Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Struktur Modal
Struktur modal merupakan salah satu keputusan penting manajer
pendanaan dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Struktur modal
adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham
preferen dan modal pemegang saham. Menurut Sutrisno (2003 : 289), ”sturktur
modal adalah merupakan perimbangan antara modal asing atau hutang dengan
modal sendiri”. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pertimbangan
atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,
2001 : 296). Sedangkan menurut Husnan (2000 : 275), ”struktur modal
merupakan perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman
dan modal sendiri”.
Dengan

demikian,


dapat

dikemukakan

bahwa

struktur

modal

menggambarkan perbandingan modal asing terhadap modal sendiri pada suatu
perusahaan yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan dan untuk
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Struktur modal diindikasikan dengan debt to asset ratio (DAR), debt to
equity ratio (DER), longterm debt to asset ratio (LDAR) dan longterm debt to
equity ratio (LDER). Struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah

longterm debt to equity ratio (LDER), yaitu perbandingan antara hutang jangka
panjang dengan ekuitas pemegang saham.
Semakin tinggi longterm debt to equity ratio mengindikasikan bahwa
dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh pemegang
saham semakin tinggi. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang
mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga
memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004 : 138). Untuk itu, setiap perusahaan
harus melakukan penetapan struktur modalnya secara tepat, karena dengan
demikian perusahaan dapat meningkatkan profitabilitasnya atas modal yang
digunakan.
2.1.2. Komponen Struktur Modal
Secara umum terdapat dua komponen struktur modal pada perusahaan,
yaitu modal sendiri dan modal asing.
a. Modal Sendiri
Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik
dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu
lamanya (Riyanto, 2001 : 240). Modal sendiri juga dapat didefinisikan
sebagai dana yang “dipinjam” dalam jangka waktu tak terbatas dari
para pemegang saham. Secara umum pinjaman baru dikembalikan
kepada


para pemegang

saham

bilamana perusahaan tersebut

Universitas Sumatera Utara

dipailitkan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, modal sendiri
dapat diartikan sebagai modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak
tertentu lamanya. Modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas
merupakan dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya.
b. Modal Asing
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada
saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau hutang jangka
panjang dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka

waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu
tahun sejak tanggal neraca) (Munawir, 2002 : 19). Menurut Riyanto
(2001 : 238), “hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka
waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun”. Dari
beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hutang jangka
panjang adalah kewajiban yang mempunyai jangka waktu pembayaran
lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya
digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) aatau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan
tersebut meliputi jumlah yang besar (Riyanto, 2001 : 238).
2.1.3. Teori Struktur Modal
a. Trade-Off Theory dalam Struktur Modal

Universitas Sumatera Utara

Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa
menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting
adalah dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup
signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :

1. Biaya Langsung
Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi,
atau biaya lainnya yang sejenis.
2. Biaya Tidak Langsung
Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan,
perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan
perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak akan mau
memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak akan
membayar. Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatkan
biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham
akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang

hutang

akan

meningkatkan

pengawasan


terhadap

perusahaan.
b. Pecking Order Theory
Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam
pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih
memilih menggunakan internal equity dalam membiayai investasi dan
mengimplementasikannya

sebagai

peluang

pertumbuhan.

Theory

Universitas Sumatera Utara


pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan
internal

dibandingkan

pendanaan

eksternal,

utang

yang

aman

dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham
biasa.
Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi
menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan
guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal

equity diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang
diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang eksternal equity di peroleh
karena perusahaan menerbitkan saham baru. Manajamen perusahaan
diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak laba perusahaan yang
diinvestasikan kembali dan memilih bauran utang-modalnya untuk
mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang lebih
besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba
dan akan menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan
eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan
perusahaan pembayaran dividen yang kecil akan berarti penahana laba
yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan
dari luar. Keputusan dividen perusahaan memiliki dampak yang
langsung pada pendanaan perusahaan. Jika pembayaran dividen
meningkat dan pendanaan untuk mendanai investasi secara internal
berkurang, maka akan berakibat modal tambahan akan dibutuhkan
sehingga perusahaan harus menerbitkan saham biasa atau mengubah

