Konsep Diri Perempuan Penari Striptis (Studi Deskriptif Konsep Diri Perempuan Penari Striptis di Kota Medan)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma kajian
Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai
dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Harmon (dalam Moleong,
2004: 49), paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai
dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas.
Bogdan & Biklen (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) menyatakan bahwa
paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, konsep, atau proposisi
yang berhubungan secara logis, yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Sedangkan Baker (dalam Moleong, 2004: 49) mendefinisikan paradigma sebagai
seperangkat aturan yang membangun atau mendefinisikan batas-batas dan
menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas itu agar
berhasil. Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) membatasi
paradigma sebagai tujuan atau motif filsofis pelaksanaan suatu penelitian.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa paradigma
merupakan seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode, atau aturan
yang membentuk kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.
Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam pembahasannya adalah
metode deskriptif kualitatif dengan paradigma konstruktivisme. Penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya

Penelitian

deskriptif

merupakan

penelitian

yang

berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung,

akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Asumsi ontologis pada paradigma konstruktivisme menganggap realitas
merupakan konstruksi sosial, kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku

7

8

sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Selain itu, realita
juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial. Selain
itu realita juga dianggap sebagai hasil konstruksi mental dari individu pelaku
sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh
pengalaman, konteks dan waktu. Secara epistemologis, pemahaman tentang suatu
realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti
dengan yang diteliti. Didalam paradigma ini, peneliti dan objek atau realitas yang
diteliti merupakan kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Peneliti merupakan
fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial dalam
rangka merekonstruksi realitas sosial. Dari sisi aksiologis, peneliti akan
memperlakukan nilai, etika, dan pilihan moral sebagai bagian integral dari
penelitian dengan tujuan merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara

peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.
Konstruktivisme atau constructivism mempunyai dampak yang luas sekali
di bidang komunikasi. Menurut pandangan ini, para individu melakukan
interpretasi dan bertindak menurut kategori-kategori konseptual di dalam
pemikirannya. Realitas tidak hadir dalam bentuk apa adanya tetapi harus disaring
melalui cara seseorang melihat sesuatu. Konstruktivisme sebagian didasarkan
pada teori dari George Kelly (dalam Budyatna dan Ganiem, 2011:221) mengenai
konsep-konsep pribadi atau personal constructs yang mengemukakan bahwa
orang memahami pengalamannya dengan mengelompokkan dan membedakan
peristiwa-peristiwa

yang

dialaminya

menurut

persamaan-persamaan

dan


perbedaan-perbedaannya. Perbedaan-perbedaan yang dipersepsikan tidaklah
alamiah tetapi ditentukan oleh sejumlah hal-hal yang berlawanan di dalam sistem
kognitif individu.
Kompleksitas kognitif memainkan peranan yang penting di dalam
komunikasi. Konsep-konsep antarpribadi terutama penting karena konsep-konsep
tersebut mengarahkan bagaimana kita memahami orang lain. Para individu
berbeda dalam kompleksitas dengan mana mereka memandang individu lainnya.
Bila seorang individu sederhana dalam arti kognitif, individu cenderung
melakukan stereotip kepada orang lain, sedangkan bila individu lebih memiliki
perbedaan secara kognitif, maka individu akan melakukan perbedaan-perbedaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9

secara lebih halus dan lebih sensitif. Secara umum, kompleksitas kognitif
mengarah kepada pemahaman yang lebih besar mengenai pandangan-pandangan
orang lain dan kemampuan yang lebih baik untuk membingkai pesan-pesan dalam
arti dapat memahami orang lain.

Konstruktivisme pada dasarnya merupakan teori pilihan strategi atau
strategy-choice theory. Prosedur-prosedur penelitian para konstruktivis biasanya
menanyakan para subjek untuk memilih tipe-tipe pesan yang berbeda dan
mengkalsifikasikannya

yang

berkenaan

dengan

kategori-kategori strategi

(Budyatna dan Ganiem,2011:225).

