Deskripsi Musik Pada Pertunjukan Opera Batak Dalam Cerita “Perempuan Di Pinggir Danau “ Oleh Plot (Pusat Latihan Opera Batak) Di Medan

BAB II
GAMBARAN UMUM SANGGAR PLOt
(PUSAT LATIHAN OPERA BATAK

1.1

Sejarah Berdirinya Sanggar PLOt
PLOt adalah singkatan dari Pusat Latihan Opera Batak. Singkatan diambil

dari tiga huruf awal (PLO) dan satu huruf dari tengah (t). Karena itu ada variasi
singkatan dengan huruf kapital dan kecil. Jadi jangan salah menuliskan PLOt
sebagai singkatan dari Pusat Latihan Opera Batak. Singkatan itu sudah digunakan
sejak awal berdirinya pada tahun 2005, tepatnya 12 September 2005. Awal
berdirinya PLOt di latar belakangi program revitalisasi Opera Batak yang
dilakukan di Tarutung pada 2002. Program revitalisasi Opera Batak digagas oleh
Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jakarta, dan terlaksana di Tarutung pada akhir
Agustus 2002 atas kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, yang
waktu itu periode Bupati Drs. R.E Nainggolan, M.M.
Hasil revitalisasi Opera Batak di Tarutung memunculkan satu grup
percontohan yang bernama Grup Opera Silindung (disingkat dengan GOS). Grup
itulah menjadi media pengenalan Opera Batak melalui pertunjukan ke beberapa

tempat (Tarutung, Medan, Jakarta, Sipoholon, Laguboti, dan Siantar) dan
mendorong munculnya gairah untuk memainkan Opera Batak. dengan pendekatan
yang berbeda-beda. Ben. M. Pasaribu adalah salah satu orang yang pernah
membawa tim Opera Batak tampil di TVRI Sumut dan beberapa pertunjukan yang
dilakukan oleh para pemain Opera Batak terdahulu di Samosir dan Balige.
Dengan adanya revitalisasi Opera Batak dan grup percontohan itu, dorongan

14
Universitas Sumatera Utara

untuk membuat kegiatan penelitian juga mulai muncul hingga PLOt menentukan
fungsinya dalam jalur pengembangan revitalisasi Opera Batak.
Hal kedua yang melatar belakangi berdirinya PLOt adalah karena
komunikasi dengan Sitor Situmorang, Barbara Brouwer, dan Lena Simanjuntak
yang ingin menampilkan ulang Opera Batak “Pulo Batu” karya Sitor Situmorang
yang pernah dipentaskan di Jakarta pada 1981 dengan gaya Opera Batak melalui
kehadiran AWK Samosir, salah satu tokoh Opera Batak terdahulu serta Wahyu
Sihombing, sutradara teater modren.
Komunikasi dengan mereka bertiga menetapkan rencana program awal
PLOt memilih kota Siantar untuk tempat sekretariat dengan alasan-alasan

historikal yang terkait dengan Opera Batak. Mereka memberikan dukungan dana
untuk sekretariat PLOt serta dana operasional untuk dua orang yang aktif di
sekretariat. Bersama Sitor Situmorang, Barbara Brouwer, Lena Simanjuntak, dan
Thompson HS, PLOt sah didirikan sebagai sebuah gagasan untuk melanjutkan
program revitalisasi Opera Batak.

1.2

Kepengurusan Sanggar PLOt
PLOt digerakkan pada awalnya oleh dua orang, yakni: Thompson HS dan

Berto Hutabarat, salah satu dari anggota GOS yang tertarik untuk terlibat dalam
kelanjutan revitalisasi Opera Batak. Kemudian cikal bakal pembentukan tim kerja
bertahap dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan PLOt, terutama untuk
pelatihan dan pertunjukan di Siantar dan beberapa tempat. Fungsi PLOt setelah
adanya tim kerja ditegaskan dengan program pelatihan dan pertunjukan. Mestinya
memang sudah cukup sebagai tempat pelatihan, sebagaimana dari singkatannya:

15
Universitas Sumatera Utara


Pusat Latihan Opera Batak. Namun dengan adanya tawaran-tawaran untuk
menerima pertunjukan, maka fungsi pelatihan itu semakin terdorong diikuti
sejumlah orang.
Apalagi dengan dana program pelatihan yang belum ada, maka subsidi
silang bersumber dari penerimaan biaya produksi dari pihak-pihak yang
menawarkan. Semua sisa dana produksi itulah menjadi modal untuk
pengembangan cara kerja di sekretariat dan pembelian sejumlah properti yang
dapat digunakan orang-orang yang datang dan pergi dari PLOt. Pola tim kerja
yang ada di PLOt bersifat berbagi (sharing); ide, informasi, keuntungan dari
tawaran pertunjukan, rekomendasi, dan jaringan tanpa ikatan organisasi. Jadi pola
tim kerja ini menjadi semacam organisme.
Keorganisasian PLOt ada dalam pikiran masing-masing anggota. Karena
keterikatan masih didorong oleh pelatihan yang minus dana dan kesempatan untuk
terlibat dalam tawaran pertunjukan. Sampai ada yang mencoba mengelola
pertunjukan PLOt di luar tawaran. Fungsi tim kerja itu masih dianggap lebih
efektif karena masih kurangnya dana yang dimiliki. Namun kekuatan Opera Batak
yang dimunculkan kembali dari upaya revitalisasi seakan mempersona banyak
pihak. Secara tidak langsung, kegiatan tradisional menjadi perhatian kembali di
mana-mana oleh generasi baru. Apalagi perhatian itu dikaitkan dengan minat di

Perguruan Tinggi atau akademik. Di Universitas Negeri Medan (UNIMED)
terdapat pengajaran Teater Tradisi dengan materi Opera Batak, meskipun
muatannya mungkin belum dapat dilengkapi sesuai dengan harapan dari
revitalisasi itu. Sampai saat ini masih ada hambatan PLOt untuk keluar dari pola
tim kerja. Sehingga harus kembali dengan pola semula sejak kemundurannya di

16
Universitas Sumatera Utara

tangan beberapa orang yang menangani produksi mandiri. Pola semula itu adalah
dengan integritas, displin, mempelajari banyak hal, turun ke lapangan, dan selalu
mengaktifkan jaringan kecil dan besar untuk pelatihan dan produksi. Pola semula
ini dengan mengajak orang-orang. Sedangkan pola tim kerja, orang-orang
berdatangan dan mengakui ketertarikan untuk terlibat. Kemudian merasa sudah
dapat dan bisa pergi dan membuat kelompok sendiri.
Dengan kembalinya ke pola semula itu, orang-orang tetap diajak. Namun
dengan internsitas lain dan memikirkan terus untuk menetapkan bentuk
pengorganisasian PLOt, selain yang sudah terdaftar dalam bentuk perhimpunan
pada 2008. Bentuk perhimpunan ini dilakukan secara teknis untuk mencairkan
dana yang diberikan Pempropsu setelah memperhatikan banyak kegiatan PLOt

tanpa ketergantungan dengan pemerintah daerah dan nasional. Sesungguhnya
bentuk organisasi PLOt sejak awal sudah dibicarakan oleh Barbara Brouwer dan
Lena Simanjuntak agar bisa menjadi sebuah yayasan. Namun mungkin belum
sampai pada waktunya harapan itu.

1.3

Penghargaan dan Prestasi Sanggar PLOt
PLOt dengan kepercayaan berbagai pihak dapat merupakan satu

penghargaan penting yang sudah diterima. Kepercayaan itu terwujud dalam
berbagai tawaran, seperti tawaran produksi. Jadi sangat jarang PLOt meminta atau
mengajukan kegiatan dengan segala macam proposal, termasuk dengan meminta
kepada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan atau tim kerja. Semakin banyak
kegiatan yang dilakukan PLOt, penghargaan itu menyebar kepada orang-orang
yang terlibat dalam kegiatan revitalisasi Opera Batak. Seperti kata orang, PLOt
tidak ada apa-apanya tanpa orang-orang atau organisme yang bekerja untuk tujuan

17
Universitas Sumatera Utara


revitalisasi Opera Batak. di Berbagai penampilan PLOt bisa mendapat
penghargaan melalui tepukan dan cenderamata. Namun penghargaan penting
lainnya adalah kegiatan PLOt sudah dihargai di Belanda dan Jerman melalui
kesempatan pameran dan pertunjukan. Mungkin penghargaan melalui kesempatan
itu menjadi prestasi PLOt juga. Prestasi penting PLOt mungkin adalah
keberhasilannya mengenalkan Opera Batak di tingkat nasional dan sekaligus
mewujudkan visi Opera Batak terdahulu yang ingin mengenalkan Opera Batak ke
seluruh dunia. Sejak 2013 PLOt sudah tampil di Jerman dalam mewujudkan visi
itu. Wacana revitalisasi Opera Batak ini mungkin sudah mulai tidak menarik
dibicarakan dan dilakukan karena PLOt sendiri tidak bisa seperti grup-grup atau
sanggar lain. Labelnya sebagai pusat latihan itulah kondisi yang tidak
membuatnya sebagai grup kesenian atau sanggar binaan. PLOt adalah tempat bagi
orang-orang yang datang dan pergi.

