Pengenalan dan Pemanfaataan Perangkat Lu

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGINDERAAN JAUH

ACARA VI
Pengenalan dan Pemanfaataan Perangkat Lunak Komputer Menggunakan Software
ENVI
Aisyah Nurul Lathifah (15405241014)

A.

Tujuan
1.

Memahami karakteristik dan spesifikasi software ENVI.

2.

Mampu menggunakan atau mengoperasikan software ENVI.

3.


Memanfaatkan

software

ENVI

untuk

pekerjaan

dan

pengelolaan

citra

penginderaan jauh secara umum.
4.

Membandingkan karakteristik dan kemampuan-kemampuan dasar softwaresoftware atau pengelolaan citra penginderaan jauh khususnya.


B.

Dasar teori
Definisi penginderaan jauh (PJ) atau remote sensing (RS) dalam Indarto (2014:3)
dapat dijumpai di berbagai literatur. Remote berarti dari jauh, sedangkan sensing
berarti mengukur. Jadi, remote sensing berarti mengukur dari jauh atau mengukur
tanpa menyentuh objek yang diukur. Salah satu definisi penginderaan jauh menurut
Rango (1996) dalam Indarto (2014:3), pengideraan jauh adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, luasan, atau tentang fenomena melalui
analisis data yang diperoleh dari sensor. Dalam hal ini, sensor tidak berhubungan
langsung dengan objek atau benda yang menjadi target.
Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh.
Definisi citra banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu di antaranya pengertian
tentang citra menurut Hornby (1974) dalam Sutanto (1994: 5) dapat dibagi menjadi
lima, berikut ini tiga di antaranya :
1.

Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood, stone,
etc.


2.

Mental pictures or idea, concept of something or someone.

3.

Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.
ENVI (The Environment for Visualizing Images) merupakan suatu image

processing system yang revolusioner yang dibuat oleh Research System, Inc
(RSI). Dari permulaannya ENVI dirancang untuk kebutuhan yang banyak dan spesifik
untuk mereka yang secara teratur menggunakan data penginderaan jauh dari satelit
dan pesawat terbang. ENVI menyediakan data visualisasi dan analisis komprehensif
yang menyuluruh dan analisis untuk citra dalam berbagai ukuran dan tipe, semuanya
dalam suatu lingkungan yang mudah dioperasikan dan inovatif untuk digunakan
(Conita, dkk, 2016).
Satu dari kekuatan ENVI adalah pendekataan yang unik dalam pengolahan
citra, mengkombinasikan


teknik file-based dan band-based dengan

fungsi

yang

interaktif. Ketika file data input dibuka, band (saluran) dari citra disimpan dalam
sebuah daftar, dimana semua saluran bisa diakses oleh semua fungsi system. Jika
multiple files dibuka, saluran dalam tipe data yang terpisah dapat diproses sebagai
sebuah grup. ENVI menampilkan saluran tersebut dalam 8 atau 24 bit (Conita, dkk,
2016).
Program Landsat merupakan satelit tertua dalam program observasi bumi.
Landsat dimulai tahun 1972 dengan satelit Landsat-1 yang membawa sensor MSS
multispektral. Setelah tahun 1982, Thematic Mapper TM ditempatkan pada sensor
MSS. MSS dan TM. Satelit Landsat (Satelit Bumi) ini merupakan milik Amerika Serikat.
Beberapa genersi satelit Landsat yang dibuat Amerika namun sekarang sudah tidak
beroperasi lagi. Landsat 5, diluncurkan pada 1 Maret 1984, membawa sensor TM
(Thematic Mapper), yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 m pada band 1, 2, 3, 4,
5 dan 7. Sensor Thematic Mapper mengamati obyek-obyek di permukaan bumi
dalam 7 band spektral, yaitu band 1, 2 dan 3 adalah sinar (visible), band 4, 5 dan 7

