Kadar Protein Daging Teripang Hitam (Holothuria edulis) dan Teripang Pasir (Holothuria scabra) Serta Implementasinya sebagai Media Pembelajaran | Yunita | EJIP BIOL 9220 30163 1 SM

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Kadar Protein Daging Teripang Hitam (Holothuria edulis) dan Teripang Pasir
(Holothuria scabra) Serta Implementasinya sebagai Media Pembelajaran
Protein Contain of Meat Black Sea Cucumber (Holothuria edulis) and Sand sea
Cucumber (Holothuria scabra) and its Implementation as a medium of learning
Masita Yunita1, Abd. Hakim Laenggeng2, Lilies Tangge2
1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tadulako
email: Masitayunita10@gmail.com
2

Abstrak
Teripang merupakan salah satu biota laut yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi
terutama kandungan proteinnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar

protein daging teripang hitam (Holothuria edulis) dan teripang pasir (Holothuria scabra).
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode kjeldahl.
Desain pada penelitian ini yaitu menghitung kadar protein untuk setiap sampel basah dan
kering (tepung). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein daging teripang hitam
dalam kondisi basah adalah 10,32% dan dalam kondisi kering adalah 72,35%. Sedangkan
kadar protein daging teripang pasir dalam kondisi basah adalah 5,61% dan dalam kondisi
kering adalah 61,54%. Hasil dari penelitian dijadikan sebagai media pembelajaran berupa
poster. Media ini melalui tahapan validasi oleh ahli isi, ahli desain dan ahli media serta 30
mahasiswa penguji sehingga didapatkan rata-rata nilai persentase sebesar 82,09% atau
dikategorikan layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Kata Kunci: Kadar Protein; Teripang; Media Pembelajaran

Abstract
Sea Cucumber is one of the marine life that has a fairly high nutrients contents. The purpose
of research is to determine the protein content of meat black sea cucumber (Holothuria
edulis) and sand sea cucumber (Holothuria scabra) and its development as a medium of
learning in the form of posters. Types of research is descriptive quantitative with uses
Kjeldahl method. Design of research is to calculate the protein content of each samples wet
and dry (flour). Result of showed that protein content of black sea cucumber in wet condition

is 10,32% and dry condition is 72,35%. While the sand sea cucumber protein content in wet
condition is 5,61% and in dry condition is 61,54%. Result obtained serve as a medium of
learning in the form of poster. The medium through the stage of validation by expert as well
as 30 students get the testers in the average value of the percentage of 82,09% or considered
fit for use as a medium of learning.

Keywords: Protein content, Sea Cucumber, Medium of learning.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

1

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795


Pendahuluan
Kabupaten Donggala sebagai bagian
yang terintegrasi dari wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah
merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki potensi perikanan
yang cukup besar terutama sektor perikanan
laut. Hal ini didukung dengan kondisi
geografi Kabupaten Donggala yang memiliki
luas wilayah pesisir pantai yang cukup
panjang yakni 414 km dengan 15 pulau kecil
yang berada di sekitarnya (Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Donggala, 2013).
Kondisi pesisir pantai yang cukup
panjang tersebut maka memungkinkan
banyaknya jenis biota ekonomis penting yang
hidup di perairan Kabupaten Donggala. Salah
satu hasil laut yang mempunyai nilai
ekonomis penting tersebut adalah teripang
atau disebut juga dengan sea cucumber

