Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan)

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Proyek
Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai
bagian

dari

organisasi

dilibatkan

untuk

memelihara,

mengembangkan,

mengendalikan, dan menjalankan program-program, yang kesemuanya diarahkan
pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung menerus seiring dengan

berjalannya waktu (Dipohusodo, 1996).
Menurut Husen (2009), manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan tentang
seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya terbatas dalam usaha
mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efisien.
Sedangkan proyek diartikan sebagai upaya yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan
anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu tertentu (Dipohusodo, 1996).
Sebuah proyek adalah usaha yang kompleks , tidak rutin, yang dibatasi oleh
waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan (Clifford F. Gray dan Erik W. Larson, 2007).
Proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material,
peralatan dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara
untuk mencapai sasaran dan tujuan (Husen, 2009).

6

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek (Ervianto, 2005).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan beberapa pengertian dari
manajemen proyek. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya
proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat
mutu (Ervianto, 2005).
Manajemen proyek adalah gaya manajemen yang berorientasi pada hasil yang
menempatkan nilai tinggi pada pembangunan hubungan kolaboratif diantara
berbagai karakter yang berbeda (Clifford F. Gray dan Erik W. Larson, 2007).
Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang
optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu serta keselamatan kerja (Husen
2009).

2.2. Proyek Konstruksi
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu
unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian,
proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain)
(gambar 2.2) sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai
biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan, ciri-ciri tersebut di

atas menyebabkan industri jasa konstruksi berbeda dengan industri lainnya, misalnya
manufaktur.

7

Tiga karakteristik proyek konstruksi adalah :
 Proyek Bersifat Unik, keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah
terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek identik, yang ada
adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara dan selalu melibatkan grup
pekerja yang berbeda-beda.
 Membutuhkan

Sumber

Daya

(Resources),

setiap


proyek

konstruksi

membutuhkan sumber daya dalam penyelesainnya, yaitu pekerjaan dan “sesuatu”
(uang, mesin, metoda, material). Pengorganisasian semua sumber daya tersebut
dilakukan oleh manajer proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja
lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya. Apalagi, pengetahuan yang
dipelajari seorang manajer proyek bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa,
fisika bangunan, computer science, construction management. Jadi, Seorang
manajer proyek secara tidak langsung membutuhkan pengetahuan tentang teori
kepemimpinan yang harus ia pelajari sendiri.
 Membutuhkan Organisasi, setiap oragnisasi mempunyai keragaman tujuan
dimana di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan ragam keahlian,
ketertarikan, kepribadian dan juga ketidakpastian. Langkah awal yang harus
dilakukan oleh manajer proyek adalah menyatukan visi menjadi satu tujuan yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
PROYEK
KONSTRUKSI


BERSIFAT UNIK

MEMBUTUHKAN
SUMBER DAYA

MEMBUTUHKAN
ORGANISASI

Gambar 2.1 Tiga karakteristik proyek konstruksi (Three dimentional objective)
8

MUTU

PROYEK
KONSTRUKSI

WAKTU

BIAYA


Gambar 2.2 Tiga kendala (Triple constrain)
Suatu rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi dapat dibedakan atas 2
(dua) jenis, yaitu kegiatan rutin dan kegiatan proyek. Kegiatan rutin adalah suatu
rangkaian kegiatan terus-menerus yang berulang dan berlangsung lama, sementara
kegiatan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan
dan umumnya berlangsung dalam jangka waktu yang pendek. Oleh karena itu, suatu
kegiatan proyek mempunyai awal dan akhir kegiatan yang jelas serta hasil kegiatan
yang bersifat unik.

SUMBERDAYA
PROYEK

KEGIATAN
PROYEK

HASIL
KEGIATAN

• INPUT


• PROSES

• OUTPUT

Gambar 2.3 Proyek sebagai suatu sistem
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan proyek merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang mempunyai ciri :
9

 Dimulai dari awal proyek (awal proyek kegiatan) dan diakhiri dengan akhir
proyek (akhir rangkaian kegiatan), serta mempunyai jangka waktu yang
umumnya terbatas.
 Rangkaian kegiatan proyek hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk
yang bersifat unik. Jadi, tidak ada dua atau lebih proyek yang identik, yang ada
adalah proyek yang sejenis.
Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan konstruksi adalah rangkaian kegiatan
membangun (construction). Hal ini perlu ditegaskan karena dalam beberapa literatur,
yang dimaksud konstruksi adalah hasil dari suatu rangkaian kegiatan berupa
bangunan, misalnya jalan raya, jembatan, rumah, saluran air, gelagar beton, dan lain
sebagainya.


2.2.1. Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Menurut Ervianto (2005), proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua
jenis kelompok bangunan, yaitu:
 Bangunan Gedung : rumah, kantor dan lain-lain. Ciri-ciri dan kelompok
bangunan ini adalah :
1. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi
umumnya sudah diketahui.
3. Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progressing pekerjaan.
 Bangunan Sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri
dari kelompok bangunan ini adalah :

10

1. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi
kepentingan manusia.
2. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang kondisi pondasi
sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.
3. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.

Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada
umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan
pelaksana yang berbeda.

2.2.2. Tahap Kegiatan Dalam Proyek Konstruksi
Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang
panjang dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.
Disamping itu, didalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian kegiatan yang
berurutan dan berkaitan. Biasanya rangkaian kegiatan tersebut dimulai dari lahirnya
suatu gagasan yang muncul dari suatu kebutuhan (need), pemikiran kemungkinan
keterlaksanaannya (feasibility study), keputusan untuk membangun dan pembuatan
penjelasan (penjabaran) yang lebih rinci tentang rumusan kebutuhan tersebut
(briefing), penuangan dalam bentuk rancangan awal (preliminary design),
pembuatan rancangan yang lebih rinci dan pasti (design development dan detail
design), persiapan administrasi untuk pelaksanaan pembangunan dengan memilih
caoln pelaksana (procurement), kemudian pelaksanaan pembangunan pada lokasi
yang telah disediakan (construction), serta pemeliharaan dan persiapan penggunaan
bangunan

tersebut


(maintenance,

start-up,

dan

implementation).

Kegiatan

membangun berakhir pada saat bangunan tersebut mulai digunakan (Ervianto, 2005).

11

Beberapa aspek yang harus dikaji dalam setiap tahapan merupakan kerangka
dasar dari proses konstruksi. Aspek ini terbagi menjadi empat kelompok utama,
yaitu:



Aspek fungsional: konsep umum, pola operasional, program tata ruang,
dan lain sebagainya.



Aspek lokasi dan lapangan: iklim, topografi, jalan masuk, prasarana,
formalitas hukum, dan lain sebagainya.



Aspek konstruksi: prinsip rancangan, standar teknis, ketersediaan bahan
bangunan, metoda membangun dan keselamatan operasi.



Aspek operasional: adminstrasi proyek, arus kas, kebutuhan perawatan,
kesehatan dan keselamatan kerja.

2.2.2.1. Tahap Studi Kelayakan
Tahap ini bertujuan meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi
yang diusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek
lingkungannya.
Menurut Ervianto (2005), kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi
kelayakan ini adalah:


Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi biaya
yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.



Meramalkan

manfaat

yang

akandiperoleh

jika

proyek

tersebut

dilaksanakan, baik manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun
manfaast tidak langsung (fungsi sosial).

12



Menyusun analisa kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun
finansial.



Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek
tersebut dilaksanakan.

2.2.2.2. Tahap Penjelasan
Tujuan tahap penjelasan (briefing) ini adalah mendapatkan penjelasan dari
pemilik proyek mengenai fungsi proyek dan biaya yang diizinkan sehingga
konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan
membuat taksiran biaya yang diperlukan.
Menurut Ervianto (2005), kegiatan yang dilakukan pada tahan ini adalah:


Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli.



Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.



Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan.



Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat memberikan
gambaran berupa denah dan batas-batas proyek.

2.2.2.3. Tahap Perancangan
Tahap perancangan (design) ini bertujuan melengkapi penjelasan proyek dan
menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya konstruksi
agar mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang

13

terlibat.Tahap ini juga mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan,
termasuk gambar rencana dan spesifikasi, serta melengkapi semua dokumen tender.
Menurut Ervianto (2005), kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah:


Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penyelesaian akhir.



Memeriksa masalah teknis.



Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari pemilik proyek.



Mempersiapkan:
1.

Rancangan skema (perancangan) termasuk taksiran biaya.

2.

Rancangan terinci.

3.

Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal.

4.

Daftar kuantitas.

5.

Taksiran biaya akhir.

6.

Program pelaksanaan pendahuluan, termasuk jadwal waktu.

2.2.2.4. Tahap Pengadaan/ Pelelangan
Tahap pengadaan/pelelangan (procurement/tender) ini bertujuan menunjuk
kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai subkontraktor yang
akan melaksanakan konstruksi di lapangan.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:


Prakualifikasi



Dokumen kontrak

14

2.2.2.5. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan (construction) ini bertujuan mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik proyek dan sudah dirancang oleh konsultan perencana
dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati, serta dengan mutu yang telah
disyaratkan.
Menurut Ervianto (2005), kegiatanyang dilakukan adalah merencanakan,
mengoordinasi, mengendalikan semua operasional dilapangan.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:


Perencanaan dan pengendalian jadwal waktu pelaksanaan.



Perencanaan dan pengendalian organisasi lapangan.



Perencanaan dan pengendalian tenaga kerja.



Perencanaan dan pengendalian peralatan dan material.

Kegiatan koordinasi adalah:


Mengoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan, baik untuk bangunan
sementara maupun bangunan permanen, serta semua fasilitas dan
perlengkapan yang terpasang.



Mengoordinasikan para subkontraktor.



Penyeliaan umum.

2.2.2.6. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan
Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and start up) ini
bertujuan untuk menjamin kesesuaian bangunan yang telah selesai dilaksanakan
dengan dokumen kontrak yang telah ditetapkan serta peruntukan fasilitas
sebagaimana mestinya. .Selain itu, pada tahap ini juga dibuat suatu catatan mengenai

15

konstruksi berikut petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan
fasilitas yang tersedia.
Menurut Ervianto (2005), kegiatan yang dilakukan adalah:


Mempersiapkan catatan pelaksanaan, baik berupa data-data selama
pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as built drawing).



Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-kerusakan
yang terjadi.



Mempersiapkan petunjuk operasional/ pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaannya.



Melatih staf untuk melaksanakan pemeliharaan.

2.2.2.7. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek Konstruksi
Dalam kegiatan proyek konstruksi, terdapat suatu proses yang mengolah
sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Proses yang
terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang
terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara skematik, pihak-pihak
yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dapat dilukiskan seperti gambar 2.4.
Manajemen proyek mempunyai kewajiban untuk mengoordinasi semua pihak
yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut di atas sehingga tujuan proyek dapat
tercapai dengan baik dan semua pihak secara optimal mendapatkan hal-hal yang
menjadi tujuan atau sasaran keterlibatan mereka dalam proyek tersebut.

16

PEMILIK PROYEK
KONSULTAN :
PERENCANA,
SUPERVISI,
MANAJEMEN

LEMBAGA
INTERNAL

KONTRAKTOR
UTAMA,
KONTRAKTOR
KHUSUS

TENAGA KERJA

MANAJEMEN
PROYEK
BADAN
PEMERINTAH

PEMASOK
(SUPPLIER)

LEMBAGA
PELAYANAN

INSTITUSI
KEUANGAN
MASYARAKAT

Gambar 2.4 Pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi
Di samping memperhatikan sasaran yang ingin dicapai masing-masing pihak yan
terlibat dalam proyek konstruksi, manajemen proyek juga perlu memperhatikan saatsaat keterlibatan dari masing-masing pihak.

2.3. Unsur-Unsur Pembangunan
Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide
hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari
tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak

17

yaitu pihak pemilik (Owner), pihak perencana (Designer), dan pihak kontraktor
(Aannemer).
PEMILIK PROYEK

PENGGUNA JASA
PENYEDIA JASA

KONSULTAN

KONTRAKTOR

Gambar 2.5 Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari tahap
perencanaan sampai pelaksanaan
2.3.1. Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang badan
yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh membeikan
pekerjaan kepada pihak penerima jasadan membayar biaya pekerja tersebut.
Pengguna jasa dapat berupa perseorangan badan/ lembaga/ instansi pemerintah
maupun swasta.

2.3.2. Konsultan
Pihak atau badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisah
menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisnya, yaitu konsultan yang menangani
bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan elektrikal dan lain sebagainya.
Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi satu kesatuan yang disebut sebagai
konsultan perencana.

18

Konsultan perencana adalah orang atau badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang merekat
erat mebuat system bangunan. Konsultan peencana dapat berupa perseorangan/
perseorangan berbadan hokum/ badanbergerak dalam hukum yang dalam bidang
perencanaan pekerjaan bangunan.
Konsultan pengawas adalah orang atau badan yang ditunjuk pengguna jasa
untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai
awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.

2.3.3. Kontraktor
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan

pelaksanaan pekerjaan seseuai biaya yang telah ditetapkan

berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan.
Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau
sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan.

2.4. Rencana Anggaran biaya
Sebagai dasar untuk membuat system pembiayaan dalam sebuah perusahaan,
kegiatan estimasi juga digunakan untuk merencanakan jadwal pelaksanaan
konstruksi. Estimasi dapat diartikan peramalan kejadian pada masa dating. Dalam
proyek konstruksi, khususnya pada tahap pelaksanaan, kontraktor hanya dapat
memperikirakan urutan kegiatan, aspek pembiayaan, aspek kualitas dan aspek waktu
dan kemudian member nilai pada masing-masing kejadian tersebut.

19

Kegiatan estimasi pada umunya dilakukan dengan terlebih dahulu
mempelajari gambar rencana dan spesifikasi. Berdasarkan gambar rencana, dapat
diketahui kebutuhan material yang nantinya akan digunakan, sedangkan berdasarkan
spesifikasi dapat diketahui kualitas bangunannya. Penghitungan kebutuhan material
dilakukan secara teliti dan konsisten kemudian ditentukan harganya. Dalam
melakukan kegiatan estimasi, seorang estimator harus memahami proses konstruksi
secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat, karena faktor tersebut dapat
mempengaruhi biaya konstruksi. Selain faktor-faktor tersebut diatas terdapat faktor
lain yang sedikit banyak ikut memberikan kontribusi dalam pembuatan perkiraan
biaya, yaitu:


Produktivitas tenaga kerja



Ketersediaan material



Ketersediaan peralatan



Cuaca



Jenis kontrak



Masalah kualitas



Etika



System pengendalian



Kemampuan manajemen

2.4.1. Estimator
Seorang estimator tidak hanya mampu melakukan kuantifikasi atas semua
yang tersaji dalam gambar kerja dan spesifikasi, tetapi juga harus mampu
mengantisipasi semua kegiatan konstruksi yang akan terjadi. Gambar kerja dan

20

spesifikasi tidak dapat mencerminkan metoda konstruksi dan seluruh proses yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, melainkan hanya menyatakan hasil akhir
yang diharapkan dari proses konstruksi. Sebelum menentukan keputusannya,
seorang estimator harus menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan
proyek.