adalah infra merah dekat, infra merah menengah, dan band 6 adalah infra merah
termal yang mempunyai resolusi spasial 120 x 120 m. Luas liputan satuan citra adalah
185 x 185 km pada permukaan bumi. Landsat 5 mempunyai kemampuan untuk
meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada
ketinggian orbit 705 km (Swargana, 2013: 169).
Menurut Ayuindra, NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) adalah
perhitungan citra yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan, yang sangat

baik sebagai awal dari pembagian daerah vegetasi. NDVI dapat menunjukkan
parameter yang berhubungan dengan parameter vegetasi, antara lain, biomass
dedaunan

hijau, daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang

dapat

diperkirakan untuk pembagian vegetasi. Seperti perhitungan pada citra rasio, pada
citra normalisasi juga menggunakan data channel 1 dan channel 2. Channel 1
terdapat dalam bagian dari spektrum dimana klorofil menyebabkan adanya
penyerapan terhadap radiasi cahaya yang datang yang dilakukan saat fotosintesis,

sedangkan channel 2 terdapat dalam daerah spektral dimana struktur daun spongy

mesophyll menyebabkan adanya pantulan terhadap radiasi cahaya.
Menurut Paraditya dan Purwanto (2012: 124), pembuatan citra komposit
merupakan teknik penggabungan beberapa saluran pada citra menjadi satu saluran
baru. Citra saluran tunggal hanya memliki satu warna yaitu gradasi keabuan. Dengan
penggabungan beberapa saluran maka terbentuklah citra baru dengan variasi warna
tertentu (tergantung saluran yang digunakan). Tiga warna dasar inilah yang menjadi
dasar dalam pembuatan citra komposit warna. Hasil Pembuatan citra komposit inilah
yang nantinya digunakan untuk interpretasi geologi dan geomorfologi. Pembuatan
citra komposit menggunakan 3 saluran dari penisbahan saluran, metode ini untuk
mengidentifikasi litologi dan penyebaran batuan yang mengalami alterasi.
Pembuatan komposit ini disesuaikan dengan panjang gelombang yang menonjolkan
lithologi dan struktur.
Komposit citra menurut Sigit (2011) dalam Nurlaela (2014: 7) adalah citra baru
hasil dari penggabungan 3 saluran yang mampu menampilkan keunggulan dari
saluran-saluran penyusunnya. Adanya komposit citra dikarenakan keterbatasan mata
yang kurang mampu dalam membedakan gradasi warna dan lebih mudah dengan
pemberian warna.
Pengenalan pola spektral objek dalam Srimulyani (2016: 3) dapat menjadi

pemandu yang sangat bermanfaat dalam upaya mengenali objek pada citra. Gambar
berikut ini menyajikan kurva pantulan beberapa objek pada julat (rentang, range)
panjang gelombang antara 0,4 µm hingga 2,35 µm.
Tabel 1 Jenis Spektrum Saluran Beserta Panjang Gelombangnya
No.

Spektrum/Saluran

1

Biru

Panjang Gelombang
0,4 – 0,5 µm

2

Hijau

3


Merah

0,5 – 0,6 µm
0,6 – 0,7 µm

Radio Inframerah
4
Inframerah Dekat
5

Inframerah Tengah

6

Inframerah Jauh

0,7 – 1,2 µm
1,2 – 5,5 µm


5,5 – 1000 µm

Pemfilteran adalah suatu cara untuk mengekstrasi bagian data tertentu dari
suatu

himpunan data, dengan menghilangkan bagian-bagian data yang tidak

diinginkan.

