Prospek Pemasaran dan Kebutuhan Komoditi

1. Prospek Pemasaran dan Kebutuhan Komoditi Karet Indonesia dalam
Pemasaran Internasional
Perkembangan komoditi karet menurut data tahun 2011, Indonesia hanya
mampu memberikan kontribusi untuk kebutuhan karet dunia sebanyak 2,41 juta ton
karet alam atau urutan kedua setelah Thailand yang sebesar 3,25 juta ton. Menurut
data Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO), untuk tahun 2011
produksi karet alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara
untuk konsumsi diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan
pasokan atau minus sekitar 181.000 ton.
Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011 salah satunya di karenakan
terganggunya produksi karet di beberapa negara seperti Australia, hujan deras yang
disebabkan oleh lamina yang juga menyebabkan banjir di negara tersebut telah
mengganggu proses penyadapan karet. Negara penghasil karet alam seperti Thailand,
Indonesia dan Malaysia yang dikenal dengan International Tripartite Rubber Council
(ITRC) karena ketiga negara tersebut menjadi penghasil karet alam terbesar. Thailand
menjadi negara penghasil karet alam terbesar dengan produksi karet pada tahun 2012
sebesar 3,5 juta ton, sementara Indonesia di peringkat kedua dengan produksi karet
pada periode yang sama sebesar 3 juta ton kemudian disusul oleh Malaysia dengan
produksi 946 ribu ton pada periode yang sama. Jika melihat kondisi harga karet di
pasar rubber Tokyo, Jepang sudah berada di level USD 3,3/kg. Untuk terus menjaga
stabilitas harga karet, ITRC akan meminta Vietnam untuk ikut bergabung. Pasalnya,

secara statistik produksi karet Vietnam juga mempunyai porsi yang cukup tinggi di
kawasan Asia Tenggara (pada tahun 2012 melebihi mencapai 860 ribu ton). Empat
negara yakni Indonesia, Thailand, Malaysia dan Vietnam akan menguasai hampir 74
persen pasar dunia.
Pemerintah dalam hal ini, Kementerian Pertanian Cq. Ditjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian berupaya dalam pembentukan Unit Pengolahan dan
Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB). Berfungsinya UPPB, pemasaran Bahan Olah
Karet /BOKAR milik anggota kelompok petani pekebun tidak boleh dijual langsung
secara sendiri-sendiri kepada pedagang. UPPB dapat bertindak sebagai wakil petani
pekebun bila berhadapan dengan pedagang atau pabrik pengolahan BOKAR terutama
dalam melakukan transaksi pemasaran, asal UPPB berpedoman pada harga yang
berlaku dan harus menjaga mutu BOKAR yang akan dijual. Dengan meningkatkan
mutu BOKAR yang dihasilkan oleh petani pekebun, maka pemerintah kabupaten/kota
atau instansi terkait bersinergi dengan pelaku usaha agribisnis karet membangun

kualitas karet dalam potensi pemasaran Internasional dengan daya saing mutu produk
karet yang berkualitas dan kontinuitas, kapasitas dalam memenuhi pemasaran global.
Produk karet dicantumkan dalam Harmonised System (HS) bab 40, yang
mencakup “karet dan bahan-bahannya”. Tabel di bawah ini menggambarkan ekspor
utama Indonesia, berdasarkan data rata-rata ekspor tahunan dari antara tahun 2007

hingga 2011:
Tabel 1. Ekspor Utama Produk Karet Indonesia

DESKRIPSI KOMODITAS

KODE HS

Rata-rata ekspor Indonesia ke
Uni Eropa per tahun (US$)
selama 2007-2011

Technically specified natural
rubber (TSNR) dalam bentuk utama atau
dalam piringan, lembaran, atau
potongan.

400122

944.742.104


Ban bertekanan baru, dari karet, dari
jenis yang digunakan untuk kendaraan
bermotor (termasuk station wagon dan
mobil balap).

401110

128.734.188

Sarung tangan, kecuali sarung tangan
untuk bedah dan medis, dari karet
vulkanisasi, NESOI.

401519

76.343.149

Ban bertekanan baru, dari karet, dari
jenis yang digunakan untuk sepeda roda
dua.


401150

53.927.429

Karet alam dalam bentuk smoked
sheets.

400121

52.488.654

Ban dalam, dari karet, dari jenis yang
digunakan untuk sepeda roda dua.

401320

14.351.000

Ban bertekanan baru, dari karet, dari

jenis yang digunakan untuk bus atau
truk.

