Pertanggung Jawaban Notaris Akibat Adanya Pemalsuan Identitas Diri Debitor Dalam Akta Perjanjian Kredit Pada Bank

26

BAB II
KEDUDUKAN AKTA PERJANJIAN KREDIT PADA BANK AKIBAT
ADANYA PEMALSUAN IDENTITAS DIRI DEBITOR
A. Identitas Para Penghadap Dalam Akta Notaris
1.

Nama
Setiap orang tentu mempunyai nama, bahkan dalam agama Islam dianjurkan

untuk memberikan nama yang baik kepada setiap anak yang lahir. Nama adalah untuk
menentukan identitas orang, untuk membedakan orang satu dengan orang lainnya dan
dengan nama dapat diketahui sebagai subyek hukum yaitu pembawa hak dan
kewajiban. Nama dapat diketahui dari Kartu Tanda Penduduk (KTP), dari Surat Ijin
Mengemudi (SIM), dari Kartu Keluarga (KK), Ijazah Sekolah, Sertifikat Tanah, Akta
Kelahiran, Kartu Kredit dan lain-lain. Untuk memperoleh kepastian nama seseorang
maka perlu perbandingan antara kartu identitas yang satu dengan kartu identitas
lainnya, misalnya KTP dengan SIM atau dengan KK dengan Ijazah Sekolah dan lain
sebagainya. Kalau dalam mengidentifikasi nama seseorang tersebut hanya berpegang
pada satu identitas maka dikawatirkan satu kartu identitas tersebut dipalsukan.

Misalnya hanya berpegang pada KTP, apakah dapat diyakini nama yang tercantum
dalam KTP tersebut benar-benar nama pemohon kredit. Dengan cara membandingkan
kartu identitas satu dengan yang lain maka jika akan dipalsukan tentu memalsu
seluruh kartu identitas. Dengan diketahui secara pasti nama pemohon kredit maka
jika suatu waktu kredit yang diberikan mengalami kemacetan maka bagi bank akan

26

Universitas Sumatera Utara

27

mudah untuk mengajukan gugatan perdata atau eksekusi jaminan kredit karena
identitas pemohon kredit jelas.
2.

Domisili
Domisili terjemahan dari Domicilie atau woonplaats artinya tempat tinggal

seorang pemohon kredit harus diketahui tempat tinggalnya atau tempat kediamannya.

Kadang-kadang tidak mudah untuk menentukan tempat tinggal karena orang tersebut
berpindah-pindah atau memiliki lebih dari satu tempat tinggal. Untuk mengatasi
berpindah-pindahnya alamat maka perlu diadakan tempat tinggal yang sesungguhnya
dan tempat kediaman hukum atau yuridis. Pada umumnya tempat tinggal
sesungguhnya sama dengan tempat kediaman hukum. Meskipun kadang berbeda.
Yang dimaksud tempat kediaman hukum adalah tempat dimana seseorang selalu
dianggap hadir berhubungan dengan melaksanakan hak dan kewajibannya meskipun
orang tersebut sesungguhnya bertempat tinggal ditempat lain. Dalam peraturan lain,
tempat tinggal adalah tempat dimana perbuatan hukum dilakukan. Menurut KUH
Perdata yang dimaksud tempat tinggal ialah rumahnya atau kotanya. Untuk
mengetahui tempat tinggal seseorang dapat dilihat dari Kartu Keluarga (KK) atau
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau Riwayat Hidup
dan lain sebagainya.
Ada dua macam tempat tinggal atau domisili atau tempat kediaman yaitu :
a.

Tempat tinggal yang sesungguhnya ialah tempat tinggal yang berkaitan
dengan hak-hak melakukan wewenang perdata. Misalnya tempat tinggal
orang tuanya, tempat tinggal suami-isteri


Universitas Sumatera Utara

28

b.

Tempat tinggal yang dipilih ialah tempat tinggal untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu. Misalnya memilih kediaman hukum diwilayah
Pengadilan Negeri tertentu berdomisili misalnya Pengadilan Negeri
Medan. Ini penting berkaitan dengan mengajukan gugatan atau eksekusi.

