Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Metode Amenorea Laktasi Sebagai Kontrasepsi Pada Ibu Menyusui di Puskesmas Datuk Bandar Kota Tanjungbalai Tahun 2016

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tahun 2010 hingga 2014 relatif
cepat. Jumlah penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan
jumlah penduduk sebesar 46.300.543 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah
terdapat di Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk sebesar 877.437 jiwa.
Sumatera Utara berada di posisi ke empat jumlah penduduk tertinggi yaitu
13.527.937 jiwa pada tahun 2014 (Kemenkes RI,2015).
Salah satu upaya penurunan jumlah penduduk adalah melalui upaya menekan
angka fertilitas yang instrument utamanya adalah Program Keluarga Berencana (KB).
Kontrasepsi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur jarak
kehamilan. Saat ini sebagian besar WUS menggunakan kontrasepsi, yakni sebesar
59,7% dan 59,3% diantaranya menggunakan kontrasepsi modern, dan hanya 0,4%
lainnya menggunakan kontrasepsi cara tradisional (Kemenkes RI,2015).
Metode Amenorea Laktasi (MAL)

atau Lactational

Amenorrhea


Method

(LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lainnya. MAL atau Lactational

Amenorrhea

Method

(LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) , apa

bila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (Proverawati, 2010).
1

Universitas Sumatera Utara

Akhir-akhir ini, perempuan di Indonesia khususnya para ibu muda, gencar

menggalakkan ASI eksklusif. Namun, fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI
eksklusif masih belum optimal. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif juga dapat dipengaruhi oleh promosi produk-produk
makanan tambahan dan susu formula. Hal ini, membuat para ibu berpikir bahwa ASI
yang diberikannya masih belum cukup memenuhi kebutuhan gizi bayinya.
Sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan dapat
menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayang
setelah kelahiran. Sementara itu menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF),
ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia. UNICEF
menyatakan bahwa 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian balita di
dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
pertama sejak kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan
kepada bayi (Prasetyono, 2013).
Capaian ASI eksklusif di Asia Tenggara menunjukkan angka yang tidak
banyak perbedaan. Cakupan ASI eksklusif di India sudah mencapai 46%, di
Philippines 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%

(Kemenkes RI, 2014).

Sementara capaian ASI eksklusif di Indonesia belum mencapai angka yang

diharapkan yaitu sebesar 80%. Laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013,
cakupan ASI 0-6 bulan hanya 54,3% (Pusdatin,2015). Data dari Kemenkes RI pada
tahun 2014 menyebutkan persentase pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah
2

Universitas Sumatera Utara

sebesar 39,8%, dan persentase menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi.
Pada bayi yang berumur 5 bulan persentase menyusui eksklusif hanya 15,3%
(Kemenkes RI,2014).
Data dari Profil Kesehatan 2013 menyatakan cakupan persentase bayi yang
diberi ASI Eksklusif dari tahun 2009-2012 cenderung menurun secara signifikan.
Walaupun cakupan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2012, namun masih jauh dibawah pencapaian tahun 2009, sehingga belum mampu
mencapai target nasional yaitu sebesar 40%. Kabupaten/Kota dengan pencapaian bayi
dengan ASI eksklusif di atas 40% meliputi Deli Serdang (41,4%), Langkat (42,7%),
Simalungun (43,6%), Padang Sidempuan (43,9%), Samosir (45,9%), Pematang
Siantar (46%), Nias Utara (49,1%) dan Nias Selatan (49,9%). Sementara terdapat 5
Kabupaten/Kota dengan pencapaian bayi dengan ASI eksklusif< 10% yaitu Nias
(7,7%), Medan (7,6%), Humbang Hasundutan (7,3%), Tanjungbalai (4,3%) dan Nias

Barat (2%) (Dinkes SUMUT, 2013).Kondisi tersebut tentu memprihatinkan,
sementara pemberian ASI eksklusif menjadi salah satu teknik kontrasepsi atau KB
alamiah. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif dan
belum mengalami menstruasi, maka biasanya tidak akan hamil selama 6 bulan setelah
melahirkan (Prasetyono, 2013).
Dilihat dari jumlah anak yang masih hidup pada yang memiliki anak 3-4
orang persentase alat/cara KB modern Sterilisasi Wanita (8,0 persen), Sterilisasi Pria
(0,3 persen), Pil (14,9 persen) dan Intra Uterine Divice (IUD) (4,9 persen) mencapai
3

Universitas Sumatera Utara

angka tertinggi pada 3-4 anak masih hidup. Sedangkan yang memiliki anak 1-2
orang, persentase dengan KB suntik (37,5 persen), kondom (2,1 persen) dan MAL
(0,1 persen) (BKKBN, 2014).
Hasil penelitian Kasmiadriani di Makasar (2014) menunjukkan bahwa dari
113 responden yang memiliki pengetahuan baik (6,2%), pengetahuan cukup (9,7%)
dan pengetahuan kurang (84,1%). Dari keseluruhan responen dengan sikap yang
positif dan menerapkan kontrasepsi MAL hanya sebesar 19 responden (16,8%) dan
selebihnya 82,3% tidak menerapkan kontrasepsi MAL (Kasmiadriani, 2014).