2.4.2. Jenis-Jenis Estimasi
Estimasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:


Estimasi Kelayakan, untuk menentukan apakah proyek tersebut layak
dibangun. Biaya yang diperlukan diperhitungkan dalam estimasi ini
mencakup biaya untuk akuisisi tanah, perancangan, depresiasi, pajak, bunga
modal, pemeliharaan dan perbaikan tahunan, dan lain-lain.



Estimasi Konseptual, Estimasi yang dilakukan selama prose perancangan
berlangsung. Untuk setiap revisi estimasi, tingkat ketelitian biaya akan
meningkat sesuai tahap perancangan. Jenis-jenis estimasi konseptual adalah:
1. Estimasi harga satuan fungsional, yang menggunakan fungsi dari
fasilitas sebagai dasar penetapan biaya.
2. Estimasi biaya stuan per meter persegi, metoda ini mengandalkan data
dari proyek sejenis yang pernah dibangun. Metoda ini mempunyai
ketelitian yang rendah.
3. Estimasi biaya satuan per meter kubik, dapat digunakan dalam
bangunan dimana volume sangat dipentingkan. Metoda ini hanya dapat
diandalkan dalam fase awal perencanaan dan perancangan.

21

4. Estimasi factorial, digunakan pada proyek yang mempunyai komponen
utama sama. Biaya komponen utama ini akan berfungsi sebagai faktor
dasar 1,00 dan harga semua komponen merupakan fungsi dari komponen
utama.
5. Estimasi sistematis, proyek dibagi atas system fungsionalnya kemudian
harga satuan ditentukan oleh penjumlahan tiap harga satuan elemen
dalam setiap system atau mengalikan dengan data faktor pengali yang
ada.


Estimasi Detail, umumnya dilakukan oleh kontraktor umum, langkah awal
yang dilakukan adalah membuat quantity takeoff berdasarkan gambar kerja
dan spesifikasi kemudian menyatukan biaya material, tenaga kerja, peralatan,
sub-kontraktor dan biaya lainnya seperti overhead dan keuntungan.



Sistem Estimasi Sub-kontraktor, dipakai pada bagian konstruksi yang
disubkontrakkan.



Estimasi Pekerjaan Tambah Kurang, dimana pekerjaan tambah kurang
dapat terjadi karena kebutuhan pemilik, kesalahan dalam dokumen kontrak,
atau perubahan kondisi lokasi proyek



Estimasi kemajuan, berfungsi sebagai dasar permintaan pembayaran,
sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah
diramalkan sebelumnya

22

KONSEP PEMILIK PROYEK
TERHADAP PROYEK
STUDI KELAYAKAN

PERANCANG

ESTIMASI KONSEPTUAL :
Estimasi harga stuan fungsional
Estimasi harga satuan per luas
Estimasi harga satuan per kubik
Estimasi factorial
Estimasi sistematis
PENYIAPAN DIKUMEN
KONTRAK
ESTIMASI DETIL KONTRAKTOR :

Sistem estimasi
Analisis subkontrak

PENAWARAN PROYEK
KEPADA KONTRAKTOR
ESTIMASI KEMAJUAN
PEKERJAAN UNTUK
PEMBAYARAN

PENYERAHAN PROYEK
KEPADA KONTRAKTOR
ESTIMASI PEKERJAAN
TAMBAH KURANG
PENYELESAIAN PROYEK

Gambar 2.6 Jenis-jenis estimasi (Sumber : Wulfram I. Ervianto, 2002)

2.4.3. Risiko Dalam Estimasi
23

Seorang estimator harus berusaha mengidentifikasi sebanyak mungkin bagianbagian yang mengandung risiko atau ketidakpastian dalam estimasinya. Beberapa
cara untuk mengidentifikasi dalam proyek adalah:


Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk
dokumen yang direferensikan dalam dokumen kontrak.



Melakukan tinjauan kelokasi proyek sebelum penawaran.



Membuat jadwal konstruksi dalam penawaran.



Menyediakan kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek.



Memilih subkontraktor dan supplier yang tepat.



Mengikuti rapat penjelasan pekerjaan.



Mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek.



Mendapatkan kepastian bahwa sumber daya memang tersedia untuk
pembangunan proyek.



Membuat daftar hal-hal yang sesungguhnya tentang proyek.



Membuat strategi untuk mendapatkan proyek tersebut.



Mengidentifikasi dan memahami klausul-klausul dalam spesifikasi yang
memaparkan risiko untuk kontraktor



Mengidentifikasi dan memahami klausul-klausul dalam suplemen atau
kondisi khusus dalam spesifikasi yang memaparkan risiko tambahan untuk
kontraktor.



Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah.



Mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungn dengan proyek.



Mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek.



Mengidentifikasi lokasi pembuangan.

24



Mengkaji ulang laporan penyelidikan tanah di lokasi proyek.



Mengkaji ulang proyek dan metoda konstruksi.



Melakukan analisis pekerjaan-pekerjaan yang disubkontrakkan untuk
memastikan bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup.