Filter dalam pengolahan citra (secara khusus disebut filter digital)

dirancang untuk menyaring informasi spectral, sehingga menghasilkan citra baru
yang mempunyai variasi nilai spectral yang berbeda dari citra data asli (Assidiqy,
2015: 3). Proses pemfilteran citra lebih banyak digunakan untuk tujuan penelitian
tematik, seperti: geologi minyak bumi, fisiografi, geomorfologi dan hidrologi. Konsep
pemfilteran citra tidak hanya bertujuan untuk memperjelas kenampakan objek di
citra seperti proses penajaman citra. Pada pemfilteran citra ini, tentukan terlebih
dahulu objek utama yang akan diambil informasinya dari citra satelit. Selanjutnya
analisis beberapa filter yang mungkin cocok digunakan


untuk mengekstrak

informasi objek tersebut.
Menurut Gazali, dkk (2013: 2), grafik komputer 3 dimensi yang biasa disebut 3D
adalah bentuk dari benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Grafik 3 Dimensi
merupakan teknik penggambaran yang berpatokan pada titik koordinat sumbu x
(datar), sumbu y (tegak),dan sumbu z (miring). Representasi dari data geometrik 3
dimensi sebagai hasil dari pemrosesan dan pemberian efek cahaya terhadap grafika
komputer 2D.

C.

Alat dan bahan
Alat :
1.

Komputer atau laptop untuk mengoperasikan aplikasi ENVI.

2.


ENVI 4.5 sebagai aplikasi praktikum untuk menghasilkan citra penginderaan
jauh.

Bahan :
1.

Citra LANDSAT ETM+ sebagai obyek analisis citra.

D.

Langkah kerja
1.

Hasil data digital citra LANDSAT ETM+
a.

File  open image file

b.

Folder citra PJ acara 6  raster.bill  open

c.

RGB color
-

R = Band 3.raster.bill

-

G = Band 2.raster.bill

-

B = Band 1.raster.bill

d.

2.

Untuk menampilkan citra LANDSAT, pilih Load RGB

Hasil transformasi NDVI Citra
a.

Transform  NDVI

b.

Klik raster.bill  OK  choose

c.

Save di folder Praktikum PJ  Acara 6  open

d.

Klik NDVI (raster.bill)  new display  load band

3.

4.

Hasil statistik citra
a.

Basic tools  statistic  computer statistic

b.

Raster.bill  OK

Hasil filter citra
Cara Quick Apply :
a.

Filter  convolution  morphology

b.

Morphology  erode

c.

Quick apply

d.

Raster.bill  band 1  OK

Cara apply to file :
a.

Filter  Convolutin  Morphology

b.

Morpholgy  erode

c.

Apply to file

d.

Raster.bill  OK  choose

e.

Praktikum PJ  Acara 6  beri nama  open

f.

OK

g.

RGB color
-

R = Band 3

-

G = Band 2

-

B = Band 1

h.

New display

i.

Load RGB

5.

Hasil 3D surface view
Vertical exaggeration = 60
a.

Buka hasil 1 (data digital citra LANDSAT)  tools  3D surface view

b.

Raster.bill  band 1  OK

c.

Vertical exaggeration = 60  OK

Vertical exaggeration = 100
a.

Buka hasil 1 (data digital citra LANDSAT)  tools  3D surface view

b.

Raster.bill  band 1  OK

c.

Vertical exaggeration = 100  OK

E.

Hasil dan Pembahasan
Hasil

Gambar 1 Hasil data digital citra LANDSAT ETM+
Citra satelit LANDSAT yang menangkap suatu objek tertentu yang dapat
diketahui bahwa citra tersebut memiliki unsur interpretasi citra. Unsur interpretasi
citra yang dapat diidentifikasi antara lain rona, warna, tekstur, pola, bentuk, asosiasi,
bayangan, dll. Unsur interpretasi tersebut mempermudah jenis objek yang terekam
pada citra satelit tersebut. Kenampakan yang tertangkap antara lain perairan,
pemukiman, jaringan, dan persawahan.

Gambar 2 Hasil transformasi NDVI Citra
Tranformasi NDVI dari citra LANDSAT dapat digunakan untuk menganalisis
banyaknya daerah hijau yang ada di daerah wilayah tersebut. Pada penggunaan

transformasi NDVI, unsur interpretasi citra yang mendominasi adalah rona.
Kenampakan yang terekam satelit LANDSAT memiliki rona gelap dan terang.
Semakin gelap kenampakan pada citra, maka semakin banyak vegetasinya.