B. Pemalsuan Identitas Diri Debitor Dalam Akta Perjanjian Kredit Pada Bank
1.

Pengertian Identitas Diri / Kartu Tanda Penduduk
Kartu Tanda Penduduk adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri

yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil yang berlaku diseluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kartu ini
wajib dimiliki oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA)

yang memiliki Izin Tinggal Tetap (ITAP) yang sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun
atau sudah pernah kawin atau telah kawin. Anak dari orang tua WNA yang memiliki
ITAP dan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun juga wajib memiliki Kartu Tanda
Penduduk. Kartu Taanda Penduduk bagi WNI berlaku selama 5 (lima) tahun dan
tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal, bulan dan tahun kelahiran yang
bersangkutan.
Kartu Tanda Penduduk berisi informasi mengenai sang pemilik kartu,
termasuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

NIK (Nomor Induk Kependudukan)
Nama lengkap
Tempat dan tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama

Status

Universitas Sumatera Utara

29

7.
8.

Golongan darah
Alamat lengkap pemegang Kartu Tanda Penduduk (RT, RW, Kelurahan
dan Kecamatan)
9. Pekerjaan
10. Pas photo
11. Tempat dan tanggal dikeluarkannya KTP
12. Tandatangan pemegang KTP
Setiap negara pasti mempunyai penduduk, karena penduduk mempunyai

pengertian yaitu orang yang bertempat tinggal dalam wilayah suatu negara dan
tunduk pada kekuasaan negara.34Begitu pula dengan Indonesia, pasti juga mempunyai

penduduk yang mendiami suatu wilayah di Indonesia. Pada mulanya penduduk
Indonesia hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang berasal dari satu
nenek moyang, dalam hal ini faktor terpenting adalah pertalian darah. Akan tetapi
wilayah Indonesia sekarang ini telah didatangi oleh orang-orang dari negara lain yang
mempunyai nenek moyang yang lain pula.
Hal ini diterangkan dalam UUD 1945 Pasal 26 ayat 1 yaitu :
“yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai
warga negara”.35
Sekarang faktor tempat tinggal turut menentukan apakah seseorang termasuk
sebagai penduduk suatu negara, ini dibuktikan dengan adanya sistem Administrasi
Kependudukan atau sering kita kenal dengan sebutan Kartu Tanda Penduduk sebagai
identitas diri penduduk.

34

Prof.Drs. C. T. Kansil, SH (dkk), 2000, Hukum Tata Negara Indonesia 1 (edisi revisi),
Rineka Cipta,Jakarta, hal. 216.
35
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 26 ayat 1.


Universitas Sumatera Utara

30

Kartu Tanda Penduduk atau identitas diri memiliki fungsi yang banyak.
Sebagai fungsi dari data penduduk yang berdomisili di satu tempat, Kartu Tanda
Penduduk juga berfungsi sebagai database yang digunakan dalam penentuan daftar
pemilih tetap dalam pemilu. Selain itu juga Kartu Tanda Penduduk mempunyai
kekuatan hukum tetap, karena Kartu Tanda Penduduk juga digunakan sebagai tanda
pengenal dalam berbagai permasalahan hukum contohnya dalam permasalahan
hukum keperdataan pada saat seseorang ingin mendaftarkan perkaranya di Pengadilan
maka alat kelengkapan berkas perkaranya yang harus dimasukkan salah satunya
adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau identitas diri.
Arti pentingnya mengetahui dan menentukan domisili atau tempat tinggal
berkaitan dengan beberapa hal yaitu :
a.

Untuk kepentingan bila akan memberikan peringatan atau somasi atau
untuk mengajukan gugatan perdata atau eksekusi jaminan


b.

Tempat untuk melaksanakan hak dan kewajiban para pihak sesuai
perjanjian yang dilakukan. Misalnya dimana seseorang yang berhutang
harus membayar hutangnya

c.

Untuk mengetahui dengan siapa orang itu dalam melakukan perbuatan
hukum. Misalnya bank meminjamkan kreditnya dengan Tuan Syahrul
yang bertempat tinggal di Jalan Sutomo Aceh Besar.