(Inggris), beche de-mer (Perancis) atau dalam
istilah pasaran Internasional dikenal dengan
nama teat fish (Martoyo, dkk. 2006).
Teripang merupakan salah satu biota
laut yang mempunyai potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan sebagai salah satu
bahan makanan alami dari laut. Sebab
teripang memiliki kandungan nutrisi yang
cukup tinggi terutama kandungan proteinnya.
Protein merupakan suatu zat makanan yang
amat penting bagi tubuh, sebagai penghasil
energi dalam tubuh juga memiliki fungsi
utama sebagai zat pembangun dan pengatur.
Protein juga dapat digunakan sebagai bahan
bakar apabila keperluan energi tubuh tidak
dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein
dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan dan
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
(Winarno, 1997 dalam Danuwarsa, 2006).
Dewi (2008) menjelaskan bahwa

kandungan protein teripang dalam kondisi
basah adalah 44-55%. Sedangkan menurut
Martoyo, dkk. (2006), menyatakan bahwa
kandungan protein teripang dalam kondisi
kering adalah 82%. Protein pada teripang
mempunyai asam amino yang lengkap,
baik asam amino esensial maupun asam
amino non esensial (Karnila, dkk. 2011b).
Kandungan protein teripang yang cukup
tinggi ini menunjukkan bahwa teripang
memiliki nilai gizi yang baik sebagai
bahan makanan.
Indonesia merupakan salah satu
eksportir teripang, namun pemanfaatan

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

teripang sebagai produk obat dan makanan

kesehatan belum banyak dilakukan. Hal ini
disebabkan karena masih terbatasnya
informasi kandungan gizi dan potensi
teripang asal perairan Indonesia khususnya
teripang yang berasal dari Perairan Sulawesi
Tengah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kustiariyah (2006) yang mengemukakan
bahwa daerah penghasil utama teripang
adalah perairan pantai Sulawesi Tengah
(1.134 ton) yang berlokasi di perairan Kab.
Banggai Kepulauan, Kab. Tojo Una-una,
Kab. Toli-toli, Kab. Poso dan Kab. Donggala.
Kemudian diikuti oleh perairan pantai Nusa
Tenggara Timur (433 ton) dan Sulawesi
Selatan (327 ton).
Berdasarkan hal di atas,
maka
penelitian ini mencoba untuk menganalisis
kadar protein jenis teripang yang sumbernya
berasal dari kawasan Perairan Pantai Kaluku

Kabupaten Donggala. Oleh karena itu, sampel
yang akan diteliti yaitu teripang hitam
(Holothuria edulis) dan teripang pasir
(Holothuria scabra). Pemilihan kedua sampel
teripang ini dikarenakan umumnya kedua
jenis teripang ini merupakan komoditas yang
sudah dikomersilkan sehingga peneliti tertarik
untuk membandingkan kadar protein pada
kedua jenis teripang ini baik dalam kondisi
basah maupun kering.
Informasi mengenai kadar protein
daging teripang hitam dan teripang pasir
yang berasal dari Perairan Kaluku Kabupaten
Donggala pada dasarnya dapat dikembangkan
menjadi media pembelajaran visual dalam
bentuk poster. Poster ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi bagi masyarakat
mengenai kadar protein yang terkandung pada
daging teripang hitam dan teripang pasir.
Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif. Melalui penelitian ini,
data yang diperoleh dengan cara analisis dan
tujuannya adalah mendeskripsikan dan
menginterpretasikan secara akurat terhadap
objek yang akan diteliti. Adapun desain pada
penelitian ini yaitu menghitung kadar protein
untuk setiap sampel basah dan kering, dimana
data diperoleh dengan cara analisis dan
menggunakan 3 kali pengulangan. Metode
yang digunakan untuk mengetahui kadar
protein daging teripang hitam (Holothuria
2

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795


edulis) dan teripang pasir (Holothuria scabra)
yaitu dengan menggunakan metode kjeldahl.
Pengambilan sampel dilakukan di Perairan
Pantai Kaluku Desa Limboro Kabupaten
Donggala dan dianalisis di Laboratorium
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan dan Perikanan Universitas
Tadulako Palu pada tanggal 23-29 Juli 2016.
Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini, antara lain: blender, neraca analitik, labu
kjeldahl, alat destruksi, alat destilasi, alat
titrasi, pipet mikro 5 ml dan 10 ml, botol
pencuci, gelas kimia 250 ml dan 1000 ml, hot
plate, cool box, magnet stryer, pipet tetes,

