PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PAI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JATI AGUNG WAGE TAMAN SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

ALI MURTADLO D3210026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

2015


(2)

i

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Negeri Islam Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah

Oleh: ALI MURTADLO

NIM. D3210026

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

2015


(3)

(4)

(5)

(6)

vii

ABSTRAK

Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kata kunci : Pengembangan Kompetensi Pedagogik, Guru PAI, Implementasi Kurikulum 2013

Penelitian ini mengkaji tentang pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013, penelitian dilakukan untuk menjabarkan pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI. Penelitian ini berangkat dari isu permaslahan yang dihadapi oleh guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Berangkat dari hal tersebut peneliti tertarik umtuk melakukan penelitian terkait pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo. Pengeumpulan dta dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dilakukan denganmemberikan makna pada data yang diperoleh dan kemudian disajiakan dalam bentuk narasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi pedagogik guru dilakukan secara simultan baik oleh guru secara pribadi maupun upaya yang dilakukan oleh sekolah. Guru secara mandiri terus berusaha untuk meningkatkan kompetensinya baik mengikuti kegiatan atau membaca dan sebagainya. Sekolah mengupayakan pengembangan kompetensi pedagogik guru dengan membuat program pengembangan kompetensi, dan melakukan evaluasi secara berkala. Pengembangan ini berimplikasi pada peningkatan kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran, baik melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.


(7)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Hasil Penelitian... 10

F. Penelitian Terdahulu ... 10


(8)

xii

H. Sistematika Pembahasan... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi guru PAI ... 16

1. Pengertian kompetensi guru PAI ... 16

2. Tujuan Kompetensi Guru PAI ... 18

3. Ruang lingkup kompetensi guru PAI... 19

B. Implementasi Kurikulum 2013 ... 24

1. Pengertian Kurikulum 2013... 24

2. Karakteristik Krikulum 2013 ... 25

3. Tujuan Kurikulum 2013... 26

4. Implementasi kurikulum 2013 ... 27

C. Pengembangan Kompetensi Dalam Implementasi Kurukulum 2013... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 41

1. Jenis Penelitian ... 41

2. Pendekatan Penelitian... 42

B. Kehadiran Peneliti ... 43

C. Informan Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 48


(9)

xiii BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

1. Sejarah Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 54

2. Letak Geografis Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 55

3. Visi, Misi, dan Motto Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 56

4. Jumlah Siswa Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 57

5. Kedaan Guru dan Karyawan Sekolah Menengah Pertama Jati Agung .. 58

6. Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 60

7. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 62

8. Aktivitas pembelajaran Sekolah Menengah Pertama Jati Agung... 66

B. Penyajian Data... 67

1. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 67

2. Urgensi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 80

3. Implikasi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 82

C. Analisis Data ... 86

1. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 86

2. Urgensi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 90


(10)

xiv

3. Implikasi Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi

Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung ... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 94

B. Saran... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

1 ✁ ✂

✄ ☎✆✝ ✁✞ ✟✠ ✟✁✆

✡☛ ☞ ✌✍ ✌✎✏ ✑l✌✒✌✓g

Kurikulum dalam sistem pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu.1

Pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum, hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan zaman dan berbagai masalah yang dialami pendidikan di Indonesia. Bahkan ada pendapat dimasyarakat bahwa setiap pergantian menteri pendidikan maka kurikulum juga akan berganti. Terlepas dari pendapat tersebut, perubahan kurikulum bertujuan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan SDM yang unggul. Saat ini pendidikan di Indonesia sedang menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, kurikulum ini telah diujicobakan pada

1

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), Hal. 91.


(12)

beberapa sekolah (ploting project) pada tahun ajaran 2013/2014 dan secara serentak diterapkan disemua sekolah pada tahun ajaran 2014/2015.

Kurikulum 2013 diterapkan untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dinilai masih banyak masalah dalam penerapannya. KTSP dinilai belum tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Standar penilaian KTSP dinilai belum mengarah pada penilaian berbasis kompetensi.

Pengembangan kurikulum 2013 dilakukan karena adanya tantangan internal maupun tantangan eksternal. Tantangan internal terkait tuntutan pendidikan yang mengacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan dan faktor perkembangan penduduk Indonesia. Tantangan eksternal berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogik, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

Hasil analisis PISA menunjukkan hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Selain itu, fenomena negatif akibat kurangnya karakter yang dimiliki peseta didik menuntut pemberian pendidikan karakter dalam pembelajaran. Pernyataan tersebut didukung persepsi masyarakat bahwa


(13)

pembelajaran terlalu menitik beratakan pada kognitif, beban siswa terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.2

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didik menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 35 undang-undang tersebut.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan

2

Kemendikbud, Materi Pelatihan Kurikulum 2013, (Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2014), Hal. 4-6


(14)

keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.3

Kurikulum 2013 menganut pendekatan integratif atau juga dikenal dengan nama pendekatan terpadu, pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Bermakna mempunyai arti bahwa setiap suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari berbagai bagian, melainakan totalitas yang memiliki makna tersendiri. Adapun terstruktur mempunyai asumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh, dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah suatu potensi yang sedang berkembang dan merupakan organisme yang hidup, yang hidup dalam masyarakat yang sedang berkembang pula.4

Seberapapun bagusnya konsep kurikulum yang dibuat akan tetapi jika eksekutor dilapangan tidak mampu mengimplementasikan dengan baik maka akan menjadi sia-sia. Disinilah peran guru sangat besar dalam kesukseskan implementasi kurikulum, karena guru adalah orang yang berinteraksi langsung dalam implementasi kurikulum di lapangan..

3

Ibid, Hal. 9

4

Oemar Hamalik,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), Hal. 37.


(15)

Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan guru. Dikarenakan pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelas. Ini merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, di samping sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.5

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Semakin tinggi kemampuan guru dalam pengajaran, maka di asumsikan semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai oleh anak didik. Kemampuan guru dalam mengajar sebagai tujuan pendidikan merupakan indikator keberhasilan proses belajar mengajar siswa. Oleh karena itu, agar dalam melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang harus dimilikinya.

Untuk mensukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional maka guru/tenaga pendidik harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan BAB IV, pasal 28 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, mencakup empat kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik, 2. Kompetensi Kepribadian, 3. Kompetensi

5


(16)

Profesional, dan 4. Kompetensi Sosial.6 Sedangkan secara khusus selain empat kompetensi tersebut guru PAI harus memiliki kompetensi leadership.7

Selanjutnya dalam penjelasan pasal bab 28 ayat 3 (tiga) PP 19/2005 dan Pereturan Menteri Agama RI No. 16. Tahun 2010 pasal 16 dinyatakan bahwa: a. Kompetensi pedagogik adalah, kemampuan mengelola pembelajaran peserta

didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikiya.

b. Kompetensi kepribadian adalah, kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi profesional adalah, kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi stándar kompetensi yang ditetapkan dalam Stándar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi Sosial adalah, kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

6

Luluk Indah purwati dan Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hal. 234.