Ternyata Kartu Tanda Penduduk masih banyak memiliki kekurangan, salah
satunya yaitu memberikan kesempatan pada seseorang untuk mempunyai 2 (dua)
Kartu Tanda Penduduk, karena Kartu Tanda Penduduk hanya berlaku disatu tempat

Universitas Sumatera Utara

31


domisili, maka jika seseorang berpindah tempat domisili dia harus membuat Kartu
Tanda Penduduk yang baru, namun Kartu Tanda Penduduk yang lama masih tetap
berlaku.
Pada dasarnya debitor yang melakukan pemalsuan identitas diri dengan
mengganti gambar/foto isterinya dengan orang lain dan menghadapkan atau
menghadirkan orang lain tersebut yang seolah-olah sebagai pemilik identitas diri/
KTP dalam akta perjanjian kredit, berarti debitor sudah melakukan perencanaan
untuk melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum.
Sebagai Posisi Kasus :
Pada tahun 2012 dimana kasus ini pernah terjadi di Wlilayah Aceh Besar
pihak isteri dari debitor (Nyonya Anita) dan pihak Bank datang ke kantor kepolisian
sektor Aceh Besar, karena merasa keberatan terhadap bank yang akan mengeksekusi
rumahnya. Sementara Nyonya Anita merasa tidak pernah mengambil pinjaman kredit
ke bank, tetapi bank menyatakan dengan membawa segala bukti-bukti termasuk
Notaris yang membuatkan aktanya. Suami Nyonya Anita ada mengambil pinjaman
kredit ke bank sebesar Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan jaminan
sertipikat Hak Milik yang ditempati /diduduki oleh debitor dan telah nunggak selama
4 (empat) bulan atau kredit macet. Setelah polisi meminta keterangan dari pihak
bank, ternyata ada kelalaian bank pada saat survey lapangan, ternyata tim surveyor

bank tidak melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan dan terbukti suami
debitor telah memalsukan identitas diri isternya yang sah/KTP dengan mengganti
gambar isterinya dengam perempuan lain. Polisi menyarankan agar kasus ini untuk

Universitas Sumatera Utara

32

diselesaikan secara musyawarah/berdamai, karena melihat para pihak sama-sama
melakukan kesalahan, (pihak bank telah lalai dalam menjalankan tugasnya dan pihak
debitor telah wanprestasi) kemudian pada saat itu juga para pihak menyelesaikan
kasus tersebut secara damai/musyawarah, dan telah terjadi kesepakatan damai
(musyawarah/mufakat) diantara kreditor dan debitor. Kreditor memberikan
dispensasi/tenggang waktu pembayaran, bagi debitor karena tidak mau tanah dan
rumahnya disita / dieksekusi oleh kreditor, maka ia beritikad untuk melanjutkan
pembayaran (dengan cara cicilan) kredit macet yang dilakukan suaminya, walaupun
pihak kreditorlah yang telah dirugikan oleh debitor. Dan bagi Notaris tidak
dipersalahkan namun, karena Notaris dalam kasus ini bertindak kooperatif hanya
menerima dan menyetujui dokumen / berkas yang diserahkan kreditor kepadanya
tanpa ada usaha untuk mengecek identitas diri debitor dengan bukti-bukti yang lainya

dan ternyata ada kesalahan kreditor pada survey lapangan dengan tidak melaksanakan
prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, maka Notaris telah melanggar Pasal 16
angka 1 huruf a UUJN (dalam menjalankan tugasnya Notaris dituntut bertindak
mandiri, jujur, seksama / cermat serta tidak berpihak).
Kronologi kasus : Pada tahun 2012, Tuan Syahrul selaku debitor, datang ke
Tuan Ramadhan Pegawai Bank Perkreditan Rakyat yang berada di Aceh Besar untuk
meminjam dana sebesar Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dengan jaminan
sertipikat Hak Milik atas tanah dan bangunan, atas nama Tuan Syahrul dan isterinya
Nyonya Anita yang terletak di desa Aneuk Paya Kecamatan Lhoknga Kabupaten
Aceh Besar, dengan luas tanah 600 M2, diketahui debitor tidak mendapat persetujuan