alumunium foil, pisau, tisu, kamera dan alat
tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain: daging teripang

hitam, daging teripang pasir, tablet kjeldahl
1,2 gram, asam sulfat pekat (H2SO4), NaOH 5
ml, Indikator PP (Penoptalin) Aquades, Asam
borat (H3BO3), dan HCl 0,01N.
Prosedur Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam
beberapa tahapan meliputi pengambilan
sampel teripang, penentuan ukuran dan berat,
preparasi sampel, pembuatan tepung teripang
dan analisis kadar protein daging teripang.
Diagram alir tahapan penelitian dapat dilihat
pada Gambar 1 di bawah ini.

Teripang
Penentuan ukuran dan berat rata-rata teripang
Preparasi tubuh teripang menjadi:
Jeroan dan gonad
Kulit teripang

Tidak digunakan


Daging teripang
Tepung daging
teripang
Digunakan
Analisis kadar protein
daging teripang

Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Penelitian
a. Pelaksanaan di Lapangan
Penelitian ini diawali dengan
Pengambilan sampel teripang yang dilakukan
di Perairan Pantai Kaluku Desa Limboro
Kabupaten Donggala. Sampel yang sudah
diambil kemudian dimasukkan ke dalam cool
box.
b. Pelaksanaan di Laboratorium
1) Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat dilakukan untuk
menjaga
kebersihan dan
kontaminasi
langsung dari bakteri.

2) Persiapan dan Preparasi Daging
Teripang
Sampel teripang yang diperoleh,
terlebih dahulu dikarakterisasi jenis dan
umurnya berdasarkan kriteria bobot dan
panjang teripang. Untuk mengetahui kondisi

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

awal dari daging teripang yang digunakan,
maka teripang yang akan digunakan terlebih
dahulu dibersihkan dan dipisahkan antara
daging teripang dengan bagian tubuh lainnya
yang tidak digunakan (kulit, jeroan dan
gonad).
3) Analisis
Kadar
Protein
Daging
Teripang Basah
Setelah tahapan persiapan dan
preparasi daging teripang selesai, kemudian
baru dilakukan pengukuran kadar protein
daging teripang basah dengan menggunakan
metode kjeldahl.
4) Pembuatan Tepung Daging Teripang
Daging
teripang
yang
telah
dibersihkan dan dipisahkan dari bagian yang
tidak
diinginkan
dikeringkan
dengan
menggunakan oven pada suhu 50oC selama
±24 jam. Selanjutnya dilakukan proses
penepungan dengan menggunakan blender
kering sebanyak 3 kali dengan kecepatan
3

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

normal. Prosedur
pembuatan
tepung
teripang dapat dilihat pada Gambar 2 di

bawah ini.

Teripang
Pemisahan bagian kulit, daging, jeroan dan gonad
Bagian daging
Penghalusan ukuran daging teripang
Pengeringan dengan oven pada suhu 50oC selama ±24 jam.
Penepungan (diblender kering 3 kali dengan kecepatan normal)
Tepung teripang
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Daging Teripang
5) Analisis
Kadar
Protein
Daging
Teripang Kering
Setelah tahapan pembuatan tepung
teripang selesai, maka selanjutnya dilakukan
pengukuran kadar protein tepung daging
teripang dengan menggunakan metode
Kjeldahl.

% Protein =

(� −� )



�� � 1000

Menurut Association of Official
Analitycal Chemist (2005), kadar air dalam
bahan makanan dapat dihitung dengan
meggunakan rumus:
% Kadar Air

=

B −C
B −A

x 100%

Pengembangan Media Pembelajaran
a. Mendesain Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang akan dibuat
dari hasil penelitian ini ialah berupa poster.
Melalui media pembelajaran yang berupa
poster ini diharapkan mampu memberikan
informasi, pengetahuan, dan wawasan yang
erat kaitannya dengan pembelajaran.
b. Validasi Media Pembelajaran
Setelah tahap pembuatan media
pembelajaran selesai, kemudian dilakukan
validasi media pembelajaran oleh para tim
ahli (dosen) meliputi ahli isi, ahli desain dan
ahli media.
c. Revisi Media Pembelajaran
Revisi media pembelajaran ini
dilakukan untuk memperbaiki kelemahankelemahan yang dimiliki oleh media
pembelajaran.

