Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Wonogiri BPK-CALK 2014 bab 2

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014

BAB II
EKONOMI MAKRO KEBIJAKAN KEUANGAN
DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

Kondisi ekonomi makro Kabupaten Wonogiri selama kurun waktu tahun 2009 sampai dengan
2013 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,73 %
sedangkan pada tahun 2013 menjadi 4,36 %.
Selama periode 2009-2013 kinerja perekonomian Kabupaten Wonogiri yang ditunjuk dengan
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selalu meningkat dari tahun ke tahun.Pada tahun 2009
nilai PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.734.448,12 triliun. Pada tahun2013, nilai PDRB
tersebut mencapai Rp8.815.332,93 triliun. Secara nominal, PDRB Kabupaten Wonogiri pada kurun
waktu 2009-2013 mengalami kenaikan sebesar Rp2.080.884,81 triliun, namun demikian kenaikan ini
masih mengandung kenaikan harga barang dan jasa yang diproduksi selama kurun waktu tersebut.
Berdasarkan harga konstan 2000, nilai PDRB juga mengalami kenaikan dari Rp2.906.847,23
triliun pada tahun 2009 menjadi Rp3.470.048,41 triliun di tahun 2013 Hal ini menunjukan, bahwa
perekonomian Kabupaten Wonogiri mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut
rnungkinkan sebagai peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah terbebas

dari pengaruh inflasi.
2.1

Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi suatu daerah/wilayah menggambarkan seberapa besar ketergantungan
suatu daerah/wilayah terhadap kemampuan produksi dari setiap sektor ekonomi.Struktur
ekonomi terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor.Dengan
melihat kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB, maka dapat diketahui
seberapa besar peran suatu sektor dalam menunjang perekonomian daerah.
Selama lima tahun terakhir (2009-2013) struktur perekonomian Wonogiri masih
didominasi 4 (empat) sektor, yaitu: sektor pertanian; sektor industri; sektor perdagangan, hotel
dan restoran; serta sektor jasa. Porsi sektor jasa-jasa bersama dengan sektor perdagangan, hotel
dan restoran tiap tahun cenderung meningkat; sedangkan sektor industri pengolahan cenderung
tetap atau bahkan menurun. Demikian pula kontribusi sektor pertanian tiap tahun mengalami
penurunan, sebagai akibat menurunnya luas lahan produk pertanian yang tak secepat produk
lain.

2.2

PDRB Perkapita

PDRB perkapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran
penduduk suatu daerah/wilayah. PDRB per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah (PDRB) dengan jumlah
penduduk. Oleh karena itu, besar kecilnya penduduk berpengaruh terhadap nilai PDRB per
kapita. Sedang besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam
dan faktor-faktor yang terdapat di daerah tersebut.

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

5

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014

Selama 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kabupaten
Wonogiri adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1.Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonogiri tahun 2009-2013
Tahun


Pertumbuhan Ekonomi (%)

2009

4,73

2010

5,87

2011

2,24

2012

5,89

2013


4,36

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2013 (BPS dan BAPPEDA)
Tabel 2.2. PDRB Perkapita Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2013
Pendapatan
Tahun

perkapita adh
berlaku

Pertumbuhan
(% )

Pendapatan
perkapita adh

Pertumbuhan

konstan 2000


(% )

2009

5.734.448,12

276,65

2.906.847,23

139,98

2010

6.734.273,01

324,89

3.071.963,79


148,20

2011

7.189.374,13

346,85

3.140.455,16

151,53

2012

7.930.281,12

382,59

3.325.089,57


160,42

2013

8.815.332,93

425,29

3.470.048,41

167,41

Sumber : PDRB Kabupaten Wonogiri Tahun 2013 (BPS dan BAPPEDA)

Nilai PDRB Per kapita Kabupaten Wonogiri atas dasar harga berlaku sejak tahun 2009
hingga tahun 2014 mengalami peningkatan secara terus-menerus. Pada tahun 2009 nilai PDRB
per kapita tercatat sebesar Rp5,73 trilyun , dan secara nominal terus mengalami kenaikan hingga
tahun 2013 mencapai Rp8,82 trilyun. Kenaikan PDRB per kapita secara riil dapat dilihat dari
nilai PDRB berdasarkan harga konstan 2000 Secara riil. Ternyata dari nilai PDRB per kapita
sejak tahun 2009 terus mengalami kenaikan dari sebesar Rp2,90 juta menjadi Rp3,47 juta, di

tahun 2013.
2.3

Kebijakan keuangan daerah
Kebijakan keuangan daerah mengacu pada dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang
merupakan kesepakatan bersama antara Bupati Wonogiri dan DPRD Kabupaten Wonogiri.
Kebiajakan keuangan mencakup kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Berikut uraian
kebijakan keuangan tersebut :
a. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Daerah, yaitu :
1)

Perencanaan dan penentuan target Pendapatan Asli Daerah didasarkan potensi dengan
memperhitungkan kemampuan sarana, prasarana dna SDM (Sumber Daya Manusia)
aparatur pengelola, tidak semata-mata didasarkan dari capaian tahun sebelumnya.
Perlunya pengkajian dan penerapan pengembangan system “self–assesment” bagi
wajib pajak daerah guna meningkatkan efisiesni dan efektifitas pemungutan.

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

6


Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014

2)

Perlunya pengkajian peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan khususnya
yang bersumber dari pajak dan retribusi.

