T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Kepemimpinan Ahok dalam Konstruksi Media Online: Framing dalam Republika.co.id dan Kompas.com T1 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
suatu pengertian komunikasi atau communicationadalah dengan menjawab
pertanyaan: who says what? in which channel? to whom? with what effect?
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek (akibat) tertentu (Effendy, 2003). Wilburr Schramm
mengatakan bahwa komunikasi selalu menghendaki paling sedikit tiga unsur,
yaitu: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). (Suhandang,
2010:16)
Hafied Cangara (2009:20) menyatakan bahwa komunikasi hanya bisa
disebut komunikasi jika memiliki unsur-unsur pendukung yang membangunnya
sebagai body of knowledge, yakni: sumber, pesan, media, penerima, pengaruh,
umpan balik, dan lingkungan. Unsur-unsur ini juga sering disebut komponen atau
elemen. Adapun unsur-unsur yang dimaksud tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.
Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan source,
sender, encoder .
9
2.
Pesan
Pesan dalam komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka melalui
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hibura, informasi,
nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris disebut dengan kata message,
content, atau information.
3.
Media
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran antarpribadi, media
kelompok, dan ada pula dalam bentuk media massa.
4.
Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasanya
disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan,
target, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver .
5.
Pengaruh / Efek
Pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
Pengaruh biasa juga disebut dampak, akibat, atau effect.
Dari
komunikasi
pendapat
beberapa
merupakan
proses
ahli
tersebut,
penyampaian
dapatdisimpulkan
pesan
dari
bahwa
suatu
10
sumber/komunikator
melalui
saluran
atau
media
tertentu
kepada
penerima/komunikan, dengan maksud memberikan efek kepada komunikan
tersebut sesuai yang diinginkan komunikator.
2.2
Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication).Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang
mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Massa mengandung
pengertian orang banyak. Mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama.
Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang
sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang
sama (Wiryanto, 2006: 67-69). Komunikasi massa merupakan komunikasi yang
ditujukan kepada massa dengan melalui media massa. Effendy (2009:26)
mengatakan
:“media
massa
ialah
media
yang
mampu
menimbulkan
keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang
dilancarkan oleh media tersebut”. Sedangkan menurut Joseph A. Devito,
komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa dan
khalayak. Ini bukan berarti massa meliputi seluruh penduduk dan warga negara
sebagai pihak yang mengkonsumsi media massa. Komunikasi massa disalurkan
oleh media massa. Karena itu, komunikasi massa lebih logis bila didefinisikan
dengan melihat bentuk media massanya seperti koran, radio, televisi, internet,
majalah, buku, film, dan lain-lain. Dengan demikian, singkatnya pengertian
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa untuk
menyampaikan pesan kepada khalayak, massa dan publik (Syahputra, Rozak, dan
Sanityastuti, 2006:99).Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa
dapat berupa surat kabar, majalah, radio, televisi atau film.
11
2.3
Komunikasi Politik
Komunikasi politik memiliki lingkup pembahasan yang cukup luas. Ia
bukan hanya membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan untuk tujuan
politik dan memperoleh kekuasaan secara internal, namun membahas bagaimana
suatu sistem berlangsung dan dapat dipertahankan serta dialihgenerasikan. Di
samping itu bagaimana komunikasi dapat digunakan untuk mempengaruhi negara
lain dalam mencapai tujuan politik negara yang bersangkutan. Atau minimal
dapat mewujudkan suatu hubungan yang saling menguntungkan di antara dua
negara atau lebih (Dan Nimmo, 2001).
Sebagaimana terdapat dalam komunikasi pada umumnya, komunikasi
politik pun terdiri dari komponen-komponen: komunikator, komunikan, message
(pesan), media dan pengaruh (efek). Komponen-komponen tersebut di bidang
komunikasi politik terdapat di dalam dua situasi politik atau struktur politik, yaitu
berada pada suprastruktur politik dan infrastruktur politik. Beberapa komponen
yang terdapat dalam suprastruktur politik terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu
yang berada pada lembaga legislative, eksekutif, dan lembaga yudikatif. Di lain
pihak komponen-komponen yang berada di masyarakat atau infrasturktur politik
terbagi dalam asosiasi-asosiasi, antara lain:
1. Partai politik (political party)
2. Kelompok kepentingan (interest group)
3. Para tokoh politik (political figures)
4. Media komunikasi politik (media of political communication) dan
sebagainya
2.4
Ideologi Media
Matthew Kieran (dalam Eriyanto, 2002: 154)
mengemukakan; berita
tidaklah dibentuk dalam ruang hampa, Berita diproduksi dari ideologi dominan
suatu institusi media.
12
Ideologi dalam konteks media tidaklah harus dikaitkan dengan ide-ide
besar, namun bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan.Bagaimana
media melihat peristiwa dengan kacamata atau pandangan tertentu, merupakan
sebuah ideologi. Sebab dalam proses melihat dan menandai peristiwa tersebut,
media menggunakan titik melihat tertentu. Titik atau posisi melihat itu
menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka berpikir
tertentu.Tiap-tiap media bisa mempunyai pandangan dan bingkai berbeda-beda
atas suatu realitas. Maka bingkai seperti apa yang dipilih oleh suatu media,
menunjukkan ideologi yang diambil oleh media tersebut. (Eriyanto, 2002: 156)
Selanjutnya menurut Raymond (dalam Eriyanto, 2002: 163), ideologi
media yakni ideologi yang dipercayai sebagai sebuah sistem keyakinan ilusioner
(gagasan atau kesadaran palsu) yang dikontraskan dengan pengetahuan ilmiah.
Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan
kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya
untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol
kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke
dalam masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat itu tampak
alamiah, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat
berbagai instrumen salah satunya media massa. Dalam konteks ini, yang
dimaksud sebagai kelompok berkuasa adalah media massa.
2.5
Teori Gaya Kepemimpinan
Beberapa definisi tentang gaya kepemimpinan, yang diberikan oleh para
ahli sebagai berikut:
Menurut Kartini Kartono (2008:34), “Gaya kepemimpinan adalah sifat,
kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang
pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain”. Sedangkan Mifta Thoha
(2010:49)
mengemukakan
bahwa
“Gaya
kepemimpinan
merupakan
13
normaperilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan”.
Dan Nimmo sendiri, dalam bukunya menjelaskan tentang pengertian gaya
kepemimpinan. Menurutnya, ada konsensus umum bahwa: “Kepemimpinan (dan
akibatnya yang tidak dapat dipisahkan: kepengikutan) adalah suatu hubungan
diantara orang-orang di dalam suatu kelompok yang di dalamnya satu atau lebih
orang (pemimpin) mempengaruhi yang lain (pengikut) di dalam setting tertentu.”
(Dan Nimmo, 2001).
Adapun beberapa teori dalam Gaya kepemimpinan, yaitu:
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau cirri-ciri di dalamnya.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kea rah
pencapaian tujuan.
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh
cirri kepemimpinandengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh
14
terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129)
adalah:
*Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
*Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
*Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
*Norma yang dianut kelompok;
*Rentang kendali;
*Ancaman dari luar organisasi;
*Tingkat stress
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut Horse yang dikutip oleh H.
Suwanto (2011:157) antara lain:
1.
Gaya kepemimpinan Direktif
Gaya kepemimpinan ini membuat bawahan agar tau apa yang diharapkan
pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan member
bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas.
2.
Gaya kepemimpinan Yang Mendukung
Gaya kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan
kebutuhan bawahan.
3.
Gaya kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan
saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
4.
Gaya kepemimpinan Berorientasi Prestasi
Gaya kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka.
15
Sedangkan menurut Ratnaningsih (2009:126) gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan.
Burn (1978) seperti yang dikutip oleh Ratnaningsih (2009:126) menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yang berbeda
yaitu gaya kepempinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional.
Kedua gaya kepemimpinan tersebut merupakan dua hal yang berbeda (saling
bertentangan) namun sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi.
a.
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Burns (1978) seperti yang dikutip oleh Ratnaningsih (2009:129)
mendeskripsikan bahwa transformational leadership adalah “a process in which
leaders and followers raise one another to higher levels of morality and
motivation”. Yaitu merupakan sebuah proses dimana pemimpin dan bawahan
mengembangkan satu sama lain tingkat moralitas dan motivasi yang tinggi.