Universitas Sumatera Utara

komposisi utangnya. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutanurutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam Teori

Pecking Order adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut
diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan
perusahaan.
2. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada
perkiraan kesempatan investasi.
3. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi
keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi,
akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan
lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat
tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
4. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan
surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan
memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran
seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai
pilihan terakhir.
Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang
mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai
tingkat hutang yang lebih kecil.
c. Asymetric Information Model dan Signaling Theory


Universitas Sumatera Utara

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer yang memiliki
informasi yang bagus tentang perusahaan akan menyampaikan kepaa
investor luar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan.
Akan tetapi dengan adanya masalah asymmetric information, maka
manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi yang bagus tersebut
karena bisa saja manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang
dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada investor.
Teori ini terdiri dari Teori :
1. Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manager dengan
pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap
mengenai kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
2. Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang)
merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika
manager mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan
karenanya


ingin

agar

saham tersebut

meningkat,

ia

ingin

mengkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa
menggunakan hutang lebih banyak sebagai signal yang lebih
credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa
dipandang
perusahaan

sebagai perusahaan
di

masa

yang

mendatang.

yakin

Investor

dengan prospek
diharapkan

akan

Universitas Sumatera Utara

menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik.

d. Agency Theory
Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk
mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Antara
pemegang saham dengan manager juga akan mengalami konflik
kepentingan. Jika hutang mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan
dengan saham, maka pemegang saham akan tergoda melakukan subtitusi
asset, dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan
meningkatkan resiko perusahaan. Resiko perusahaan yang meningkat
menguntungkan

bagi

pemegang

saham

karena

kemungkinan

memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin besar.
2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
struktur modal.
1. Struktur Aktiva
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya
tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan
modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan
hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya
terdiri dari aktiva lancer akan cenderung mengutamakan pemenuhan

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.

2. Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal
yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang
negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan
dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.
3. Profitabilitas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai
internal funding. Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu
memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan
profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham &
Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana
yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa
profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin
tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.
4. Stabilitas Penjualan

Universitas Sumatera Utara

Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak
stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya
stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage
keuangan daripada perusahaan industri.
5. Leverage Operasi
Jika hal-hal lain tetap sama (konstan), perusahaan dengan leverage
operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar
leverage keuangan karena perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang
lebih kecil.
6. Pajak
Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan
perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan
yang terkena tarif pajak. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak,
semakin besar manfaat penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan.
7. Pengendalian
Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen
dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini
mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai
lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk
membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk
pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan

Universitas Sumatera Utara

untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat
lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada
risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para
manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya
terlalu kecil, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi,
pertimbangan pengendalian tidak selalu mengkehendaki penggunaan
utang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan
terbaik bagi manajemen bervariasi dari suatu kondisi ke kondisi yang
lain. Bagaimanapun, jika posisi manajemen sangat rawan, situasi
pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan.
8. Sikap Manajemen
Sebagian manajemen cenderung lebih konservatif daripada manajemen
yang lain sehingga menggunakan hutang yang lebih kecil daripada
rata-rata industri yang bersangkutan, sementara manajemen yang lain
cenderung menggunakan banyak utang usaha dalam upaya mengejar
laba yang tinggi.
9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Penilai Peringkat
Tanpa memperhatikan analisi para manajer atas faktor-faktor leverage
yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan
perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi
keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus, perusahaan
membicarakan struktur pendanaannya dengan pemberi pinjaman dan

Universitas Sumatera Utara

lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang
diterima.