2.4.4. Penyusunan Anggaran Biaya Proyek
Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu
tergantung dari siapa/pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang
harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya, hasil estimasi ini disebut OE
(Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi
dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi.
Kontraktor akan memenangkan lelang jika penawaran yang diajukan
mendekati Owner Estimate (OE) atau Engineer Estimate (EE). Dalam menentukan
harga penawaran kontraktor harus memasukkan aspek-aspek lain yang sekiranya
berpengaruh terhadap biaya proyek nantinya.
Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya
adalah berikut:


Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar
menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.



Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku didaerah
lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari
luar daerah lokasi proyek

25



Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan analisa
yang diyakini baik oleh sipembuat anggaran.



Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil
analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.



Membuat rekapitulasi
Daftar Harga Satuan
Bahan

Daftar Harga Satuan
Upah

Daftar Harga Satuan
Upah dan Bahan

Daftar Volume dan Harga
Satuan Pekerjaan

Rekapitulasi

Gambar 2.7 Tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB)

2.5. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang
dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal
kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan, dan material serta rencana
durasi proyek dan progres waktu untuk penyelesaian proyek. Dalam proses
penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan antarkegiatan dibuat lebih

26

terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pelaksanaan
evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah pengalokasian waktu yang
tersedia untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan
suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasanketerbatasan yang ada.
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan
proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu
dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber
daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat seperti berikut:


Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai batasbatas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.



Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis
dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan
waktu.



Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.



Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan
proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.



Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.



Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.

kompleksitas penjadwalan proyek sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:


Sasaran dan tujuan proyek.



Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.



Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.

27



Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang
hilang dan hari-hari libur.



Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.



Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.



Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.



Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan
karena dana yang dikelola sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga
besar, kegiatan yang di lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjadi sangat
panjang. Oleh karena itu, agar penjadwalan dapat diimplementasikan, digunakan
cara-cara atau metode teknis yang sudah digunakan seperti metode penjadwalan
proyek. Kemampuan scheduler yang memadai dan bantuan software komputer untuk
penjadwalan dapat membantu memberikan hasil yang optimum.

2.5.1. Metode Penjadwalan Proyek
Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk mengelola
waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut didasarkan atas
kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu
akan berimplikasi terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara
keseluruhan. Oleh karena itu, variabel–variabel yang mempengaruhinya juga harus
di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja, ketersediaan peralatan dan material,
serta stakeholder proyek yang terlibat. Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana

28

semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap pada jalur
yang di inginkan.

2.5.1.1. Bagan Balok atau Barchart
Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor dalam bentuk bagan
balok, dengan panjang balok sebagai represntasi dari durasi setiap kegiatan.
Format bagan balok informative, mudah dibaca dan efektif untuk komunikasi
serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana.
Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket
kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam
hari, minggu, atau bulan sebagai durasinya.
Pada bagian ini juga dapat ditentukan milestone sebagai bagian target yang
harus diperhatikan guna kelancaran produktivitas proyek secara keseluruhan.
Untuk proses updating, bagan balok dapat diperpendek atau diperpanjang, yang
menunjukkan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau berkurang sesuai
kebutuhan dalam proses perbaikan jadwal.
Penyajian informasi bagan balok agak terbatas, missal hubungan
antarkegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan proyek tidak dapat diketahui.
Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila terjadi keterlambatan proyek,
prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sukar untuk dilakukan.

2.5.1.2. Kurva S atau Hanumm Curve
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm
atas pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek.

29

Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan
bobot pekerjaan yang dipresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh
kegiatan proyek. Visualisasi kurva S dapat memberikan informasi mengenai
kemajuan proyek dengan membandingkannya terhadap jadwal rencana. Dari sinilah
diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan proyek.
Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan
koreksi dalam pengendalian proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut
tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih
lanjut dapat menggunakan metode lain yang dikombinasikan, misalnya metode
bagan balok atau network planning dengan memperbarui sumber daya maupun
waktu pada masing-masing kegiatan.
Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing
kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu
vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S.
Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya
masih sedikit, kemudian pada pertengahan menigkat dalam jumlah cukup besar, lalu
pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil.
Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa
perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan/kegiatan dibagi total
anggaran atau berdasarkan volume rencna dari komponen kegiatan terhadap volume
total kegiatan.

30

2.5.1.3. Metode Penjadwalan Linier (Diagram Vektor)
Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah
kegitan relative sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan
yang berulang seperti pada proyek konstruksi jalan raya, runway bandar udara,
terowongan/tunnel atau proyek industry manufaktur. Metode ini sangat memuaskan
untuk diterapkan pada proyek-proyek tersebut karena menggunakan sumber daya
manusia

yang

relatif

lebih

kecil

dan

variasi

keterampilan

pada

suatu

pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek konstruksi yang lain.
Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan gedung
bertingkat dengan keragaman masing-masing tingkat bangunan relatif sama. Pada
proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor kemajuan beberapa
kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan proyek. Hal ini
dapat dilakukan bila metode ini dikombinasikan dengan metode network, karena
metode penjadwalan linier dapat memberikan informasi tentang kemajuan proyek
yang tidak dapat ditampilakn oleh metode network.