Universitas Sumatera Utara

33

dari isterinya untuk meminjam kredit penambahan modal dagangannya, karena rumah
tangganya yang tidak harmonis lagi. Dilain sisi debitor sangat membutuhkan
penambahan modal usahanya dan untuk kebutuhannya lainnya, maka debitor
membawa dokumen/ data-data yang diperlukan untuk proses peminjaman kredit
penambahan modal. Setelah data-data sudah masuk ke bank maka dilakukanlah
survey ke lapangan untuk memverifikasi data yang diberikan debitor. Pada saat bank
datang untuk mensurvey lapangan/ rumah debitor, kebetulan isteri debitor sedang ke
luar kota (kerumah orang tuanya) maka debitor membawa perempuan lain yang
seolah-olah isterinya tersebut kerumahnya untuk disurvey dan mengakui perempuan
itu adalah

isterinya. Setelah satu minggu selesai survey lapangan dan data-data

debitor telah memenuhi syarat bank, maka bank menyetujui pinjaman kredit debitor.
Bank kemudian membuat akad perjanjian kredit dihadapan Notaris/secara otentik
dan telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak yaitu Kreditor dan Debitor. Setelah
akta perjanjian kredit ditanda tangani, Notaris I H tidak mengetahui kalau yang
datang menghadap kepadanya bukanlah isteri yang sebenarnya, karena Notaris hanya
menyesuaikan fotocopy identitas diri penghadap/ KTP yang aslinya saja (yang
diberikan oleh bank). Setelah perjanjian pokok selesai ditandatangani, maka
selanjutnya dibuatlah pengikatan jaminan kredit melalui Hak Tanggungan yang
merupakan perjanjian ikutan (accesoir) dari perjanjian pokok tadi, gunanya untuk
proses eksekusi/penyitaan apabila terjadi kredit macet oleh debitor. Maka
terlaksanalah akta pengikatan Jaminan Kredit melalui Hak Tanggungan tadi dengan

Universitas Sumatera Utara

34

telah memenuhi klausul-klausul yang dipersyaratkan dalam Akta Pengikatan Jaminan
Kredit.
Kredit disepakati selama 2 (dua) tahun. Setelah kredit berjalan selama 12 (dua
belas) bulan pembayaran, tetapi Tuan Syahrul hanya membayar 8 (delapan) bulan
terhitung setelah pengambilan kredit maka diketahuilah telah terjadi kredit macet
yang dilakukan oleh debitor, dan debitor sudah tidak diketahui lagi dimana
keberadaannya. Maka Tuan Ramadhan selaku kreditor mengkormfirmasi isteri
debitor yang bernama Nyonya Anita, akan melakukan penyitaan terhadap objek
jaminan yang dijaminkan melalui Hak Tanggungan.Tetapi isteri debitor merasa tidak
pernah menandatangani pengikatan kredit dengan Notaris. Dan isteri debitor
keberatan terhadap eksekusi /penyitaan terhadap tanah dan bangunan yang menjadi
objek Hak Tanggungan untuk disita oleh bank.
Atas dasar kasus itulah Nyonya Anita selaku isteri debitor dan kreditor datang
ke kantor kepolisian sektor setempat. Ternyata Tuan Syahrul telah mememalsukan
identitas diri / Kartu Tanda Penduduk isterinya dimana gambar diganti dengan
gambar perempuan lain dan menghadirkan orang lain tersebut sebagai penghadap
dalam akta perjanjian kredit.
Dari kasus diatas sudah dapat diambil benang merahnya bahwa kesalahan
bank pada saat survey di lapangan, dan sebagai Notaris yang membuat akta perjanjian
kredit seharusnya lebih teliti dan cermat untuk memeriksa atau menyesuaikan terlebih
dahulu identitas diri penghadap dengan bukti yang lainnya, seteliti mungkin kalau

Universitas Sumatera Utara

35

perlu Notaris harus mengecek kesesuaian fotocopy Kartu Keluarga, Buku Nikah,
Pasport yang aslinya kepada setiap yang datang kepadanya untuk dibuatkan aktanya.
Pada dasarnya dalam kasus diatas Notaris tidak dapat dipersalahkan dalam
pembuatan aktanya, karena sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku,
namun karena akibat kesalahan dan kecerobohan bank pada saat survey dilapangan,
tidak melaksanakan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, maka Notaris dapat
dimintai pertanggung jawabannya yang bertindak kooperatif kepada bank sehingga
menimbulkan kelalaian, yang tidak meneliti ulang data-data/ dokumen yang
diserahkan bank kepadanya dengan bukti-bukti lainnya.
2.