10. Kondisi Pasar
Kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan dalam
jangka panjang dan jangka pendek sangat berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan yang optimal.
11. Kondisi Internal Perusahaan
Dalam hal ini, kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap
kebijakan struktur modal. Jika kondisi internal perusahaan baik, maka
kebijakan struktur modal juga akan meningkat.
12. Fleksibilitas Keuangan
Dengan

fleksibilitas keuangan,

perusahaan

dalam

bidang

maka akan sangat

pendanaan

karena

membantu

melalui

adanya

fleksibilitas keuangan maka kapasitas cadangan yang memadai dapat
dipertahankan.

2.2. Rentabilitas
Pada umunya perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba yang telah
direncanakan. Untuk memperoleh laba tersebut, dalam menjalankan
operasinya perusahaan memerlukan sumber daya berupa aktiva maupun

Universitas Sumatera Utara

modal. Semua modal yang bekerja di dalam perusahaan adalah modal sendiri
dan modal asing. Rentabilitas menunjukkan perbandingan perbandingan
antara laba dengan modal atau aktiva yang digunakan perusahaan untuk
menghasilkan laba tersebut. Menurut Martono (2001 : 18), “Rentabilitas
adalah ratio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut”.
Sedangkan menurut Harahap (2004 : 395),”Rentabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan melalui
semua kemampuan dan sumber daya yang ada”.
Cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacammacam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan
diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan itu
laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba neto sesudah pajak
dengan aktiva operasi, atau laba neto sesudah pajak diperbandingkan dengan
keseluruhan aktiva ”tangible”, ataukah yang akan diperbandingkan itu laba
neto sesudah pajak dengan jumlah modal sendiri.
Dengan adanya bermacam-macam cara dalam penilaian rentabilitas suatu
perusahaan, maka tidak mengherankan jika ada beberapa perusahaan yang
berbeda-beda dalam cara menghitung rentabilitasnya. Yang penting ialah
rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi
penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.

2.3. Rentabilitas Modal Sendiri

Universitas Sumatera Utara

Rentabilitas Modal Sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan modal sendiri. Karena yang bekerja hanya modal
sendiri maka laba yang dibagi adalah laba untuk pemegang saham, yakni
earning after tax. Menurut Riyanto (2001 : 44), “Rentabilitas modal sendiri
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi
pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu”. Dengan demikian
rentabilitas modal sendiri merupakan standar yang dapat digunakan untuk
mengukur efisiensi penggunaan modal sendiri yang dioperasionalkan dalam
perusahaan.
Semakain besar rentabilitas modal sendiri, berarti semakin besar pula
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tersedia bagi
pemiliknya. Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi
dengan bunga modal asing dan pajak perseroan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri :
a. Struktur Modal
Kebijakan pemenuhan kebutuhan dana akan menentukan tingkat
financial leverage suatu perusahaan. Perkembangan financial
leverage bersama-sama dengan rentabilitas ekonomi dan tingkat
tingkat

bunga

kredit

sangat

mempengaruhi

perkembangan

rentabilitas modal sendiri. Pengaruh struktur modal terhadap
rentabilitas modal sendiri pada berbagai penggunaan modal asing,
secara teori dikatakan bahwa semakin tinggi kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal

Universitas Sumatera Utara

asing dan modal sendiri (dengan tingkat bunga tetap), maka
penggunaan modal asing yang lebih besar akan meningkatkan
rentabilitas modal sendiri. Penambahan modal asing akan mampu
meningkatkan rentabilitas modal sendiri dalam kondisi rentabilitas
ekonomis (ROA) lebih besar dibandingkan suku bunga yang
berlaku dan sebaliknya.
b. Return on Asset (ROA)
Pengaruh ROA terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai
penggunaan modal asing secara teoritis adalah bahwa semakin
tinggi rentabilitas ekonomis dengan tingkat bunga tetap maka
penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan
kenaikan