2.2. Kajian Pustaka
Teori dalam arti luas mampu untuk menyatukan semua pengetahuan
tentang komunikasi yang kita miliki kedalam suatu kerangka teori yang
terintegrasi. Hal ini mungkin dapat atau tidak dapat menjadi tujuan yang berarti
(West & Turner,2009:49). Berdasarkan defenisi dan alasan tersebut, peneliti

menggunakan teori-teori yang relevan dengan topik permasalahan yang akan di
teliti, yakni sebagai berikut :

2.2.1. Komunikasi Antarpribadi
Secara kontekstual, komunikasi antarpribadi digambarkan sebagai suatu
komunikasi antara dua individu atau sedikit individu yang mana saling
berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun,memberikan
definisi kontekstual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi
antarpribadi karena setiap interaksi antar satu individu dengan individu lain
berbeda-beda. Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang
lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya (Muhammad, 2005 : 15)
Komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh persepsi antarpribadi; konsep
diri, atraksi interpersonal dan hubungan interpersonal. Konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai
dengan lima hal, yaitu: Yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa
setiap orang mempunyai berbagai perasaan,keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubahnya (Rakhmat,1994:33). Komunikasi antarpribadi adalah
proses komunikasi dalam jarak dekat antara komunikan dan komunikator. Adanya
diskusi atau pembicaraan (disourse) dan terdapat tingkat keterhubungan, meyakini
bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep
diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal. Konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai
dengan lima hal, yaitu: Yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara
dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap
orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia
sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubahnya. Komunikasi antar pribadi adalah proses komunikasi
dalam jarak dekat antara komunikan dan komunikator. Adanya diskusi atau
pembicaraan (disourse) dan terdapat tingkat keterhubungan (Rakhmat, 1994:34)

Komunikasi antarpribadi mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Menemukan diri sendiri
2. Menemukan dunia luar
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
4. Berubah sikap dan tingkah laku
5. Untuk bermain dan kesenangan
6. Untuk membantu
Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa sesuatu komunikasi antara dua
merupakan sikap komunikasi antar pribadi dan bukannya komunikasi lainnya
yaitu (1) melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal; (2) melibatkan
pernyataan ataupun ungkapan yang spontan, scripted, dan contrived; (3) tidak
statis, namun dinamis; (4) melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi
dan koherensi (pernyataan satu dan harus berkaitan dengan sebelumnya ); (5)
dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik; (6) komunikasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11

antar pribadi merupakan satu kegiatan dan tindakan; (7) melibatkan

didalamnya bidang persuasif (Liliweri, 1991 : 31).
Lima komponen penting yang menyebabkan suatu komunikasi dapat
berjalan dengan baik, yaitu: who (komunikator), says what (pesan), in which
channel (media), to whom (komunikan), with what effect (efek). Pola-pola
komunikasi antar pribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan
interpersonal. Semakin sering seseorang melakukan komunikasi dengan orang
lain, semakin baik hubungan. Beberapa faktor lain yang dapat menumbuhkan
hubungan interpersonal yaitu percaya, sikap suportif dan sikap terbuka. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, faktor percaya
adalah yang paling penting. Percaya meningkatkan komunikasi antar pribadi
karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Jika
seseorang tidak mau mengungkapkan bagaimana perasaan dan pikirannya, maka
akan sulit untuk memahami tentang diri orang tersebut (Rakhmat, 2008 : 130)
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang bersikap defensif bila tidak menerima, tidak jujur, dan tidak
empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi antar pribadi akan gagal.
Karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang
ditanggapinya dalam situasi komunikasi dibandingkan memahami pesan orang
lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan,

kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya) atau
faktor-faktor situasional (Rakhmat, 2008 : 133).
Sikap

terbuka

sangat

besar

pengaruhnya

dalam

menumbuhkan

komunikasi antar pribadi yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah
dogmatisme sehingga untuk memahami sikap terbuka harus mengidentifikasi
terlebih dahulu karakteristik orang dogmatis yaitu menilai pesan berdasarkan
motif pribadi, berpikir simplistis, berorientasi pada sumber, mencari informasi

dari sumber sendiri, secara kaku mempertahankan dan membela sistem
kepercayaannya, dan tidak mampu membiarkan inkonsistensi (Rakhmat, 2008 :
129).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12

Agar komunikasi antarpribadi yang dilakukan melahirkan hubungan
antar pribadi yang efektif, dogmatis harus diganti dengan sikap terbuka. Bersamasama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong
timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang paling penting adalah
saling mengembangkan kualitas hubungan antarpribadi (Rakhmat, 2007 : 138).

2.2.2. Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan
untukmengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas (Deddy Mulyana,2005:38). Bahasa secara fungsional diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia
menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada
kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.
Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang
dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi
arti.Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi
merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan
pengetahuan

tentang

cara

pembentukan

kalimat.