7


(17)

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.8

e. Kompetensi leadership suatu proses untuk mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku terhadap individu yang dipengaruhinya.

Agar kurikulum dapat diimplementasikan secara efektif serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu: 1) menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik; 2) menyukai apa yang diajarkan dan menyuakai mengajar sebagai profesi; 3) memahami peserta didik; 4) menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar; 5) mengikuti perkembangan mutakhir; 6) menyiapkan proses pembelajaran; 7) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan.9

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jati Agung Wage Taman Sidoarjo mulai menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014/2015. Menyadari akan adanya tantangan dalam penerapan Kurikulum salah satunya adalah kemampuan guru. Agar implementasi tersebut dapat berlangsung dengan baik diperlukan guru-guru yang kompeten dalam mengimplementasikan Kurikulum

8

Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

(Bandung:Citra Umbara, 2008), hal. 5.

9

Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta: RajaGrafindo, 2010), Hal. 234-235.


(18)

2013. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Dari hasil wawancara dengan salah seorang guru PAI dan kepala sekolah, sekolah berupaya untuk mengembangkan kompetensi guru dalam upaya mensukseskan implementasi Kurikulum di SMP Jati Agung. Ini mengingat belum seluruh guru menguasai kurikulum 2013 secara baik, sehingga untuk mensukseskan implementasi kurikulum 2013 perlu adanya pengembangan kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum 2013.10

Berangkat dari dasar pemikiran tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul ✥✔ ✕ngm✖✗ng✗✘ ✙omptnsiuru ✔ ✛✜ ✢ ✗✣✗✤ ✜mplmnt✗✦i urikulum 2013 i ✧★✔ ✩ ✗✪i ✛✫✬ng ✭ ✗✫✕ ✮ ✗✤ ✗✘ ✧io✗✯jo✰.

. ✱✗✪ ✗ ✦✗✘★✗✦ ✗✣✗✲

Penelitian ini dibatasi untuk mencegah terjadinya pembahasan yang terlalu luas. Batasan-batasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan meneliti tentang pengembangan kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

2. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Kepala Sekolah, dan guru PAI di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

10


(19)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman Sidoarjo?

2. Mengapa diperlukan pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman Sidoarjo?

3. Bagaimana implikasi pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman Sidoarjo?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui perlunya pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui implikasi pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.


(20)

E. Manfaat Hasil Penelitian

Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan sosial pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat dari penelitian yaitu:

1. Bagi UIN Sunan Ampel

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagi penambah wawasan mahasiswa dan perbandingan bagi peneliti yang mengangkat tema yang sama di waktu mendatang.

2. Bagi SMP Jati Agung

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variabel yang diteliti yaitu kompetensi guru PAI. Sehingga pada nantinya SMP Jati Agung dapat meningkatkan kualitas guru untuk mencapai tujuan pendidikan di SMP Jati Agung.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam perkuliahan dan wawasan dalam penulisan ini.

F. Penelitian Terdahulu

Peneliti melakukan kajian terhadap buku serta hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan dengan konsen penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti mendapatkan beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dalam hal kompetensi guru yang dapat menunjang terhadap penelitian peneliti diantaranya:


(21)

1. M. Zuhdi, skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Judul Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar di MTs. Darul Hijrah Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik guru sangat menentukan dalam keberhasilan pelaksanaan belajar mengajar. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran, dalam kompetensi mencakup beberapa kemampuan diantaranya, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

b. Kepala Sekolah sebagai pimpinan memiliki tanggung jawab untuk megelola guru dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah memiliki tugas untuk memfasilitasi pengembangan guru dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah MTs. Darul Hijrah Surabaya memilki upaya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar, baik melalui pelaksaan penataran, rapat, dan supervisi.

2. Muslim Bukhori, skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Judul Urgensi kompetensi pedagogik guru agama dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam siswa di SMA PGRI Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik guru agama meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum, perancangan dan pelaksanaan


(22)

pembelajaran, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi pedagogik guru memiliki peran penting dalam mengatasi kesulitan belajar mata pelajaran PAI. Dengan penguasan kompetensi pedagogik, guru dapat memahami peserta didik dan mengetahui kesulitan belajar siswa sehingga guru dapat mencari cara untuk mengatasi kesulitan tersebut.

3. Nanang Susianto, skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Kependidikan Islam. Judul Upaya kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru PAI di SMUN 1 Depok Sleman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a. Kompetensi pedagogik guru PAI di SMUN 1 Depok Sleman sudah cukup baik. Guru mampu merencakan pembelajaran dengan baik dan melaksanakan proses pembelajaran guru menggunakan berbagai metode, dalam pengembangan silabus guru telah memperhatikan berbagai pendekatan, baik dari tujuan, karakteristik siwa, metode, dan evaluasi.

b. Pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI telah diupayakan oleh kepala sekolah salah satunya dengan melaksanakan training pembelajaran multimedia.


(23)

Dari beberapa penelitian tersebut, peneliti belum menemukan penelitian yang membahas secara spesifik pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam implementasi kurikuum 2013, sehingga peneliti perlu untuk melaksanakan penelitian dalam bidang tersebut.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalah pahaman, maka penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul

1. Kompetensi Guru PAI

Kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.11 Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekuensi bahwa, seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi guru PAI sebagaimana yang diajukan oleh Departemen Agama dalah meliputi: Kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian, dan leadership. Secara umum kompetensi guru PAI sama dengan guru bidang studi lainnya kakan tetapi ada tambahan satu aspek

11


(24)

kompetensi khusus yang harus dikuasai oleh guru PAI, yaitu kompetensi leadership.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum tahun 2013 adalah rancang bangun pembelajaran yang didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang bermartabat, beradab, berbudaya, berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab yang mulai dioperasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 secara bertahap. Menurut Hasan, perkembangan Kurikulum 2013 didasari oleh BNSP 2010 dan adanya pendidikan karakter serta kewirausahaan. Kurikulum ini dikembangkan selama kurang lebih lima tahun dari 2010 hingga 2015. Pada tahun 2010 dan 2011 dilakukan kajian mengenai kurikulum. Pada tahun 2012 dilakukan finalisasi dokumen kurikulum. Pada tahun 2013 hingga 2015 dilakukan implementasi dan evaluasi kurikulum di sekolah.12

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dibagi menjadi beberapa penjelasan yang tersusun dalam 5 bab yakni:

12


(25)

BAB I : Pendahuluan; Merupakan pendahuluan yang di dalamnya memuat latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, sistematika pembahasan. BAB II: Landasan teori; Pertama, penjelasan tentang kompetensi guru PAI, tujuan kompetensi guru PAI, dan Ruang lingkup kompetensi guru PAI. Kedua, penjelasan tentang implementasi kurikulum 2013, meliputi pengertian kurikulum 2013, karakteristik Kurikulum 2013, tujuan Kurikulum 2013, dan implementasi Kurikulum 2013. Ketiga, penjelasan tentang pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013.