rentabilitas

modal

sendiri

perusahaan

umumnya

menurun. Rentabilitas ekonomis dengan rentabilitas modal sendiri
saling

berkaitan

dan

saling

mempengaruhi

dalam

setiap

pengambilan keputusan, yaitu apabila rentabilitas ekonomis lebih
kecil dari tingkat bunga modal asing, lebih baik menggunakan
modal sendiri, sebab rentabilitas modal sendiri akan lebih besar
dibandingkan apabila digunakannya modal asing, dan sebaliknya.
c. Tingkat Bunga
Beban bunga adalah biaya yang ditanggung perusahaan karena
menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Dengan
demikian, beban bunga adalah sebesar tingkat keuntungan yang
diminta (required rate of return) oleh investor atau pemilik dana.

Universitas Sumatera Utara

Besarnya tingkat keuntungan yang diminta kreditor tersebut adalah
sama dengan tingkat bunga yang menyamakan present value
penerimaan di masa mendatang berupa bunga dan pokok pinjaman
dengan dana yang diberikan saat ini. Besarnya tingkat keuntungan
ini kemudian dijadikan sebagai pembanding internal rate of return
yang merupakan informasi untuk menerima atau menolak suatu
investasi. Apabila besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan
kreditor sama dengan besarnya internal rate of return, berarti
perusahaan tidak akan mampu untuk membayar tingkat bunga dan
pokok pinjamannya yang berarti pula menyebabkan turunnya
tingkat keuntungan (earning per share). Dengan demikian bunga
merupakan pos yang menjadi pengurang income, sehingga semakin
besar tingkat bunga yang menjadi beban keuangan bagi
perusahaan, akan berdampak terhadap penurunan income yang
dimiliki perusahaan dan pada akhirnya juga akan menurunkan
tingkat rentabilitas modal sendiri, dan begitu pula sebaliknya.

2.4. Rentabilitas Ekonomi
Rentabilitas Ekonomi atau disebut juga Return on Assets (ROA)
merupakan salah satu rasio profitabilitas. ROA mampu mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian
diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud
adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri

Universitas Sumatera Utara

maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Mamduh M. Hanafi, dan Abdul Halim (2003:159), “Rentabilitas
Ekonomi adalah mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut”. Menurut Bringham dan
Houston (2001 : 90), “Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur
pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”. Dapat
disimpulkan ROA adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah
dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Tax / EAT) yang dihasilkan
dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan
untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan
dalam persentase.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) terdiri dari
profit margin dan tingkat perputaran aktiva (turnover of operating asset).
1. Profit Margin
Profit Margin yaitu keuntungan operasi yang dinyatakan dalam
persentase dan jumlah penjualan bersih, profit margin ini mengukur
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan
penjualan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perhitungan profit
margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan
melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan
pendapatan yang diterima.

Universitas Sumatera Utara

2. Tingkat Perputaran Aktiva (Turnover of operataing asset)
Turnover of operating asset merupakan tingkat perputaran aktiva yang
digunakan untuk operasi dalam suatu periode tertentu. Turnover of
operating asset mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai
dalam perusahaan, selainitu juga dimaksudkan untuk mengetahui
efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran
operating asset dalamsatu periode.
Hasil kali antara profit margin dengan turnover of operating asset
menentukan tinggi reendahnya rentabilitas ekonomi. Semakin tinggi
tingkat profit margin atau turnover of operating asset maka akan
mengakibatkan

naiknya

rentabilitas

ekonomi.

Apabila

ingin

memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara memperbesar profit
margin, berarti berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan
efisiensi di bidang produksi, penjualan, dan pembenahan administrasi.
Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara
memperbesar turnover of operating asset berhubungan dengan
kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar
maupun aktiva tetap.
2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.

Peneliti

Judul

Variabel

Hasil

Universitas Sumatera Utara

1

Usnan (2009) Pengaruh Struktur
Modal, Return On
Asset, Tingkat Bunga
dan Net Profit Margin
Terhadap Rentabilitas
Modal Sendiri Pada
Perusahaan Yang
Masuk Kelompok
Jakarta Islamic Index.