Semantik

merupakan

pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.bahasa mempunyai tiga
fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan
objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk
dalam komunikasi.Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang
dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang
disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi
transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa
kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

(Deddy Mulyana,2005:38) agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus
memenuhi tiga fungsi, yaitu:
-

Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja
yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada
masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.

·

- Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan
orang lain untuk kesenangan kita
-

mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita
dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar
kita.

Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita
untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaankepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita (Deddi Mulyana, 2005:39)

Keterbatasan Bahasa:
A. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu:
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi
buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat
parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.Kata-kata sifat dalam bahasa
cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh,
dsb.

B. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi
dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial
budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya
beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu
berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang
nyontek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14

C. Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai
kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak
mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama
tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai
secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda
boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang
sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan
dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis yang artinya sama.
Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya,
makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama,
ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang
sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.

D. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran
(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan
persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria
dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan
dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban
sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa
pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah? .... Bila yang dimaksud bekerja
adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang
sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen,
yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu
bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam
kerjanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam
bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian
(encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat
keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara,
bagaimana

mencocokkan

kata

dengan

keadaan

menghilangkan kebiasaan berbahasa yang

sebenarnya,

bagaimana

menyebabkan kerancuan dan

kesalahpahaman. Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna denotatif dan
konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang
kita temukan dalam kamus dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang
dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Makna konotatif adalah makna yang
subyektif, mengandung penilaian tertentu atau emosional ( Onong Uchjana
Effendi, 1994: 12)

2.2.3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal menempati porsi penting. Banyak komunikasi
verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan komunikasi
non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non
verbal,orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan
tentang berbagai macam persaan orang,baik rasa senang,benci,cinta,kangen dan
berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis,komunikasi non
verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang
disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan(
Muhammad,2005:15). Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah,
bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan
intonasi suara.
contoh :
A. Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman,
sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan dan lain-lain.
B. Gerakan tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak
mata,ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16

digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya
mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau
menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
C. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu
ucapan,yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara,nada
suara,keras

atau

lemahnya

suara,

kecepatan

berbicara,

kualitas

suara,intonasi dan lain-lain.
D. Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam
komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal
meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya
aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta
ketepatan

waktu

(punctuality).

Secara

kontekstual,

komunikasi

interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua individu
atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan
umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi kontekstual saja
tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap
interaksi antar satu individu dengan individu lain berbeda-beda.
Muhammad menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang
lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya (Muhammad, 2005 : 15).

2.2.4. Interaksinonisme Simbolik
a. Interaksionisme Simbolik
Manusia

mempunyai sejumlah kemungkinan

tindakan dan

pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan
melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu
proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang
sesungguhnya. Berpikir adalah suatu proses individu berinteraksi dengan
dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

bermakna. Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu
memilih mana diantara stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya.
Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus,
tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang
akan ditanggapinya. Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam
melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu , sehingga dapat
menimbulkan komunikasi. Komunikasi secara murni baru terjadi bila
masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka
sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan
oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, Habermas mengemukakan dua
kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan komunikasi serta
hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, manusia dapat
mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi
yang paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat
dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat
memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan
orang lain. Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik menekankan
studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan
pada keseluruhan kelompok atau masyarakat.
Diri sendiri “ the self ”, dalam pandangan ahli interaksionalisme
simbolik merupakan obyek sosial dalam hubungan dengan orang lain
disebuah proses interaksi. Dengan demikian, individu melihat dirinya
sendiri ketika ia berinteraksi dengan orang lain. Kesadaran akan “diri”
berarti menjadi suatu “diri” dalam pengalaman seseorang sejauh “suatu
sikap yang dimilikinya sendiri membangkitkan sikap serupa dalam upaya
social . kesadaran akan konsep “diri” akan muncul ketika individu
memasuki pengalaman dirinya sendiri sebagai suatu obyek (WestTurner,2009:96).
Tiga konsep untuk menyusun diskusi yang mendasari interaksi
simbolik :
a. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
b. Pentingnya konsep mengenai diri,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18

c. Hubungan antara individu dengan masyarakat
Tema

pertama

pada

interaksi

simbok

berfokus

pada

pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori
interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena
awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi
secara