2.5.1.4. Metode Network Planning
Network planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan
Dupont dan Rand Corporation untuk mengembangkan system control manajemen.
Metode ini dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang
memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan
antarkegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dri informasi network
planning-lah monitoring serta tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan, yakni

31

dengan memperbarui jadwal. Akan tetapi metode ini perlu dikombinasikan dengan
metode lainnya.
Untuk membentuk gambar dari rencana network tersebut digunakan bahasasimbol-simbol, antara lain :
a)

Arrow, bentuknya merupakan anak panah yang artinya
aktivitas/kegiatan dimana penyelesaiannya membutuhkan
duration (jangka waktu tertentu) dan resources (tenaga,
alat, material dan biaya) tertentu.

b)

Node/event, bentuknya merupakan lingkaran bulat yang artinya
saat, peristiwa atau kejadian yaitu permulaan atau akhir dari satu
atau lebih kegiatan-kegiatan .

c)

Double arrow, bentuknya merupakan panah sejajar yang
merupakan kegiatan papa lintasan kritis.

d)

Dummy, bentuknya merupakan anak panah terputus-putus
yang artinya kegiatan semu atau aktivitas semu yang tidak
membutuhkan duration dan resources.

Tahapan Penyusunan Network Scheduling :
1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket terakhir WBS (Work
Breakdown Structure) berdasarkan item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan
untuk memudahkan identifikasi. (WBS adalah bentuk paket pekerjaan yang
tersusun berdasarkan perencanaan proyek yang lebih terperinci).
2. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis
pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta
produktivitas pekerja.

32

3. Penentuan logika ketergantungan antarkegiatan dilakukan dengan tiga
kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor),
kegiatan yang didahului (successor), serta bebas.
4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya; dilakukan setelah
langkah-langkah di atas dilakukan dengan akurat dan teliti.
Manfaat Penerapan Network Scheduling :
1. Penggambaran logika hubungan antarkegiatan, membuat perencanaan proyek
menjadi lebih rinci dan detail.
2. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiao kejadian
yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran-kesukaran
yang bakal timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakan
pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan.
3. Dalam network dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditunda
atau ditepati.
4. Membantu mengomunikasikan hasil network yang ditampilkan.
5. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya
langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya.
6. Berguna untuk
keterlambatan

menyelesaikan
dalam

legal claim

menentukan

yang diakibatkan oleh

pembayaran

kemajuan

pekerjaan,

menganalisis cashflow, dan pengendalian biaya.
7. Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba mengubah sebagian dari
proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara keseluruhan.
8. Terdiri atas metode Activity On Arrow dan Activity On Nodel Precedence
Diagram Method.

33

2.5.1.4.1. Metode CPM (Critical Path Method)
Pada metode CPM dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki
rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan
menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi, jalur kritis
terdiri dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur
kritis penting bagi pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan
yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara
keseluruhan. Kadang-kadang dijumpai lebih dari satu jalur kritis dalam jaringan
kerja.
Berikut akan dijelaskan cara penggunaan metode CPM (critical path method)
pada metode AOA (Activity On Arrow) :
Activity On Arrow Diagram (AOA)

EETi

ES

EETj

EF

I

J
LETi

LS

LS

LETj

Gambar 2.8 Diagram AOA
Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Diagram network dibuat dengan menggunakan anak panah untuk
menggambarkan kegiatan dan node-nya menggambarkan peristiwanya/event.
Node pada permulaan anak panah ditentukan sebagai I-node, sedangkan pada
akhir anak panah ditentukan sebagai J-node.
2. Menggunakan perhitungan maju (forward pass) untuk memperoleh waktu
mulai paling awal (EETi) pada I-Node dan waktu mulai paling awal (EETj)

34

pada J-Node dari seluruh kegiatan, dengan mengambil nilai maksimumnya,
seperti dibawah ini:


ES (Earliest Start): Saat paling cepat untuk mulai kegiatan.



EF (Earliest Finish): Saat paling cepat untuk akhir kegiatan.

3. Menggunakan perhitungan mundur (Backward Pass) untuk memperoleh
waktu selesai paling lambat (LETi) pada I-Node dan waktu selesai paling
lambat (LETj) pada J-Node dari seluruh kegiatan, dengan mengambil nilai
minimumnya.


LF (Latest Finish): Saat paling lambat untuk akhir kegiatan.



LS (Latest Start): Saat paling lambat untuk mulai kegiatan.

4. Di antara 2 peristiwa tidak boleh ada dalam 2 kegiatan, sehingga untuk
menghindarinya digunakan kegitan semu atau dummy yang tidak mempunyai
durasi.
5. Menggunakan CPM (Critical Path Method) atau metode lintasan kritis, di
mana pendekatan yang dilakukan deterministik hanya menggunakan satu
jenis durasi pada kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan
kumpulan kegiatan yang mempunyai durasi terpanjang yang dapat diketahui
bila kegiatannya mempunyai Total Float, TF = 0.
6. Float: batas toleransi keterlambatan suatu kegiatan yang dapat dimanfaatkan
untuk optimasi waktu dan alokasi sumber daya. Jenis-jenis float adalah :


TF (Total Float)
 Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat
tanpa menunda waktu penyelesaian proyek.
 Berguna untuk menentukan lintasan kritis, di mana nila TF = 0.