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

Teknik Analisis Data
Menurut Sudarmadji (1989), jumlah
protein dalam bahan makanan dapat dihitung
dengan
menggunakan
rumus:

x N. HCl x 14 x Fp x Fk x 100%

d. Uji Coba Media Pembelajaran
Setelah beberapa tahapan di atas
selesai, selanjutnya dilakukan uji coba media
pembelajaran kepada mahasiswa dengan
jumlah responden sebanyak 30 orang yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu 10
responden untuk kelompok kecil dan 20
responden untuk kelompok besar.
e. Analisis
Data
Penilaian
Media
Pembelajaran dalam Bentuk Poster
Arikunto (2012) menyatakan bahwa
analisis data untuk penilaian media
pembelajaran dengan menggunakan rumus
yaitu sebagai berikut:
Rata-rata =

Jumlah Keseluruhan persentase
Jumlah aitem aspek penilaian

Tabel 1 Kategori Persentase Kelayakan
Media Pembelajaran
Persentase
76 % - 100 %
56 % - 75 %

Kelayakan
Interpertasi
Layak
Cukup layak
4

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

40 % - 55 %
0 % - 39%

Kurang layak
Tidak layak

Hasil Penelitian
1) Hasil Analisis Kadar Protein Daging
Teripang
Hasil analisis kadar protein daging
teripang hitam dan teripang pasir dalam
kondisi basah dan kering dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini.

Sumber: Arikunto (2012).

Hasid an Pembahasan

80

72.35

70

61.54

60
50
40
30
20
10.32

5,61

10
0
Teripang Hitam
Basah

Teripang Hitam
Kering

Teripang Pasir
Basah

Teripang Pasir
Kering

Kadar Protein (%)
Gambar 3. Kadar Protein Daging Teripang
2) Hasil Analisis Kadar Air Daging
Teripang
Hasil analisis kadar air daging

teripang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah
ini:

Tabel 3. Analisis Kadar Air Daging Teripang
Sampel

Berat cawan

Teripang Hitam
Teripang Pasir

48,2
72,6

Berat sampel
sebelum dioven
62,2
37,4

3) Hasil Persentase Penilaian Kelayakan
Media Pembelajaran
Hasil persentase penilaian kelayakan
media pembelajaran oleh tim ahli (dosen)

Berat sampel
setelah dioven
6,5
2,3

Kadar Air
(%)
89,54
93,85

yang meliputi ahli isi, ahli desain dan ahli
media serta kelompok mahasiswa yang
meliputi kelompok besar dan kelompok kecil
disajikan dalam Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Persentase Kelayakan Media Pembelajaran
Persentase Rata-rata
Validator
(%)
(%)
Ahli Isi
75
Ahli Desain
86,67
82,09
Ahli Media
77,14
Mahasiswa Kelompok Besar
84,13

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

5

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Mahasiswa Kelompok Kecil
87,5
Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa poster layak
digunakan sebagai media pembelajaran