Mengembangkan satu sama lain tingkat moralitas dan motivasi yang tinggi,
Bernard M. Bass, 1999 dalam (Pidekso dan Harsiwi: 2001) kemudian
mengembangkan pandangan Burns dan menandai bahwa seorang pemimpin yang
transformasional adalah “a person who displays or creates charismatic
leadership, inspirational leadership, intelectual stimulation, and a feeling that
each individual follorer counts”. Dapat diartikan bahwa seorang pemimpin
tranformasional adalah seseorang yang menciptakan kepemimpinan kharismatik,
kepemimpinan yang penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan perasaan bahwa
semua bawahan harus diperhitungkan. Bass (1999) juga menjelaskan bahwa
pemimpin akan mampu mendorong semangat, menggunakan nilai-nilai,
kepercayaan dan dapat memenuhi kebutuhan para bawahannya. Pemimpin yang
melakukan hal itu dalam situasi yang cepat berubah atau dalam situasi yang krisis
disebut dengan pempimpin transformasional.
16
Ada empat keahlian yang digunakan oleh para pemimpin transformasional
menurut Donnely(1998:35) seperti yang dikutip Pidekso dan Harsiwi (2001)
yaitu:
1)
Pemimpin memiliki visi bahwa ia mampu mengutarakan pikirannya
dengan jelas. Visinya bisa berupa tujuan, sebuah rencana atau serangkian
prioritas.
2)
Pemimpin dapat mengkomunikasikan dengan jelas visi mereka. Pemimpin
juga mampu menunjukkan citra yang menguntungkan sebagai hasil
apabila visinya dapat terwujud.
3)
Pemimpin harus dapat membangun kepercayaan dengan tindakan yang
adil, tegas, dan konsisten. Kegigihannya, bahkan terhadap rintangan dan
kesulitan sudah dapat terbukti.
4)
Pemimpin transformational memiliki pandangan positif tentang dirinya. Ia
akan bekerja untuk pengembangan keahliannya sehingga kesuksesan
dapat
tercapai.
Pada
tahap
selanjutnya
konsep
kepemimpinan
transformasional mengalami perkembangan yaitu dengan adanya berbagai
karakteristik yang melingkupinya.
Ada empat unsur yang mendasari kepemimpinan transformasional yaitu
sebagai berikut: (Pidekso dan Harsiwi, 2001:3)
1)
Idealized Influence – Charisma , yaitu memberi wawasan serta
kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan
sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya.
2)
Inspirational Motivation, yaitu menumbuhkan ekspektasi yang
tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan
mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana.
17
3)
Intellectual
Stimulation,
yaitu
meningkatkan
intelegensia,
rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama.
4)
Individualized
Consideration,
yaitu
memberikan
perhatian,
membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan
pribadi.
Dalam hal ini, pemimpin transformasional bisa berhasil merubah status
quo dalam organisasinya dengan cara mempraktekkan perilaku yang sesuai pada
setiap tahapan proses transformasi. Ketika cara-cara lama dinilai sudah tidak
sesuai lagi, maka pemimpin akan menyusun visi baru mengenai masa depan
dengan fokus strategik dan motivasional. Visi tersebut menyatakan dengan tegas
tujuan organisasi dan sekaligus berfungsi sebagai sumber inspirasi dan komitmen
(Pidekso dan Harsiwi, 2001:4).
b.
Gaya Kepemimpinan Transaksional
Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin dan pengikutnya beraksi
sebagai agen penawar dalam suatu proses, dimana imbalan dan hukuman
teradministrasi. Damarsari seperti yang dikutip oleh Yoga (2006:33) menyatakan
bahwa kepemimpinan transaksional yaitu hubungan antara pemimpin dengan
bawahan yang berlandaskan pada adanya pertukaran atau adanya tawar menawar
antara pimpinan dan bawahannya. Bass seperti yang dikutip oleh Pidekso dan
Harsiwi
(2001:3)
mendefinisikan
kepemimpinan
transaksional
sebagai
kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan
jenis ini didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses
pertukaran (exchange process) dimana para pengikut mendapat imbalan yang
segera dan nyata untuk melakukan perintah-perintah pemimpin.
Disebutkan juga tiga unsur utama dalam kepemimpinan transaksional
menurut Ratnaningsih (2009:125) yaitu sebagai berikut:
18
1)
Imbalan Kontingensi (Contingent Reward).
Pemberian imbalan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan
bawahan sesuai dengan kesepakatan, biasanya disebut juga sebagai bentuk
pertukaran yang aktif. Artinya bawahan akan mendapatkan imbalan atas
tujuan yang dapat dicapainya dan tujuan tersebut telah disepakati bersama
antara pemimpin dan bawahan.
2)
Manajemen Eksepsi (Management by Exception)
Merupakan transaksi yang aktif dan pasif. Aktif yaitu pemimpin secara
terus menerus melakukan pengawasan terhadap bawahannya untuk
mengantisipasi adanya kesalahan. Sedangkan pasif berarti intervensi dan
kritik dilakukan setelah kesalahan terjadi, pemimpin akan menunggu
semua proses dalam tugas selesai, selanjutnya menentukan ada atau
tidaknya kesalahan.
3)
Laissez – Faire
Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal, memberi kebebasan
luas terhadap kelompok yang secara esensial kelihatan sebagai kelompok
yang tidak mempunyai kepemimpinan. Dalam kelompok yang diteliti, tipe
kepemimpinan seperti ini menghasilkan tindakkan agresif paling besar
dalam kelompok.
Burn seperti yang dikutip oleh Daryanto (2005:8) berpendapat bahwa
kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi
dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa
seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional
cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk
memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin
transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan
19
hukuman kepada bawahannya. Menurut Draft seperti yang dikutip oleh Kartono
(2008:24), pemimpin transaksional mengklarifikasi persyaratan peran dan tugas
bawahan, memprakarsai struktur, memberikan penghargaan yang tepat, dan
mencoba mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan sosial bawahan.
Kemampuan pemimpin transaksional untuk memuaskan bawahan, dapat
meningkatkan produktivitas.
2.6
Media Massa
Media atau medium dalam bentuk jamaknya adalah tempat dimana proses
komunikasi berlangsung. Sedangkan, massa merupakan suatu kumpulan orang
banyak, berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan saling
hubungan untuk sementara waktu karena minat atau kepentingan bersama yang
bersifat sementara. Dengan demikian media massa dapat didefinisikan sebagai
sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran
informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula. Oleh
karena itu, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada
individu masing-masing (Tamburaka, 2012). Selanjutnya disebutkan, bahwa
media massa adalah sarana yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu
dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan.
Dari pendapat tersebut, dapat diartikanbahwa media massa merupakan
arana komunikasi massa, dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik) dilakukan secara serentak dan
bersamaan.
2.7
Fungsi Media Massa
Lasswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskanfungsi media massa, ke
dalam tiga fungsi, antara lain:
1.
Pengawas lingkungan (surveillance of the environtment)
20
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan atau seringkali disebut
watchdog.
2.
Korelasi sosial (social correlation)
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar
sesuai dengan lingkungan sosialnya.
3.
Transmisi warisan sosial budaya (Transmission of social and
culture heritage)
Fungsinya sebagai pewaris dan penerus sosial budaya dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.
Selanjutnya menurut Onong Uchyana Effendy (dalamArdianto,
2007) fungsi-fungsi media massa yaitu:
1.
Fungsi informasi;
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar
informasi bagi khalayak. Berbagai informasi dibutuhkan oleh
khalayak
media
massa
yang
bersagkutan
sesuai
dengan
kepentingannya.
2.
Fungsi Pendidikan;
Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik
seperti pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku
kepada khalayak.
3.
Fungsi Mempengaruhi;
Media massa dapat mempengaruhi khalayaknya baik yang bersifat
pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), maupun tingkah laku.
21
2.8
Jenis-jenis Media Massa
Dalam perspektif jurnalistik, media massa dikategorikan ke dalam tiga
jenis (Yunus, 2012), yakni sebagai berikut:
1.
Media Cetak
Media cetak tergolong jenis media yang populer. Media massa
pertama kali muncul di dunia pada tahun 1920 an. Pada awalnya media
massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masyarakat, sehingga
membawa masyarakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Contohcontoh media cetak seperti; surat kabar, majalah dan tabloid Jenis media
cetak terdiri dari surat kabar, tabloid, dan majalah.
2.