35

 TFij = LETj – EETi – Durasi (Event Oriented)
= LF – EF = LS – ES (Activity Oriented)


FF (Free Float)
 Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat
tanpa menunda penyelesaian suatu kegiatan.
 Berguna untuk alokasi sumber daya dan waktu dengan
memindahkannya ke kegiatan lain.
 FFij = EETj – EETi – Durasiij



IF (Independent Float): EETj – LETi - Durasiij

7

Kegiatan X

10

( 6 hari )

19

1

2
22

IF
Kegiatan X

Kegiatan X

FF

TF

EETi

LETi

EETj

LETj

Gambar 2.9 Variasi Float dari suatu kegiatan X

36

11

A (4)

F (2)

3
1

D (6)
B (5)
0

5

1

11

G (6)

2
0

15

I (4)

6

5

15

11

5
E (3)

8

C (3)

H (4)

4
11

Gambar 2.10 Diagram AOA dengan metode CPM
Gambar 2.10 menjelaskan contoh Activity On Arrow diagram dengan metode
CPM, di mana kegiatannya ada pada anak panah disertai dengan jumlah durasi
masing-masing kegiatan. Hasil perhitungan arah maju (forward pass) untuk
mendapatkan nilai ES dan EF serta arah mundur (back pass) untuk mendapatkan
nilai LF dan LS diperlihatkan pada tabel 2.1. Pada node yang menunjukkan nomor
event I, EETi menunjukkan nilai ES, sedangkan pada nomor event J, LETj
menunjukkan nilai LF. Nilai EF = ES + durasi kegiatan dan nilai LS = LF – durasi
kegiatan.
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Diagram AOA
kegiatan
A
B
C
D
E

Durasi
(Hari)
4
5
3
6
3

ES

EF

LF

LS

TF

FF

0
0
0
5
5

4
5
3
11
8

13
5
11
13
11

9
0
8
7
8

9
0
8
2
3

7
0
5
0
0

37

F
G
H
I

2
6
4
4

11
5
8
11

13
11
12
15

15
11
15
15

13
5
11
11

2
0
3
0

2
0
3
0

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa:


Lintasan kritisnya B – G – I



Durasi terpanjang ada pada lintasan B – G – I, yakni 15 hari

2.5.1.4.2. Metode PERT (Project Evaluation and Review Technique)
Sebelumnya

disebutkan bahwa dalam upaya

meningkatkan kualitas

perencanaan dan pengendalian proyek telah ditemukan metode selain CPM, suatu
metode yang dikenal sebagai PERT. Bila CPM memperkirakan waktu komponen
kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan
adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar
ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. Situasi
ini misalnya dijumpai pada proyek penelitian dan pengembangan sampai menjadi
produk yang sama sekali baru.
PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan
tergantung pada banyak faktor dan variasi sehingga lebih baik perkiraan diberi
rentang (range), yaitu dengan memakai tiga angka estimasi. PERT juga
memperkenalkan parameter lain yang mencoba ”mengukur” ketidakpastian tersebut
secara kuantitatif seperti “deviasi standar” dan varians. Dengan demikian, metode ini
memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi hal tersebut yang memang hampir
selalu terjadi pada kenyataannya dan mengakomodasinya dalam berbagai bentuk
perhitungan.
38

Orientasi ke Peristiwa
PERT

mula-mula

diperkenalkan

dalam

rangka

merencanakan

dan

mengendalikan proyek besar dan kompleks, yaitu pembuatan peluru kendali Polaris
yang dapat diluncurkan dari kapal selam dibawah permukaan air. Proyek tersebut
melibatkan beberapa ribu kontraktor dan rekanan dimana pemilik proyek
berkeinginan mengetahui apakah peristiwa-peristiwa yang memiliki arti penting
dalam penyelenggaraan proyek, seperti milestone dapat dicapai oleh mereka, atau
bila tidak, seberapa jauh menyimpangnya. Hal ini menunjukkan PERT lebih
berorientasi ke terjadinya peristiwa (event oriented) sedangkan CPM condong ke
orientasi kegiatan (activity oriented).
Pada gambar 2.11 dijelaskan tentang proses pekerjaan mengecor pondasi.

E(i)

PERT :

E(i)

Orientasi ke peristiwa
Peristiwa mengecor
pondasi dimulai

Peristiwa mengecor
pondasi selesai

CPM :
Orientasi ke kegiatan

ES(i-j)

Kurun waktu kegiatan
Mengecor pondasi

EF(i-j)

(D)

Gambar 2.11 Orientasi ke peristiwa versus kegiatan
Disini metode PERT yang berorientasi ke terjadinya peristiwa, ingin
mendapatkan penjelasan kapan peristiwa mengecor pondasi dimulai E(i) dan kapan
peristiwa mengecor pondasi selesai E(j). Sedangkan CPM menekankan keterangan
perihal pelaksanaan kegiatan mengecor pondasi dan berapa lama waktu yang