Pembahasan
1) Kadar Protein Daging Teripang
Penelitian ini dilakukan untuk melihat
perbandingan kadar protein pada dua jenis
teripang
yang
merupakan
komoditas
komersial yakni teripang hitam (Holothuria
edulis) dan teripang pasir (Holothuria scabra)
dalam kondisi basah dan kering (tepung)
dengan menggunakan metode kjeldahl.
Metode kjeldahl dalam analisis kimia berarti
sebuah metode yang dipakai untuk melihat
nilai kuantitatif determinasi dari nitrogen.
Cara kjeldahl digunakan untuk menganalisis
kadar protein kasar dalam bahan makanan
secara tidak langsung melalui proses
destruksi, destilasi dan titrasi.
Berdasarkan hasil analisis kadar
protein yang dilakukan, diketahui bahwa
kadar protein daging teripang hitam dan
teripang pasir dalam kondisi kering memiliki
persentase
yang
lebih
tinggi
bila
dibandingkan
dalam
kondisi
basah.
Persentase yang diperoleh tersebut tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa kandungan protein
daging teripang pasir dalam kondisi kering
memiliki persentase yang lebih tinggi yaitu
61,31% dan dalam kondisi basah yaitu hanya
berkisar 9,94% (Karnila, dkk. 2011a).
Perbedaan hasil yang sangat jauh ini
dipengaruhi oleh bentuk fisik sampel, yaitu
dalam bentuk kering (tepung) yang
dikeringkan pada suhu 50oC. Hal ini
dikarenakan sampel dalam bentuk kering
memiliki kadar air yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan sampel dalam bentuk
basah.
Air merupakan komponen penting
dalam bahan makanan. Semua bahan
makanan mengandung air dalam jumlah yang
berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani
maupun nabati. Hasil analisis memperlihatkan
jumlah kadar air yang terkandung pada
daging teripang hitam dan teripang pasir
dalam bentuk basah berturut-turut sebesar
89,54% dan 93,85%.
Tingginya kadar air pada daging
teripang hitam dan teripang pasir tersebut
sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

pada penelitian ini, karena daging teripang
dalam bentuk basah banyak mengandung air
yang mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
protein yang dianalisis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Permana dan Citroeksoko (2003),
menyatakan bahwa kadar air yang tinggi
dapat mengikat protein yang terdapat dalam
daging dan akan terpisah jika mengalami
pemanasan.
Kadar protein yang cukup tinggi pada
daging teripang hitam dan teripang pasir
menunjukan bahwa teripang memiliki nilai
gizi yang cukup baik sebagai bahan makanan.
Di Indonesia sendiri, teripang telah
dimanfaatkan cukup lama terutama oleh
masyarakat di sekitar pantai sebagai bahan
makanan.
Untuk
konsumsi
pasaran
internasional,
biasanya
teripang
diperdagangkan dalam bentuk daging dan
kulit kering. Sebagai bahan makanan,
teripang dapat diolah menjadi beberapa
produk makanan, yaitu teripang kering (beche
de mer), usus asin (konowata), gonad kering
(konoko), otot kering, teripang kaleng dan
kerupuk
teripang.
Namun
konsumen
komoditas ini masih terbatas pada kalangan
menengah ke atas. Teripang kering banyak
dijumpai di pasar swalayan di kota-kota besar
(Martoyo, dkk. 2006).
Selain dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, teripang mempunyai khasiat
pengobatan untuk beberapa penyakit seperti
ginjal, paru-paru basah, anemia, anti inflamasi
dan mencegah arteriosklerosis serta penuaan
jaringan tubuh. Teripang juga diketahui
sebagai salah satu sumber chondroitin
sulphate biasa disebut dengan sea chondroitin
yang berguna untuk mengurangi nyeri akibat
rematik seperti rhematoid arthritis atau
osteoartiritis (Skolastika dan Gunawan,
1996).
Pada penelitian ini ditemukan
perbedaan jumlah kadar protein pada dua
jenis teripang yang diteliti. Perbedaan ini
terjadi karena kandungan asam amino
penyusun protein pada masing-masing spesies
tidaklah sama serta masing-masing spesies
memiliki proses fisiologis yang berbeda.
Perbedaan kandungan asam amino ini juga
6