Variabel dependen:
debt to equity ratio,
return on asset,
Tingkat Bunga, dan
net profit margin
Variabel
independen:
return on equity

Secara parsial DER
dan ROA berpengaruh
secara signifikan
terhadap return on
equity, sedangkan
tingkat bunga, dan net
profit margin tidak
berpengaruh secara
signifikan.

2

Theresia N.B
(2010)

Variabel dependen :
debt to asset ratio,
debt to equity ratio,
dan longterm debt
to equity ratio
Variabel
independen :
return on equity

3

Musthafa
(2011)

Analisis Pengaruh
Struktur Modal
Terhadap Tingkat
Pengembalian Modal
Sendiri (Studi Kasus
Pada Perusahaan
Properti dan Real
Estate Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia).
Pengaruh Struktur
Modal Terhadap
Rentabilitas Pada
Perusahaan Farmasi
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia.

Secara parsial debt to
asset ratio dan
longterm debt to
equity ratio memiliki
pengaruh signifikan
terhadap ROE,
sedangkan debt to
equity ratio tidak
berpengaruh terhadap
ROE.
Struktur modal tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
rentabilitas modal
sendiri maupun
rentabilitas ekonomi.

4

Kosti Andru
(2011)

Pengaruh Struktur
Modal Terhadap
Rentabilitas Modal
Sendiri Pada
Perusahaan
Perdagangan Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.

Variabel dependen :
debt to equity ratio,
debt to asset ratio,
longterm debt to
equity ratio, dan
longterm debt to
asset ratio
Variabel
independen :
Rentabilitas Modal
Sendiri

Variabel dependen :
Struktur Modal
Variabel
independen :
Rentabilitas modal
sendiri dan
rentabilitas
ekonomi

Struktur modal
mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan
dengan rentabilitas
modal sendiri.

Universitas Sumatera Utara

5

Hanna K. R.
Tambunan
(2011)

Analisis Hubungan
Struktur Modal
Dengan Rentabilitas
Modal Sendiri Pada
PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero)
Medan.

Variabel dependen :
debt to asset ratio,
debt to equity ratio,
dan longterm debt
to equity ratio
Variabel
independen :
Return on Equity
(ROE)

Secara parsial DER
memiliki pengaruh
yang yang signifikan
terhadap ROE,
sedangkan DAR dan
LDER tidak memiliki
pengaruh terhadap
ROE.

1. Usnan (2009)
Penelitian telah dilakukan oleh Usnan, menguji pengaruh debt to
equity ratio, return on asset, tingkat bunga, dan net profit margin terhadap
rentabilitas modal sendiri (return on equity) pada perusahaan yang masuk
kelompok jakarta islamic index periode 2005 - 2007. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa debt to equity ratio dan return on asset secara parsial
memiliki pengaruh dan signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri,
sedangkan tingkat bunga dan net profit margin tidak memiliki pengaruh
terhadap rentabilitas modal sendiri. Variabel independen yang digunakan
oleh Usnan adalah debt to equity ratio, return on asset, tingkat bunga, dan
net profit margin. Variabel dependen yang digunakan adalah Return on
equity.
2. Theresia N.B (2010)
Theresia meneliti pengaruh struktur modal terhadap tingkat
pengembalian modal sendiri pada perusahaan properti dan real estate yang
terdaftar di bursa efek Indonesia. Hasil uji F menunjukkan bahwa pada