Media Elektronik
Media elektronik merupakan mediayang digunakan sebagai
perantara untuk menginformasikan suatu hal atau masalah kepada
masyarakat dalam bentuk elektronik. Media elektronik dapat berbentuk
analog maupun digital. Media ini memiliki kekhususanyang terletak pada
dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciridan kekuatan dari
media berbasis elektronik. Kelebihan tersebut menyebabkan media
elektronik lebih digandrungi oleh publik. Media elektronik lebih instan
dibanding media cetak. Yang tergolong kedalam jenis media elektronik
ini adalah televisi dan radio.
3.
Media Online (Internet)
Media onlinemerupakan media massa yang tersaji secara online di
situs web (website) internet. Media online adalah media massa “generasi
ketiga” setelah media cetak dan media elektronik. Secara teknis atau
fisiknya, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan
multimedia (komputer dan internet). Saat ini, hampir sebagian besar
22
masyarakat mulai dan sedang menggemari media online. Sekalipun
internet tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk media massa, tetapi
keberadaan media online saat ini sudah diperhitungkan banyak orang
sebagai alternatif dalam memperoleh akses informasi dan berita.
2.9
Media Online
Menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20),media online
adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi
dan multimedia, yaitu komputer dan internet. Didalamnya terdapat portal, website
(situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dan sebagainya,
dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan
penggunanya untuk memanfaatkannya.
Media online mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan
dengan”media konvensional” cetak maupun elektronik. Keunggulannya antara
lain, mempunyai halaman web dengan kapasitas luas yang bisa menampung
naskah yang panjang, pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana
saja, jadwal terbit bisa kapan saja bisa, cepat, langsung bisa diakses oleh semua
orang, serta dapat menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet. Media
onlineadalah salah satu jenis media massa yang populer dan bersifat khas.
Kekhasan media online terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi
informasi dengan menggunakan perangkat komputer, disamping pengetahuan
tentang program komputer untuk mengakses informasi/berita. Keunggulan media
online adalah informasi bersifat up to date/real time dan praktis. Up to date
karena media online dapat meng-update suatu informasi atau berita dari waktu ke
waktu. Real time karena media online dapat langsung menyajikan informasi dan
berita saat peristiwa berlangsung, dan praktis karena media online dapat diakses
dimana dan kapan saja, selama didukung fasilitas teknologi internet. (Yunus,
2012)
23
Seperti layaknya internasional, di Indonesia pertumbuhan internet dan
media online menjadi pesaing bagi media cetak. Sebagai bentuk reaksi, banyak
media cetak yang kemudian juga membuat portal berita dalam versi online.
Muncul kompas cyber , media indonesia dan lain sebagainya.
2.10
Cyber Community (Masyarakat Virtual)
Perkembangan teknologi khususnya penggunaan dunia maya sudah tidak
asing lagi bagi masyarakat. Salah satu bentuk kemajuan internet adalah muncul
apa yang disebut cyber world atau dunia maya. Dimana kita dapat mengakses
kapanpun, dimanapun, hubungan secara langsung ataupun tidak langsung. Burhan
Burgin (2009:296), teori komunikasi dunia maya atau yang sering dikenal dengan
teori cyber community merupakan teori paling akhir dalam pengembangan ilmu
komunikasi atau sosiologi komunikasi. Cyber world melahirkan berbagai macam
komponen yaitu salah satunya cyber community. Shin Sunghee; Eun Kyong Cho
(2003:51) memaknai masyarakat virtual dalam konteks definisi classweb
discussion board, yang dikatakannya bukan hanya sekedar sebagai alat
pembelajaran, namun juga sebagai masyarakat virtual. (hal. 51). Shin dan Cho
mengacu secara definitif kepada karya McKenna (1998) yang mengatakan bahwa
masyarakat virtual adalah sebuah territorial baru dimana orang-orang terhubung
oleh kepentingan, nilai, tujuan, dan skill profesional yang sama, namun tidak
memerlukan waktu yang sama atau ruang geografi. Dengan begitu, pemahaman
ini berarti kategori masyarakat virtual tidak hanya pada ruang cyber saja
melainkan ada juga beberapa cara lain misalnya saja komunikasi berbasis telepon
atau komunitas korespondensi berbasi pos. Mereka secara implisit memaknai
masyarakat virtual tidak melulu yang harus bersinggungan dengan cyberspace,
melainkan dengan segala hal yang menggunakan alat teknologi untuk dapat
berkomunikasi kapan saja dan dimana saja.
24
2.11
Berita
Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi,
tujuan penyajiannya, akses pemerolehan informasi, dan aktualitas isi. William
Maulsby (dalam Yunus, 2012) berpendapat, berita adalah penuturan secara benar
dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi,
yang dapat menarik perhatian masyarakat yang menyiarkan berita.
Sedangkan Assegaf (dalam Yunus, 2012) menjelaskan bahwa berita
adalah laporan tentang fakta atau ide yang teraktual, yang dipilih staf redaksi
suatu media untuk disiarkan dan menarik perhatian pembaca karena sifatnya yang
luar biasa, penting, humor, emosional, dan penuh ketegangan.
Mengacu pada definisi diatas, dapat dimengerti bahwa berita merupakan
laporan informasi penting yang baru terjadi dan menarik perhatian publik yang
mencerminkan hasil kerja wartawan dan tugas jurnalistik. Dengan demikian,
unsur-unsur yang melekat dalam berita memiliki sifat yang informatif, layak
dipublikasikan dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan opini wartawan.
2.12
Berita Online dan Karakteristiknya
Berita online merupakan berita yang diterbitkan oleh media massa
berbasis jaringan internet, dimana berita tersebut disajikan secara tertulis dalam
sebuah website. Jakob Nielsen
(dalam Rich, 2010) menyebutkan beberapa
karakteristik dari berita online ini, antara lain:
1.
Ditulis secara pendek
2.
Ditulis untuk pembaca yang membaca berita dengan cara scanning
bukan secara keseluruhan, yakni dengan seleksi isu
3.
Ditulis langsung dan hanya pada poin yang penting
4.
Menggunakan bahasa yang umum, bukan istilah yang dibentuk
sendiri
25
5.
2.13
Informasi yang paling penting ditulis di dua paragraf pertama
Konstruksi Realitas
Istilah konstruksi realitas mulai terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya The Social Construction of
Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge, yang kemudian diterbitkan
ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul Tafsir Sosial atas Kenyataan:
Risalah
tentang
Sosiologi
Pengetahuan
(1990).
Dalam
buku
tersebut
digambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu
secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama
secara subyektif. (Sobur, 2002: 91)
Realitas sosisal yang dimaksud terdiri dari bagian dasar yaitu, realitas
objektif, realitas simbolik, dan realitas subjektif.
1.
Realitas Objektif
Realitas Objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi individu sebagai fakta.
2.
Realitas Subjektif
Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk pada diri khalayak
yang berasal dari realitas objektif dan realitas simbolik.
3.
Realitas Simbolik
Realitas simbolik adalah bentuk-bentuk simbolik dari realitas
objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni,
fiksi, serta isi media. (Bungin, 2011)
Media dapat mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai dengan nilai
kelompok dan perilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang. Perbuatan,
26
sikap, atau nilai yang menyimpang tersebut bukanlah sesuatu yang alamiah
(nature), yang terjadi dengan sendirinya, dan diterima begitu saja. Semua nilai
dan pandangan tersebut bukan sesuatu yang terbentuk begitu saja, melainkan
dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut, media secara aktif mendefinisikan
peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang
baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang.
2.14
Pembingkaian / Framing
Framing secara sederhana adalah membingkai suatu peristiwa. Framing
adalah pendekatan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan suatu media ketika menyeleksi isu atau
menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta
apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak
dibawa kemana berita tersebut. Konkritnya, framing adalah sebuah strategi
bagaimana realitas dibentuk sedemikian rupa untuk ditampilkan pada khalayak
pembaca. (Eriyanto, 2002: 165)
Entman (dalam Eriyanto, 2002: 221) melihat framingsebagai proses
seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu
lebih menonjol dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan
mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam konsepsi
Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan,
evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka
berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Sedangkan Gamson (dalam Eriyanto, 2002: 260) memahami framing
sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media
memahami dan memaknai suatu isu. Gagasan dan ide ini membentuk
carapandang yang kemudian terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.
27
Kemudian Zhongdang Pan dan Kosicki (dalam Eriyanto, 2002: 293)
melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media
mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata,
kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk
membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami
oleh pembaca.
Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung
utama dari definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat
bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan
dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari
realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih
mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh
media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak
diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.
Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian
tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek
tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di
sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga
makna
dari
peristiwa
lebih
mudah
menyentuh
dan
diingat
oleh
khalayak.(Eriyanto, 2002: 79)
Metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode framing
model Pan dan Kosicki. Alasan peneliti memilih menggunakannya dikarenakan
metode ini secara tegas menyatakan sejauh mana fungsi media massa, karena Pan
dan Kosicki mencoba melihat bagaimana mediamengkonstruksi realitas melalui
pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan
perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka
sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Dalam hal ini, analisis framing Pan dan Kosicki tidak hanya berhenti pada
persoalan bagaimana media mengemas isu, melainkan juga bagaimana memberi
28
arahan solusi persoalan, termasuk menempatkan isu itu dalam konteks etisnya.
Peneliti melihat ini sebagai kelebihan dan kekhasan model framing Pan dan
Kosicki untuk menganalisa pemberitaan di media massa. Lebih lanjut, metode
framing model Pan dan Kosicki ini dirasa tepat oleh peneliti untuk menganalisis
pemberitaan di media online karena framing Pan dan Kosicki menekankan pada
seleksi isu dan penonjolan pada aspek tertentu. Penekanan itu sesuai dengan
karakteristik berita online yang dibuat untuk pembaca berita yang membaca
dengan cara scanning, dimana diperlukan seleksi isu dan penonjolan aspek
tertentu untuk menyesuaikan dengan pembaca berita dengan scanning tersebut.
2.15
Penelitian Terdahulu
2.15.1 Penelitian yang dilakukan oleh Ghusnul Tariq, mahasiswa Universitas
Islam Bandung, Jawa Barat, berjudul KPK Versus Polri dalam Konstruksi Media
Massa (Analisis Framing Terhadap Harian Kompas dan Republika)
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui bingkai pemberitaan
Kompas dan Republika mengenai kisruh yang terjadi antara KPK dan Polri.
Dalam hasil penelitiannya, ditemukan bahwa Kompas dan Republika telah
membentuk framing dengan sisi yang berbeda. Harian Kompas mengkonstruksi
berita tersebut dengan memperlihatkan keberpihakannya terhadap polisi dan
secara jelas ingin mengembalikan citra Polri di mata masyarakat dengan
memainkan pesan yang disampaikan Presiden SBY pada saat itu. Sedangkan
Republika lebih menyudutkan posisi Polri dan berpihak kepada Bibit-Chandra.
(Tariq, 2010)
2.15.2 Penelitian yang dilakukan oleh Mahar Rachanca, mahasiswi Universitas
Diponegoro Semarang, berjudul Pembingkaian Koran Kompas dan Republika
Terhadap Peristiwa PerangIsrael-Palestina.
Dalam
penelitiannya,
Mahar
Rachanca
memilih
kasus
konflik
berkepanjangan Israel – Palestina yang terjadi awal tahun 2009. Subyek
penelitian ini adalah pemberitaan koran Kompas dengan Koran Republika tentang
29
perang Israel-Palestina, selama masa perang berlangsung yaitu 22 hari terhitung
mulai tanggal 27 Desember 2008 sampai dengan 17 Januari 2009.
Dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa Kompas mencoba
melihat masalah-masalah dari berbagai segi dan lebih pada gaya humanismenya.
Kompas terlihat dengan komitmennya yaitu dalam setiap pemberitaannya
berupaya untuk selalu bersikap netral, hal ini ditunjukkan dengan informasi yang
lebih lengkap dan argumen dari wartawan porsinya hanya sedikit.Sementara itu
Republika hadir dengan falsafah Islam moderatnya mengemas berita tersebut
dengan menggambarkan secara detail berlangsungnya peperangan. Pemberian
judul setiap pemberitaan Republika cenderung memojokkan tentara Israel.
(Rachanca, 2012)
2.15.3 Ketiga, skripsi berjudul Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan
Kepuasan Kerja Karyawan yang disusun oleh Kholijah Siregar, mahasiswa Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei dengan menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini ialah gaya
kepemimpinan merupakan cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku bawahannya. Hubungan
tersebut akan harmonis apabila atasan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan
dengan situasin yang dihadapi. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang sesuai
diharapkan nantinya dapat memberikan kepuasan kerja kepada bawahan (dalam
hal ini masyarakat). (Siregar, 2006)
Yang membuat penelitian penulis ini lebih khas dibandingkan penelitian
terdahulu di atas adalah analisis framing yang tidak berhenti pada persoalan
bagaimana media mengemas atau mengkonstruksi suatu peristiwa, tetapi juga
berusaha menemukan bagaimana ideologi media yang digunakan dapat
mempengaruhi masing-masing portal berita di atas dalam melihat suatu realitas
dan menyikapi realitas tersebut. Dalam hal ini isu sosial mengenai kontroversi
30
terhadap gaya kepemimpinan Ahok yang mulai ramai diperdebatkan lagi hingga
saat ini.
2.16
No
1.
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Tujuan
Metode
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Mengetahui
Metode
Harian Kompas mengkonstruksi
bingkai
analisis
berita dengan memperlihatkan
Konstruksi
pemberitaan
framing
keberpihakannya terhadap
Media
Kompas dan
Pan dan
polisi,
(Analisis
Republika
Kosicki
menyudukan posisi Polri dan
Framing
mengenai
Terhadap
kisruh yang
Harian
terjadi antara
Ghusnul Tariq KPK
Versus
Polri
dalam
Massa
Kompas
dan
Hasil Penelitian
sedangkan
Republika
berpihak kepada Bibit-Chandra
KPK dan Polri.
Republika)
2.
Mahar
Pembingkaian
Mengetahui
Metode
Kompas
Rachanca
Koran Kompas
frame / bingkai
analisis
komitmennya
dalam
setiap
dan Republika
yang dilakukan
framing
pemberitaan
berupaya
untuk
Terhadap
oleh
Kompas
dan Kosicki
Peristiwa
dan
Republika
PerangIsrael-
dalam
denganfalsafah
Islam
Palestina.
mengemas
moderatnya
berita
berita
tentang
tersebut dengan menggambarkan
perang
antara
Pan
3.
Kholijah
Siregar
Hubungan
Gaya
secara
Republika
mengemas
detail
hadir
berlangsungnya
peperangan
Menganalisis
hubungan gaya
dengan
selalu bersikap netral, sementara
itu
Israel-Palestina
terlihat
Gaya kepemimpinan merupakan
Mengambil
cara
yang
dipilih
31
dan
Kepemimpinan
kepemimpinan
sampel
Dengan
dengan
suatu
mempengaruhi pikiran, perasaan,
Kepuasan
kepuasan
populasi dan
sikap, dan perilaku bawahannya.
Kerja
karyawan
menggunakan
Hubungan
kuisioner
harmonis apabila atasan mampu
kerja
karyawan
sebagai
dari
dipergunakan pemimpin dalam
alat
menyesuaikan
pengumpulan
kepemimpinan
data pokok
yang dihadapi
tersebut
akan
gaya
dengan
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
32
situasi
2.17
Kerangka Pikir Penelitian
Pro Kontra Masyarakat
Terhadap Gaya
Kepemimpinan Ahok
Konstruksi
Republika.co.id
Kompas.com
Realitas
Berita
Berita
Analisis Framing
Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki
Ideologi Media
Gambar 1.
Kerangka Penelitian
33
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
suatu pengertian komunikasi atau communicationadalah dengan menjawab
pertanyaan: who says what? in which channel? to whom? with what effect?
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa komunikasi merupakan proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek (akibat) tertentu (Effendy, 2003). Wilburr Schramm
mengatakan bahwa komunikasi selalu menghendaki paling sedikit tiga unsur,
yaitu: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). (Suhandang,
2010:16)
Hafied Cangara (2009:20) menyatakan bahwa komunikasi hanya bisa
disebut komunikasi jika memiliki unsur-unsur pendukung yang membangunnya
sebagai body of knowledge, yakni: sumber, pesan, media, penerima, pengaruh,
umpan balik, dan lingkungan. Unsur-unsur ini juga sering disebut komponen atau
elemen. Adapun unsur-unsur yang dimaksud tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1.
Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia sumber bisa terdiri dari
satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan source,
sender, encoder .