Gambar 3 Hasil statistik citra
Data statistik citra satelit LANDSAT digunakan untuk mengetahui komposit
yang digunakan pada citra tersebut. Diagram statistik diatas memiliki tiga garis yang
menunjukkan tingkat kenampakan objek pada band tertentu. Garis paling bawah
merupakan garis dari kenampakan perairan, garis tengah kenampakan vegetasi,
sedangkan garis yang paling atas adalah kenampakan tanah kering terbuka.

Gambar 4 Hasil filter citra cara quick apply

Gambar hasil pemfilteran citra LANDSAT dengan Quick Apply. Gambar tersebut
menghasilkan kenampakan hitam putih bertekstur halus. Unsur interpretasi citra
yang mendominasi adalah rona dan tekstur.

Gambar 5 Hasil filter citra cara apply to file
Gambar hasil pemfilteran citra LANDSAT dengan cara Apply to File merekam
kenampakan yang didominasi dengan warna hijau dengan tekstur kasar maupun
halus. Unsur interpretasi citra yang ditekankan pada pemfilteran citra ini adalah rona
dan tekstur.

Gambar 6 Hasil 3D surface view vertical exaggeration 60
Gambar tiga dimensi dengan ketinggian 60 menunjukkan kenampakan atau
objek yang termasuk dataran ataupun perbukitan dan pegunungan.

Gambar 6 Hasil 3D surface view vertical exaggeration 100
Gambar tiga dimensi dengan ketinggian 100 menunjukkan kenampakan atau
objek yang termasuk dataran ataupun perbukitan dan pegunungan.
Pembahasan
Citra satelit LANDSAT yang menangkap suatu objek tertentu yang dapat
diketahui bahwa citra tersebut memiliki unsur interpretasi citra. Unsur interpretasi
tersebut mempermudah jenis objek yang terekam pada citra satelit tersebut.
Kenampakan yang tertangkap antara lain perairan, pemukiman, jaringan, dan
persawahan. Daerah perairan berupa sungai berwarna hitam dan berona gelap. Hal
ini disebabkan oleh tingkat penyerapan air tergolong tinggi terhadap energi sinar
matahari. Sungai memiliki tekstur yang halus karena sungai termasuk kenampakan
perairan. Kenampakan sungai tidak memiliki bayangan karena sungai berada di
dataran rendah. Sungai berasosiasi dengan adanya meander. Jika dilihat dari
bentuknya, sungai tersebut mulai memasuki tahap stadium dewasa dimana sungai
tersebut memiliki pola memanjang dan berkelok. Situs sungai atau kenampakan di
sekitar sungai adalah persawahan. Adanya situs persawahan di sekitar sungai
membuktikan bahwa sungai memiliki peran untuk pertanian sebagai irigasi.
Persawahan memiliki warna merah cerah dan biru cerah. Hal ini disebabkan oleh
jenis vegetasi yang memiliki sifat pantulan tinggi terhadap energi matahari. Di
samping itu, warna kemerahan pada vegetasi, menandakan bahwa vegetasi tersebut
termasuk vegetasi dewasa. Sebaliknya, warna biru pada vegetasi, menandakan
bahwa vegetasi tersebut masih dewasa. Vegetasi tersebut tidak memiliki bayangan
karena tinggi kenampakan relatif sama dan pendek. Vegetasi pada citra tersebut

memiliki tekstur yang halus karena vegetasi yang ada berupa persawahan. Pada citra,
ukuran lahan pertanian dapat dikatakan

sangat luas apabila dilihat dari

perbandingan panjang sungai yang nampak dengan panjang lahan pertanian yang
ada. Bentuk dari vegetasi tersebut

