat ini, Suyanto (2000)
menyatakan bahwa seringkali siswa cenderung kurang diberi kesempatan untuk memberikan
alternatif-alternatif jawaban tertentu yang menumbuhkan kreativitasnya. Potensi siswa tidak
dikembangkan secara optimal di sekolah, padahal apabila guru memiliki komitmen yang tinggi
maka potensi siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan
pembelajaran, model pembelajaran, media pembelajaran maupun sumber belajar. Kondisi seperti
ini, jika dilakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan sehingga membentuk budaya
siswa di sekolah.
Mahasiswa PGSD FKIP UKSW angkatan 2012 merupakan mahasiswa yang belum ada satu
tahun kuliah. Mahasiswa ini berasal dari berbagai daerah, sehingga perlu ada penyesuaian
kebiasaan belajar dengan lingkungan kampus. Kebiasaan belajar di SMA satu sama lain berbeda.
Masing-masing mahasiswa mempunyai kebiasaan belajar yang membudaya. Demikian juga dalam
pembelajaran di kelas, mahasiswa dituntut untuk aktif, baik aktif dalam bertanya, aktif dalam
menulis, aktif melaksanakan tugas, maupun aktif untuk berdiskusi. Hal ini sesuai dengan
paradigma konstruktivisme yang mengfokuskan mahasiswa untuk konstruksi sendiri. Kondisi yang
ada di lapangan menunjukkan bahwa potensi keaktifan mahasiswa tidak sama. Keaktifan
mahasiswa bertanya dalam satu kali tatap muka, pada tahap awal perkuliahan rata-rata mencapai 18
%. Keaktifan melaksanakan tugas presentasi mencapai 61 %. Sedangkan keaktifan dalam tugas

mencatat buku sumber mencapai 62 %. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan
sumber belajar buku. Mendasarkan pada kondisi mahasiswa PGSD angkatan 12 kelas C dan D
inilah maka, masalah yang dirumuskan adalah ‘Adakah pengaruh penggunaan sumber belajar
terhadap kreativitas belajar tema lingkungan mahasiswa PGSD angkatan 2012 Kelas C dan D’.
Sejalan dengan pembelajaran di sekolah, hasil penelitian Longo (2010) telah menemukan
bahwa tes telah membuat beban yang tidak mendorong berkembangnya kreativitas guru dan siswa
selama pembelajaran. Kreativitas dapat dikembangkan melalui metode inkuiri. Pembelajaran
inkuiri yang dilakukan oleh Longo terbukti telah meningkatkan motivasi, rasa ingin tahu dan
ketertarikan siswa untuk menemukan sendiri melalui pengukuran non tes. Hasil penelitian ini
IPA-54

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013

diperkuat oleh Sullivan (2011) yang membuktikan bahwa pendekatan inkuiri yang dilakukan secara
kolaboratif dengan pemecahan masalah telah mendorong perkembangan kreativitas siswa kelas VI.
Penggunaan lingkungan membuat siswa dapat mengembangkan pemahaman yang terintegrasi
dengan temannya melalui komunikasi dan interaksi pengetahuan yang siswa miliki.
Mengacu hasil penelitian tersebut, dijelaskan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri
mendorong kreativitas peserta didik. Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang

melibatkan peserta didik untuk menemukan sendiri, sehingga pembelajaran ini berpusat pada
peserta didik. Dengan demikian kreativitas dapat dikembangkan melalui pembelajaranpembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat melakukan aktivitas-aktivitas sendiri
dan memiliki kebebasan untuk berfikir dan bertindak untuk menemukan sesuatu, tanpa
mendapatkan tekanan, sehingga siswa menjadi nyaman.
Menurut Hawadi, dkk (2001: 5), kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciriciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang
sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Penemuan
pemecahan masalah oleh peserta didik merupakan salah satu contoh bentuk kreativitas. Penemuan
pemecahan masalah dapat diperoleh dari referensi (pustaka) ataupun diperoleh dari lingkungan.
Keduanya merupakan sumber belajar. Jadi pembelajaran yang menggunakan sumber belajar adalah
pembelajaran yang menumbuhkan kreativitas siswa. Proses kreativitas siswa dapat dilakukan
melalui tahapan persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi (Munandar 2002 : 59).
Tahap persiapan adalah tahap pengumpulan informasi untuk pemecahan masalah.
Pembelajaran dengan menggunakan tema lingkungan, akan menghasilkan permasalahan yang
pemecahannya dilakukan dengan mengumpulkan data/informasi yang terkait dengan masalah
lingkungan. Tahap inkubasi adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah, yakni tahap
pengolahan informasi untuk pemecahan masalah, sehingga informasi-informasi yang diperoleh
diolah agar informasi itu menjadi sederhana. Tahap berikutnya adalah tahap iluminasi yakni tahap
munculnya gagasan untuk memecahkan masalah, artinya informasi yang telah disederhanakan itu,
dicari solusi pemecahannya. Dan tahap terakhir adalah tahap verifikasi yakni tahap evaluasi