interpretif oleh

individu

melalui proses

interaksi,

untuk

menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama, asumsi-asumsi
itu adalah sebagai berikut: Manusia bertindak terhadap manusia lainnya
berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna
diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui
proses interpretif (West-Turner 2009: 99).
Tema

kedua

pada

interaksi

simbolik

berfokus

pada

pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema
interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri
melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial
dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan, WestTurner (2009: 101), antara lain: Individu-individu mengembangkan
konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, Konsep diri membentuk
motif yang penting untuk perilaku(West-Turner, 2009: 101).
Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan
hubunganantara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini
mengakui

bahwa

norma-norma

sosial

membatasi

perilaku

tiap

individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan
yang ada dalam sosial kemasyarakatannya (West-Turner, 2009:102).
Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan
perubahan dalam proses sosial. Asumsi- asumsi yang berkaitan dengan
tema ini adalah:
1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses
budaya dan sosial,
2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

1. Mind
-

Mind

adalah

fenomena

sosial

yang

tumbuh

dan

berkembang dalam proses sosial sebagai hasil dari
interaksi.
-

Mind lebih merupakan proses daripada sebuah produk. Hal
ini berarti bahwa kesadaran bukanlah hasil tangkapan dari
luar,

melainkan

secara

aktif

selalu

berubah

dan

berkembang.
Dalam kaitan ini, ada kolaborasi antara relasi bahasa dan mind.
mind membantu bahasa meningkatkan kapasitas:
a. Menentukan objek dalam lingkungan sosial, melalui
pembentukan simbol yang signifikan.
b. Menggunakan simbol sebagai stimulus untuk menghasilkan
respon dari orang lain.
c. Membaca dan menginterpretasikan gesture orang lain dan
menggunakan stimulus ini sebagai respon.
d. Menyediakan imajinasi alternatif dari stimulus dan respon
dari lingkungan. (West-Turner, 2009:103)

2. Self
Self [diri] memiliki dua unsur yakni:
1. “I” yang dapat diterjemahkan sebagai “aku” merupakan
bagian yang unik, impulsif, spontan, tidak terorganisasi,
tidak bertujuan, dan tidak dapat diramal dari seseorang.
2. “Me”

yang

diterjemahkan

dengan

“daku”

adalah

generalized others, yang merupakan fungsi bimbingan dan
panduan. Me merupakan prilaku yang secara sosial diterima
dan diadaptasi.
3. Baik “I” maupun “me” keduanya diperlukan untuk
melakukan hubungan sosial.
4. “I” merupakan rumusan subjektif tentang diri ketika
berhadapan dengan orang lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20

5. Sedangkan “me” merupakan serapan dari orang lain, yang
melalui proses interanalisasi kemudian diadopsi untuk
membentuk “I” selanjutnya.
6. Dalam setiap interaksi akan terjadi perubahan “I” dan “me”
secara dinamis.
Dalam konteks komunikasi, perubahan tersebut menimbulkan
optimisme,

yakni

bagaimanapun

komunikasi

akan

menimbulkan

perubahan. Soal besar kecilnya perubahan dan seperti apa perubahan yang
diinginkan itu tergantung pada strategi dan efektivitas komunikasi yang
dilakukan. (West-Turner, 2008:103)

3. Society
1.

Soceity merupakan kumpulan self yang melakukan interaksi dalam
lingkungan yang lebih luas yang berupa hubungan personal,
kelompok intim, dan komunitas. Institusi society karenanya terdiri
dari respon yang sama.

2.

Society dipelihara oleh kemampuan individu untuk melakukan
role-taking dan generalized others (West-Turner, 2008:104).

2.2.5. Konsep Diri (Self Concept)
2.2.5.1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencangkup
keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep
diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,bagaimana
kita merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kitamenginginkan diri sendiri
menjadi manusia sebagaimana yang kitaharapkan. Konsep diri adalah kumpulan
keyakinan dan persepsi diri mengenaidiri sendiri yang terorganisasi dengan kata
lain, konsep diri tersebut bekerjasebagai skema dasar. Diri memberikan sebuah
kerangka berpikir yang menentukan bagai mana mengolah informasi tentang diri
sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan
banyak hallaianya. Konsep diri (self-concept) ialah gambaran diri sendiri yang
bersifat menyeluruh terhadap keberadaan diri seseorang. Konsep diri ini bersifat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