Universitas Sumatera Utara

sektor properti dan manufaktur variabel debt to asset ratio (DAR), debt to
equity ratio (DER) dan longterm debt to equity ratio (LDER) dapat
mengestimasi variabel return on equity (ROE) dalam model analisis. Hasil
uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada sektor properti masingmasing variabel debt to asset ratio (DAR), longterm debt to equity ratio
(LDER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return on equity
(ROE) sedangkan debt to equity ratio (DER) dan tidak berpengaruh
terhadap return on equity (ROE)
3. Musthafa (2011)
Musthafa meneliti pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas
pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri
maupun terhadap rentabilitas ekonomi. Variabel independen yang
digunakan oleh Musthafa adalah struktur modal, sedangkan variabel
dependennya adalah rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi.
4. Andru Kosti (2011)
Andru Kosti meneliti pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas
modal sendiri pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
struktur modal mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dengan
rentabilitas modal sendiri. Variabel struktur modal terdiri dari debt to
asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), longterm debt to asset ratio

Universitas Sumatera Utara

(LDAR), dan longterm debt to equity ratio (LDER). Sedangkan,
rentabilitas modal sendiri diidentifikasikan dari variabel return on equity
(ROE).
5. Hanna K.R. Tambunan (2011)
Penelitian Hanna bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan yang signifikan antara rasio struktur modal yaitu : debt to asset
ratio, debt to equity ratio, dan longterm debt to equity ratio dengan
rentabilitas modal sendiri perusahaan yang diukur dengan ROE (return on
equity) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara debt to
equity ratio dengan return on equity. Sedangkan dua rasio lainnya, yaitu
debt to asset ratio (DAR) dan longterm debt to equity ratio (LDER)
setelah dilakukan analisis dan evaluasi tidak memiliki hubungan dengan
ROE pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

2.6. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah justifikasi hubungan sebab akibat antara
variabel independen dan variabel dependen. Berdasarkan latar belakang,
tinjauan teoritis yang membangun konsep setiap variabel penelitian ini, maka
dapat disajikan kerangka konseptual pada gambar sebagai berikut :
Struktur Modal
(X1)
Rentabilitas Modal Sendiri
(Y)
Return on Asset
(X2)
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini variabel independen adalah
Struktur modal yang dilambangkan dengan (X1) dan Return on Asset yang
dilambangkan dengan (X2). Variabel dependen adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen, dalam penelitian ini
variabel dependen adalah Rentabilitas Modal Sendiri yang dilambangkan
dengan (Y).
Pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas moal sendiri pada berbagai
penggunaan modal asing (utang), secara teori dikatakan bahwa semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan
modal asing dan modal sendiri (dengan tingkat suku bunga tetap), maka
penggunaan modal asing yang lebih besar akan meningkatkan rentabilitas
modal sendiri. Penambahan modal asing (utang) akan mampu meningkatkan
rentabilitas modal sendiri dalam kondisi rentabilitas ekonomis lebih besar
dibandingkan suku bunga yng berlaku dan sebaliknya (Sutrisno, 2001:19).
Pengaruh return on asset selalu positif, artinya semakin besar return on
asset selalu mengakibatkan semakin besarnya rentabilitas modal sendiri jika
factor-faktor lainnya tetap. Hal ini terjadi karena return untuk modal sendiri
adalah bagian keuntungan dari kelebihan keuntungan yang menjadi hak

Universitas Sumatera Utara

pemberi hutang (kreditor ataupun saham preferen) dan bagian yang menjadi
hak modal sendiri juga atas ROA yang dihasilkan, sehingga ketika
diasumsikan factor lain (bunga utang) tetap, maka peningkatan ROA akan
meningkatkan bagian modal sendiri dari porsi ROA yang semakin tinggi
(Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim, 2005:181).

2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang
masih

harus

dibuktikan

kebenarannya

secara

empiris.

Berdasarkan

perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian
ini adalah :
H1 : Struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas
modal sendiri.
H2 : Return on Asset berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas
modal sendiri.
H3 : Struktur modal Return on Asset secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 35 83

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Perusahaan Perdagangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

9 82 82

Pengaruh Struktur Modal terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Industri Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 50 74

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 99

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Struktur Modal dan Return on Asset terhadap Rentabilitas Modal Sendiri pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11