9
2.
Pesan
Pesan dalam komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim
kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka melalui
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hibura, informasi,
nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris disebut dengan kata message,
content, atau information.
3.
Media
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran antarpribadi, media
kelompok, dan ada pula dalam bentuk media massa.
4.
Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima biasanya terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima biasanya
disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan,
target, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver .
5.
Pengaruh / Efek
Pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu,
pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada
pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
Pengaruh biasa juga disebut dampak, akibat, atau effect.
Dari
komunikasi
pendapat
beberapa
merupakan
proses
ahli
tersebut,
penyampaian
dapatdisimpulkan
pesan
dari
bahwa
suatu
10
sumber/komunikator
melalui
saluran
atau
media
tertentu
kepada
penerima/komunikan, dengan maksud memberikan efek kepada komunikan
tersebut sesuai yang diinginkan komunikator.
2.2
Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication).Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat mekanik yang
mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Massa mengandung
pengertian orang banyak. Mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama.
Mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang
sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang
sama (Wiryanto, 2006: 67-69). Komunikasi massa merupakan komunikasi yang
ditujukan kepada massa dengan melalui media massa. Effendy (2009:26)
mengatakan
:“media
massa
ialah
media
yang
mampu
menimbulkan
keserempakan di antara khalayak yang sedang memperhatikan pesan yang
dilancarkan oleh media tersebut”. Sedangkan menurut Joseph A. Devito,
komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa dan
khalayak. Ini bukan berarti massa meliputi seluruh penduduk dan warga negara
sebagai pihak yang mengkonsumsi media massa. Komunikasi massa disalurkan
oleh media massa. Karena itu, komunikasi massa lebih logis bila didefinisikan
dengan melihat bentuk media massanya seperti koran, radio, televisi, internet,
majalah, buku, film, dan lain-lain. Dengan demikian, singkatnya pengertian
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa untuk
menyampaikan pesan kepada khalayak, massa dan publik (Syahputra, Rozak, dan
Sanityastuti, 2006:99).Media massa dalam cakupan pengertian komunikasi massa
dapat berupa surat kabar, majalah, radio, televisi atau film.
11
2.3
Komunikasi Politik
Komunikasi politik memiliki lingkup pembahasan yang cukup luas. Ia
bukan hanya membahas bagaimana komunikasi dapat dipergunakan untuk tujuan
politik dan memperoleh kekuasaan secara internal, namun membahas bagaimana
suatu sistem berlangsung dan dapat dipertahankan serta dialihgenerasikan. Di
samping itu bagaimana komunikasi dapat digunakan untuk mempengaruhi negara
lain dalam mencapai tujuan politik negara yang bersangkutan. Atau minimal
dapat mewujudkan suatu hubungan yang saling menguntungkan di antara dua
negara atau lebih (Dan Nimmo, 2001).
Sebagaimana terdapat dalam komunikasi pada umumnya, komunikasi
politik pun terdiri dari komponen-komponen: komunikator, komunikan, message
(pesan), media dan pengaruh (efek). Komponen-komponen tersebut di bidang
komunikasi politik terdapat di dalam dua situasi politik atau struktur politik, yaitu
berada pada suprastruktur politik dan infrastruktur politik. Beberapa komponen
yang terdapat dalam suprastruktur politik terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu
yang berada pada lembaga legislative, eksekutif, dan lembaga yudikatif. Di lain
pihak komponen-komponen yang berada di masyarakat atau infrasturktur politik
terbagi dalam asosiasi-asosiasi, antara lain:
1. Partai politik (political party)
2. Kelompok kepentingan (interest group)
3. Para tokoh politik (political figures)
4. Media komunikasi politik (media of political communication) dan
sebagainya
2.4
Ideologi Media
Matthew Kieran (dalam Eriyanto, 2002: 154)
mengemukakan; berita
tidaklah dibentuk dalam ruang hampa, Berita diproduksi dari ideologi dominan
suatu institusi media.
12
Ideologi dalam konteks media tidaklah harus dikaitkan dengan ide-ide
besar, namun bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan.Bagaimana
media melihat peristiwa dengan kacamata atau pandangan tertentu, merupakan
sebuah ideologi. Sebab dalam proses melihat dan menandai peristiwa tersebut,
media menggunakan titik melihat tertentu. Titik atau posisi melihat itu
menggambarkan bagaimana peristiwa dijelaskan dalam kerangka berpikir
tertentu.Tiap-tiap media bisa mempunyai pandangan dan bingkai berbeda-beda
atas suatu realitas. Maka bingkai seperti apa yang dipilih oleh suatu media,
menunjukkan ideologi yang diambil oleh media tersebut. (Eriyanto, 2002: 156)
Selanjutnya menurut Raymond (dalam Eriyanto, 2002: 163), ideologi
media yakni ideologi yang dipercayai sebagai sebuah sistem keyakinan ilusioner
(gagasan atau kesadaran palsu) yang dikontraskan dengan pengetahuan ilmiah.
Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan
kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya
untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol
kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke
dalam masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat itu tampak
alamiah, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan lewat
berbagai instrumen salah satunya media massa. Dalam konteks ini, yang
dimaksud sebagai kelompok berkuasa adalah media massa.
2.5
Teori Gaya Kepemimpinan
Beberapa definisi tentang gaya kepemimpinan, yang diberikan oleh para
ahli sebagai berikut:
Menurut Kartini Kartono (2008:34), “Gaya kepemimpinan adalah sifat,
kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang
pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain”. Sedangkan Mifta Thoha
(2010:49)
mengemukakan
bahwa
“Gaya
kepemimpinan
merupakan
13
normaperilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan”.
Dan Nimmo sendiri, dalam bukunya menjelaskan tentang pengertian gaya
kepemimpinan. Menurutnya, ada konsensus umum bahwa: “Kepemimpinan (dan
akibatnya yang tidak dapat dipisahkan: kepengikutan) adalah suatu hubungan
diantara orang-orang di dalam suatu kelompok yang di dalamnya satu atau lebih
orang (pemimpin) mempengaruhi yang lain (pengikut) di dalam setting tertentu.”
(Dan Nimmo, 2001).
Adapun beberapa teori dalam Gaya kepemimpinan, yaitu:
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau cirri-ciri di dalamnya.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok kea rah
pencapaian tujuan.
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh
cirri kepemimpinandengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan
situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh
14
terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129)
adalah:
*Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
*Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
*Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
*Norma yang dianut kelompok;
*Rentang kendali;
*Ancaman dari luar organisasi;
*Tingkat stress
Macam-macam gaya kepemimpinan menurut Horse yang dikutip oleh H.
Suwanto (2011:157) antara lain:
1.
Gaya kepemimpinan Direktif
Gaya kepemimpinan ini membuat bawahan agar tau apa yang diharapkan
pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan member
bimbingan khusus mengenai bagaimana menyelesaikan tugas.
2.
Gaya kepemimpinan Yang Mendukung
Gaya kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan
kebutuhan bawahan.
3.
Gaya kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan
saran mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
4.
Gaya kepemimpinan Berorientasi Prestasi
Gaya kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tingkat tertinggi mereka.
15
Sedangkan menurut Ratnaningsih (2009:126) gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan.
Burn (1978) seperti yang dikutip oleh Ratnaningsih (2009:126) menyatakan
bahwa gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe yang berbeda
yaitu gaya kepempinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional.
Kedua gaya kepemimpinan tersebut merupakan dua hal yang berbeda (saling
bertentangan) namun sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi.
a.
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Burns (1978) seperti yang dikutip oleh Ratnaningsih (2009:129)
mendeskripsikan bahwa transformational leadership adalah “a process in which
leaders and followers raise one another to higher levels of morality and
motivation”. Yaitu merupakan sebuah proses dimana pemimpin dan bawahan
mengembangkan satu sama lain tingkat moralitas dan motivasi yang tinggi.
Mengembangkan satu sama lain tingkat moralitas dan motivasi yang tinggi,
Bernard M. Bass, 1999 dalam (Pidekso dan Harsiwi: 2001) kemudian
mengembangkan pandangan Burns dan menandai bahwa seorang pemimpin yang
transformasional adalah “a person who displays or creates charismatic
leadership, inspirational leadership, intelectual stimulation, and a feeling that
each individual follorer counts”. Dapat diartikan bahwa seorang pemimpin
tranformasional adalah seseorang yang menciptakan kepemimpinan kharismatik,
kepemimpinan yang penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan perasaan bahwa
semua bawahan harus diperhitungkan. Bass (1999) juga menjelaskan bahwa
pemimpin akan mampu mendorong semangat, menggunakan nilai-nilai,
kepercayaan dan dapat memenuhi kebutuhan para bawahannya. Pemimpin yang
melakukan hal itu dalam situasi yang cepat berubah atau dalam situasi yang krisis
disebut dengan pempimpin transformasional.