multi-aspek yaitu meliputi empat aspek seperti (1) aspek fisiologis, (2)
psikologis, (3) psikososiologis, (4)psiko-etika dan moral. Gambaran konsep diri
berasal dari interaksi antaradiri sendiri maupun antara diri dengan orang lain
(lingkungan sosiainya). Oleh karna itu, konsep diri sebagai cara pandang
seseorang mengenai dirisendiri untuk memahami keberadaan diri sendiri maupun
memahami orang lain (Rakhmat, 2005:105)
Konsep diri adalah hubungan antara sikapdan keyakinan tentang diri kita
sendiri. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya. Paraahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat
dan fungsi darikonsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri
merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentangdirinya, yang dibentuk oleh
pengalaman pengalaman yang diperoleh dariinteraksi dengan lingkungan. Konsep
diri bukan merupakan bawaan,melainkan berkembang dari pengalaman yang terus
menerus dan terusterdeferensiasi. Dasar dasar dari konsep diri individu yang
ditanamkam padasaat anak-anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah
lakunya dikemudian hari. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya
yangmerupakan

aktualisasi

orang

tersebut.

Manusia

sebagai

organisme

yangmemiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan
iasadar akan keberadaan dirinya. Orang cenderung menolak perubahan dansalah
memahami atau berusaha meluruskan informasi yang tidak konsistendengan
konsep diri mereka. (Rakhmat, 2005:106)
Konsep diri didefinisikan secara berbeda oleh para ahli. Seifert
danHoffnung (Rakhmat, 2005:105), mendefinisikan konsep diri sebagai
suatupemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri. Sementara
itu,Atwater menyebutkan bahwa konsep diriadalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentangdiri, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya (Rakhmat, 2005:106) selanjutnya, Atwater
mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran
tentang tubuhnya,yaitu bagaimana seseorangmelihat dirinya sendiri. Kedua,ideal
self, yaitu bagaimana cita-cita danharapan-harapan seseorang mengenai dirinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22

reference) dalam berinteraksi dalamlingkungan. Menjelaskan konsep diri
secara fenomenologis, dan ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya memberi akan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi
tentang dirinya, berartia iamenunjukan kesadaran diri (self awarenees) dan
kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang
dilakukan terhadapdunia di luar dirinya. Diri secara keseluruhan (total self) seperti
yang dialami individu disebut juga diri fenomenal (Fitts,1971:38) diri fenomenal
adalah diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang
disadari. Kesadaran atau persepsi ini merupakan gambaran tentang diri atau
konsep diri individu. Konsep diri adalah pandangan kita tentang diri sendiri, yang
meliputidimensi: pengetahuan tentang

diri

sendiri,pengharapan mengenai

dirisendiri dan penilaian tentang diri sendiri. Konsep diri berpengaruh kuat
terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang maka
akanlebih mudah meramalkan dan memmahami tingkah orang tersebut. Pada
umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagsan tentang diriya
sendiri sebagai orang yang infirior dibandingkan dengan orang lain, walaupun hal
ini belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ditampilkan akan berhubungan
dengan kekurangan yang dipersepsikanya secara subjektif.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns dalam
(Rahmat 2008:108) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang
dipikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai dirinya dan seperti apa diri
yang di inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi
yang diberikan orang lain pada diri individu Menurut Brooks (Rakhmat,
2008:108), bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita. Sedangkan Centi (1993) mengemukakan konsep diri (self concept) tidak lain
tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana
kita melihatdiri sendiri sebagai pribadi menjadi manusia sebagaimana yang di
harapkan.

Konsep

diri

didefinisikan

secara

umum

sebagai keyakinan,

pandanganatau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap
dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu
(Desmita, 2008:56)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

reference) dalam berinteraksi dalamlingkungan. Menjelaskan konsep diri
secara fenomenologis, dan ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya memberi akan arti dan penilaian serta membentuk abstraksi
tentang dirinya, berartia iamenunjukan kesadaran diri (self awarenees) dan
kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk melihat dirinya seperti yang
dilakukan terhadapdunia di luar dirinya. Diri secara keseluruhan (total self) seperti
yang dialami individu disebut juga diri fenomenal (Fitts,1971:38) diri fenomenal
adalah diri yang diamati, dialami dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang
disadari. Kesadaran atau persepsi ini merupakan gambaran tentang diri atau
konsep diri individu. Konsep diri adalah pandangan kita tentang diri sendiri, yang
meliputidimensi: pengetahuan tentang