terhadap gagasan yang ditemukan untuk dicocokkan dengan kenyataan.
Hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan dengan:
Ha : Ada perbedaan kreativitas belajar lingkungan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan sumber belajar lingkungan mahasiswa S1 PGSD angkatan 2012.
Ho : Tidak ada perbedaan kreativitas belajar lingkungan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah pembelajaran menggunakan sumber belajar lingkungan S1 PGSD angkatan 2012.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Salatiga pada semester 1 tahun 2012/2013 dengan unit penelitian
terdiri dari seluruh mahasiswa PGSD UKSW angkatan 2012 kelas C dan D, sebanyak 68
mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang didesain dengan Nonequivalent
Control Group Design.. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi.
Instrumen data berupa lembar observasi penggunaan sumber belajar lingkungan dan rubrik
penilaian laporan tentang lingkungan hidup. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dan
analisis beda rerata (uji t) kreativitas belajar tema lingkungan hidup dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Variabel penelitian adalah sumber
belajar lingkungan dan kreativitas belajar. Sumber belajar lingkungan adalah suatu tempat yang
digunakan oleh mahasiswa untuk mempelajari permasalahan lingkungan hidup yang ada di tempat
wisata Ketep Magelang Jawa Tengah. Kreativitas belajar adalah besarnya skor yang ditunjukkan

IPA-55


ISBN 978 – 979 -96880 – 7 - 1.

Naniek Sulistya Wardani/ Pengaruh Penggunaan Sumber

melalui aktivitas persiapan (banyaknya informasi masalah lingkungan hidup di Ketep), inkubasi
(besarnya skor rumusan masalah lingkungan hidup), iluminasi (besarnya skor solusi pemecahan
masalah lingkungan hidup dan verifikasi (besarnya skor evaluasi pemecahan masalah lingkungan
hidup) serta besarnya skor laporan kegiatan.
PEMBAHASAN
Pembelajaran tema lingkungan diberikan kepada 2 kelas C dan D dengan perlakuan tindakan
yang berbeda. Sebelum diberi tindakan langkah awal melakukan uji validitas dan uji reliabilitas
terhadap butir-butir soal yang dipergunakan untuk tes. Hasil uji validitas dari 50 butir soal, 47 butir
menunjukkan besarnya koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,1. Artinya bahwa butir soal
tersebut mampu untuk mengukur yang sebenarnya diukur dan butir soal tersebut mampu
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, dari 50 butir soal yang
telah diuji validitasnya, dapat dipergunakan sebanyak 47 butir soal. Namun, dalam penelitian ini
dipergunakan 40 butir saja, dengan menghilangkan 7 butir yang memiliki koefisien koreksi butir
soal ≥ 0,1 namun besarnya koefisien yang diperoleh dengan urutan terkecil no 1-7. Adapun
reliabilitas butir soal dari 40 butir soal valid yang dipergunakan dalam penellitian sebesar 0,825

(Cronbach’s Alpha). Ini artinya bahwa butir soal tersebut jika diteskan lagi pada waktu yang
berbeda mempunyai keajegan atau konsistensi. Distibusi skor tes antar 2 kelas tersebut
menunjukkan distribusi normal. Kreativitas belajar mahasiswa S1 PGSD angkatan 2012 pada
semester 1 tahun 2012/2013 tentang tema lingkungan di tempat wisata Ketep Magelang Jawa
tengah ditunjukkan melalui tabulasi silang seperti dalam tabel 1 berikut ini
Tabel 1.Kreativitas belajar mahasiswa
Tindakan
Skor
< 50
rendah
50 – 59 sedang
60 – 69 tinggi
≥ 70 sangat
tinggi
Jumlah