BAB III: Metodologi penelitian; yang terdiri dari, jenis dan pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, informan penelitian, metode pengumpulan data, metode analisa data, dan pengabsahan data.

BAB IV: Laporan Penelitian; pada bab ini, penulis akan menampilkan semua bentuk temuan yang berhubungan dengan penelitian, yang didasarkan pada landasan teori diatas berupa penyajian data dan analisis data.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kompetensi Guru PAI

1. Pengertian Kompetensi Guru PAI

Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang dimaksud kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal .13 Sedangkan menurut Uzer Usman kompetensi diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya .14 Sementara Muhammad Zaini mengemukakan kompetensi sebagai gambaran suatu kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran tertentu.15

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia terutama Pasal 8 yang menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Mengacu substansi Pasal 8 tersebut di atas jelas sekali bahwa

13

Purwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia(Jakarta; Erlangga;1982), hal. 321

14

Moh. Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional(Bandung: PT Rosdakarya, 2006), hal. 14

15


(27)

kepemilikan kompetensi itu hukumnya wajib; artinya bagi guru yang tidak mampu memiliki kompetensi akan gugur keguruannya.16

Menurut bab I pasal 1 (satu) ayat 10 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.17

Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan atau kualitas guru dalam mengajar, sehingga terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.18 Kemampuan atau kualitas tersebut mempunyai konsekuensi bahwa, seorang yang menjadi guru dituntut benar-benar memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan profesinya, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi guru PAI sebagaimana yang diajukan oleh Departemen Agama dalah meliputi: Kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian, dan leadership. Secara umum kompetensi guru PAI sama dengan guru bidang studi lainnya kakan tetapi ada tambahan satu aspek kompetensi khusus yang harus dikuasai oleh guru PAI, yaitu kompetensi leadership.

Pada hakekatnya orientasi kompetensi guru ini, tidak hanya diarahkan pada kemampuan intelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses belajar mengajar

16

Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

(Bandung:Citra Umbara, 2008), hal. 3

17

Sekretariat Negara RI, Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, hal. 3

18


(28)

bersama anak didiknya saja, akan tetapi punya jangkauan yang lebih luas lagi, yaitu sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat yang nantinya diharapkan mampu mencetak kader-kader pembangunan dimasa kini, esok dan mendatang, begitu juga lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan pada anak didik sebelum ia terjun secara langsung di lingkungan masyarakat.

2. Tujuan Kompetensi Guru PAI

Salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, sehingga perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.19

Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi guru PAI meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi leadership. Perubahan dan pembaharuan pada sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan

19

Akhmad Sudrajat, Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah, Jurnal Pendidikan Diterbitkan 21 April 2007. IKIP Bandung.


(29)

kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya.

3. Ruang Lingkup Kompetensi Guru PAI

Khusus tentang kompetensi ini dijelaskan pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional, sedangkan Departemen Agama menambahkan satu kompetensi lagi bagi guru PAI, yaitu Kompetensi Leadership yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga pendidik profesional yaitu :

a. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Seorang guru dikatakan mempunyai


(30)

kompetensi pedagogik minimal apabila telah menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran. Selain itu kemampuan pedagogik juga ditunjukkan dalam kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.20 Misalnya memahami karakter peserta didik, dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, mampu memberikan evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi :

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan 2) Pemahaman terhadap peserta didik

3) Pengembangan kurikulum/ silabus 4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 6) Evaluasi hasil belajar

7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya21

Implikasinya sederhana; kalau ada guru yang tidak memahami karakter peserta didik, tidak dapat menjelaskan materi pelajaran dengan baik, tidak mampu memberi evaluasi terhadap apa yang sudah diajarkan, juga tidak dapat

20

Trianto, Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), hal. 63-64.

21


(31)

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik maka guru yang bersangkutan belum memiliki kompetensi pedagogik secara memadai.

b. Kompetensi kepribadian, yaitu suatu kompetensi yang mencerminkan kepribadian seorang guru terkait dengan profesinya. Dalam hal kepribadian ini seorang guru hendaknya memiliki sifat dewasa (tidak cengeng), berwibawa, berakhlak mulia, cerdas, dan dapat diteladani masyarakat utamanya anak didik. Tanpa memiliki sifat seperti ini boleh jadi kopetensi kepribadian guru layak dipertanyakan.42 Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang meliputi : 1) Mantap; 2) Stabil; 3) Dewasa; 4) Arif dan bijaksana; 5) Berwibawa; 6) Berakhlak mulia; 7) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8) Mengevaluasi kinerja sendiri; 9) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.22

c. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat luas. Misalnya berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.43 Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat diantaranya.44 Guru, di mata masyarakat dan siswanya merupakan panutan yang dicontoh dan teladan dalam kehidupan sehari- hari. Ia adalah tokoh yang diberi tugas membina dan membimbing manusia pada umumnya dan para siswanya pada khususnya ke arah norma

22


(32)

yang berlaku di lingkungan sosialnya oleh karena itu guru perlu membekali dirinya dengan kemampuan sosial dengan masyarakat sekitar dalam rangka penyelenggaraan pembelajaran yang eefektif dan efisien dimana hubungan antara sekolah dengan masyarakat akan berlangsung lancar.

Jenis- jenis kemampuan sosial tersebut seperti sebagai berikut: 1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan infomasi secra fungsional

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua peserta didik, dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar23

d. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional juga dapat berarti kewenangan dan kemampuan guru dalam menjalankan profesi keguruanya.24 Adapun yang termasuk komponen kompetensi profesional antara lain :

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai tafraf perkembangan peserta didik

23

E. Mulyasa,Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru,hal. 173

24

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 229


(33)

3) Mampu menangani dan menegmbangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya

4) Mengerti dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi

5) Mampu menggunakan dan mengembangkan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil beajar peserta didik

8) Mampu menumbuhkan kepribadian siswa25

e. Kompetensi leadership; adalah kemampuan seorang guru untuk mempengaruhi peserta didik yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap peserta didik yang dipengaruhinya. Indikator kompetensi leadership yang harus dimiliki oleh seorang guru PAI adalah: 1) Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran

agama dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian proses pembelajaran agama

2) Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistemis untuk mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah

3) Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan konselor

25


(34)

4) Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah26

B. Implementasi Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas secara implisit tergambar bahwa kurikulum itu merupakan pendoman dan landasan operasional bagi implementasi proses belajar mengajar di sekolah, lembaga pendidikan, pelatihan dan sebagainya. Sekaligus merupakan alat dan sarana untuk mencapai tujuan serta cita-cita pendidikan yang sudah digariskan.27

Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai

26

http://www.Pendis.kemenag.co.id diakses pada 9 Desember 2014 pukul 16.47

27

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 67.