401120

12.162.988

Ban bertekanan baru, dari karet,
memiliki "herring-bone" atau telapak
semacam itu, dari jenis yang digunakan
untuk kendaraan dan mesin konstruksi
atau industri serta memiliki ukuran
pelek tidak melebihi 61 cm.

401162

9.057.026

Barang lain dari karet vulkanisasi selain
karet keras, NESOI.


401699

6.856.786

Ban bertekanan baru, dari karet, NESOI.

401199

5.032.022

Sumber: BPS (disiapkan oleh Pusat Data dan Informasi, Kementerian Perdagangan
Indonesia)

2. Pasar Global Untuk Karet dan Produk Karet
Pada akhir tahun 2011, konsumsi karet global mencapai 25,8 juta ton,
mencatat peningkatan sebesar 4% dari data sejenis pada tahun 2010. Jika kita
membandingkan data kendaraan dan permintaan untuk ban antara tahun 2011 dengan
2010, maka dapat dilihat adanya penurunan yang kecil pada laju peningkatan
konsumsi. Produksi global untuk karet sintetis meningkat sebesar 6%, sejalan dengan

pertumbuhan konsumsi karet sintetis yang cukup kuat. Konsumsi karet alam pada
akhir tahun 2011 meningkat sebesar 1,4% dari akhir tahun 2010. Tabel di bawah ini
memuat beberapa data mengenai konsumsi karet alam dan karet sintetis dunia,
berdasarkan wilayah, untuk periode 2010-2012 (dalam ribuan ton):

Tabel 2. Konsumsi Karet Alam dan Sintetis Dunia

Sumber: International Rubber Study Group (2012)
Industri karet merupakan pasar mature, yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
ekonomi dunia. Akan tetapi, keseluruhan pasar karet terus bertumbuh dan
menggabungkan produk, teknologi, serta proses-proses baru. Tabel di bawah ini
memberikan gambaran statistik mengenai industri karet dunia (dalam ribuan ton):

Tabel 3. Statistik industri Karet Dunia

Sumber: International Rubber Study Group (2011).

Tabel di bawah ini menunjukkan negara-negara produsen karet utama:

Sumber: FAOSTAT (2010)

Beberapa perusahaan karet ternama yang beroperasi di seluruh dunia
termasuk: Trelleborg (Swedia), Hutchinson (Perancis), Continental (Jerman),
Bridgestone (Jepang), Freudenberg (Jerman), Tomkins (Inggris), Cooper-Standard
Automotive (Amerika Serikat), Tokai Rubber (Jepang), Parker-Hannifin (Amerika
Serikat), dan NOK (Jepang).
3. Pasar Ekspor Utama Indonesia Untuk Karet Dan Produk Karet
Indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar kedua, setelah Thailand.
Indonesia berencana untuk meningkatkan produksinya pada tahun 2013 sebesar 7%,
untuk mencapai 3,2 juta ton. Pada tahun 2012, ekspor karet mencapai 2,8 juta ton, dan
angka tersebut diperkirakan akan tetap stabil pada tahun 2013. Tabel di bawah ini
memberikan gambaran mengenai pasar industri karet Indonesia periode 2009-2011:
Tabel 3. Pasar Industri Karet Indonesia Periode 2009-2011

Sumber: Pemerintah Indonesia, seperti yang dikumpulkan oleh ANRPC (2012)
Hampir 90% produksi karet Indonesia berasal dari petani berskala kecil,
sedangkan 70% dari total produksi karet Indonesia berasal dari pulau Sumatera.
Amerika Serikat merupakan pasar karet terbesar bagi Indonesia, membeli hampir 20%
dari ekspor karet Indonesia, yang diikuti oleh Cina dan Jepang, yang masing-masing
mengimpor sekitar 15% dari total ekspor karet Indonesia. Tabel di bawah ini
memberikan gambaran mengenai pasar ekspor karet Indonesia:

Tabel 4. Pasar Ekspor Karet Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik, seperti yang dikumpulkan oleh Gapkindo (2006).
Di Indonesia, organisasi-organisasi utama yang relevan dengan perdagangan
karet adalah: Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor (dulunya, INIRO); Direktorat
Jenderal Perkebunan, di bawah Kementerian Pertanian; Direktorat Jenderal Kerjasama
Perdagangan Internasional, di bawah Kementerian Perdagangan; Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, di bawah Kementerian Pertanian;
Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, Badan Pusat
Statistik Indonesia, Pusat Riset Getas, Dewan Karet Indonesia (DEKARINDO), Pusat
Penelitian Karet Indonesia, Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO),
Pusat Riset Sembawa, serta Pusat Riset Sungai Putih.
Perusahaan eksportir karet alam Indonesia. antara lain adalah: P.T. PD. Abad
& Co, P.T. Adei Crumb Rubber Industry, P.T. Agro Muko, P.T. Agro Rubberindo
Industry, P.T. Aka Prima, P.T. Anugrah Sibolga Lestari, P.T. Asahan Crumb Rubber,