39

diperlukan (D). Meskipun antara terjadinya suatu peristiwa tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai atau melahirkan peristiwa
tersebut, namun penekanan yang dimiliki masing-masing metode perlu diketahui
untuk memahami latar belakang dan maksud pemakaiannya.
Persamaan dan Perbedaan Penyajian
Dalam visualisasi penyajiannya, PERT sama halnya dengan CPM, yaitu
menggunakan diagram anak panah (activity on arrow) untuk menggambarkan
kegiatan proyek. Demikian pula pengertian dan perhitungan mengenai kegiatan
kritis, jalur kritis dan float yang dalam PERT disebut SLACK. Salah satu perbedaan
yang substansial adalah dalam dalam estimasi kurun waktu kegiatan, dimana PERT
menggunakan tiga angka estimasi, a, b, dan m yang mempunyai arti sebagai berikut :


a = kurun waktu optimistic (optimistic duration time), waktu tersingkat untuk
menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatunya berjalan mulus. Waktu
demikian diungguli hanya sekali dalam seratus bila kegiatan tersebut
dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.



m = kurun waktu paling mungkin (most likely time), kurun waktu yang paling
sering terjadi disbanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan berulangulang dengan kondisi yang hampir sama.



b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time), waktu yang paling
lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu bila segala sesuatunya serba tidak
baik. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila kegiatan
tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

40

2.5.1.4.3. Metode PDM (Precedence Diagram Method)
Pada jaringan kerja, selain bentuk AOA juga dikenal AON atau kegiatan
berada di node (activity on node). Metode PDM adalah jaringan kerja yang termasuk
klasifikasi AON. Disini kegiatan dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk
segiempat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatankegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian, dummy yang dalam CPM dan PERT
merupakan tanda yang penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan,
didalam PDM tidak diperlukan.
Kegiatan dalam Precedence diagram method (PDM) digambarkan oleh
sebuah lambang segiempat karena letak kegiatan ada dibagian node. Kelebihan
Precedence diagram method dibandingkan dengan arrow diagram adalah :


Tidak memerlukan kegiatan fiktif/dummy sehingga pembuatan jaringan kerja
menjadi lebih sederhana.



Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah jumlah
kegiatan.
Kegiatan dalam Precedence diagram method diwakili oleh sebuah lambang

yang mudah diidentifikasi, misalnya sebagai berikut :
ES

JENIS
KEGIATAN

LS
NO.KEG.

EF
LF

DURASI

Gambar 2.12 Node PDM
2.6. Crash Program
Crash program atau project crashing dilakukan agar pekerjaan selesai dengan
pertukaran silang waktu dan biaya dan dengan menambah jumlah shift kerja, jumlah

41

jam kerja (over time), jumlah tenaga kerja, jumlah ketersediaan bahan, serta
memakai peralatan yang lebih produktif dan metode intalasi yang lebih cepat. Crash
program atau project crashing dilakukan pada lintasan kritis.
Konsekuensi crash program adalah meningkatnya biaya langsung (direct
cost). Di sini sumber daya yang berada di lintasan tidak kritis dapat dioptimalkan
dengan memindahkannya ke lintasan kritis. Pemindahan sumber daya dibatasi pada
titik jenuh.

2.7. Hubungan Antara Biaya dan Waktu
Biaya total proyek adalah jumlah biaya langsung (direct cost) ditambah biaya
tidak langsung (indirect cost). Biaya total proyek sangat tergantung kepada waktu
penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai maka biaya yang dikeluarkan
akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar
2.11. Titik A mnunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik dipersingkat.
Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B disebut kurva waktu-biaya.
Biaya
Biaya
Biaya Waktu
Biaya waktu
Dipersingkat

B Titik Dipersingkat

A

Biaya Normal

Titik Normal

Waktu
Waktu
Dipersingkat

Waktu
Normal

Gambar 2.13 Hubungan waktu-biaya pada keadaan normal dan dipersingkat untuk
satu kegiatan (Sumber : Iman Soeharto ,1998)
42

Dokumen yang terkait

ANALISA PENGENDALIAN MANAJEMEN WAKTU DAN BIAYA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL DENGAN NETWORK CPM Analisa Pengendalian Manajemen Waktu Dan Biaya Proyek Pembangunan Hotel Dengan Network CPM Studi Kasus : Batiqa Hotel Palembang.

1 2 14

PENGENDALIAN BIAYA DAN WAKTU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL (Studi Kasus Pembangunan Pabrik PT GHS Grompol Surakarta).

0 1 1

Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan)

0 0 10

Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan)

0 0 1

Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan)

1 1 5

Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan) Chapter III V

0 4 54

Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan)

0 4 1

Analisa Optimalisasi Biaya Dan Waktu Proyek Dengan Cara Crash Program (Studi Kasus Proyek Pembangunan Pabrik Refinery Dan Fraksinasi Di Belawan)

0 2 15

Optimalisasi Waktu Dan Biaya Proyek Deng (1)

0 0 13

Optimasi Biaya Dan Waktu Pembangunan Proyek Perumahan Dengan Crash Program (Studi Kasus : Perumahan Tridasa Windu Asri Candi Sidoarjo) - ITS Repository

0 0 154