diri

sendiri,pengharapan mengenai

dirisendiri dan penilaian tentang diri sendiri. Konsep diri berpengaruh kuat
terhadap tingkah laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang maka
akanlebih mudah meramalkan dan memmahami tingkah orang tersebut. Pada
umumnya tingkah laku individu berkaitan dengan gagasan-gagsan tentang diriya
sendiri sebagai orang yang infirior dibandingkan dengan orang lain, walaupun hal
ini belum tentu benar, biasanya tingkah laku yang ditampilkan akan berhubungan
dengan kekurangan yang dipersepsikanya secara subjektif.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns dalam
(Rahmat 2008:108) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang
dipikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai dirinya dan seperti apa diri
yang di inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi
yang diberikan orang lain pada diri individu Menurut Brooks (Rakhmat,
2008:108), bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita. Sedangkan Centi (1993) mengemukakan konsep diri (self concept) tidak lain
tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana
kita melihatdiri sendiri sebagai pribadi menjadi manusia sebagaimana yang di
harapkan.

Konsep

diri

didefinisikan

secara

umum

sebagai keyakinan,

pandanganatau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap
dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu
(Desmita, 2008:56)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24

Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku,
artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan
kekuatan atau dorongan yang akan membuatindividu menuju kesuksesan.
Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja
mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Orang yang percaya diri biasanya
mempunyai inisitiaf, kreatif danoptimis terhadap masa depan,mampu menyadari
kelemahan dan kelebihandiri sendiri, berpikir positif, menganggap semua
permasalahan pasti adajalan keluarnya. Orang yang tidak percaya diri ditandai
dengan sikap-sikapyang cenderung melemahkan semangat hidupnya, seperti
minder, pesimis, pasif dan cenderung apatis.
Orang yang memiliki tingkat penghargaan diri yang tinggi biasanya
memiliki pemahaman yang jelas tentang kualitas personalinya. Menganggap
dirinya baik, punya tujuan yang tepat, menggunakan umpan balik dengan cara
yang memperkaya wawasan dan menikmati pengalaman-pengalaman positif serta
bisa mengatasi situasi sulit. Misalnya, ketika orang yang memiliki harga diri yang
tinggi mendapat kabar bahwa dirinya ditolak orang lain, maka orang ini mungkin
merespons dengan mengingatkan dirinya sendiri tentang kualitas positif yang
dimilikinya. Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang
menjalankan komputer mental yang mempengaruhi kemampuan berfikir
seseorang. Setelah ter install, konsep diri akan masuk kepikiran bawah sadardan
akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia
mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yangbaik/positif, seseorang
akan bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru,berani sukses dan berani pula
gagal, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan
tujuan hidup, serta bersikap dan berfikir secara positif. Sebaliknya, semakin jelek
atau negatif konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil.
Sebab,dengan konsep diri yang jelek atau negatif akan mengakibatkan tumbuh
rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25

Berdasarkan pada beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencangkup keyakinan,
pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri
atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi,bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana yang kita harapkan. Dan dapat disimpulkan bahwa konsep
diri adalah cara pandangsecara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi
kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun
lingkungan terdekatnya.

2.2.5.2. Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri tidak langsung terbentuk sejak lahir, namun berkembang
seiring berjalannya waktu hingga seseorang mulai mengenal dunia. Dalam
perkembangan psikologis manusia, manusia terus mengalami perubahan. Baik itu
positif maupun negatif. Perkembangan psikologis mengacu pada tumbuh
kembang seseorang sewajarnya pertumbuhan manusia hingga dewasa. Saat
seseorang dapat kemampuan dalam berpikir dengan baik, mulai merasakan dan
mengerti pribadi dirinya hingga mampu memberikan persepsi, saat itulah konsep
diri mulai terbentuk . Karena saat memberikan persepsi, mempengaruhi seseorang
menilai dirinya sendiri. (Rakhmat, 2008:110)
Konsep diri pada dasarnya persepsi mengenai diri sendiri. Persepsi yang
dimulai dari diri sendiri lalu sejalannya kita berinteraksi dengan lingkungan maka
persepsi yang tadinya dari diri sendiri mulai dipengaruhi dengan nilai-nilai yang
kita peroleh setelah kita berinteraksi dengan lingkungan. Konsep diri terus
berkembang melalui pemahaman sikap orang lain terhadap kita. Dapat dikatakan
konsep diri adalah hasil dari proses interaksi lingkungan sosial seseorang.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan konsep diri menjadi tidak stabil atau
berubah yaitu :
- Perubahan fisik,ini akan mempengaruhi penilaian dan perasaan
terhadap diri sendiri perubahan misalnya seseorang yang
tadinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26

-

gemuk yaa?, selama ini saya ngapain aja yaa? Pertanyaan –
pertanyaan inilah yang akan mengubah pikiran.