P.T. Bakrie Sumatera, P.T. Batanghari TebingPratama, dan P.T. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate.
4. Pemasaran Karet Rakyat
Karet merupakan komoditi ekpor yang mampu memberikan kontribusi di

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia sejak 20 tahun
yang lalu meningkat dari 1, 0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 ton, pada tahun
1995 dan 2,0 juta ton dari produksi karet 2,2 juta ton pada tahun 2005, sehingga
pendapatan devisa negara dari komoditi karet pada semester pertama tahun 2006
mencapai US$ 2,0 milyar.
Luas areal kebun karet di Indonesia mencapai 3,2 juta ha pada tahun 2005
yang sebagian besar tersebar di Sumatera dan Kalimantan, diantaranya 85 %
merupakan karet rakyat. Harga karet yang membaik saat ini harus dijadikan
momentum yang mampu mendorong percepatan, pembenahan dan peremajaan karet
yang kurang produktif dengan menggunakan klon - klon unggul dan perbaikan
teknologi budidaya lainnya.
Untuk meningkatkan peranan dan daya saing komoditas karet, salah satu
upaya yang harus dilakukan melalui perbaikan mutu bahan olah karet. Atas dasar halhal tersebut pemerintah telah menetapkan Pedoman Pengolahan dan Pemasaran
Bahan Olah Karet Rakyat (BOKAR). Saat ini para petani pekebun telah berkelompok
dengan membentuk kelompoktani. Kemudian dua atau lebih kelompoktani tersebut
bergabung membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bersama BOKAR atau
disingkat menjadi UPPB. UPPB ini merupakan tempat penyelenggaraan bimbingan
teknis pekebun, pengolahan, pemasaran dan penyimpanan. Untuk memasarkan
BOKAR milik anggota kelompok yang dikuasakan kepada UPPB dapat menjamin
kerjasama dan transaksi lansung. Kerjasama pemasaran milik anggota kelompok

tersebut dilakukan melalui kontrak jual beli dengan pabrik pengolahan dan pedagang
BOKAR. Bila dilakukan transaksi langsung dalam pemasaran BOKAR milik petani
pekebun, maka kelompok petani pekebun harus mendelegasikan kepada UPPB dan
baru UPPB yang melakukan pemasaran kepada pabrik pengolahan/ pedagang
BOKAR dengan melalui pelelangan supaya lebih transparan.
Untuk memenuhi volume BOKAR sesuai dengan kontrak jual beli, petani
pekebun setelah mendelegasikan BOKAR kepada UPPB, maka UPPB dapat saling
bekerjasama dalam melakukan jual beli. Dalam melakukan perdagangan dan
pengangkutan BOKAR dari lokasi gudang UPPB menuju lokasi gudang pembeli,