(35)

ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.28

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan denag penuh tanggung jawab.29

2. Karakteristik Kurikulum 2013

Salah satu alasan perlunya perubahan kurikulum adalah dikarenakan adanya beberapa kekurangan yang ditemukan pada KTSP 2006. Adapun perbedaan dari kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya antara lain.

1. Standar Kompetensi tidak diturunkan dari Standar Isi, namun dari kebutuhan masyarakat.

2. Standar Isi tidak diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran, namun dari Standar Kompetensi Lulusan.

3. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.

28

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 66.

29


(36)

4. Kompetensi tidak diturunkan dari mata pelajaran, namun dari kompetensi yang ingin dicapai.

5. Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas).30

3. Tujuan Kurikulum 2013

Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 adalah untuk meghasilkan insan Indonesia yang: Produktif, afektif kreatif, inovatif; melalui melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peseta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman apa yang dipelajari.

Mengacu pada pennjelasan UU No. 20 Tqhun 2003, bagian umum dikatakan bahwa: Strategi pembaguna, pendidikan nasional dalam undang-undang ini meliputi:...., 2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,... dan penjelasan pada Pasal 35, dikatakan bahwa Kompetensi lulusan merupaka kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Maka diadakan perubahan kurikulum dengan tujuan untuk Melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirilis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

30

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta:..., 2014), hal. 28.


(37)

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan.pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi mencari tahu, sedangkan proses penialian dari berfokus pada pengetahuai melalui penilaian outpun menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh,sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran.31

4. Implementasi Kurikulum 2013

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.

a. Merancang Pembelajaran Efektif dan Bermakna

Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Saylor (1981) dalam Mulyasa (2002) mengatakan bahwa

31


(38)

Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher ininteraction in an educational setting . Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan menguunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, yang dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif.32

Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru dengan prosedur, yaitu: 1) Pemanasan dan apersepsi; 2) Eksplorasi; 3) Konsolidasi pembelajaran 4) Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter; 5) Penilaian formatif.33

b. Mengorganisasikan pembelajaran

Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima

32

E. Mulya,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,hal. 99-100

33


(39)

hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorganisasian pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan lingkungan dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.

1. Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi hendaknya dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi dasar pada umumnya. Oleh karena itu, prinsip-prinsip dan prosedur pembelajaran berbasis karakter dan kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai salah satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilitator, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan di sekolah. 2. Pengadaan dan pembinaan tenaga ahli

Dalam implementasi Kurikulum 2013 diperlukan pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, yang memiliki sikap, pribadi, kompetensi dan keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis kompetensi dan karakter. Hal ini sangat penting dilaksanakan, karena berkaitan dengan deskripsi kerja yang akan dilakukan oleh masing-masing tenaga kependidikan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya tenaga ahli, agar setiap personil memiliki pemahaman dan


(40)

kompetensi yang menunjang terlaksananya pembelajaran tematik integratif dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. 3. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar

Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum, perlu didayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar secara optimal. Untuk kepentingan tersebut para guru, fasilitaor dituntut untuk mendayagunakan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, serta menjalin kerjasama dengan unsur-unsur terkait yang dipandang dapat menunjang upaya pengembangan mutu dan kualitas pembelajaran. Pendayagunaan dan jalinan hubungan tersebut antara lain dapat dilakukan dengan masyarakat di sekitar linkungan sekolah.

4. Pengembangan kebijakan sekolah

Implementasi kurikulum perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan kepala sekolah. Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam implementasi pembelajaran berbasis kompetensi.34

c. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran

Di samping pendekatan pedagogi, pelaksanaan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 berbasis kompetensi dianjurkan juga untuk menggunakan pendekatan andragogi, yang berbeda dengan pedagogi,

34


(41)

terutama pandangannya terhadap peserta didik. Pedagogi diartikan sebagai the art and science of teaching childern , sedangkan andragogi diartikan sebagai the art and science of helping adults learn . (Knowles, 1970; Cross, 1981 dalam Mulyasa, 2002). Kata helping mengandung arti bahwa andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara utuh. Belajar dipandang sebagai sebagai proses yang melibatkan diri dalam interaksi antara diri sendiri dengan realita di luar diri individu yang bersangkutan. Hal tersebut sejalan dengan Tyler (1986) dalam Mulyasa (2002) yang mengemukakan bahwa belajar adalah ...interaction between the learner and the external condition .

Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum 2013, belajar harus dipandang sebagai aktivitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar. Oleh karena itu, hal-hal yang harus diupayakan antara lain: a) bagaimana memotivasi peserta didik, dan bagaimana meteri belajar harus dikemas sehingga bisa motivasi, gairah, dan nafsu belajar; b) belajar perlu dikaitkan dengan seluruh kehidupan peserta didik, agar dapat menumbuhkan kesadaran mereka terhadap manfaat dari perolehan belajar. Sehubungan dengan itu, dalam proses pembelajaran yang paling penting adalah apa yang dipelajari peseta didik, bukan yang dikehendaki dan diajarkan oleh guru/fasilitator. Dengan kata lain, apa yang dipelajari oleh


(42)

peserta didik merupakan kebutuhan, dan sesuia dengan kemampuan mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru/fasilitator.35

Andragogi dapat dikembangkan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum di sekolah, baik di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun di pendidikan tinggi. Sesuai dengan situasi dan kondisi serta faktor-faktor penunjang lain. Melalui model andragogi dalam menyukseskan implementasi kurikulum diharapkan dapat mengubah sikap ketergantungan peserta didik menjadi tidak tergantung, melalui pengarahan diri dan menghargai harga diri peserta didik. Harga diri merupakan sesuatu yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga mereka memerlukan perilaku yang saling menghargai.

Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi kurikulum merupakan alternatif pembinaan peserta didik, melalui penanaman berbagai kompetensi yang berorientasi pada karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik, serta melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar setelah menamatkan suatu program pendidikan mereka memiliki kepribadian yang kukuh dan siap mengikuti berbagai perubahan.36

35

E. Mulyasa,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013,hal. 106-107

36


(43)

Adapun implikasi pendekatan berbasis kompetensi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan peserta didik. Kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media yang bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan. Ketiga, dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik.37

Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pendekatan pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning), bermain peran, pembelajaran partisipatif, belajar tuntas, dan pembelajaran kontruktivisme.38

d. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar,

37

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesioanal Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagakan,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 97.

38


(44)

dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentinagan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal.

Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir dan penutup.

e. Penilaian atau evaluasi

Salah satu aspek yang dijadikan ajang perubahan dan penataan dalam kaitannya dengan implementasi Kurikulum 2013 adalah penataan standar penilaian. Penataan tersebut terutama disesuaikan dengan penataan yang dilakukan pada standar isi, standar kompetensi lulusan dan standar proses. Meskipun demikian, pada akhirnya penataan penilaian tersebut tetap bermuara dan berfokus pada pembelajaran, kareana pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum. Pembelajaran sebagai inti dari implementasi kurikulum dalam garis besarnya menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.39

Fungsi penilaian atau juga yang disebut dengan pengendalian atau evaluasi. Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja yang dicapai telah sesuai dengan rencana dan tujuan. Untuk kepentingan tersebut, pelaksanaan penilaian perlu membandingkan kinerja aktual dengan kinerja standar. Guru sebagai manajer pembelajaran harus

39


(45)

mengambil strategi dan tindakan perbaikan apabila terdapat kesenjangan antara proses pembelajaran yang terjadi secara aktual dengan yang telah direncanakan dalam proses pembelajaran. Penilai merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran agar sebagian besar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal, karena banyaknya peserta didik yang dapat nilai rendah atau dibawah standar akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran secara keseluruhan. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan secara terus menerus, untuk mengetahui dan memantau perubahan serta kemajuan yang dicapai peserta didik, maupun untuk memberi skor, angka atau nilai yang bisa dilakukan dalam penilaian hasil belajar.40

Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik penlaian yang harus dilakukan guru dalam pem belajaran di sekolah. Standar kompetensi dan kompetensi dasar di dalam standar isi menjadi fokus perhatian utama dalam penilaian.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat melakukan penilaian melalui penilaian tes dan nontes. Tes meliputi tes lisan, tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian, menjodohakan, bener-salah), dan perbuatan meliputi: kinerja (performance), penugasan (projek), dan hasil karya (produk). Penilaian nontes misalnya penilaian sikap, minat, motivasi, penilaian diri,

40


(46)

portofolio, life skill. Tes perbuatan dan penilaian nontes dilakukan melalui pengamatan (observasi).41

C. Pengembangan Kompetensi Guru PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013

Faktor penting yang menentukan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah guru, karena guru merupakan implementator kurikulum di lapangan, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan ini salah satunya adalah dikarenakan lemahnya kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum 2013.

Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam bangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarkan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena

41

Loloek Endah Purwati dan Sofan Amari, Panduan Memahami Kurikulum 2013,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), hal. 166.


(47)

itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifiakan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal pada guru dan berujung pada guru pula.42

Dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 tidak dapat dipungkiri guru dituntut untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dan hal baru dalam kurikulum 2013. Beberapa hal yang perlu dimiliki guru, untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain sebagai berikut: 1. Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan

kompetensi lulusan.

2. Menyukai apa yang diajarkan dan menyenangi mengajar sebagai suagtu profesi.

3. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya.

4. Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik.

5. Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik.

6. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir. 7. Menyiapkan proses pembelajaran.

8. Mendorong peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih baik.

42


(48)

9. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.

Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan kompetensi guru. Pengembangan ini bertujuan agar guru dapat meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya sehingga dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 dengan baik. Sebaik apapun konsep kurikulum yang dikembangkan jika guru sebagai implementator di lapangan tidak memahami kurikulum tersebut, maka konsep ideal kurikulum tersebut tidak akan dapat diterapkan.

Kata pengembangan (development) menurut Magginson dan Mathews adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan efektifitas. Yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia (guru) dalam konteks ini adalah adalah upaya lebih luas dalam memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengembangan sumberdaya manusia adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar, terarah, terprogram dan terpadu, bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia baik secara fisik maupun non-fisik, agar nantinya menjadi manusia-manusia berdaya guna bagi SDM, bangsa dan negara yang dilandasi dengan nilai-nilai moral dan agama.43

Pemerintah dalam hal ini telah melakukan upaya pengembangan kompetensi guru, agar guru dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan baik. Salah satunya dalah dengan melakukan pelatihan Kurikulum 2013. Dalam pelatihan

43


(49)

tersebut guru bertujuan untuk merubah mindset guru agar dapat memahami dan mendukung implementasi Kurikulum 2013, memberikan keterampilan merancang RPP Kurikulum 2013, memberikan keterampilan melakukan pembelajaran Kurikulum 2013, dan memberikan keterampilan melakukan evaluasi/penilaian Kurikulum 2013.

Selain itu, lembaga pendidikan dalam hal ini dipimpin oleh Kepala Sekolah hendaknya menyiapkan para guru yang kompeten untuk mensukseskan implementasi Kurikulum 2013, dengan mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah. Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis, mendiskusikan dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum 2013, antara lain; 1) kerangka dasar dan struktur kurikulum; 2) pedoman implementasi Kurikulum 2013; 3) pedoman pengelolaan; 4) pedoman evaluasi kurikulum; 5) standar kompetensi kelulusan; 6) kompetensi inti dan kompetensi dasar; 7) buku guru; 8) buku siswa; 9) silabus dan RPP; 10) standar proses dan model pembelajaran; 11) dokumen standar penilaian; 12) pedman penilaian dan rapor; 13) buku pedoman bimbingan dan konseling.44

Guru secara mandiri juga harus mengembangkan kompetensinya, dengan cara saling berdiskusi dan bertukar pikiran dengan guru yang lain sehingga problem yang terjadi di lapangan utamanya dalam implementasi Kurikulum 2013 dapat

44


(50)

segera diatasi. Guru juga dapat membaca literatur yang berkaitan dengan Kurikulum 2013.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/gambaran yang objektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah yang akan dikaji oleh peneliti. Adapun penelitian ini adalah penelitian studi kasus (lapangan) yang menurut Suharsimi Arikunto, penelitian studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.45

Maka dari itu peneliti akan menganalisis, menggambarkan serta memaparkan data yang telah diperoleh dari SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi pedagogik guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung.

Poerwandari mengatakan bahwa yang didefinisikan sebagai kasus yang hadir dalam konteks yang terbatasi (bounded countext), meskipun batas-batas antara fenomena dan konteks tidak spenuhnya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses

45

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 120.


(52)

atau suatu peristiwa khusus tertentu. Beberapa tipe unit yang dapat diteliti dalam bentuk studi kasus antara ain individu-individu, karakteristik, atau atribut dari individu-individu, aksi, dan interaksi, peninggalan atau artefak, perilaku, setting, serta peristiwa atau insiden tertentu.