16
Ada empat keahlian yang digunakan oleh para pemimpin transformasional
menurut Donnely(1998:35) seperti yang dikutip Pidekso dan Harsiwi (2001)
yaitu:
1)
Pemimpin memiliki visi bahwa ia mampu mengutarakan pikirannya
dengan jelas. Visinya bisa berupa tujuan, sebuah rencana atau serangkian
prioritas.
2)
Pemimpin dapat mengkomunikasikan dengan jelas visi mereka. Pemimpin
juga mampu menunjukkan citra yang menguntungkan sebagai hasil
apabila visinya dapat terwujud.
3)
Pemimpin harus dapat membangun kepercayaan dengan tindakan yang
adil, tegas, dan konsisten. Kegigihannya, bahkan terhadap rintangan dan
kesulitan sudah dapat terbukti.
4)
Pemimpin transformational memiliki pandangan positif tentang dirinya. Ia
akan bekerja untuk pengembangan keahliannya sehingga kesuksesan
dapat
tercapai.
Pada
tahap
selanjutnya
konsep
kepemimpinan
transformasional mengalami perkembangan yaitu dengan adanya berbagai
karakteristik yang melingkupinya.
Ada empat unsur yang mendasari kepemimpinan transformasional yaitu
sebagai berikut: (Pidekso dan Harsiwi, 2001:3)
1)
Idealized Influence – Charisma , yaitu memberi wawasan serta
kesadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan
sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya.
2)
Inspirational Motivation, yaitu menumbuhkan ekspektasi yang
tinggi melalui pemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha dan
mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana.
17
3)
Intellectual
Stimulation,
yaitu
meningkatkan
intelegensia,
rasionalitas, dan pemecahan masalah secara seksama.
4)
Individualized
Consideration,
yaitu
memberikan
perhatian,
membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan
pribadi.
Dalam hal ini, pemimpin transformasional bisa berhasil merubah status
quo dalam organisasinya dengan cara mempraktekkan perilaku yang sesuai pada
setiap tahapan proses transformasi. Ketika cara-cara lama dinilai sudah tidak
sesuai lagi, maka pemimpin akan menyusun visi baru mengenai masa depan
dengan fokus strategik dan motivasional. Visi tersebut menyatakan dengan tegas
tujuan organisasi dan sekaligus berfungsi sebagai sumber inspirasi dan komitmen
(Pidekso dan Harsiwi, 2001:4).
b.
Gaya Kepemimpinan Transaksional
Dalam kepemimpinan transaksional, pemimpin dan pengikutnya beraksi
sebagai agen penawar dalam suatu proses, dimana imbalan dan hukuman
teradministrasi. Damarsari seperti yang dikutip oleh Yoga (2006:33) menyatakan
bahwa kepemimpinan transaksional yaitu hubungan antara pemimpin dengan
bawahan yang berlandaskan pada adanya pertukaran atau adanya tawar menawar
antara pimpinan dan bawahannya. Bass seperti yang dikutip oleh Pidekso dan
Harsiwi
(2001:3)
mendefinisikan
kepemimpinan
transaksional
sebagai
kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan
jenis ini didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses
pertukaran (exchange process) dimana para pengikut mendapat imbalan yang
segera dan nyata untuk melakukan perintah-perintah pemimpin.
Disebutkan juga tiga unsur utama dalam kepemimpinan transaksional
menurut Ratnaningsih (2009:125) yaitu sebagai berikut:
18
1)
Imbalan Kontingensi (Contingent Reward).
Pemberian imbalan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan
bawahan sesuai dengan kesepakatan, biasanya disebut juga sebagai bentuk
pertukaran yang aktif. Artinya bawahan akan mendapatkan imbalan atas
tujuan yang dapat dicapainya dan tujuan tersebut telah disepakati bersama
antara pemimpin dan bawahan.
2)
Manajemen Eksepsi (Management by Exception)
Merupakan transaksi yang aktif dan pasif. Aktif yaitu pemimpin secara
terus menerus melakukan pengawasan terhadap bawahannya untuk
mengantisipasi adanya kesalahan. Sedangkan pasif berarti intervensi dan
kritik dilakukan setelah kesalahan terjadi, pemimpin akan menunggu
semua proses dalam tugas selesai, selanjutnya menentukan ada atau
tidaknya kesalahan.
3)
Laissez – Faire
Kepemimpinan gaya kebebasan atau gaya liberal, memberi kebebasan
luas terhadap kelompok yang secara esensial kelihatan sebagai kelompok
yang tidak mempunyai kepemimpinan. Dalam kelompok yang diteliti, tipe
kepemimpinan seperti ini menghasilkan tindakkan agresif paling besar
dalam kelompok.
Burn seperti yang dikutip oleh Daryanto (2005:8) berpendapat bahwa
kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi
dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa
seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional
cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk
memotivasi agar bawahan melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin
transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan
19
hukuman kepada bawahannya. Menurut Draft seperti yang dikutip oleh Kartono
(2008:24), pemimpin transaksional mengklarifikasi persyaratan peran dan tugas
bawahan, memprakarsai struktur, memberikan penghargaan yang tepat, dan
mencoba mempertimbangkan dan memenuhi kebutuhan sosial bawahan.
Kemampuan pemimpin transaksional untuk memuaskan bawahan, dapat
meningkatkan produktivitas.
2.6
Media Massa
Media atau medium dalam bentuk jamaknya adalah tempat dimana proses
komunikasi berlangsung. Sedangkan, massa merupakan suatu kumpulan orang
banyak, berjumlah ratusan atau ribuan yang berkumpul dan mengadakan saling
hubungan untuk sementara waktu karena minat atau kepentingan bersama yang
bersifat sementara. Dengan demikian media massa dapat didefinisikan sebagai
sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran
informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula. Oleh
karena itu, maka informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada
individu masing-masing (Tamburaka, 2012). Selanjutnya disebutkan, bahwa
media massa adalah sarana yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat satu
dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan.
Dari pendapat tersebut, dapat diartikanbahwa media massa merupakan
arana komunikasi massa, dimana proses penyampaian pesan, gagasan, atau
informasi kepada orang banyak (publik) dilakukan secara serentak dan
bersamaan.
2.7
Fungsi Media Massa
Lasswell (dalam Effendy, 2003) menjelaskanfungsi media massa, ke
dalam tiga fungsi, antara lain:
1.
Pengawas lingkungan (surveillance of the environtment)
20
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan atau seringkali disebut
watchdog.
2.
Korelasi sosial (social correlation)
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar
sesuai dengan lingkungan sosialnya.
3.
Transmisi warisan sosial budaya (Transmission of social and
culture heritage)
Fungsinya sebagai pewaris dan penerus sosial budaya dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.
Selanjutnya menurut Onong Uchyana Effendy (dalamArdianto,
2007) fungsi-fungsi media massa yaitu:
1.
Fungsi informasi;
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar
informasi bagi khalayak. Berbagai informasi dibutuhkan oleh
khalayak
media
massa
yang
bersagkutan
sesuai
dengan
kepentingannya.
2.
Fungsi Pendidikan;
Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik
seperti pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku
kepada khalayak.
3.
Fungsi Mempengaruhi;
Media massa dapat mempengaruhi khalayaknya baik yang bersifat
pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), maupun tingkah laku.
21
2.8
Jenis-jenis Media Massa
Dalam perspektif jurnalistik, media massa dikategorikan ke dalam tiga
jenis (Yunus, 2012), yakni sebagai berikut:
1.
Media Cetak
Media cetak tergolong jenis media yang populer. Media massa
pertama kali muncul di dunia pada tahun 1920 an. Pada awalnya media
massa digunakan pemerintah untuk mendoktrin masyarakat, sehingga
membawa masyarakat pembaca kepada suatu tujuan tertentu. Contohcontoh media cetak seperti; surat kabar, majalah dan tabloid Jenis media
cetak terdiri dari surat kabar, tabloid, dan majalah.