harus dilengkapi dengan Surat Keterangan Asal (SKA) yang diterbitkan oleh UPPB
tersebut. Bila dalam perdagangan BOKAR ini, bila tidak ada dokumen SKA maka
pembeli dapat menolak BOKAR yang dikirim oleh UPPB tersebut, baik oleh pabrik
BOKAR atau pedagang BOKAR, ini bertujuan untuk menjamin mutu BOKAR yang
beredar di pasaran. Harga BOKAR yang beredar di pasaran harus berpedoman pada
harga penjualan BOKAR di pelabuhan ekspor atau lebih dikenal dengan harga FOB
(Free On Board) yang berlaku pada saat transaksi dengan didasarkan keadaan Kadar
Karet Kering (KKK) sebesar 100 persen, sedangkan harga BOKAR di tingkat UPPB
diharapkan menggunakan rumus paling kurang sebesar 75 persen dari harga FOB.
Untuk harga BOKAR di tingkat pabrik pengolahan BOKAR, diharapkan
menggunakan rumus paling kurang sebesar 85 persen dari harga FOB, sedangkan
harga BOKAR pada transaksi perdagangan di tingkat UPPB harus diperhitungkan
dengan biaya penggunaan fasilitas peralatan dan bahan yang digunakan di UPPB.
Informasi harga yang berlaku di tingkat FOB harus bersumber dari berita media cetak,
elektronik dan internet yang terjangkau oleh daerah tersebut. Setiap hari UPPB wajib
menyampaikan informasi harga penjualan BOKAR kepada masyarakat petani
pekebun dengan cara menempelkan di papan pengumuman UPPB setempat. Untuk
penentuan harga Bokar yang berlaku di tingkat petani pekebun harus ditetapkan oleh
suatu tim yang beranggotakan wakil dari petani pekebun, wakil dari asosiasi
pedagang, wakil dari asosiasi pabrik dan pemerintah.
Untuk menjaga kesinambungan hubungan antara petani pekebun dengan
UPPB dikembangkan bentuk pelayanan melalui cara pembayaran kepada anggota
dalam bentuk isentif lain. Pemberian insentif dari petani pekebun kepada UPPB dapat
berbentuk pelayanan kebutuhan hidup harian, kebutuhan sarana usahatani dan
kebutuhan pinjaman modal kerja kepada petani pekebun. Dalam rangka
pengembangan pelayanan kepada petani pekebun, maka UPPB dapat dikembangkan
menjadi unit usaha yang berbadan hukum antara lain koperasi atau Perseroan Terbatas
(PT).
Dengan berfungsinya UPPB, pemasaran BOKAR milik anggota kelompok
petani pekebun tidak boleh dijual lansung secara sendiri-sendiri kepada pedagang.
UPPB dapat bertindak sebagai wakil petani pekebun bila berhadapan dengan
pedagang atau pabrik pengolahan BOKAR terutama dalam melakukan transaksi
pemasaran, asal UPPB berpedoman pada harga yang berlaku dan harus menjaga mutu
BOKAR yang akan dijual. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu BOKAR yang

dihasilkan oleh petani pekebun, maka pemerintah kabupaten/kota atau instansi yang
ditunjuk harus melakukan pembinaan kepada petani pekebun secara terjadwal melalui
kegiatan UPPB.
Pengawasan perdagangan dan peredaran BOKAR harus dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat melalui petugas khusus berdasarkan laporan dari
masyarakat. Pedagang BOKAR atau pabrik pengolahan karet bila membeli BOKAR
yang mutunya tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dapat
menyampaikan ketidak puasannya terhadap mutu BOKAR tersebut kepada UPPB
dengan

menembuskan

keluhannya

kepada

pemerintah

kabupaten/kota.

Bila hasil kinerja UPPB dalam mengasilkan BOKAR dibawah baku mutu yang telah
ditetapkan, maka pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan teguran peringatan
kepada UPPB yang bersangkutan. Bila teguran peringatan sudah mencapai tiga kali
terhadap UPPB yang berkinerja dibawah baku teknis yang ditetapkan, operasinal
UPPB

dapat

dihentikan

dan

kemudian

dilakukan

pembinaan

kembali.

Pengawasan terhadap BOKAR yang diperdagangkan dapat dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) setempat.
A. Sistem dan Pemasaran Bahan Olahan Karet Rakyat
Pemasaran Bokar merupakan kegiatan ekonomi

yang

berfungsi

menyampaikan bokar dari petani kepabrik pengolah ( SIR, RSS, Lateks Pekat )
dan selanjutnya diekspor atau dijadikan barang jadi karet.
Penyampaian Bokar dari petani ke pihak pabrik pengolah dilakukan oleh
lembaga pemasaran melalui fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran meliputi
fungsi pertukaran ( Penjualan dan Pembelian ), fungsi fisik ( Pengumpulan,
Penyimpanan, Pengangkutan, Pengolahan), Fungsi fasilitas standarisasi,
grading, Penanggungan Resiko, Pembiayaan, dan Penyediaan Informasi
Pasar/Harga. Dalam melaksanakan Fungsinya Lembaga Pemasaran akan
memerlukan Biaya dan Memperoleh Jasa Keuntungan.
Sistem pemasaran karet rakyat umumnya delum terorganisasi dengan baik dan
kurang efisien hal ini disebabkan lokasi kebun karet rakyat yang tersebar dalam
luasan yang sempit, rantai pemasaran yang panjang, dan mutu Bokar yang
rendah serta beragam. Penyebab lainnya adalah sistem penjualan bokar masih
didasarkan atas berat basah, sehingga bokar yang diperdagangkan hanya
Berkadar 40 – 50 % selebihnya adalah air dan kotoran. Karena kondisi ini

menyebabkan biaya angkut yang tinggi dan ada resiko susut yang harus
ditanggung oleh lembaga Pemasaran dan pada akhirnya berpengaruh terhadap
harga yang diterima petani. Artinya dengan semakin besar biaya dan jasa
pemasaran makan bagian harga yang diterima petani semakin rendah.
Gambar 1. Sistem Pemasaran Bokar