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

disebabkan oleh perbedaan umur, musim
penangkapan dan tahapan dalam daur hidup
organisme (Okuzumi dan Fuji, 2000).
Protein merupakan zat makanan yang
sangat penting bagi tubuh, karena di samping
berfungsi sebagai bahan bakar juga sebagai
zat pembangun dan pengatur. Apabila tubuh
tidak menerima karbohidrat dan lemak dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, maka untuk menyediakan
energi bagi kelangsungan aktivitas tubuh,
protein akan dibakar sebagai sumber energi.
Karena pentingnya protein bagi tubuh, maka
kualitas bahan makanan juga dapat ditentukan
oleh ketersediaan protein dalam makanan.
Yulneriwarni, dkk. (2009) menyatakan bahwa
kadar protein merupakan salah satu faktor
kimia yang berperan dalam menentukan
kualitas gizi suatu produk pangan. Semakin
tinggi kadar protein yang terkandung dalam
produk pangan, maka semakin tinggi pula
nilai gizinya. Oleh karena itu, tingginya kadar
protein yang terkandung dalam daging
teripang hitam dan teripang pasir harus
didukung dengan kualitas asam amino yang
terkandung di dalamnya.
Keberhasilan
analisis
dengan
menggunakan metode kjeldahl sangat
ditentukan oleh nitrogen dalam bentuk ikatan
N-N dan N-O yang terdapat dalam sampel
serta ketelitian dalam proses pengukuran dan
penggunaan alat pada saat penelitian. Karena
hal ini dapat berpengaruh pada perolehan
kadar protein pada sampel yang digunakan.
Perolehan kadar protein pada hasil penelitian
ini bukanlah kadar protein murni karena
dalam metode kjeldahl penentuan kandungan
protein didasarkan pada jumlah senyawa N,
termasuk senyawa bukan protein atau biasa
disebut sebagai kadar protein kasar.
Walaupun demikian, cara ini masih
digunakan dan dianggap cukup teliti untuk
pengukuran kadar protein dalam bahan
makanan (Winarno, 1992).
2) Implementasi dalam Bentuk Media
Pembelajaran
Teripang merupakan salah satu
potensi sumber protein hewani yang cukup
melimpah di Perairan indonesia khususnya di
Kabupaten Donggala. Namun besarnya
potensi teripang berbanding terbalik dengan
pemahaman masyarakat yang masih kurang
mengenai informasi kandungan gizi teripang
terutama kandungan proteinnya. Oleh karena

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

itu, dibutuhkan sebuah media pembelajaran
berupa poster yang dapat menambah
pemahaman masyarakat mengenai kandungan
gizi dari teripang itu sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan
diaplikasikan sebagai media pembelajaran
dalam bentuk poster yang diharapkan dapat
membantu memberikan informasi mengenai
kadar protein daging teripang. Untuk
mengetahui kelayakan poster yang dibuat
sebagai media pembelajaran, dilakukan
validasi oleh tim ahli, yaitu ahli isi, ahli
desain dan ahli media untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan dari poster tersebut.
Setelah dilakukan validasi oleh tim ahli, maka
diperoleh nilai persentase berturut-turut
sebesar 75%, 86,67% dan 77,14% sehingga
poster layak untuk dijadikan sebagai media
pembelajaran. Setelah proses validasi
dilakukan oleh tim ahli (Dosen), maka poster
kembali diuji kelayakannya pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Biologi yang
dibagi dalam dua kategori kelompok yakni
kelompok besar yang berjumlah 20 responden
dan kelompok kecil yang berjumlah 10
responden. Berdasarkan hasil uji kelayakan
terhadap dua kelompok mahasiswa tersebut
diperoleh nilai persentase sebesar 85,82%.
Melalui hasil penilaian tersebut, maka poster
layak dijadikan sebagai media pembelajaran.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1) Hasil analisis kadar protein yang
dilakukan dengan menggunakan metode
kjeldahl diketahui bahwa kadar protein
daging teripang hitam dalam kondisi basah
adalah 10,32% dan dalam kondisi kering
(tepung) adalah 72,35%. Sedangkan kadar
protein daging teripang pasir dalam
kondisi basah adalah 5,61% dan dalam
kondisi kering (tepung) adalah 61,54%.
2) Berdasarkan hasil penilaian oleh tim ahli
dan 30 mahasiswa penguji didapatkan nilai
persentase sebesar 82,09%. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa poster
layak
digunakan
sebagai
media
pembelajaran.
Saran