Alasan penelitian ini menggunakan studi kasus sebab dengan metode studi kasus akan dimungkinkan peneliti memahami pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung secara mendalam.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.46

Pendekatan deskriptif merupakan prosedur penelitian yanag akan menghasilkan data-data deskirptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang, gambar, prilaku yang diamati, dan bukan angka-angka. Penelitian diskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi status gejala dan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan dalam perolehan

46

Hadari Nawawi, H. Murni Martini, Penulisan Terapan, ( Yogyakarta: Gajahmada University Press,1996) hal.73


(53)

data lapangan. Tujuan penelitian ini untuk melukiskan variabel atau kondisi apa yang ada dalam suatu situasi.47

Pendekatan ini digunakan untuk meggambarkan pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 yang terjadi di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo dalam bentuk narasi. Hal ini dibutuhkan agar proses yang terjadi dapat dijelaskan secara sistematis sesuai fakta yang ada.

Data yang digunakan dapat berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitan kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionnya. Oleh sebab itu, kehadiran peneliti dan keterlibatan peneliti sangat diperlukan, karena pengumpulan data harus dilakukan dalam situasi yang sesungguhnya.. Hal ini, ditegaskan oleh Nasution bahwa pada penelitian kualitatif peneliti merupakan alat penelitian utama.48

Peneliti mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara bebas terpimpin atau terstruktur terhadap objek dan subjek penelitian. Oleh karena itu, peneliti sendiri terjun ke lapangan untuk mengadakan observasi dan wawancara secara

47

Arif Rahman, Pengantar Penelitian dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 415.

48


(54)

mendalam mengenai pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama Jati Agung.

C. Informan Penelitian

Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.49 Sumber data adalah subjek data dapat diperoleh, subyek dalam penelitian ini berjumlah empat pihak, diantarannya: (1) Kepala sekolah di SMP Jati Agung; (2) Guru pendidikan agama Islam SMP Jati Agung; (3) Siswa (4) stake holder SMP Jati Agung. Alasan peneliti memilih mereka sebagai subyek, untuk memudahkan peneliti mendapatkan data dan informasi yang diperlukan.

Adapun jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari 2 sumber yaitu data primer dan data sekunder. Data primer (sumber data utama) adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya (subyek penelitian), diamati dan dicatat, yang untuk pertama kalinya dilakukan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara. Sedangkan, data sekunder yaitu data yang tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya, yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013.

49


(55)

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan data pengembangan kompetensi guru PAI di SMP Jati Agung. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Observasi

Metode observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian.50 Observasi ini peneliti gunakan untuk meninjau lapangan di SMP Jati Agung baik melalui peninjauan langsung atau tidak langsung bisa jadi melalui gambaran dari masyarakat karena pada dasarnya metode observasi ini merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengamati secara langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dijadikan objek oleh peneliti.

Ada baberapa jenis teknik observasi yang bisa digunakan tergantung keadaan dan permasalahan yang ada. Teknik-teknik tersebut adalah: a. Observasi partisipan, dalam hal ini peneliti terlibat langsung dan ikut

serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati.

50


(56)

b. Observasi non partisipan, pada teknik ini peneliti berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.51

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi partisipan, mengingat keterbatasan waktu dan dana yang dimiliki oleh peneliti. Adapun data yang ingin penelti peroleh melalui metode ini adalah, gambaran umum kondisi SMP Jati Agung, implementasi kurikulum 2013, pengembangan kompetensi guru, aktivitas yang berlangsung, serta orang yang terlibat.

2. Wawancara

Menurut Moleong, wawancara didefinisikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara(interviewer)dan yang diwawancarai(interviewee).52

Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, diantaranya adalah:

a. Wawancara terstuktur

Wawancara terstuktur peneliti telah menyiapkan beberapa instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya sudah disiapkan.dengan wawancara terstuktur

51

Suakandar, Rumaidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktik Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta:Gadjah Mada University Press, 2004), hlm. 71-72

52


(57)

ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pengumpul data mencatatnya.

b. Wawancara semi struktur

Teknik wawancara dalam pelaksanaan yang lebih bebas dari pada wawancara terstuktur, dimana peneliti dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya.

c. Wawancara tidak berstruktur

Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dari ketiga jenis tersebut, penulis menggunakan wawancara terstuktur dan wawancara semi struktur dengan pertimbangan sebagai berikut: Dengan terstruktur dapat dipersiapkan sedemikian rupa pertanyaan-pertanyaan yang diperlukan agar hanya focus mengulas pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti. Dengan semi struktur diharapkan akan tercipta nuansa dialog yang lebih akrab dan terbuka sehingga diharapkan data yang didapatkan valid dan mendalam.


(58)

Adapun data yang ingin diperoleh melalui metode ini adalah: bagaimana pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013, mengapa diperlukan pengembangan kompetensi guru PAI terkait implementasi kurikuum 2013, bagimana hasil dari pengembangan kompetensi tersebut.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsini Arikunto, metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda serta foto-foto kegiatan.53 Metode dokumentasi dalam penelitian ini, dipergunakan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan hasil pengamatan (observasi) terkait pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 di SMP Jati Agung.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatatan lapangan dan dokumetasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

53

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 206


(59)

yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.54

Sehubungan dengan hal tersebut di atas dalam menganalisis hasil temuan ini menggunakan tiga macam analisis yaitu Data Reduction (Reduksi data), Data Display (Penyajian data), dan Verifications (Verifikasi). fokus analisa data ini pada ruang lingkup kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum data memilih hal-hal yang pokok, memfokusakan data pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selajutnya, dan mencarinya bila diperlukan.55

Data-data yang telah didapatkan dari SMP Jati Agung Wage Sidoarnya akan direduksi sesuai dengan kebutuhan yaitu terkait kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013.

2. Penyajian data

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

54

Sugiono,Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung :CV.Alfabeta,2008),hal.89.

55

Sugiono,Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2008), hal.247.


(60)

bersifat naratif. Hal ini dilakukan akan data yang didapat bisa difahami dengan mudah.56

3. Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.57

Penarikan kesimpulan ini di lakukan secara bertahap, pertama menarik kesimpulan sementara, namun seiring dengan bertambahnya data maka haru di lakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan vearifikasi data ini selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan ini.

F. Pengabsahan Data

Memperoleh temuan dan interprestasi data yang absah (trustworthiness) perlu adanya upaya untuk pengecekan data atau pemeriksaan data yang didasarkan atas

56

Ibid, Hal. 95

57


(61)

sejumlah kriteria tertentu. Terdapat empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependanility), dan kepastian (confirmability).