teratur karena membentuk petakan-petakan

sawah yang rapi. Dengan adanya petakan sawah tersebut, dapat diketahui bahwa
kenampakan yang ada pada citra berupa persawahan. Pola persawahan tersebut
memanjang di pinggiran sungai karena hasil sawah sangat bergantung pada irigasi
atau perairan di sana, khususnya pada musim kemarau. Kenampakan pemukiman
dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi memiliki pola mengelompok
sehingga tekstur pada citra pun dikatakan kasar. Permukaan berwana biru cerah
pada foto karena. Warna objek yang berona cerah disebabkan oleh energi dari sinar
matahari lebih banyak dipantulkan dari pada diserap. Hal tersebut mungkin dapat
disebabkan oleh material bahan dasar atap rumah yang memiliki sifat pantulan
tinggi terhadap energi sinar matahari. Bentuk kenampakan pemukiman tidak teratur.
Kenampakan pemukiman berasosiasi dengan kenampakan atap rumah yang terlihat
walaupun berukuran kecil. Kenampakan pemukiman yang tertangkap pada Citra
LANDSAT tidak memiliki bayangan karena bayangan biasanya muncul pada
kenampakan berupa tiang-tiang atau dapat dikatakan bahwa pemukiman tersebut
memiliki ketinggian masing-masing rumah yang cenderung sama. Di samping itu,
rumah-rumah tersebut saling berimpitan sehingga tidak menimbulkan bayangan.
Kenampakan jaringan atau jalan raya yang berwarna abu-abu gelap. Seperti pada
kenampakan sebelumnya, kenampakan ini juga tidak memiliki bayangan karena
memiliki bentuknya yang tidak tinggi. Material aspal yang digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan jalan juga memiliki penyerapan yang tinggi. Kenampakan jalan ini
memiliki tekstur halus dan memiliki bentuk yang teratur. Kenampakan jalan dapat
diketahui karena memiliki jalur berupa pertigaan maupun perempatan. Jalan raya
pada citra memiliki pola memanjang dan menyempit di sekitar pemukiman dan
persawahan sebagai aksesibilitas penduduk di sana. Jalan raya yang nampak pada
citra memiliki ukuran sedang.
Tranformasi NDVI dari citra LANDSAT dapat digunakan untuk menganalisis
banyaknya vegetasi yang ada di daerah tangkapan citra. Penggunaan transformasi
NDVI, unsur interpretasi citra yang mendominasi adalah rona. Kenampakan yang

terekam satelit LANDSAT memiliki rona gelap dan terang. Semakin gelap
kenampakan pada citra, maka semakin banyak vegetasinya. Rona gelap pada hasil
transformasi dominan di daerah puncak dan di tepi igir-igir pada topografi
pegunungan. Hal tersebut membuktikan bahwa vegetasi di puncak dan igir-igir lebih
banyak dibandingkan daerah lainnya. Pada umumnya, di daerah pegunungan juga
memiliki ciri khas vegetasi yang lebat dan memiliki jenis yang beragam. Apabila
dilihat dari hasil transformasi citra, daerah yang memiliki rona gelap berada di
daerah yang tinggi. Semakin rendah ketinggian topografi, semakin cerah ronanya.
Hal tersebut menandakan di daerah kaki lereng mungkin lebih sedikit vegetasinya.
Daerah lereng sudah ditemui perairan yang berbentuk meander dari tekuk lereng
atas. Perairan memiliki rona cerah yang mungkin dipengaruhi oleh dasar perairan
berupa sedimentasi material erupsi gunungapi yang memiliki sifat pantulan tinggi. Di
samping itu, mungkin zona perairan ini memiliki warna air yang jernih sehingga
menimbulkan rona cerah. Tekstur pegunungan tersebut kasar dibagian puncak
karena didominasi oleh igir-igir yang dipengaruhi proses erosi. Sedangkan, di daerah
lereng memiliki tekstur yang halus karena didominasi oleh kenampakan perairan.
Data statistik citra satelit LANDSAT digunakan untuk mengetahui komposit yang
digunakan pada citra tersebut. Diagram statistik diatas memiliki tiga garis yang
menunjukkan tingkat kenampakan objek pada band tertentu. Garis paling bawah
merupakan garis dari kenampakan perairan, garis tengah kenampakan vegetasi,
sedangkan garis yang paling atas adalah kenampakan tanah kering terbuka.
Kenampakan perairan terihat dengan jelas saat menggunakan band 6. Kenampakan
vegetasi terlihat jelas saat menggunakan band 2 dan band 6. Kenampakan tanah
kering terbuka terlihat jelas saat menggunakan band 2 dan band 6. Hal tersebut
dapat dilihat pada garis diagram pada nilai tertinggi yang melewati garis band