7

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Terkait dengan penelitian yang telah
dilakukan, maka ada beberapa hal menjadi
pertimbangan:
1) Berdasarkan hasil penelitian diharapkan
kepada masyarakat agar dapat menjadikan
teripang sebagai salah satu sumber protein
hewani.
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kandungan asam amino
yang terkandung dalam daging teripang.
3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kadar protein murni
daging
teripang
yaitu
dengan
menggunakan metode langsung atau
absolut, misalnya dengan pemisahan,
pemurnian atau penimbangan protein.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2012). Prosedur Penilaian
Suatu Pendekatan Praktek (Edisi
Revisi V). Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Association of Official Analitycal
Chemist [AOAC]. (2005). Official
Method of Analisys of The
Association of Official Analitycal
Chemist. Arlington, Virginia,
USA: Association of Official
Analitycal Chemist, Inc.
Danuwarsa. (2006). “Analisis Kadar
Proksimat dan Asam Lemak pada
Beberapa Komoditas KacangKacangan”. Jurnal Buletin Teknik
Pertanian. 11, (1), 1-6.

Dewi, K.H. (2008). Kajian Ekstraksi
Steroid
Teripang
Pasir
(Holothuria scabra J.) Sebagai
Sumber
Testosteron
Alami.
Disertasi Doktor pada Sekolah
Pascasarjana IPB Bogor: tidak
diterbitkan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Donggala. (2013). Kelautan dan
Perikanan dalam Angka 2013.
Kabupaten
Donggala:
Dinas

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

Kelautan
dan
Kabupaten Donggala.

Perikanan

Karnila, R., Astawan, M., Sukarno dan
Wresdiyati, T. (2011a). “Analisis
Kandungan Nutrisi Daging dan
Tepung
Teripang
Pasir
(Holothuria scabra J.) Segar”.
Jurnal Perikanan Terubuk. 39, (2),
51-60.
Karnila, R., Astawan, M., Sukarno dan
Wresdiyati,
T.
(2011b).
“Karakteristik Konsentrat Protein
Teripang Pasir (Holothuria scabra
J.) dengan Bahan Pengekstrak
Aseton”. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 16, (1), 90-102.
Kustiariyah. (2006). Isolasi dan Uji
Aktivitas
Biologis
Senyawa
Testosteron dari Teripang Sebagai
Aprodisiaka Alami. Tesis Magister
pada Sekolah Pascasarjana IPB
Bogor: tidak diterbitkan.
Martoyo, J., Aji, N. dan Winanto, T.
(2006).
Budidaya
Teripang.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Okuzumi, M. dan Fuji, T. (2000).
Nutritional
and
Functional
Properties of Squid and Cuttlefish.
Tokyo: National Cooperative
Association of Squid Processors.
Permana, D.R. dan Citroeksoko, P. (2003)
“Analisis Proksimat Tepung Hasil
Proses Ekstraksi Minyak dari
Puree Ikan”. Jurnal Ikhtiologi
Indonesia. 3, (2), 73-77.
Skolastika, S. dan Gunawan. (1996).
Keajaiban Teripang Penyembuh
Mujarab dari Laut. Depok:
Agromedia pustaka.
Sudarmadji, S. (1989). Analisa Bahan
Makanan
dan
Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
8

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

ISSN 2338-1795

Winarno F.G. (1992). Kimia Pangan dan
Gizi I. Jakarta: PT. Gramedia.

Menggunakan Isolat Bakteri Asam
Laktat dari Nenas”. Jurnal Vis
Vitalis. 02, (1), 32-42.

Yulneriwarni, Sulastri dan Tuti, L.
(2009). “Fermentasi Keju dari
Berbagai
Jenis
Kacang

e-JIP BIOL Vol.5 (1): 1-9, Juni

2017

9