1.4

Moto, Visi dan Misi Sanggar PLOt
Tahun 2006 PLOt baru menetapkan motonya setelah Sitor Situmorang


menawarkan satu kalimat dalam Bahasa Batak Toba, yakni: Mangkulingdo Ogung
Natondol di Tano, Nasungkot di Langit Ni Langitan. Arti harfiahnya: Bunyi gong
tertancap di bumi, dan sangkut di langit tertinggi. Ini maksudnya agar PLOt dan
segala kegiatannya dapat bergema atau menggemakan seni dan budaya Batak.
Kegiatan yang dilakukan PLOt melihat tradisi sejauh mungkin dan tidak berakar
pada pikiran urban. Tawaran Sitor Situmorang itulah yang digunakan sebagai
motto PLOt sampai sekarang dengan visi: Pertunjukan di Aras Nasional dan
Internasional hingga Berdirinya sebuah Gedung Opera Batak. Sedangkan misinya
ada beberapa, yakni:
18
Universitas Sumatera Utara

1. Melanjutkan program revitalisasi Opera Batak.
2. Memperkenalkan kembali Opera Batak ke kalangan yang lebih luas.
3.

Memfasilitasi pemain Opera Batak terdahulu dan generasi baru.

4. Mengembalikan


Opera

Batak

sebagai teater

rakyat

dan

pintu.

pembelajaran ulang terhadap potensi seni dan budaya tradisional.
5. Menjadikan Opera Batak sebagai bagian dari referensi dalam historiografi
teater di Indonesia.
Mewujudkan visi dan misi ini PLOt tetap terbuka untuk bekerjasama untuk
semua pihak dan berbagai jaringan dengan etika saling-mengembangkan dan
saling menguntungkan. Ini mungkin menyulitkan bagi pihak-pihak yang masih
mencari pengakuan dan citra. Juga menyulitkan bagi PLOt karena tidak semua
bisa menjadi teman kerjasama mengerti Opera Batak yang digali sejak 2002 dan

dilanjutkan PLOt sejak 2005 hingga mewujudkan segala misi dan visi itu setelah
berpuluh-puluh tahun nanti.

1.5

Sistem Pendanaan Sanggar PLOt
Menyangkut dana sekretariat dan operasional awalnya bersumber dari tiga

pendirinya. Sedangkan dana kegiatan di sekretariat bisa dari sisa produksi
pertunjukan dan beberapa usaha yang sempat dilakukan. Keempat penggagas
PLOt boleh dikatakan memberikan hibah secara pribadi untuk keberlangsungan
PLOt, meskipun terkadang harus berhutang dan mengembalikannya tanpa bunga.
Peran orang-orang yang memberikan pinjaman tanpa bunga ke PLOt juga
berperan untuk menopang pendanaan itu, di samping para penyumbang yang tidak
menyampaikan kepentingan apa-apa selain kebanggaan terhadap kebangkitan
Budaya Batak. Narasi para penyumbang PLOt sudah pernah diwujudkan dalam
19
Universitas Sumatera Utara

beberapa kali pertunjukan. Semua dana itu digunakan untuk kepentingan kegiatan,

modal, dan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan finansial
untuk beberapa orang yang sudah tercatat menerimanya dari PLOt.
Beberapa orang juga sempat menerima dana untuk menyambut akhir
tahun, selain untuk uang saku pada utusan pelatihan-pelatihan, bantuan uang
kuliah, bantuan penggandaan skripsi, dan kemalangan. Semua itu bisa dikatakan
ada sumbernya dari upaya PLOt untuk tetap berbagi untuk kondisi-kondisi di luar
pelatihan dan pertunjukan.

1.6

Proses dan Jadwal Latihan Sanggar PLOt
Sejak sanggar PLOt ini didirikan, kegiatan latihan sanggar ini tidak terlalu

rutin dilakukan melainkan apabila jika ingin melakukan pertunjukan opera baru
dilaksanakan latihan untuk mempersiapkan pertunjukan yang akan dilaksanakan.
Dan untuk mengisi waktu yang kosong.

1.7

Persiapan Pertunjukan

Sebelum melakukan pementasan opera, keseluruhan pemeran dalam

penokohan dan juga pemusik melakukan persiapan masing-masing baik dari itu
persiapan kostum, perlengkapan, peralatan, dan semua yang diperlukan untuk
pertunjukan.Persiapan biasanya dibantu oleh anggota PLOt yang lain yang tidak
ambil bagian dalam pertunjukan dan hanya datang untuk membantu persiapan
pertunjukan. Sehari sebelum pertunjukan biasanya semua pemain maupun anggota
PLOt yang lainnya telah melakukan dekorasi atau penghiasan panggung
pertunjukan, persiapan dokumentasi, sound system, dan juga sekalian gladi resik.

20
Universitas Sumatera Utara