2.
Media Elektronik
Media elektronik merupakan mediayang digunakan sebagai
perantara untuk menginformasikan suatu hal atau masalah kepada
masyarakat dalam bentuk elektronik. Media elektronik dapat berbentuk
analog maupun digital. Media ini memiliki kekhususanyang terletak pada
dukungan elektronika dan teknologi yang menjadi ciridan kekuatan dari
media berbasis elektronik. Kelebihan tersebut menyebabkan media
elektronik lebih digandrungi oleh publik. Media elektronik lebih instan
dibanding media cetak. Yang tergolong kedalam jenis media elektronik
ini adalah televisi dan radio.
3.
Media Online (Internet)
Media onlinemerupakan media massa yang tersaji secara online di
situs web (website) internet. Media online adalah media massa “generasi
ketiga” setelah media cetak dan media elektronik. Secara teknis atau
fisiknya, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan
multimedia (komputer dan internet). Saat ini, hampir sebagian besar
22
masyarakat mulai dan sedang menggemari media online. Sekalipun
internet tidak sepenuhnya dimanfaatkan untuk media massa, tetapi
keberadaan media online saat ini sudah diperhitungkan banyak orang
sebagai alternatif dalam memperoleh akses informasi dan berita.
2.9
Media Online
Menurut Ashadi Siregar (dalam Kurniawan, 2005: 20),media online
adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi
dan multimedia, yaitu komputer dan internet. Didalamnya terdapat portal, website
(situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dan sebagainya,
dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan
penggunanya untuk memanfaatkannya.
Media online mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan
dengan”media konvensional” cetak maupun elektronik. Keunggulannya antara
lain, mempunyai halaman web dengan kapasitas luas yang bisa menampung
naskah yang panjang, pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana
saja, jadwal terbit bisa kapan saja bisa, cepat, langsung bisa diakses oleh semua
orang, serta dapat menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet. Media
onlineadalah salah satu jenis media massa yang populer dan bersifat khas.
Kekhasan media online terletak pada keharusan memiliki jaringan teknologi
informasi dengan menggunakan perangkat komputer, disamping pengetahuan
tentang program komputer untuk mengakses informasi/berita. Keunggulan media
online adalah informasi bersifat up to date/real time dan praktis. Up to date
karena media online dapat meng-update suatu informasi atau berita dari waktu ke
waktu. Real time karena media online dapat langsung menyajikan informasi dan
berita saat peristiwa berlangsung, dan praktis karena media online dapat diakses
dimana dan kapan saja, selama didukung fasilitas teknologi internet. (Yunus,
2012)
23
Seperti layaknya internasional, di Indonesia pertumbuhan internet dan
media online menjadi pesaing bagi media cetak. Sebagai bentuk reaksi, banyak
media cetak yang kemudian juga membuat portal berita dalam versi online.
Muncul kompas cyber , media indonesia dan lain sebagainya.
2.10
Cyber Community (Masyarakat Virtual)
Perkembangan teknologi khususnya penggunaan dunia maya sudah tidak
asing lagi bagi masyarakat. Salah satu bentuk kemajuan internet adalah muncul
apa yang disebut cyber world atau dunia maya. Dimana kita dapat mengakses
kapanpun, dimanapun, hubungan secara langsung ataupun tidak langsung. Burhan
Burgin (2009:296), teori komunikasi dunia maya atau yang sering dikenal dengan
teori cyber community merupakan teori paling akhir dalam pengembangan ilmu
komunikasi atau sosiologi komunikasi. Cyber world melahirkan berbagai macam
komponen yaitu salah satunya cyber community. Shin Sunghee; Eun Kyong Cho
(2003:51) memaknai masyarakat virtual dalam konteks definisi classweb
discussion board, yang dikatakannya bukan hanya sekedar sebagai alat
pembelajaran, namun juga sebagai masyarakat virtual. (hal. 51). Shin dan Cho
mengacu secara definitif kepada karya McKenna (1998) yang mengatakan bahwa
masyarakat virtual adalah sebuah territorial baru dimana orang-orang terhubung
oleh kepentingan, nilai, tujuan, dan skill profesional yang sama, namun tidak
memerlukan waktu yang sama atau ruang geografi. Dengan begitu, pemahaman
ini berarti kategori masyarakat virtual tidak hanya pada ruang cyber saja
melainkan ada juga beberapa cara lain misalnya saja komunikasi berbasis telepon
atau komunitas korespondensi berbasi pos. Mereka secara implisit memaknai
masyarakat virtual tidak melulu yang harus bersinggungan dengan cyberspace,
melainkan dengan segala hal yang menggunakan alat teknologi untuk dapat
berkomunikasi kapan saja dan dimana saja.
24
2.11
Berita
Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi,
tujuan penyajiannya, akses pemerolehan informasi, dan aktualitas isi. William
Maulsby (dalam Yunus, 2012) berpendapat, berita adalah penuturan secara benar
dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi,
yang dapat menarik perhatian masyarakat yang menyiarkan berita.
Sedangkan Assegaf (dalam Yunus, 2012) menjelaskan bahwa berita
adalah laporan tentang fakta atau ide yang teraktual, yang dipilih staf redaksi
suatu media untuk disiarkan dan menarik perhatian pembaca karena sifatnya yang
luar biasa, penting, humor, emosional, dan penuh ketegangan.
Mengacu pada definisi diatas, dapat dimengerti bahwa berita merupakan
laporan informasi penting yang baru terjadi dan menarik perhatian publik yang
mencerminkan hasil kerja wartawan dan tugas jurnalistik. Dengan demikian,
unsur-unsur yang melekat dalam berita memiliki sifat yang informatif, layak
dipublikasikan dan sebagai hasil karya jurnalistik, bukan opini wartawan.
2.12
Berita Online dan Karakteristiknya
Berita online merupakan berita yang diterbitkan oleh media massa
berbasis jaringan internet, dimana berita tersebut disajikan secara tertulis dalam
sebuah website. Jakob Nielsen
(dalam Rich, 2010) menyebutkan beberapa
karakteristik dari berita online ini, antara lain:
1.
Ditulis secara pendek
2.
Ditulis untuk pembaca yang membaca berita dengan cara scanning
bukan secara keseluruhan, yakni dengan seleksi isu
3.
Ditulis langsung dan hanya pada poin yang penting
4.
Menggunakan bahasa yang umum, bukan istilah yang dibentuk
sendiri
25
5.
2.13
Informasi yang paling penting ditulis di dua paragraf pertama
Konstruksi Realitas
Istilah konstruksi realitas mulai terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya The Social Construction of
Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge, yang kemudian diterbitkan
ke dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul Tafsir Sosial atas Kenyataan:
Risalah
tentang
Sosiologi
Pengetahuan
(1990).
Dalam
buku
tersebut
digambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu
secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama
secara subyektif. (Sobur, 2002: 91)
Realitas sosisal yang dimaksud terdiri dari bagian dasar yaitu, realitas
objektif, realitas simbolik, dan realitas subjektif.
1.
Realitas Objektif
Realitas Objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi individu sebagai fakta.
2.
Realitas Subjektif
Realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk pada diri khalayak
yang berasal dari realitas objektif dan realitas simbolik.
3.
Realitas Simbolik
Realitas simbolik adalah bentuk-bentuk simbolik dari realitas
objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni,
fiksi, serta isi media. (Bungin, 2011)
Media dapat mendefinisikan nilai dan perilaku yang sesuai dengan nilai
kelompok dan perilaku atau nilai apa yang dipandang menyimpang. Perbuatan,
26
sikap, atau nilai yang menyimpang tersebut bukanlah sesuatu yang alamiah
(nature), yang terjadi dengan sendirinya, dan diterima begitu saja. Semua nilai
dan pandangan tersebut bukan sesuatu yang terbentuk begitu saja, melainkan
dikonstruksi. Lewat konstruksi tersebut, media secara aktif mendefinisikan
peristiwa dan realitas sehingga membentuk kenyataan apa yang layak, apa yang
baik, apa yang sesuai, dan apa yang dipandang menyimpang.