__________________________
______________________________

↓↑

Petani →

Pedagang Desa →

Pedagang Besar →

Pool Pabrik

→ Pabrik/Eksportir

↓_______________________________↑________________↑

Gambar 2. Rantai Pemasaran Bokar Tradisional Kemitraan

____________________________________________


Petani → Kelompok tani →
KUD

Industri Barang ½ jadi


Kemitraan / lelang


Pabrik pengolah / eksportir



Rantai pemasaran Bokar yang telah terorganisasi Kelompok Tani dan KUD
tidak menguasai fisik bokar tetapi hanya sebagai pengelola yang memperoleh
fee / komisi.
B. Sistem Penentuan Harga Bokar
Harga bokar yang diterima Petani seperti yang diuraikan diatas ditentukan
oleh sistem kelembagaan, dan panjangnya rantai pemasaran yang pada dasarnya
menentukan tingkat kekuatan petani dalam melakukan negosiasi pembentukan
harga. Selain itu harga bokar ditentukan oleh : Jenis dan Mutu Bokar, Kadar
Karet Kering (KKK), Harga Karet Alam Dunia, Marjin Pemasaran.
I.

Jenis Dan Mutu Bokar
Jenis dan mutu bokar yang terstandarisasai biasanya berhubungan dengan
Kadar Karet Kering ( KKK ) yang merupakan salah satu faktor terpenting
dalam penentuan harga bokar. Mutu bokar yang baik harus memenuhi

kriteria, diantaranya adalah : 1. lateks dibekukan dengan asam semut atau
pembeku lain yang dianjurkan, 2. Bersih dan bebas kontaminasi kotoran, 3.
Tidak Direndam dalam air atau dijemur dibawah terik matahari, 4. KKK
ditingkat Petani minimum 50%, 5. Dicetak dalam Ukuran Tertentu.
Standar Nasional Indonesia(SNI) bokar Nomor 06-2047-2002 tanggal 17
oktober 2002, dalam SNI tersebut bokar terdapat 4 jenis mutu Sleb dan
Lum, maka harga pembelian bokar dibedakan berdasarkan jenis mutu agar
petani terdorong untuk menghasilkan bokar yang bermutu baik.
II. Kadar Karet Kering ( KKK )
Kadar Karet kering adalah persentase kandungan karet yang terdapat
didalam bokar. KKK merupakan faktor terpenting penentuan harga bokar.
KKK bokar ditentukan oleh KKK lateks, sistem pengolahan dan
penyimpanan bokar di tingkat petani.
Secara sederhana Penentuan KKK dapat dihitung sebagai berikut :
KKK : Sb / Bk x 100 %
Sb : Sleb basah(mula2)
Bk : Blanket kering(sleb setelah digiling)
Penentuan KKK oleh lembaga pemasaran hanya berdasarkan perkiraan
visual dan ada unsur spekulasinya. Hal ini dipengaruhi dengan
penanggungan resiko misalnya kesalahan taksir KKK. Selain itu kondisi
tersebut masih ditambah lagi dengan adanya resiko susut angkut dan salah
taksir tingkat kebersihan mutu sleb, kondisi ini menyebabkan lembaga
pemasaran umumnya melakukan potongan berat dalam membeli bokar
petani untuk mengurangi resiko.
III. Harga Karet Alam Indonesia
Penentuan Harga Bokar menggunakan pedoman yang bersumber dari harga
karet alam dunia yang telah disesuaikan jika karet (SIR/RSS) akan diekspor
dari pelabuhan setempat (harga FOB). Harga tersebut biasanya diumumkan
lewat

media

radio,

Koran,

atau

juga

bisa

diakses

melalui

website www.bappebti.go.id atau www.sicom.co.sg
Dari harga FOB tersebut selanjutnya dikurangi biaya pengolahan SIR dan
keuntungan pabrik yang biasanya dipengaruhi oleh kapasitas produksi riil