Pelanggaran Notaris Dan Sanksi Debitor Akibat Adanya Pemalsuan
Identitas Diri Debitor Dalam Akta Perjanjian Kredit Pada Bank
Kalau dikaitkan dengan kasus di atas bahwa dengan adanya pemalsuan

identitas diri/ Kartu Tanda Penduduk (dengan mengganti gambar isteri dengan
gambar orang lain) oleh debitor, maka sudah barang tentu perbuatan debitor tersebut
melalui perencanaan bahwa pada saat proses peminjaman kredit, debitor sudah tidak
harmonis lagi dengan isterinya, maka debitor tanpa sepengetahuan dari isterinya
meminjam kredit ke bank dengan memalsukan identitas diri /KTP isteri dimana
gambar diganti dengan gambar orang lain, dengan suatu perencanaan yang matang
tanpa diketahui oleh bank.
Sedangkan pada Notaris, sudah melalaikan (tidak cermat dan seksama)
tanggung jawab yang diberikan undang-undang yang berakibat hukum kepadanya
sehingga Notaris telah melanggar Pasal 16 angka (1) huruf a UUJN dimana dalam

Universitas Sumatera Utara

36

menjalankan jabatannya Notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri,
tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
Kalau dikaitkan dengan kasus diatas Notaris tidak berlaku seksama dan cermat dalam
pembuatan akta perjanjian kredit dengan diketahuinya adanya pemalsuan identitas
diri debitor sehingga berimplikasi hukum terhadap akta yang dibuatnya. dan tanpa
disadari oleh Notaris, Notaris tidak menyesuaikan kembali identitas diri / KTP
debitor pada saat menghadap dengan yang aslinya kalau perlu diminta Buku Nikah
dan paspor asli, namun Notaris hanya memeriksa fotocopy identitas diri penghadap
yang hadir pada saat itu.
Didalam pembuatan akta perjanjian kredit bank, sering dalam praktek Notaris
dihadapkan pada persoalan kedudukannya sebagai Pejabat Publik yang harus
menjamin kehendak kuat para pihak yang tertuang dalam isi perjanjian kredit
tersebut, kehendak kuat ini termasuk juga kebenaran dari persetujuan para pihak
terhadap pembentukan isi perjanjian kredit tersebut, namun biasanya dalam perjanjian
kredit bank, Notaris harus bertindak kooperatif dengan menuruti keinginan bank
seperti menandatangani akta yang dibawa oleh debitor tanpa perlu kehadiran kreditor
sebagai penghadap yang sebenarnya tidak datang saat tersebut, sehingga sebenarnya
bank secara langsung telah mengatur kerja Notaris.
Istilah kesengajaan atau dalam Bahasa Belanda disebut sebagai opzet, adalah
dari Bahasa Indonesia yang berasal dari kata “sengaja”, yang berarti secara umum
sebagai sesuatu yang memang disengaja atau benar-benar ditujukan untuk itu.

Universitas Sumatera Utara

37

Pengertian kesengajaan yang menurut sejarahnya dahulu pernah dirancangkan
adalah kesengajaan jahat sebagai sesuatu keinginan untuk berbuat tidak baik, dan
juga pernah dicantumkan didalam Pasal 11 Crimineel Wetboek 1809 yang
menerangkan bahwa kesengajaan adalah keinginan/ maksud untuk melakukan atau
untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang atau diharuskan oleh UndangUndang. Di dalam Wetboek van Strafrecht 1881 yang mulai berlaku 1 September
1866 tidak lagi mencantumkan arti kesengajaan seperti rancangan terdahulu.
Pengertian kesengajaan yang dirumuskan oleh Satochid Kartanegara, adalah :
“melaksanakan suatu perbuatan, yang didorongkan oleh suatu keinginan
untuk berbuat atau bertindak”.36
Oleh Bambang Poernomo, dikemukakanya bahwa kesengajaan itu secara
alernatif dapat ditujukan kepada 3 (tiga) elemen perbuatan pidana sehingga terwujud
kesengajaan terhadap perbuatan, kesengajaan terhadap akibat dan kesengajaan
terhadap hal ikhwal yang menyertai perbuatan pidana.37
Unsur kesengajaan adalah penting sekali didalam Hukum Pidana. Kebanyakan
tindak pidana mempunyai unsur kesengajaan atau opzet, bukan unsur cu/pa. Ini
adalah layak, oleh karena biasanya yang pantas mendapatkan hukuman pidana itu
adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sengaja. Sedangkan pengertian
kesengajaan oleh N. E. Algra di dalam bukunya Kamus Istilah Hukum Fockema
Andreae, yaitu sebagai berikut :

36
37

Bambang Poernomo, Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Cetakan III, Jakarta 1978, hal.290.
Satochid Kartanegara,op.cit., hal.292.