number yang terkait. Citra LANDSAT yang dianalisis, menggunakan RGB 321.
Kombinasi 321 merupakan warna natural. Saluran 3 mendeteksi penyerapan klorofil,
saluran 2 mendeteksi reflektan hijau dari vegetasi dan saluran 1 cocok untuk
penetrasi air. Saluran 1 juga membedakan tanah dan vegetasi serta tipe-tipe hutan.
Komposit 321 merupakan perpaduan antara band 3, 2, dan 1 sehingga menampilkan
warna asli pada citra. Hasil statistik citra LANDSAT, band 1 spektrum biru memiliki
nilai minimum 0 dan nilai maksimum 255 dengan rata-rata 27 sehingga standar

deviasinya 29. Band 2 spektrum hijau memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum
255 dengan rata-rata 42 sehingga standar deviasinya 43. Sedangkan band 3
spektrum merah, memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 255 dengan rata-rata
34 sehingga standar deviasinya 33. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kenampakan
perairan, vegetasi, dan tanah terbuka juga menggunakan band 6. Band 6 merupakan
band dengan saluran inframerah jauh. Hal ini dapat dilihat pada hasil citra yaitu,
beberapa kenampakan seperti vegetasi didominasi warna kemerahan. Citra LANDSAT
yang terekam satelit merupakan jenis citra multispektral yang menggunakan sensor
inframerah termal dimana memiliki fungsi yang dapat membedakan suatu kondisi
antara vegetasi satu dengan vegetasi lainnya.
Hasil pemfilteran citra LANDSAT dengan Quick Apply. Gambar tersebut
menghasilkan

kenampakan

hitam

putih

bertekstur

halus.

Sedangkan

hasil

pemfilteran citra LANDSAT dengan cara Apply to File merekam kenampakan yang
didominasi dengan warna hijau dengan tekstur kasar maupun halus. Unsur
interpretasi citra yang ditekankan pada pemfilteran citra ini adalah rona dan tekstur.
Sama halnya dengan hasil transformasi citra, hasil pemfilteran juga menangkap objek
topografi pegunungan dan sekitarnya. Hasil pemfilteran citra LANDSAT menunjukan
bahwa kenampakan tersebut memiliki rona yang gelap dan terang dengan tekstur
yang relatif sama karena kenampakan yang ditangkap juga sama. Yang membedakan
hasil pemfilteran yaitu warna

objek atau kenampakan pada citra. Rona gelap

didominasi di daerah pegunungan karena banyak vegetasi dimana kanopi daun
menyerap energi matahari untuk melakukan fotosintesis. Selain itu, daerah
pegunungan memiliki beragam jenis tumbuhan dan cenderung lebat. Tekstur
pegunungan tersebut kasar dibagian puncak karena didominasi oleh igir-igir yang
dipengaruhi proses erosi. Sedangkan, di daerah lereng memiliki tekstur yang halus
karena didominasi oleh kenampakan perairan.
Gambar tiga dimensi dengan ketinggian 60 dan ketinggian 100 menunjukkan
kenampakan atau objek

yang

termasuk

dataran ataupun perbukitan

dan

pegunungan. Kedua kenampakan yang dihasilkan memiliki rona yang sama. Dataran
tinggi seperti pegunungan memiliki warna merah gelap sampai kecoklatan.
Sedangkan dataran rendah memiliki warna biru cerah. Hal ini karena di daerah
topografi tinggi didominasi oleh vegetasi sehingga penyerapan terhadap sinar