Penelitian ini akan menggunakan dua kriteria dalam mengukur keabsahan datanya, yaitu kredibilitas data dan kepastian yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Kredibilitas data

Kredibilitas penelitian sama halnya dengan penelitian kuantitatif yang mempunyai validitas guna mengukur kualitas penelitian itu sendiri.pada penelitian kualitatif istilah validitas disebut dengan kredibilitas. Menurut Poerwandari kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.58

Adapun untuk memperoleh keabsahan data, Moleong merumuskan beberapa cara yaitu: 1) perpanjangan keikutsertaan, 2) ketekunan pengamatan, 3) triangulasi, 4) pemeriksaan sejawat, 5) kecukupan referensial, 6) kajian kasus negatif, 7) pengecekan anggota. Dari ketujuh cara tersebut, peneliti hanya menggunakan tiga cara yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tiga cara tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, triangulasi yang merupakan teknik pemeriksaan data dengan melakukan pengecekan atau perbandingan terhadap data yang diperoleh

58

E.Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia

(Depok:Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuaran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 2005), hal. 181


(62)

dengan sumber atau kriteria lain di luar data itu. Denzin mengatakan empat uji triangulasi data yaitu: triangulasi sumber, metode, peneliti dan teori. Pada penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah: a) triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan apa yang dikatakan oleh subyek dengan yang dikatakan oleh informan agar data yang diperoleh dapat dipercaya karena tidak hanya dari satu sumber, tetapi juga data diperoleh dari beberapa sumber lain, b) triangulasi metode, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Kedua, menggunakan bahan referensi yang utama berupa buku-buku tentang kompetensi guru dan kurikulum 2013. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh memiliki dukungan dari teori-teori yang telah ada.

Ketiga, pengecekan anggota. Hal ini dimaksudkan selain untuk mereview dan juga untuk mengkonfirmasikan kembali informasi atau intrepretasi peneliti dengan subyek penelitian maupun informan. Dalam pengecekan anggota ini, semua subyek atau informan diusahakan dilibatkan kembali, tetapi untuk informan hanya kepada mereka yang oleh peneliti dianggap representatif.

2. Kepastian

Kriteria ini digunakan untuk mencocokkan data observasi dan data wawancara atau data pendukung lainnya. Dalam proses ini temuan temuan penelitian dicocokkan kembali dengan data yang diperoleh lewat rekaman


(63)

atau wawancara. Apabila diketahui data-data tersebut cukup koheren, maka temuan penelitian ini dipandang cukup tinggi tingkat konfirmabilitasnya. Untuk melihat konfirmabilitas data, peneliti meminta bantuan pada para ahli atau pembimbing. Pengecekan hasil dilakukan secara berulang-ulang serta dicocokkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini.


(64)

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah SMP Jati Agung

SMP Jati Agung didirikan berdasarkan pengamatan terhadap adanya ketidaksinkronan antara IPTEK dan IMTAQ yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa. SMP Jati Agung berusaha untuk menjembatani keduanya dengan cara menyelenggarkan pendidikan yang diharapkan mampu mencetak tenaga terampil dibidang IPTEK dan IMPTAQ.

SMP Jati Agung didirikan di Wage Sidoarjo pada awal 2007 oleh salah satu tokoh wilayah wage, yaitu H. Fuad Anwar, M.Si. yang mana telah sukses dalam program pendidikan Madrasah Ibtidaiyah diwilayah Wage. Dengan adanya kesuksesan itulah beliau muncul ide untuk mendirikan program sekolah tingkat lanjut, yaitu SMP dan diberi nama SMP Jati Agung Islamic Full Day School yang dibawah naugan Yayasan Pondok Pesantren Jati Agung Al Qodiry dan menggunakan penerapan program Islamic Full Day School.

Pada awal berdiri SMP Jati Agung hanya memiliki 2 kelas, dengan semakin berkembang dan maju kualitasnya. Sarana dan prasarana di SMP Jati Agung semakin berkembang. SMP Jati Agung menempati kamus milik


(65)

sendiri di Jalan No. 27 Wage Taman Sidoarjo Jawa Timur. Hal ini dilakukan semata-mata demi kenyamanan anak didiknya untuk menunut ilmu yang jauh dari kebisingan dan industry. Letaknya stategis nyaman, dan tenang untuk proses belajar siswa.

SMP Jati Agung yang dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Jati Agung Al Qodiry ini di harapkan menjadi Effective School (Sekolah Unggulan) dan benar-benar marketable namun secara ekonomi tepat dapat di akses masyarakat awam. Yayasan telah menetapkan garis perjuangan yang jelas di mana Orientasi Islami dan Orientasi Akademik merupakan dasar dan landasan utama seluruh program dan aktivitas sekolah. Sehingga terlahirlah genersi yang cerdas, produktif, kompetitif dan Islami. Pelayanan di SMP Jati Agung didasarkan pada dua dasar, yaitu:

a. Kepuasan Siswa adalah faktor kunci pelayanan dan kerjasama yang sukses.

b. Mutu dan prima pada perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan hasil pendidikan adalah metode standar dalam pelayanan SMP Jati Agung.

2. Letak Geografis SMP Jati Agung

SMP Jati Agung beralamat JL. Jeruk No. 27. Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Tepatnya berada dibarat Aloha Waru, dari SPBU Aloha ke arah barat melewati jalan Aryo Bebangah. Berdiri


(66)

tegak pada sebidang tanah seluas 1546.5 m2. Dan bangunan ini memiliki bangunan tiga lantai dengan luas bangunan 376 m2 halaman seluas 628 m2, lapangan seluas 400 m2, serta kebun seluas 142,5 m2 yang berada di Wage Taman Sidoarjo. Adapun batas- batas wilayah dari SMP Jati Agung ini adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara ` : Jalan Desa

Sebelah Barat : Perumahan Istana Aloha Sebelah Selatan : Perumahan Istana Aloha Sebelah Timur : Perkampungan Warga 3. Visi, Misi dan Motto SMP Jati Agung

a. Visi

Terciptanya lembaga yang mampu mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan teknologi iman dan taqwa menuju terciptanya generasi yang cerdas, produktif, kompetitif, dan Islami.

b. Misi

1. Terciptanya lembaga pendidikan yang profesional, unggul dalam prestasi dengan tetap berpijak pada iman dan taqwa.

2. Menanamakan sikap disiplin, tanggung jawab, mandiri, kreatif, inovatif dan kritis dalam berfikir dilandasi sikap akhlakul karimah.