Persiapan
Frek
%


Inkubasi
Frek
%

Iluminasi
Frek
%

Verifikasi
Frek
%

5
15
10
4

14,71
44,13
29,41

11,76

7
16
6
5

20,59
47,06
17,65
14,70

3
19
8
4

8,82
55,88
23,54
11,76

5
5
6
18

14,71
14,70
17,65
52,94

34

100,00

34

100,00

34

100,00

34

100,00

Tabel 1 menjelaskan indikator kreativitas belajar tema lingkungan oleh mahasiswa S1 PGSD
terdiri dari persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Masing-masing indikator di skor dengan
pengelompokan skor dari < 50, 50 – 59, 60-69 dan lebih atau sama dengan 70. Tiga indikator
pertama adalah persiapan, inkubasi dan iluminasi menunjukkan distribusi yang normal. Hal ini juga
dapat dilihat pada gambar 1 di bawah. Pada tahap persiapan yang merupakan tahap mahasiswa
untuk mengumpulkan informasi masalah lingkungan yang ada di tempat wisata Ketep 85,29 %
dari seluruh mahasiswa yang ada (34 mahasiswa) menunjukkan skor sedang sampai tinggi artinya
bahwa 85,29 % mahasiswa mampu mengumpulkan data, dengan demikian mahasiswa memiliki
kreativitas dalam mengumpulkan data. Demikian juga dalam aktivitas melaksanakan inkubasi,
artinya mahasiswa dapat merumuskan permasalahan juga mencapai 79,41 % dari tingkat sedang
sampai tinggi, iluminasinya mencapai 91,18 % dan verifikasi mencapai 85,29 %. Dari 4 aktivitas
kreativitas tertinggi dicapai iluminasi, artinya bahwa kreativitas mahasiswa sangat tinggi untuk
mmencari solusi atau alternatif pemecahan masalah lingkungan. Begitu pula untuk aktifitas
inkubasi mencapai skor yang paling rendah, jika dibandingkan dengan aktivitas lain. Aktivitas
inkubasi merupakan aktivitas merumuskkan masalah, hal ini dapat dipahami mengingat, mahasiswa
yang diteliti merupakan mahasiswa angkatan pertama, yang belum mempunyai banyak teoori-teori
IPA-56

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013

perkuliahan. Namun hasil ini sudah lebih dari cukup memadai. Secara lebih rinci juga dijelaskan
melalui gambar 1 Distribusi Skor Indikator Kreativitas Belajar Lingkungan dengan Menggunakan
Sumber Belajar Lingkungan
Jadi kreativitas mahasiswa dapat dikembangkan melalui perkuliahan yang diberi tindakan. Hal
ini nampak dari hasil akhir skor tes dari kelas D yang perkuliahannya menggunakan pembelajaran
konvensional dilakukan di kelas (klas kontrol) dan skor akhir kelas C yang perkuliahannya
menggunakan sumber belajar lingkungan yang merupakan pemberian tindakan (kelas eksperimen).
Skor rata-rata yang diperoleh di kelas kontrol sebesar 57,18, sedangkan skor akhir untuk kelas C
yang merupakan kelas eksperimen mencapai skor 72,26. Secara rinci perbedaan skor rata-rata ini
ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Skor Rata-Rata Kreativitas Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas
Rata-rata Kreativitas 1
Rata-rata Kreativitas 2

Kontrol
43,4116
57,1765

Eksperimen
46,8529
72,2647

Kreativitas 1 adalah skor kreativitas sebelum ada tindakan
Kreativitas 2 adalah skor kreativitas setelah ada pembelajaran (kelas kontrol)/skor kreativitas
setelah ada pemberian tindakan (kelas eksperimen)

Gambar 1.Distribusi Skor Indikator Kreativitas Belajar Lingkungan dengan
Menggunakan Sumber Belajar Lingkungan
Uji t test dipergunakan dalam analisis statitik dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui perbedaan total rata-rata kreativitas belajar tentang tema lingkungan pada mahasiswa
S1 PGSD angkatan 2012 antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan sumber belajar
lingkungan. Ada tidaknya perbedaan rata-rata hasil belajar inilah yang dipergunakan sebagai dasar
untuk menentukan ada tidaknya pengaruh penggunaan sumber belajar terhadap kreativitas belajar
lingkungan bagi mahasiswa S1 PGSD. Analisis data untuk t-test dilakukan dengan bantuan SPSS
windows’s version 19.
Di bawah ini disajikan data hasil uji t test pada tabel 3 berikut ini.

IPA-57

ISBN 978 – 979 -96880 – 7 - 1.