matahari tinggi yang disebabkan olh aktivitas fotosintesis oleh kanopi daun.
Sedangkan di daerah dataran rendah didominasi oleh tata ruang yang titujukan
untuk aktivitas kependudukan seperti pemukiman, jaringan, dsb. Hasil tiga dimensi
yang diperoleh dengan ketinggian 60 lebih detail dibandingkan dengan tiga dimensi
ketinggian 100. Hasil tiga dimensi dengan ketinggian 60, topografi tinggi seperti
pegunungan lebih menonjol ke atas dibandingan dengan hasil tiga dimensi
ketinggian 100. Hal ini dipengaruhi oleh pengambilan rekaman kenampakan citra
pada ketinggian berbeda dengan cakupan luas wilayah yang sama.

F.

Kesimpulan
1.

Citra satelit LANDSAT menangkap suatu objek atau kenampakan yang memiliki
unsur-unsur interpretasi citra, contoh kenampakan yang tertangkap antara lain :
pemukiman, jaringan, sungai, dan persawahan.

2. Tranformasi NDVI dari citra LANDSAT dapat digunakan untuk menganalisis
banyaknya vegetasi yang ada di daerah tangkapan citra dimana semakin gelap
kenampakan pada citra, maka semakin banyak vegetasinya

3. Hasil transforasi citra menangkap kenampakan topografi tinggi dan sekitarnya
dimana semakin rendah ketinggian topografi, semakin cerah ronanya yang
berarti vegetasi dominan berada di topografi yang lebih tinggi.
4.

Hasil filter menangkap kenampakan yang sama, dengan rona yang sama namun
warna yang berbeda.

5.

Filter opsi quick apply menghasilkan citra warna hitam putih, sedangkan opsi
apply to file menghasilkan citra yang didominasi warna hijau.

6.

Citra LANDSAT menggunakan komposit citra RGB 321 dengan nilai minimum
dan nilai maksimum yang sama, rata-rata dan standar deviasi yang berbeda.

7.

Citra LANDSAT yang terekam satelit merupakan jenis citra multispektral yang
menggunakan sensor inframerah termal dimana memiliki fungsi yang dapat
membedakan suatu kondisi antara vegetasi satu dengan vegetasi lainnya.

8.

Hasil tiga dimensi dengan ketinggian 60lebih detail dibandingan dengan hasil
tiga dimensi ketinggian 100 yang disebabkan oleh pengaruh pengambilan
gambar kenampakan citra pada ketinggian berbeda dengan cakupan luas
wilayah yang sama.

G.

Daftar Pustaka

Assidiqy, Muhammad Ra’ad. 2015. Penajaman Citra, Pemfilteran Spasial, Interpretasi

Digital serta Layout. Malang: Universitas Negeri Malang.

Ayuindra, Meylia. Transformasi NDVI. ……..

Indarto. 2014. Teori dan Praktek Pengideraan Jauh. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Conita, dkk. Laporan Praktikum Penginderaan Jauh Menggunakan Envi 4.5 .
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Gazali, Wikaria, dkk. 2013. Aplikasi Perubahan Citra 2D Menjadi 3D dengan Metode

Stereoscopic Anaglyph Berbasiskan Komputer. Jakarta: Binus University.
Nurlaela. 2014. Praktikum Citra Multispektral. Malang: Universitas Negeri Malang.
Srimulyani, Fani. 2016. Resolusi dan Komposit Citra. Diakses pada har Rabu, 19 April
2017 pukul 09.53 WIB di www.academia.edu.
Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: UGM Press.
Swargana, Nana. 2013. Resolusi Spasial, Temporal dan Spektral pada Citra Satelit

Landsat, Spot dan Ikonos. Jurnal Ilmiah Widya, Volume 1 Nomor 2, Halaman
167–174.
Paraditya, Rangga dan Taufik Hery Purwanto. 2012. Pemanfaatan Citra Landsat Etm+

untuk Pemetaan Potensi Mineralisasi Emas di Kawasan Gunung Dodo,
Kabupaten Sumbawa, NTB. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.