Universitas Sumatera Utara

38

“Kesengajaan merupakan bagian dari kesalahan dalam arti luas, kebalikan Jan
Kealpaan (cu/pa) dalam arti sempit. Oogmek, menurut formula UndangUndang pidana kita pada ketentuan dapat dihukum, dimana terdapat perkataan
“dengan sengaja” (opzettelijk), kesengajaan pelaku haruslah tertuju pada
semua bagian perbuatan yang diuraikan sesudah perkataan “dengan
sengaja”(opzettelijk) dalam Undang-Undang.”38
Manusia yang sehat senantiasa memiliki keinginan-keinginan tertentu baik
secara fisik maupun mental. Didalam memenuhi atau mencapai keinginannya itu
tidak jarang membuat sesuatu yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang
berlaku, misalnya oleh karena ingin mendapatkan uang dengan cepat dan tanpa harus
kerja keras maka melakukan pemalsuan identitas diri atau Kartu Tanda Penduduk
sehingga dapat merugikan orang lain dalam hal ini kreditor selaku bank.
Kehendak (oogmerk) seperti ini merupakan pendorong atau perangsang bagi
kelakuan dan perbuatannya apabila hal tersebut merupakan sesuatu perbuatan pidana.
Untuk memenuhi atau mewujudkan kehendaknya itu ada tiga tingkatan yang
dilaluinya, yaitu :
a.

Adanya perangsang

b.

Adanya kehendak dan

c.

Adanya tindakan

Pemalsuan identitas diri /Kartu Tanda Penduduk yang dilakukan oleh debitor
berkaitan erat dengan pemalsuan surat pada umumya, yang demikian bertalian pula
dengan Pasal 263 KUH Pidana yang berbunyi :
A. Barangsiapa membuat surat palsu atau memalsukan surat-surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
38

N.E. Algra, Kamus Istilah Hukum Fickema Andreae, 1983.

Universitas Sumatera Utara

39

diperuntukkan sebagai bukti dari pada sesuatu hal dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemalsuan tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun.
B. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai
surat palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat
itu dapat menimbulkan kerugian.
Tentang Pasal 263 KUH Pidana ini, menurut Lamintang, dan C.Djasman
Samosir, disebutkan bahwa pasal ini melindungi “publica fides” atau kepercayaan
umum yang diberikan kepada sesuatu surat. Memang ada perbedaan di antara
“membuat secant palsu” dan “memalsukan surat”. 39 Bahwa perbuatan membuat
secara palsu itu, semula belum ada sesuatu surat apapun, kemudian dibuatlah surat itu
akan tetapi dengan isi yang bertentangan dengan kebenaran. Sedangkan pada
perbuatan memalsukan, semula memang ada sepucuk surat, yang kemudian isinya
dirubah sedemikian rupa, sehingga isinya menjadi bertentangan dengan kebenaran
atau pun menjadi berbeda dari isinya semula.
Dalam kasus yang ada telah terbukti debitor melakukan pelanggaran pidana
bahwa dengan mengganti gambar/foto isterinya dengan orang lain dan memakai
identitas diri/Kartu Tanda Penduduk isterinya serta menghadapkan/ menghadirkan
orang lain tersebut seolah-olah sebagai isterinya dalam akta yang dibuat dihadapan
Notaris, maka debitor telah melanggar Pasal 264 angka 1 ayat 1 KUH Pidana yang
berbunyi “pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan)
tahun, jika dilakukan terhadap akta-akta otentik”
39

Komar Andasasmita, Notaris Selayang pandang, Alumni, Cetakan ke-2, bandung, 1983,

hal.161.