-

Perubahan lingkungan, ini sudah pasti akan menimbulkan sebuah
pengalaman baru, pola pikir baru, sudut pandang baru, tingkah laku
yang baru dan masih banyak lagi aspek yang akan mengubah konsep
diri kita. Misalnya, seseorang yang biasa hidup mewah tiba tiba harus
hidup sederhana, sudah pasti aka nada perubahan dalam diri, karena
menyesuaikan keadaan .

-

Perubahan peran, maksudnya adalah peran kita di keluarga atau di
masyarakat. Misalnya, seseorang yang tadinya jadi seorang adik,
ternyata jadi kakak. Tentu akan membawa pengaruh terhadap orang
tersebut setelah menjadi kakak. Entah menjadi lebih dewasa atau lebih
dekat dengan keluarga. (Rakhmat, 2008:113)

2.2.5.3. Dimensi Konsep Diri
a. Diri identitas (identity sett)
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri
dan mengacu pada pertanyaan, "Siapakah saya?" Dalam pertanyaan tersebut
tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh
individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan
membangun identitasnya,misalnya "Saya x". Kemudian dengan bertambahnya
usia dan interaksi dengan lingkungannya,pengetahuan individu tentang dirinya
juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan
halhal yang lebih kompleks,seperti "Saya pintar tetapi terlalu gemuk " dan
sebagainya. (Rakhmat,2008:115)

b. Diri Pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang
berisikan segala kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu
bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang adekuat akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27

Menunjukan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya,
sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun
diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri Penerimaan/penilai (judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar dan evaluator.
Kedudukannya adalah sebagai perantara mediator antara diri identitas dan diri
pelaku.

Manusia

cenderung

memberikan

penilaian

terhadap

apa

yang

dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-label yang dikenal pada dirinya bukanlah
semata-mata menggambarkan dirinya tetapi juga sarat dengan nilai-nilai.
Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan
ditampilkannya. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau
seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan
menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan
ketidakpercayaan yang mendasar pada dirinya. (Rahmat,2008.117)
Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi,
kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang
bersangkutan untuk merupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta
perhatiannya ke luar diri dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif.
Ketiga bagian internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling
melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.
Terdapat dua demensi konsep diri
1. Dimensi Internal
Dimensi internal adalah keseluruhan penghayatan pribadi sebagai kesatuan
yang unik. Penilaian diri berdasarkan dimensi internal ini meliputi penilaian
seseorang terhadap identitas dirinya, kepuasan diri dan tingkah lakunya
(Fitz,1971:70). Dimensi ini terdiri dari 3 bentuk:
a.

Diri identitas ( identity self)
Diri sebagai identitas merupakan aspek dasar dari konsep diri. Dalam diri

identitas, terkumpullah seluruh label dan symbol yang dipergunakan seseorang
untuk menggambarkan dirinya yang didasarkan pada pertanyaan : “Siapakah
saya?”. Label yang melekat pada diri seseorang dapat berasal dari orang lain atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28

orang itu sendiri. Semakin banyak label yang dimiliki seseorang, maka
semakin terbentuklah orang itu untuk mencari jawaban tentang identitas
dirinya.Diri identitas dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan
lingkungan dan juga dengan dirinya sendiri. Dengan demikian, diri identitas
mempunyai hubungan dengan diri pelaku dan hubungan ini umumnya berlaku
timbal balik.

b.

Diri perilaku (behaviour self)
Diri pelaku merupakan persepsi seseorang terhadap tingkah lakunya atau

caranya bertindak, yang terbentuk dari suatu tingkah laku biasanya diikuti oleh
konsekuensi-konsekuensi dari luar diri, dari dalam diri sendiri atau dari keduanya.
Konsekuensi menentukan apakah suatu tingkah laku cenderung dipertahankan
atau tidak. Disamping itu juga menetukan apakah tingkah laku tersebut akan
diabstraksikan, disimbolisasikan dan dimasukkan kedalam diri identitas
seseorang. Contohnya, seorang anak kecil mempunyai dorongan untuk berjalan.
Ketika ia bisa berjalan ia merasa puas, dan lama kelamaan kemampuan berjalan
serta kesadaran bahwa ia bisa berjalan merupakan label baru yang ada dalam diri
identitasnya. Tindakkan berjalan itu sendiri merupakan bagian dari diri pelakunya.

c.