pabrik dan penyusutan, berbagai biaya variable, khususnya biaya tenaga
kerja dan energi proses pengolahan. Harga Pembelian ditingkat Pabrik
(100% KK) berkisar antara 80 % – 92 % FOB SIR 20. Harga Pembelian
Pabrik sangat dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan bokar dalam
suatu wilayah .
IV. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih antara harga ditingkat konsumen dengan
harga ditingkat petani dalam arti penjumlahan dari biaya-biaya dan
keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin
panjang rantai pemasaran dan semakin rendah mutu bokar, akan
menyebabkan total biaya pemasaran dan keuntungan yang diambil oleh
berbagai tingkat lembaga pemasaran semakin besar yang pada akhirnya
akan memperkecil bagian yang akan diterima oleh petani.
C. Alternatif Pengorganisasian Pemasaran Bokar
Pemasaran bokar melalui kelompok tani diharapkan mampu memupuk dan
melatih jiwa kebersamaan petani yang progresif, meningkatkan posisi tawar
menawar petani, serta menghasilkan volume jual yang efisien yang dapat
menurunkan biaya-biaya pemasaran sekaligus meningkatkan harga jual bokar
dan bagian harga yang diterima petani.
1. Pemasaran Bokar dengan Pola kemitraan
Secara konseptual Pola kemitraan dinilai sangat ideal karena terjadi
komunikasi antara kelembagaan petani, pabrik pengolah/pengekspor, dan
instansi pemerintah yang berfungsi menetapkan harga pembelian bokar,
pembakuan mutu sesuai standar SNI, dan menentukan aturan main sistem
kemitraan yang diawasi dengan jelas dan praktis. Namun operasionalnya bagi
pihak mitra dinilai memberatkan dan petani sendiri seringsekali tidak merasa
diuntungkan, salah satu penyebabnya adalah karena karet merupakan
komoditas yang pasarnya terbuka, jumlah pembelinya sangat banyak dan
harganya bersaing, akibatnya pola ini tidak populer dan tidak berkembang.
2. Pemasaran Bokar dengan Lelang
Mekanisme umum pasar lelang bokar adalah sebagai berikut :
 Panitia lelang mengkoordinasikan jenis dan mutu bokar tertentu yang
dihasilkan oleh petani / kelompok tani sesuai dengan permintaan pasar.



Panitia lelang mengundang pabrik pengolah atau pedagang besar untuk
mengikuti lelang pada waktu yang ditentukan, disertai estimasi tentang



jenis dan volume bokar yang akan dilelang.
Para petani / kelompok tani mengumpulkan sejumlah bokar dengan



volume tertentu
Diadakan pemeriksaan mutu bokar petani / kelompok tani oleh panitia



lelang dan penawar lelang dan penawar lelang.
Panitia lelang menentukan harga indikator yang disesuaikan dengan
perkembangan harga umum ( terutama harga internasional ) dengan



memperhatikan mutu
Pembeli mengadakan penawaran secara terbuka dan ditentukan harga




penawaran tertinggi
Pengukuran volume lelang ( penimbangan )
Pembayaran transaksi dilakukan secara tunai.

Sistem dan kelembagaan pemasaran bokar akan menentukan tingkat harga
dan bagian yang akan dterima petani, yang selanjutnya akan menentukan
pendapatan petani. Didalam mekanisme pembentukan harga bokar yang
diterima petani, selain terdapat faktor-faktor yang dikuasai oleh petani
sendiri (jenis mutu bokar dengan KKK optimum yang sesuai permintaan
pasar dan meminimumkan marjin pemasaran) juga terdapat faktor yang
tidak dapat / tidak langsung dikuasai oleh petani (misalnya harga karet
internasional). Upaya pengorganisasian sistem pemasaran bokar untuk
meningkatkan efisiensi dapat dilakukan dengan mengoptimumkan berbagai
faktor yang dapat dikuasai oleh petani, apabila arus pemasaran bokar
kekonsumen lancar dan berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN, NOMO: 38/ Permentan/ OT. 140 /8 / 2008, tentang
PEDOMAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET
(BOKAR).
Rubber and Rubber Products. Kementrian Pedagangan Indonesia. http://Kemendag.go.id.
Diakses pada tanggal 7 April 2014.

Purba, Hero. 2012. Prospek Pemasaran dan Kebutuhan Komoditi Karet Indonesia dalam
Pemasaran Internasional.Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian. http://pphp.pertanian.go.id/. Diakses pada tanggal 7 April 2014.
Jamal, Maiyunir. -. Pemasaran Karet Rakyat. Cyber Extention Departemen Pertanian
Indonesia. http://cybex.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 7 April 2014.