Universitas Sumatera Utara

40

C. Kedudukan Akta Notaris Terhadap Pelanggaran Pasal 16 Angka (1) Huruf
a UUJN Akibat Adanya Pemalsuan Identitas Diri Debitor Dalam Akta
Perjanjian Kredit Pada Bank
1.

Kedudukan Akta Perjanjian Kredit Yang Dikeluarkan Oleh Notaris.
Notaris harus menjalankan jabatannya sesuai dengan Kode Etik Notaris, yang

mana dalam melaksanakan tugasnya Notaris itu diwajibkan :
a.

Senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas negara serta bertindak
sesuai dengan makna sumpah jabatannya

b.

Mengutamakan pengabdiannya kepada kepentingan masyarakat dan
negara40.

Untuk itu Notaris harus berhati-hati dalam membuat akta agar tidak terjadi
kesalahan atau cacat hukum. Karena akta yang dibuat Notaris harus dipertanggung
jawabkan kepada masyarakat dan tidak luput dari penilaian Hakim. Namun dalam
prakteknya terkadang Notaris tidak bertindak seksama dan berhati-hati dalam
melaksanakan tugasnya membuat akta. Prosedur yang semestinya dijalankan untuk
melindungi kepentingan para pihak dan Notaris sendiri, ternyata tidak dilakukan.
Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Ika Susilawaty, SH, Mkn di
kabupaten Aceh Besar 41 “bahwa Notaris banyak melakukan kesalahan karena
persaingan Notaris itu sendiri, dimana kelebihan jumlah Notaris yang menyebabkan
terjadinya persaingan di kalangan Notaris yang semakin ketat dengan pelayanan yang
juga lebih ditingkatkan. Namun pelayanan dan kemudahan yang diberikan Notaris
40

Komar Andasasmita, Notaris I, op.,cit, hal.158
Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Ika Susilawaty SH, Mkn, di Kabupaten Aceh
Besar, pada tanggal 4-7 Maret 2016
41

Universitas Sumatera Utara

41

kerap menimbulkan celah-celah hukum yang membuka peluang terjadinya perbuatan
hukum, kemudahan yang ditawarkan Notaris terkadang dimanfaatkan oleh penghadap
yang mempunyai itikad buruk untuk kepentingan sendiri.”
Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Natigor Halomoan, SH di Kota
Medan, “akibat adanya pemalsuan identitas diri/ Kartu Tanda Penduduk yang dibuat
debitor maka kedudukan akta yang dibuat dihadapan Notaris “ sebagai UndangUndang bagi mereka yang membuatnya, apabila salah satu syarat tidak terpenuhi
didalam Pasal 1320 KUH Perdata berarti akta cacat hukum sehingga akta turun
derjatnya maka akta dapat dibatalkan oleh para pihak atau dapat dibatalkan oleh
Hakim di Pengadilan. Dalam kasus ini atas saran dari polisi sektor Aceh Besar untuk
berdamai karena kesalahan dan kelalaian ada pada para pihak baik kreditor maupun
debitor telah ada kesepakatan para pihak untuk berdamai.”42.
2.

Pemeriksaan Notaris
Diperbuatnya

Selaku

Pejabat

Umum

Terkait

Akta

Yang

Demi kepentingan proses peradilan, penyelidik, penuntut umum atau Hakim
terdapat prosedur khusus dalam hal proses penegakan hukum terhadap Notaris,
dimana dalam Pasal 66 UUJN Majelis Kehormatan Notaris berwenang :
(1)Untuk kepentingan proses peradilan, Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim
dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris berwenang :
a.

Mengambil fotocopy minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan
pada minuta akta atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris.

42

Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Natigor Halomoan SH, di Kota Medan, pada
tanggal 10-11 April 2016.s

Universitas Sumatera Utara

42

b.