(67)

3. Menjadikan siswa untuk memiliki prestasi akademik (academic exellence) yang tinggi disertai ketakwaan yang tangguh dan berwawasan kebangsaan maupun global.

c. Motto SMP Jati Agung Taman 1. Berilmu amaliyah

2. Beramal ilmiyah 3. Berakhlak karimah

4. Jumlah Siswa SMP Jati Agung

Jumlah siswa yang masuk di SMP Jati Agung dari tahun ketahun terus meningkat. Ini terbukti dari grafik siswa pertahun pelajaran dari tahun ketahun yang ada di SMP Jati Agung. 2007/2008 jumlah total siswa sebanyak 32 siswa, 2008/2009 sebanyak 60 siswa, 2009/2010 sebanyak 89 siswa, 2010/2011 sebanyak 107 siswa dan tahun 2011/2012 sebanyak 141 siswa. 2012/2013 sebanyak 160 siswa, dan tahun 2013/2014 sebanyak 185. Sedangkan Tahun 2014/2015 sebanyak 196 siswa. Berikut jumlah rincian siswa yang pada tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 1.1

Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Kelas Jumlah


(68)

2. VIII 83

3. IX 53

Total - 199

5. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Jati Agung

Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran, maka diperlukan tenaga pelajar yang berpotensi. Maka tenaga pengajar SMP Jati Agung sebagian besar adalah guru-guru yang memiliki pendidikan tinggi dalam bidangnya masing-masing. Adapun jumlah keseluruhan guru dan karyawan di SMP Jati Agung Wage Sidoarjo pada tahun akademik 2014/2015 adalah sebanyak 30.

Tabel 1.2

Daftar Guru dan Karyawan SMP Jati Agung

NO. NAMA JABATAN

1 Drs. H. Fuad Anwar, M.Si Pengasuh / Ketua Yayasan 2 Hj. Aini Suryati, S.Ag Pengasuh / Bendahara Yayasan 3 Harits Nu'man, S.Pd.I Kepala Sekolah SMP Jati Agung

4 H. Abdul Muchid Ketua Komite Sekolah

5 Vita Susanti Kepala TU

6 Agus Jamal, S.Pd.I Staff TU 1

7 Ahmad Masyhud Labibi, S.Pd.I Staff TU 2

8 Anny Wahyu Dwi Jayanti, S.Pd. Wk. Ur. Kurikulum 9 Moh. Faruq Abadi, M.Pd.I Wk. Ur. Kesiswaan


(1)

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung ini, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi guru PAI di SMP Jati Agung secara umum sudah baik, baik itu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, sosial, dan leadership. Akan tetapi dengan adanya perubahan kurikulum, guru belum sepenuhnya memahami kurikulum 2013 dan implementasinya.

Pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo dilakukan oleh guru, lembaga/kepala sekolah, dan pemerintah. Dengan kemauan pribadinya guru PAI berupaya mengembangkan kompetensinya dengan mengikuti seminar, diskusi, pelatihan, MGMP, membaca buku atau tutorial Kurikulum 2013. Guru PAI rutin mengikuti kegiatan MGMP PAI di Kabupaten Sidoarjo.

Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga juga melakukan upaya pengembangan kompetensi guru dalam implementasi kurikulum 2013 dengan melakukan musyawarah persiapan implementasi kurikulum, yang di dalamnya membahas dan menganalisis kesiapan sekolah termasuk kesiapan guru terkait


(2)

95

implementasi kurikulum 2013. Kepala sekolah juga melakukan rapat rutin untuk mengevaluasi kinerja guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Kerjasama sama dengan sekolah yang menjadi pilot project Kurikulum 2013 dilakukan oleh SMP Jati Agung. Kepala sekolah melakukan supervisi pembelajaran, dan mendukung setiap usaha guru dalam upaya pengembangan kompetensi mereka.

2. Implementasi Kurikulum 2013 menuntut guru untuk menguasai segala aspek yang ada dalam kurikulum Kurikulum 2013. Salah satu satu cara agar guru menguasai Kurikulum 2013 adalah dengan mengembangkan kompetensi dalam implementasi Kurikulum 2013. Hal ini sangat penting mengingat perbedaan yang ada antara Kurikulum 2013 dan KTSP. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi dalam implementasi Kurikulum 2103 di SMP Jati Agung dilakukan, baik oleh guru PAI secara pribadi untuk mengembangkan kompetensinya, maupun upaya yang dilakukan lembaga/kepala sekolah sebagai upaya pengembangan SDM (guru) di lembaga. Dengan adanya penegembangan terbsebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMP Jati Agung.

3. Upaya pengembangan kompetensi yang dilakukan di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo, memberikan implikasi terhadap peningkatan kompetensi guru yang bermuara pada perbaikan mutu pembelajaran Kurikulum 2013. Hal tersebut ditandai dengan hal-hal berikut, yaitu guru mampu merancang pembelajaran Kurikulum 2013 dengan baik, melaksanakan pembelajaran


(3)

96

Kurikulum 2013 dengan kreatif dan inovatif, serta mengusai sistem penilaian Kuriku lum 2013.

B. Saran

Pelaksanaan pengembangan kompetensi guru PAI dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMP Jati Agung Wage Taman Sidoarjo yang dilaksanakan dengan baik harus dipertahankan. Selain itu, sekolah perlu meningkatkan mutu sarana prasarana yang mendukung implementasi Kurikulum 2013.


(4)

✳✴✵ ✶✴ ✷✸ ✹✺✶ ✴✻ ✴

A. Rochman, Achmad. 2010. Kompetensi Guru PAI. disampaikan pada acara Diklat guru PAI SD-SMP se-Jatim di Batu Malang, Jawa Timur.

Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Endah Purwati, Loloek dan Amari, Sofan. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hadi, Sutrisno. 1989.Metodology Research, Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset.

Hamalik, Oemar. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:...

Kristi Poerwandari, E. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuaran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesi.

Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: RajaGrafindo.

Majid, Abdul. 2005Perencanaan Pembelajaran.Bandung: PT Rosdakarya. Moloeng, Lexy. 2007.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosda Karya.


(5)

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesioanal Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

... 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

... 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narbuko, Cholid. 2002.Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution. 1998. Metode Research. Bandung: Jemmars.

Nawawi, Hadari dan H. Murni Martini. 1996. Penulisan Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.

Purwadarminta. 1982.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga.

R. Payong, Marselus. 2011. Sertifikasi Profesi Guru Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: Indeks.

Rahman, Arif. 1982. Pengantar Penelitian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Rumaidi, Sukandar. 2004. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktik Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Rusman. 2012.Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

S., Alwi. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia. Strategi Keunggulan Kompetitif Edisi I. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Sekretariat Negara RI. 2008. Undang-undang Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Bandung: Citra Umbara.

Sistem Pendidikan Nasional. Keberhasilan Kurikulum 2013. On line at http/www.kemdiknas.go.id/kemendikbut/uji-publik-kurikulum-20135.

Diakses pada 25 Oktober 2014. Pukul 17.13.

Sudrajat, Akhmad. 2007. Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah, Jurnal Pendidikan . IKIP Bandung.


(6)

Sugiono. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :CV.Alfabeta.

... 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Triwulan Tutik, Titik dan Trianto. 2006. Tinjauan Yuridis Hak Serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Usman, Uzer. 2006.Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Rosdakarya. Zaini, Muhamad. 2006. Pengembangan Kurikulum.Surabaya: eLKAF.