2.14
Pembingkaian / Framing
Framing secara sederhana adalah membingkai suatu peristiwa. Framing
adalah pendekatan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan suatu media ketika menyeleksi isu atau
menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta
apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau dihilangkan, dan hendak
dibawa kemana berita tersebut. Konkritnya, framing adalah sebuah strategi
bagaimana realitas dibentuk sedemikian rupa untuk ditampilkan pada khalayak
pembaca. (Eriyanto, 2002: 165)
Entman (dalam Eriyanto, 2002: 221) melihat framingsebagai proses
seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu
lebih menonjol dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan
mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam konsepsi
Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan,
evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka
berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Sedangkan Gamson (dalam Eriyanto, 2002: 260) memahami framing
sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media
memahami dan memaknai suatu isu. Gagasan dan ide ini membentuk
carapandang yang kemudian terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.
27
Kemudian Zhongdang Pan dan Kosicki (dalam Eriyanto, 2002: 293)
melihat framing sebagai cara untuk mengetahui bagaimana suatu media
mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui pemakaian strategis kata,
kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat lain untuk
membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami
oleh pembaca.
Meskipun berbeda dalam penekanan dan pengertian, ada titik singgung
utama dari definisi framing tersebut. Framing adalah pendekatan untuk melihat
bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan
dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari
realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih
mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh
media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak
diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.
Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian
tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek
tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di
sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga
makna
dari
peristiwa
lebih
mudah
menyentuh
dan
diingat
oleh
khalayak.(Eriyanto, 2002: 79)
Metode analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode framing
model Pan dan Kosicki. Alasan peneliti memilih menggunakannya dikarenakan
metode ini secara tegas menyatakan sejauh mana fungsi media massa, karena Pan
dan Kosicki mencoba melihat bagaimana mediamengkonstruksi realitas melalui
pemakaian strategis kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan
perangkat lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka
sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Dalam hal ini, analisis framing Pan dan Kosicki tidak hanya berhenti pada
persoalan bagaimana media mengemas isu, melainkan juga bagaimana memberi
28
arahan solusi persoalan, termasuk menempatkan isu itu dalam konteks etisnya.
Peneliti melihat ini sebagai kelebihan dan kekhasan model framing Pan dan
Kosicki untuk menganalisa pemberitaan di media massa. Lebih lanjut, metode
framing model Pan dan Kosicki ini dirasa tepat oleh peneliti untuk menganalisis
pemberitaan di media online karena framing Pan dan Kosicki menekankan pada
seleksi isu dan penonjolan pada aspek tertentu. Penekanan itu sesuai dengan
karakteristik berita online yang dibuat untuk pembaca berita yang membaca
dengan cara scanning, dimana diperlukan seleksi isu dan penonjolan aspek
tertentu untuk menyesuaikan dengan pembaca berita dengan scanning tersebut.
2.15
Penelitian Terdahulu
2.15.1 Penelitian yang dilakukan oleh Ghusnul Tariq, mahasiswa Universitas
Islam Bandung, Jawa Barat, berjudul KPK Versus Polri dalam Konstruksi Media
Massa (Analisis Framing Terhadap Harian Kompas dan Republika)
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui bingkai pemberitaan
Kompas dan Republika mengenai kisruh yang terjadi antara KPK dan Polri.
Dalam hasil penelitiannya, ditemukan bahwa Kompas dan Republika telah
membentuk framing dengan sisi yang berbeda. Harian Kompas mengkonstruksi
berita tersebut dengan memperlihatkan keberpihakannya terhadap polisi dan
secara jelas ingin mengembalikan citra Polri di mata masyarakat dengan
memainkan pesan yang disampaikan Presiden SBY pada saat itu. Sedangkan
Republika lebih menyudutkan posisi Polri dan berpihak kepada Bibit-Chandra.
(Tariq, 2010)
2.15.2 Penelitian yang dilakukan oleh Mahar Rachanca, mahasiswi Universitas
Diponegoro Semarang, berjudul Pembingkaian Koran Kompas dan Republika
Terhadap Peristiwa PerangIsrael-Palestina.
Dalam
penelitiannya,
Mahar
Rachanca
memilih
kasus
konflik
berkepanjangan Israel – Palestina yang terjadi awal tahun 2009. Subyek
penelitian ini adalah pemberitaan koran Kompas dengan Koran Republika tentang
29
perang Israel-Palestina, selama masa perang berlangsung yaitu 22 hari terhitung
mulai tanggal 27 Desember 2008 sampai dengan 17 Januari 2009.
Dalam penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa Kompas mencoba
melihat masalah-masalah dari berbagai segi dan lebih pada gaya humanismenya.
Kompas terlihat dengan komitmennya yaitu dalam setiap pemberitaannya
berupaya untuk selalu bersikap netral, hal ini ditunjukkan dengan informasi yang
lebih lengkap dan argumen dari wartawan porsinya hanya sedikit.Sementara itu
Republika hadir dengan falsafah Islam moderatnya mengemas berita tersebut
dengan menggambarkan secara detail berlangsungnya peperangan. Pemberian
judul setiap pemberitaan Republika cenderung memojokkan tentara Israel.
(Rachanca, 2012)
2.15.3 Ketiga, skripsi berjudul Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan
Kepuasan Kerja Karyawan yang disusun oleh Kholijah Siregar, mahasiswa Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survei dengan menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini ialah gaya
kepemimpinan merupakan cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku bawahannya. Hubungan
tersebut akan harmonis apabila atasan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan
dengan situasin yang dihadapi. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang sesuai
diharapkan nantinya dapat memberikan kepuasan kerja kepada bawahan (dalam
hal ini masyarakat). (Siregar, 2006)
Yang membuat penelitian penulis ini lebih khas dibandingkan penelitian
terdahulu di atas adalah analisis framing yang tidak berhenti pada persoalan
bagaimana media mengemas atau mengkonstruksi suatu peristiwa, tetapi juga
berusaha menemukan bagaimana ideologi media yang digunakan dapat
mempengaruhi masing-masing portal berita di atas dalam melihat suatu realitas
dan menyikapi realitas tersebut. Dalam hal ini isu sosial mengenai kontroversi
30
terhadap gaya kepemimpinan Ahok yang mulai ramai diperdebatkan lagi hingga
saat ini.
2.16
No
1.
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul
Tujuan
Metode
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Mengetahui
Metode
Harian Kompas mengkonstruksi
bingkai
analisis
berita dengan memperlihatkan
Konstruksi
pemberitaan
framing
keberpihakannya terhadap
Media
Kompas dan
Pan dan
polisi,
(Analisis
Republika
Kosicki
menyudukan posisi Polri dan
Framing
mengenai
Terhadap
kisruh yang
Harian
terjadi antara
Ghusnul Tariq KPK
Versus
Polri
dalam
Massa
Kompas
dan
Hasil Penelitian
sedangkan
Republika
berpihak kepada Bibit-Chandra
KPK dan Polri.
Republika)
2.
Mahar
Pembingkaian
Mengetahui
Metode
Kompas
Rachanca
Koran Kompas
frame / bingkai
analisis
komitmennya
dalam
setiap
dan Republika
yang dilakukan
framing
pemberitaan
berupaya
untuk
Terhadap
oleh
Kompas
dan Kosicki
Peristiwa
dan
Republika
PerangIsrael-
dalam
denganfalsafah
Islam
Palestina.
mengemas
moderatnya
berita
berita
tentang
tersebut dengan menggambarkan
perang
antara
Pan
3.
Kholijah
Siregar
Hubungan
Gaya
secara
Republika
mengemas
detail
hadir
berlangsungnya
peperangan
Menganalisis
hubungan gaya
dengan
selalu bersikap netral, sementara
itu
Israel-Palestina
terlihat
Gaya kepemimpinan merupakan
Mengambil
cara
yang
dipilih
31
dan
Kepemimpinan
kepemimpinan
sampel
Dengan
dengan
suatu
mempengaruhi pikiran, perasaan,
Kepuasan
kepuasan
populasi dan
sikap, dan perilaku bawahannya.
Kerja
karyawan
menggunakan
Hubungan
kuisioner
harmonis apabila atasan mampu
kerja
karyawan
sebagai
dari
dipergunakan pemimpin dalam
alat
menyesuaikan
pengumpulan
kepemimpinan
data pokok
yang dihadapi
tersebut
akan
gaya
dengan
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
32
situasi
2.17
Kerangka Pikir Penelitian
Pro Kontra Masyarakat
Terhadap Gaya
Kepemimpinan Ahok
Konstruksi
Republika.co.id
Kompas.com
Realitas
Berita
Berita
Analisis Framing
Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki
Ideologi Media
Gambar 1.
Kerangka Penelitian
33