Memanggil Notaris untuk hadir dalam pmeriksaan yang berkaitan dengan
akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam
penyimpanan Notaris

(2)Pengambilan fotocopy minuta akta dan /atau surat-surat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan
(3)Mejelis Kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan jawaban menerima atau menolak
permintaan persetujuan.
(4)Dalam hal Majelis Kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Majelis Kehormatan
Notaris dianggap menerima permintaan persetujuan
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor : M.03.HT03.10 Tahun 2007 tentang pengambilan minuta akta dan
pemanggilan Notaris, bukan dimaksudkan untuk diambil alih seterusnya oleh
Penyelidik, Penuntut Umum maupun Hakim, melainkan sekedar dipinjam untuk
keperluan pemeriksaan di kepolisian mengenai adanya pemalsuan identitas diri/ Kartu
Tanda Penduduk debitor selaku penghadap yang tertera pada minuta akta, apabila
pemeriksaan minuta akta dan/ atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris
sudah selesai dilaksanakan maka minuta akta dan surat-surat yang dilekatkan pada
minuta akta dan/ atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris diserahkan
kembali.

Universitas Sumatera Utara

43

Meskipun demikian Majelis Kehormatan Notaris Wilayah tidak boleh
sewenang-wenang memberikan persetujuan dalam pengambilan minuta akta ini,
karena dokumen yang berupa minuta akta Notaris merupakan dokumen negara yang
harus dijaga, dirawat, dilindungi kerahasiaannya, khususnya demi kepentingan dari
pihak-pihak yang berkepentingan (termasuk kreditor dan debitor).
Apabila pemanggilan dan pemeriksaan Notaris oleh Penyelidik Kepolisian
tidak mengindahkan prosedur hukum yang berlaku, maka dikhawatirkan akan terjadi
kesewenang-wenangan dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum adalah benteng untuk menghalangi kesewenangwenangan.43
Notaris sebagai saksi dalam penyelidikan otensitas akta tetap dapat
menjalankan tugas jabatannya sebagai Notaris dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pembuatan akta otentik sebagai alat bukti dibidang hukum
perdata. Penerapan sanksi terhadap Notaris harus dilihat dalam rangka Notaris
menjalankan tugas Jabatan Notaris, artinya dalam mekanisme/prosedur pembuatan
akta apakah melanggar aturan hukum pembuatan akta Notaris yang terdapat dalam
UUJN. Dimana batasan pemeriksaan akta Notaris harus berdasarkan akta Notaris
sebagai yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Indonesia dengan Ikatan Pejabat
pembuat Akta Tanah, Nomor : POL.B/1056/V/2006 dan nomor 05/PP-INI/V/2006
tanggal 9 Mei 2006 tentang pembinaan dan peningkatan Profesionalisme di Bidang
43

Satjipto Rahardjo, Hukum Dan masyarakat, Angkasa, Bandung, 1984, hal.102.

Universitas Sumatera Utara

44

Penegakan Hukum, dimana pemanggilan terhadap Notaris guna kepentingan
Penyidik, tanpa adanya prosedur khusus dan bagi Notaris wajib hadir kepada
Penyidik terhadap penyitaan surat atau tulisan lain termasuk minuta akta, surat-surat
yang dilekatkan pada minuta akta wajib disimpan dan dirahasiakan oleh Notaris,
hanya dapat dilakukan dengan izin khusus Ketua Pengadilan setempat.
Polisi

dalam melakukan penyelidikan atas otensitas akta, haruslah dapat

memahami objek penyidikan dengan jelas yaitu apakah objek penyelidikan adalah
akta ataukah perbuatan Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya membuat akta.
Notaris dalam pembuatan akta oleh atau dihadapannya apabila debitor selaku
penghadap menggunakan identitas diri/ Kartu Tanda penduduk palsu, bukan
kewenangan Notaris untuk menilai keaslian Tanda Pengenal penghadap, tetapi
perbuatan Notaris tersebut yang tidak seksama dalam pembuatan akta dan jika
terbukti ada pelanggaran Notaris dalam menjalankan jabatannya maka seharusnya
Notaris dikenakan ketentuan sanksi Pasal 16 ayat 1 huruf a UUJN).
Perlu diperhatikan dalam hal ini keberadaan Majelis Kehormatan Notaris
bukanlah hanya untuk melindungi Notaris, namun agar Notaris tetap bertindak dalam
jabatnnya dan berperilaku sesuai dengan UUJN dan Kode Etik Notaris, dalam artian
bahwa Majelis Kehormatan Notaris tidak dapat memberikan jaminan apapun kepada
Notaris apabila terbukti melanggar peraturan perundang-undangan.

Universitas Sumatera Utara