Penggunaan Pepaya sebagai Produk Kosmetik

Nama : Nurul Aulia Putri
NIM

: 14613271

Penggunaan Pepaya sebagai Produk Kosmetik
Kosmetik sudah dikenal manusia sejak berabad-abad dahulu namun mulai mendapat
perhatian khusus pada abad 19, selain berfungsi sebagai estetika kosmetik juga berfungsi dalam
bidang kesehatan. Kosmetik didefinisikan sebagai bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada
badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya
tarik, atau mengubah rupa, dan tidak termasuk dalam golongan obat. Kosmetik tradisional adalah
kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional
(Maddolangan, 2014).

(Herbaria, 2017)

Salah satu tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai obat maupun kosmetik tradisional
adalah Pepaya (Carica papaya L). Pepaya merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang
berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan Meksiko dan Koasta Rica. Tanaman
pepaya banyak ditanam di daerah tropis maupun sub tropis, dapat tumbuh di tempat basah maupun

kering atau dataran dan pegunungan sampai 1000 m dari permukaan laut (Nurviani, 2014). Tidak
hanya dikonsumsi buahnya saja namun semua bagian dari pepaya seperti daun, akar, batang, kulit
buat, biji dan bahkan getah pepaya dapat dimanfaatkan terutama dalam bidang kosmetik.
(Rahmawati, 2012).

Kandungan pepaya yang sudah terbukti berkhasiat sebagai obat dan kosmetik yaitu pada
buah pepaya yang jika dikonsumsi dapat mengurangi kerontokan rambut dan apabila digunakan
sebagai masker dapat membuat menjadi rambut menjadi kuat, tebal, berkilau dan sehat serta tidak
berketombe; zat papayotin, karpain,kautsyuk, karposit dan vitamin terutama vitamin E dalam getah
pepaya berperan untuk mencerna protein; zat alkaloid dan enzim papain daun pepaya dapat digunakan
sebagai kondisioner untuk mengatasi rambut yang kusut dan tidak sehat; glucoside cacirin dan karpain
yang pada biji buah pepaya dapat menghitamkan rambut beruban (Lubis, 2015). Selain itu daun
pepaya juga bersifat sebagai antiseptik, antiinflamasi, antifungal, dan antibakteri (Tuntun, 2016).
Enzym papain berkhasiat untuk meluruhkan sel-sel kulit mati sehingga menyingkap lapisan kulit baru
yang segar karena dapat meningkatkan produk asam-asam amino pembaharu kulit serta mengelupas
kulit mati, sehingga kulit nampak lebih muda. Kandungan antioksidan pada daun pepaya juga
bermanfaat sebagai antioksidan untuk kecantikan sebagai penangkal radikal bebas, pembentuk
kolagen, melembabkan dan menghaluskan kulit serta mengatasi peradangan pada jerawat
(Maddolangan, 2014).
Biji pepaya mengandung vitamin B, alkaloid, steroid, minyak, tanin, senyawa kimia

golongan fenol, terpenoid dan saponin. Selain itu biji pepaya mempunyai kandungan zat pewarna
Glucoside Cacarindan Karpain yang dapat menghitamkan rambut dan digunakan sebagai pewarna
rambut alami karena berasal dari tumbuhan dan mempunyai sifat untuk menyehatkan rambut (Lubis,
2015). Tumbuhan lain yang juga sering digunakan sebagai pewarna rambut selain biji pepaya yaitu
kulit buah manggis. Yang membedakan hanya pada kandungannya, manggis megandung tanin yang
merupakan senyawa polifenol. Tanin menghasilkan warna kuning, coklat sampai keemasan. Dalam
beberapa penelitian biji pepaya sering di kombinasikan dengan kulit buah manggis untuk pewarnaan
rambut. Berdasarkan beberapa penelitian kombinasi biji pepaya dan kulit buah manggis berpengaruh
terhadap hasil pewarnaan rambut beruban, kilau rambut, kerataan warna, dan berpengaruh pada
ketajaman warna. Pewarna nabati atau alami memiliki warna yang kurang kuat dan kurang stabil
sehingga dalam pengaplikasiannya agar warna bertahan lebih lama dan lebih stabil sering
ditambahkan zat pembangkit warna yang disebut mordan. Ada beberapa jenis mordan yaitu, garam,
cuka, baking soda, tawas, dan kapur (Rizeky, 2015).
Daun pepaya juga dimanfaatkan dalam pembuatan bedak dingin. Bedak dingin merupakan
kosmetik tradisional Indonesia yang telah digunakan secara turun-temurun. Menurut Louise Jumarani
dalam bukunya yang berjudul “The Essence of Indonesian Spa: Spa Indonesia Gaya Jawa dan Bali”
menjelaskan bahwa bedak dingin biasanya dibuat dari tepung saripati beras yang dicampur dengan
saripati bunga-bunga seperti mawar, kenanga, cempaka, ataupun melati, maupun daun pandan. Naatri
Marttatiwi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perbandingan Tepung Beras dan Air
Rebusan Daun Pepaya terhadap Hasil Penggunaan Bedak Dingin untuk Kulit Berminyak”

menjelaskan bahwa air rebusan daun pepaya mengandung 76mg/100ml enzym papain dan tepung