Diri penerimaan atau penilaian ( judging self )
Penilaian diberikan terhadap label-label yang ada dalam identitas diri

pelaku secara terpisah, contohnya, seseorang menggambarkan dirinya tinggi dan
kuat (identitas diri); selain itu gambaran diri juga disertai perasaan suka atau tidak
suka terhadap bentuk tubuhnya. Seseorang merasa tegang dan letih (diri pelaku);
ia juga memikirkan apakah perasaannya baik atau tidak. Selain itu, penilaian juga
dapat diberikan kepada kedua macam bagian diri sekaligus. Misalnya, seseorang
berkata, saya melakukan ini dan saya nakal”. Hal ini berarti orang tersebut
memberikan label secara keseluruhan dirinya, bukan terhadap tingkah laku
tertentu. Atau orang itu bisa juga mengatakan, “saya melakukan ini, tetapi saya
bukan orang yang biasa berbuat demikian”. Hal ini berarti bahwa orang itu tidak
setuju dengan tingkah lakunya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

2. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta halhal lain di luar dirinya.
Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan
sekolah, organisasi, agama dan sebagainya (Fitz,1971:73). Dimensi eksternal yang
bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:

a. Diri Fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara
fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya,
penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya
(tinggi, pendek, gemuk, kurus).

b. Diri etik-moral (moral-ethical self)
Bagian ini merupakan perspsi seseorang terhadap dirinya dilihat Dari
standar pertimbangan nilai moral dan etika. Maka ini menyangkut persepsi
seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan
kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya,yang muliputi
batasan baik dan buruk.

c. Diri Pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan
orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap
pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri Keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh
seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta
terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu
keluarga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30

e. Diri Sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain maupun lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu
terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi
oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu
saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain
yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian Pula
seseorang tidak dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki diri pribadi yang baik
tanpa adanya tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan
bahwa dirinya memang memiliki pribadi yang baik.

2.2.5.4 Sumber Informasi untuk Konsep Diri
1. Orang tua
Orang tua tentunya menjadi sumber informasi yang paling utama bagi
setiap orang. Karena sejak kecil pastinya orang tua selalu memberikan berbagai
informasi yang berguna untuk kehidupan anak. Dan semua itu akan terus
berpengaruh untuk seterusnya selama hidup. Orang tua juga membantu setiap
anaknya dalam pembentukan kepribadian, membantu memenuhi kebutuhan
anak,sampai membantu menemukan potensi dalam diri anak yang berguna untuk
masa depan.
2. Teman sebaya
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Oleh
karena itu teman sebaya cukup berpengaruh dalam pembentukan konsep diri.
Karena selama kita berinteraksi dengan teman kita,banyak hal yang masuk ke
dalam diri kita yang membuat persepsi lain terhadap diri kita sendiri. Hal ini dapat
terus berlangsung dalam interaksi sosial kita.
3. Masyarakat
Lingkungan masyarakat memiliki peranan tersendiri dalam pribadi
seseorang.

Seseorang

harus

mampu

beradaptasi

dengan

lingkungan

masyarakatnya. Karena proses adaptasi inilah yang membuat konsep diri
seseorang dapat berubah. Dan biasanya pembentukan karakter seseorang tumbuh
sesuai keadaan lingkungannya seperti apa. Tapi jika seseorang dapat menolak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31

penilaian yang terlontar dari masyarakat maka konsep diri masih terjaga karena
kita tidak mengikuti apa yang di nilai masyarakat terhadap kita.
4. Belajar
Belajar adalah proses masuknya ilmu pengetahuan dan segala informasi
yang nantinya akan diolah sendiri oleh masing-masing pribadi. Tentunya
informasi yang masuk akan menjadi faktor penentu berubah atau tidaknya konsep
diri. (Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm).

2.2.5.5. Jenis-Jenis Konsep Diri
Konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :


Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai
rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi
masalah yang dihadapi,tidak lari dari masalah dan percaya bahwa setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya.



Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri,tidak sombong,
mencela atau meremehkan siapapun,selalu menghargai orang lain.



Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa mal