3)

Perlunya pengkajian dan penerapan peningkatan layanan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sehingga membrikan kontribusi lebih besar terhadap pendapatand aerah.

4)

Perlunya meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam
peningkatan pendapatan khususnya yang bersumber dari dana perimbangan dan
retribusi daerah.


5)

Perlu diterapkan sanksi secara tegas dan penghargaan yang adil dan proposional kepada
semua wajib pajak daerah dan retribusi daerah.

b. Kebijakan Umum Anggaran Belaja Daerah, yaitu
1)

Mengutamakan belanja yang bersifat wajin (fix-cost) yaitubelanja pegawai.

2)

Pendampingan (sharing) DAK dan Bantuan Provinsi, Bantuan Operasional DAK dan
BantuaProvinsi , serta belanja program di setiap SKPD.

3)

Menganggarkan belanja lainnya pada setiap perencanaan belanja yaitu belanja urusan
wajib dan urusan pilihan.


4)

Hemat, tidak mewah efisien, sesuai kebutuhan yang disyaratkan.

5)

Terarah, terkendali sesuai dengan skala prioritas dan kemampuan dana yang tersedia.

6)

Wajib menyediakan anggaran pendampingan dan anggaran bantuan operasional bagi
pelaksanaan bantuan program, baik yang berasal dari pemerintah provinsi, Pemerintah
Pusat maupun pihak lainnya sesuai ketentuan yang dipersyaratkan sepanjang telah
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku,
baik kegiatan yang
pelaksanaannya hanya 1 (satu) tahun anggaran maupun kegiatan yang pelaksanaannya
lebih dari 1(satu) tahun anggaran ( multiyears).

7)

Selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan pengelolaan keuangan negara yang
diwajibkan, yang dibatasi maupun yang dilarang.

8)

Kegiatan-kegiatan skala Desa maupun skala Dusun akan dibiayan melalui Alokasi
Dana Desa.

9)

Kegiatan-kegiatan skala Kelurahan maupun skala Lingkungan akan dibiayai melalui
ketentuan Bantuan Operasional Kelurahan.

10) Pengalokasian belanja kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan prasaran fisik
harus memperhatikan
aspek pemerataan, keseimbangan antar
wilayah dan
keterpaduan dengan program/kegiatan dari Pemerintahan Provinsi maupun Pemerintah
Pusat yang telah dilakasanakan.
11) Penggunaan Anggaran dari Dana Alokasi Umum, diutamakan untuk mencukupi
belanja daerah utamanya pembayaran Gaji Pegawai Negeri Sipil dan tunjangan lain
sesuai dengan ketentuan berlaku.

c. Kebijakan Belanja Tidak Langsung, yaitu :
1)

Mengalokasikan belanja wajib / mengikat , meliputi belanja pegawai daerah yang telah

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

7

Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Catatan atas Laporan Keuangan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014

memperhitungkan tunjangan keluarga, gaji berkala, mutasi, tambahan penghasilan PNS,
penambahan CPNSD, acress, belanja bagi hasil, dan belanja bunga.
2)

Mengalokasikan belanja subsidi bunga kepada industri kecil menengah.

3)

Mengalokasikan belanja hibah untuk mendukung fungsi, penyelenggaraan daerah,
antara lain untuk : pendampingan PNPM Mandiri; TMMD; KONI; Taman Kanakkanak.

4)

Mengalokasikan belanja bantuan sosial, antara lain untuk : panti sosial ; PAUD Formal;
Pendidikan Kejar Paket A, B, C; Kelompok Belajar Usaha; Desa Vokasi; Dharma
Wanita; tempat ibadah ; ORMAS/LSM.

5)

Mengalokasikan belanja bantuan keuangan dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan , antara lain untuk : Pilkades; Uang duka Kades dan
perangkat desa yang meninggal; POSYANDU; Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
(PIP); KAD Pawonsari , dan Parpol.

d. Kebijakan Belanja Langsung.
1) Mengalokasikan belanja program penunjang untuk menjalankan tugas pokok fungsi
SKPD yang didasarkan pada pencapaian misi pembangunan jangka menengah
Kabupaten Wonogiri;
2) Mengalokasikan anggaran pendidikan minimal sebesar 20% , termasuk gaji pendidik
dan biaya pendidikan formal dan non formal, yang meliputi : peningkatan pemerataan
dan perluasan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing;
peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
3) Mengupayakan pencapaian SPM bidang pendidikan dengan alokasi anggaran belanja
kesehatan dasar, pemenuhan obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat
melalui Posyandu, Poliklinik Kesehatan Desa, serta peningkatan sarana dan prasarana
pelayanan dasar.
4) Mengalokasikan belanja operasional, pemeliharaan kantor dan peningkatan kualitas
sumberdaya aparatur.
e. Kebijakan Pembiayaan Daerah.
1) Defisit anggaran diproyeksikan untuk tidak melebihi batas maksimal yang
diperbolehkan, yaitu 4,5% dari pendapatan daerah dan dalam batas aman untuk dapat
dicukupi dari pos pembiayaan. Di dalam rancangan KUA PPAS APBD direncanakan
tidak defisit.
2) Penerimaan pembiayaan diproyeksikan untuk membayar utang daerah dan investasi
kepada BUMD apabila terdapat surplus anggaran.

Bab II Ekonomi Makro Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target APBD

8