Naniek Sulistya Wardani/ Pengaruh Penggunaan Sumber

Tabel 3.H asil Uji T Sebelum dan Sesudah Tindakan Kelompok Eksperimen
Paired Different
df
Paired Different
Standar
Mean Deviasi

Pair 1

Lower Upper
Skor1_1 Skor 25,411
1_2
76
10,57761

t
95 % Confidence
SD Error Interval of The
Mean
Difference
Mean
Lower

Sig.2tailed
Standar Standar
Deviatio Error
n
Mean

Lower Upper
Upper Lower
29,102
1,81405 47
-21,72106 -14,008 33

Upper

,000

Berdasarkan tabel 3, nampak bahwa hasil uji t sebesar – 14,008 dengan probabilitas
signifikansi 0,000 < 0,05, ini berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang dinyatakan dengan ‘Ada
perbedaan kreativitas belajar lingkungan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan sumber belajar lingkungan mahasiswa S1 PGSD angkatan 2012’ diterima, sehingga
HO yang menyatakan bahwa ‘Tidak ada perbedaan kreativitas belajar lingkungan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan sumber belajar lingkungan mahasiswa S1
PGSD angkatan 2012’ditolak. Jadi dari hasil uji t dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan kreativitas belajar lingkungan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan sumber belajar lingkungan mahasiswa S1 PGSD angkatan 2012’
Kreativitas belajar lingkungan oleh mahasiswa dengan menggunakan lingkungan tempat wisata
di Ketep menunjukkan hasil yang tinggi. Hal ini terlihat dari skor rata-rata akhir mahsiswa yang
menunjukkan peningkatan sebesar 54,23 %. Peningkatan ini peningkatan signifikan artinya
peningkatannya sangat berarti dalam kreativitas mahasiswa. Jadi mahasiswa dengan menyimak
fenomena secara langsung di lapangan, menemukan sendiri permasalahan yang ada di lapangan,
menyederhanakan sendiri permasalahan yang ada, mmencari solusi pemecahan masalah dan
mengevaluasi hasil pekerjaannya, mahasiswa memiliki kreativitas yang tinggi. Dalam hal ini
mahasiswa tidak memperoleh tekanan apapun, karena mahasiswa senang menikmati permasalahan
yang telah ada di depannya, sehingga mahasiswa terdorong untuk memecahkan persoalan itu, dan
mahasiswa mampu untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang dilakukannya. Jadi pembelajaran
dengan menggunakan lingkungan dapat meningkatkkan kreativitas belajar mahasiswa.
KESIMPULAN
Mendasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dissimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar lingkungan dengan indikator kreativitas
(persiapan/pengumpulan informasi, inkubasi, iluminasi dan verifikasi) dapat meningkatkan
kreativitas belajar mahasiswa tentang tema lingkungan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya:
2. Besarnya skor persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi yakni sebesar 85,29 %; 79,41 %;
91,18 % dan 85,29 %.
3. Adanya peningkatan yang signifikan dari rata-rata skor kreativitas sebelum tindakan
diberikan dan sesudah tindakan diberikan pada kelas eksperimen yakni dari 46,8529 ke
72,2647 atau sebesar 25,21 %. Hal ini tidak terjadi pada kelas kontrol. Peningkatan skor ratarata dari klas kontrol adalah dari 43,4116 ke 57,1765 atau 31,72 %. Jadi ada perbedaan
peningkatan kreativitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Begitu pula ada perbedaan
yang signifikan antara besarnya rata-rata skor kreativitas akhir antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen yakni 57,1765 dan 72,2647.
4. Hasil uji t sebesar – 14,008 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05, membuktikan
IPA-58

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 18 Mei 2013

bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang dinyatakan dengan ‘Ada perbedaan kreativitas belajar
lingkungan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan sumber
belajar lingkungan mahasiswa S1 PGSD angkatan 2012’ diterima.

DAFTAR PUSTAKA
Hawadi. Reni Akbar. R. Sihadi Darmo Wihardjo. Mardi Wiyono. 2001. Kreativitas. Jakarta: PT
Grasindo.
Longo, Christopher. 2010. Fostering Creativity or Teaching to the Test. Implications of State
Testing on the Delivery of Science Instruction. Clearing House: Jan 2010. Vol. 83 Issue 2.
Muhammad Faiq. 2013. Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran. http://penelitian
tindakankelas.blogspot.com/2013/02/lingkungan-sebagai-sumber-belajar. html
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
--------------------- 2002. Kreativitas Dan Keberbakatan. Jakarta : PT Gramedia.
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sullivan, Florence, R. 2011. Serious and Playful Inquiry: Epistemological Aspects of
Collaborrative Creativity. Journal of Educational Technology and Society. January 2011.
Volume 14. Issue 1.
Suyanto. 2000. Pendidikan di Indonesia memasuki milenium III. Yogyakarta.

IPA-59