Hasil penelitian Aryanti di Lombok timur (2014) menggambarkan bahwa
sebagian besar pengguna KB pada wanita kawin usia dini yang memiliki pengetahuan
baik (66,7%), mendapatkan informasi dari petugas lapangan KB (71,4%), serta
mendapat dukungan suami (100%). Namundari hasil akhir statistik hanya variabel
dukungan suami yang memiliki hubungan bermaknasecara statistik terhadap
penggunaan kontrasepsi (p < 0,05), yang berarti dukungan suami ikut untuk
menurunkan total fertility rate (TFR) melalui peningkatan penggunaan KB pada
wanita kawin usia dini (Aryanti, 2014).
Dari hasil penelitian Garcia dan Mella di Cili (2013) mendapat faktor- faktor
yang mempengaruhi metode amenorea laktasi adalah pola pemberian ASI, frekuensi
pemberian ASI, dan faktor demografi (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan) dan
pendapatan.

4

Universitas Sumatera Utara

Beberapa kendala terkait rendahnya penerapan ASI eksklusif serta rendahnya
ibu yang memakai MAL sebagai kontrasepsi selama menyusui antara lain adalah
kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya, ibu kembali bekerja

setelah cuti bersalin yang menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula
secara dini sehingga menggeser kedudukan ASI. Selain itu gencarnya promosi susu
formula, baik melalui petugas kesehatan maupun melalui media massa juga ikut
berpengaruh (Kaifa, 2008).
Puskesmas Datuk Bandar terletak di Kecamatan Datuk Bandar Kota
Tanjungbalai yang terdiri dari 5 kelurahan antara lain Kelurahan Sijambi, Kelurahan
Pahang, Kelurahan Sirantau, Kelurahan Gading, Kelurahan Pantai Johor. Pada tahun
2013 data peserta KB aktif di Puskesmas Datuk Bandar Kota Tanjungbalai 6151
PUS. Pengguna IUD 40 PUS, implant 34 PUS, suntik 1189 PUS, pil 1088 PUS,
kondom 290, lainnya 654 PUS.
Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di Puskesmas Datuk Bandar Kota
Tanjungbalai dari 12 orang responden yang memberikan ASI kepada bayinya yang
berumur kurang dari 6 bulan terdapat5 orang responden yang mengalami amenorea
laktasi sedangkan 7 orang lainnya sudah mengalami menstruasi. Dari 12 responden
tersebut hanya 3 orang yang mengetahui bahwa selama ibu memberikan ASI
eksklusif pada bayinya ibu bisa tidak hamil dan pemberian ASI eksklusif merupakan
KB alamiah atau metode amenorea laktasi. Dari 12 responden tersebut terdapat 9

5


Universitas Sumatera Utara

responden yang tidak menggunakan KB karena takut gemuk sedangkan 3 responden
lainnya telah menggunakan KB suntik.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, beberapa aspek yang menjadi faktor
penyebab rendahnya pemakaian metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi adalah
kurangnya pengetahuan tentang metode amenorea laktasi sebagai KB alamiah,
kurangnya dukungan dari petugas kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi alamiah, serta pemakaian alat
kontrasepsi lain.
Latar belakang di atas menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian metode amenorea laktasi
sebagai kontrasepsi pada ibu menyusui dipuskesmas Datuk Bandar Kota
Tanjungbalai tahun 2016.
1.2 Permasalahan
Masih rendahnya cakupan ASI eksklusif di Tanjungbalai yaitu 4,3% dan
termasuk Kabupaten/Kota dengan pencapaian ASI eksklusif < 10% pada tahun 2013
(Profil Kesehatan SUMUT, 2013). Padahal pemberian ASI eksklusif dapat menjadi
salah satu teknik kontrasepsi atau KB alamiah (MAL). Rumusan masalah dalam
peneliti ini adalah apakah kondisi pemberian ASI, faktor demografi (pengetahuan,

pendidikan, pekerjaan, paritas) dan sosial ekonomi berpengaruh terhadap pemakaian
metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi pada ibu menyusui di puskesmas Datuk
Bandar Kota Tanjungbalai tahun 2016.
6

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis

pengaruh

kondisi

pemberian

ASI,

faktor


demografi

(pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, paritas) dan sosial ekonomi terhadap pemakaian
metode amenorea laktasi sebagai kontrasepsi pada ibu menyusui di puskesmas Datuk
Bandar Kota Tanjungbalai tahun 2016.

1.4 Hipotesis
Kondisi pemberian ASI, faktor

demografi (pengetahuan, pendidikan,

pekerjaan, paritas) dan sosial ekonomi berpengaruh terhadap pemakaian metode
amenorea laktasi sebagai kontrasepsi pada ibu menyusui di puskesmas Datuk Bandar
Kota Tanjungbalai tahun 2016.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi ibu menyusui, sebagai informasi/ masukan tentang pentingnya memberikan
ASI eksklusif pada bayi dan pemberian ASI eksklusif sebagai metode ber KB
yaitu metode amenorea laktasi.
2. Bagi kepala puskesmas, sebagai informasi/ masukan bagi puskesmas untuk
meningkatkan pencapaian ASI Eksklusif dengan sosialisasi dan advokasi

pemberian ASI eksklusif terhadap ibu hamil dan ibu menyusui serta kaitan ASI
eksklusif sebagai metode amenorea laktasi.

7

Universitas Sumatera Utara

3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis dan
berkelanjutan yang dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pengetahuan dan
tindakan dalam pemberian ASI eksklusif sebagai metode amenorea laktasi.

8

Universitas Sumatera Utara