beras mengandung 103mg/100g gamma oryzanol. Gamma oryzanol yang terkandung dalam beras
berfungsi sebagai antioksidan mampu membantu memperbaharui pigmen melanin dalam kulit dan
dapat menangkal sinar ultraviolet sedangkan enzym papain dalam air rebusan daun pepaya
meluruhkan sel-sel kulit mati sehingga kulit nampak lebih muda. Dalam penelitiannya tersebut
kombinasi antara tepung beras dengan air rebusan daun pepaya disajikan dalam lima perbandingan
yang dilakukan pada 27 wanita dengan jenis kulit berminyak. Berdasarkan hasil tersebut
perbandingan tepung beras dan air rebusan daun pepaya berpengaruh terhadap hasil penggunaan
bedak dingin meliputi kadar minyak, kelembaban, dan kecerahan pada kulit wajah berminyak
(Maddolangan, 2014).
Senyawa aktif antioksidan seperti flavonoid, tanin, antrakuinon, sinamat, vitamin C, vitamin
E, dan betakaroten telah dilaporkan memiliki kemampuan sebagai pelindung terhadap sinar
ultraviolet. Penggunaan antioksidan pada sediaan tabir surya dapat meningkatkan aktivitas
fotoprotektif dan dapat mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi sinar ultraviolet.
Menurut Food and Drug Administration (1999), bahan aktif tabir surya adalah bahan yang menyerap,
memantulkan atau menghamburkan radiasi pada daerah UV λ 290-400 nm. Tabir surya merupakan
sediaan topikal yang dapat mengurangi dampak radiasi ultraviolet dengan cara menyerap,
memantulkan, atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Kandungan kimia yang terkandung dalam
kulit buah pepaya yaitu flavonoid diduga dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir surya. Sebuah studi

klinis telah melaporkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kulit buah papaya tergolong kuat dan
pada konsentrasi memiliki 50-70 μg/mL sampel kulit buah pepaya setara dengan benzofenon sebesar
11,419-12,717 μg/mL (Marliani, 2015). Selain pada tabir surya, produk kosmetik yang mengandung
antioksidan buah pepaya juga dikemas dalam sediaan lotion, krim wajah maupun sabun mandi
(Kardono, 2013).
Selain pada wajah dan rambut, pepaya juga berkhasiat pada kulit khususnya telapak kaki..
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nita Pratiwi yang berjudul “Uji Hedonik Produk Foot Scrub
Menggunakan Kulit Buah Naga Merah dan Air Rebusan Daun Pepaya” kandungan enzin papain
dalam daun pepaya dapat mengangkat sel kulit mati. Akibat dari sel kulit mati yaitu kaki kasar,
keriput, dan pecah-pecah. Sedangakan kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki
kandungan alkaloid dan terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan hal tersebut kombinasi kulit buah naga daun pepaya dapat
dimanfaatkan menjadi produk foot scrub yang berkhasiat sebagai pelembut dan penghilang bau kaki
(Pratiwi, 2017).

Kesimpulan
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman asal Indonesia yang mempunyai banyak
manfaat baik dalam bidang kesehatan maupun estetika. Selain untuk dikonsumsi pepaya juga banyak
dimanfaatkan sebagai kosmetik karena mengandung senyawa aktif antioksidan seperti flavonoid,
tanin, antrakuinon, sinamat, vitamin C, vitamin E, dan betakaroten yang memiliki kemampuan

sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet; enzin papain mengangkat sel kulit mati sehingga tampak
lebih muda; glucoside Cacarindan Karpain yang dapat menghitamkan rambut; dan memiliki aktivitas
sebagai antibakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat.

Daftar Pustaka
Kardono, Liandhajani, dkk., 2013, Pengembangan Getah Pepaya, Ekstrak Pepaya ( Carica
papaya L.) dan Ekstrak Umbi Bengkuang (Pachyrrhizus erosus (L.) untuk Lotion Pencerah Kulit
Berdasar Aktivitas Antioksidan dan Inhibisi Tirosinase, Jurnal Ilmi Kefarmasian Indonesia, Vol. 11,
No. 2, hlm. 191-196.
Lubis, Desy, Afianty, 2015, Natural Treatment dengan memanfaatkan Biji Pepaya sebagai
Penghitam Rambut pada Usia Muda, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 21 No. 81, Tahun
XXI, hlm.1-10
Maddolangan, Naatri, Marttatiwi, 2014, Pengaruh Perbandingan Tepung Beras dan Air
Rebusan Daun Pepaya terhadap Hasil Penggunaan Bedak Dingin untuk Kulit Wajah Berminyak, eJournal, Vol. 03, No. 01, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hlm 131-138.
Marliana, dkk., 2015, Aktivitas Antioksidan Dan Tabir Surya Pada Ekstrak Kulit Buah
Pepaya (Carica papaya L.), Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan, Vol 1, No.1,
hlm. 319-324.
Nurviani, dkk., 2014, Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin Kulit Buah Pepaya (Carica papaya
L.) Varietas Cobinong, Jinggo, dan Semangka, Online Jurnal of Natural Science, Vol. 03, No.03, hlm.
322 – 330.


Pratiwi, dkk., 2017, Uji Hedonik Produk Foot Scrub Menggunakan Kulit Buah Naga Merah
dan Air Rebusan Daun Pepaya, Jurnal Farmasi Udayana, Vol. 06, No. 01, hlm. 62-66.
Rahmawati, Farida, 2012, Uji Kontrol Kualitas Sediaan Salep Getah Pepaya ( Carica papaya
L.) menggunakan Basis Hidrokarbon, Cerata Journal Of Pharmacy Science, Vol. 03, No. 01, hlm. 1926.
Rizeki, Choirul, 2015, Pengaruh Tingkat Komposisi Bubuk Biji Pepaya dan Bubuk Kulit
Manggis terhadap Warna Rambut Beruban, e- Journal, Vol. 04 No. 01, Edisi Yudisium Periode
Februari 2015, hlm. 25-32.
Tuntun, Maria, 2016, Uji Aktivitas Ekstrak Daun Pepaya ( Carica papaya L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, Jurnal Kesehatan, Vol. 07, No. 03,
hlm. 497-502