Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.1 Definisi Air
Air merupakan sumber utama bagi makhluk hidup di planet ini. Manusia mampu bertahan
hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ini akan mati dalam
beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air berfungsi penting
untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik dan transportasi. Semua
penduduk dunia membutuhkan air sebagai sumber utama kebutuhan. Namun sumbersumber air semakin dicemari oleh limbah industri (Sanim,2011).
Air merupakan suatu kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan untuk kehidupan
manusia karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,
pertanian, industri, perikanan dan rekreasi. Air meliputi 70% dari permukaan bumi, tetapi
di banyak negara persediaan air terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas. Bukan hanya
jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air yang diperlukan untuk penggunaan tertentu,
seperti air yang cocok untuk kegunaan industri atau untuk diminum. Oleh karena itu
penanganan air tertentu biasanya diperlukan untuk persediaan air yang didapat dari
sumber di bawah tanah atau sumber-sumber di permukaan (Buckle dkk, 2009).
Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu

larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun

Universitas Sumatera Utara

buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di
dalam mengandung zat-zat terlarut (Linsley dkk 1991).

2.1.2 Sumber-sumber Air
Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih
karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi.
Menurut Sutrisno (2002), ada lima macam sumber air minum yang dapat digunakan:
a. Air Laut
Air laut rasanya asin karena mengandung garam. Kadar garam dalam air laut 3%
dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum (Sutrisno,
2002).
b. Air Sungai
Menurut undang-undang persungaian mengenai air sungai adalah suatu daerah
yang terdapat didalamnya air yang mengalir secara terus-menerus (Suyono,
1994).
c. Air Hujan

Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air hujan
baru mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan juga
mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak
reservoir sehingga hal ini akan mempercapat terjadinya korosi atau karatan
(Sutrisno, 2002).
d. Air Permukaan

Universitas Sumatera Utara

Air permukaan adalah air yang mengalir dipermukaan bumi, pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang kayu, daun, kotoran industri dan lainnya. Untuk meminumnya
harus melewati proses pembersihan yang sempurna (Sutrisno,2002).
e. Air Tanah
Air tanah adalah air yang mengalir dibawah tanah didalam zona jenuh dimana
tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Sutrisno,2002).

2.1.3 Penggolongan Air
Menurut Rahayu (2007) air menurut pemakaiannya digolongkan menjadi empat golongan
yakni A, B, C dan D.

1. Golongan A
Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu.
2. Golongan B
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C
Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D
Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan
untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

2.1.4 Sifat-sifat Air

Universitas Sumatera Utara

Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi dan biologis.
1. Sifat fisis.
Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya yakni, bentuk padat sebagai
es, bentuk cair sebagai air dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan
didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat. Kepadatan (density) air,

seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P).
Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya temperatur sampai
tercapai maksimum pada 4o Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas
akan turun pula. Sekalipun demikian, temperatur air tidak mudah berubah. Hal ini
tampak pada spesifik heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang
diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Spesific heat
bagi air adalah 1/gram/oC, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan
spesific heat lain-lain elemen di alam. Selain itu temperatur meningkatkan jumlah
tekanan uap (VP). Pada tekanan satu atmosfir, air mendidih pada 100o Celcius.
Karena tekanan uap di daerah tinggi lebih rendah dari satu atmosfir, maka air
mendidih pada temperatur yang lebih rendah (Slamet, 2013).
2. Sifat kimiawi
Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/l.
Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam
air. Air juga merupakan cairan biologis yakni, didapat di dalam tubuh semua
organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah
sangat besar (Slamer, 2013).
3. Sifat biologis

Universitas Sumatera Utara


Organisme mikro biasa terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak
terdapat pada kebanyakan air tanah (seperti juga bahan padat terapung), karena
penyaringan oleh akuifer. Jenis-jenis organisme mikro yang mungkin terdapat di
dalam air sekarang ini disebut binatang, tumbuh-tumbuhan dan protista.
Organisme mikro yang paling dikenal adalah bakteri (Linsley, 1991).

2.1.5 Syarat-Syarat Air
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara
fisik, kimia dan mikrobiologi.
1. Persyaratan fisik
Menurut Kusnaedi (2010), air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan
fisik sebagai berikut.
a. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan.
b. Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (2026o C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di
bawah temperatur udara, berarti mengandung zat tertentu (misalnya, fenol
yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu

(proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan
energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi.
c. Rasanya tawar

Universitas Sumatera Utara

Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin
menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
d. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme.
e. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan
tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat
kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
f. Tidak mengandung zat padatan
Air yang baik tidak boleh mengandung zat padatan walaupun jernih, air yang

mengandung padatan terapung tidak baik digunakan sebagai air minum.
Apabila dididihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan
kualitas air minum.
2. Persyaratan kimia
Menurut Kusnaedi (2010), kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan
kimia sebagai berikut.
a. pH netral
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun
basa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air alam yang
terasa asam adalah air gambut. Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus.

Universitas Sumatera Utara

Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air bersifat asam.
Bila di atas 7, berarti bersifat basa (rasanya pahit).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti
sianida sulfida dan fenolik.
c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe,

Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn dan Cr.
d. Kesadahan total
Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di
dalam air terutama garam Ca dan Mg.
e. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4, H2S, SO42dan NO3.
3. Persyaratan mikrobiologi
Menurut Rahayu (2007), air yang memenuhi persyaratan mikrobiologi yaitu tidak
mengandung bakteri seperti Escherichia coli, Streptococcus faecalis dan
Clostridium welchii. Jika air mengandung bakteri tersebut, bisa dikatakan air
tersebut masih tercemar dan belum memenuhi standart untuk dikonsumsi.

2.1.6 Pemanfaatan Air

Universitas Sumatera Utara

Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang benar-benar dikonsumsi hanya
merupakan sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air minum/bersih.
Namun demikian dari kelompok inipun yang benar dikonsumsi sangat sedikit. Misalnya,

orang hanya minum 2 liter/orang/hari, demikian pula jumlah air yang dikonsumsi hewan
atau tumbuhan hanya sedikit saja. Sebagian besar hanya digunakan sebagai media.
Misalnya penyedia air bersih ini sebagian besar akan kembali ke alam sebagai air bekas
cucian, bekas membersihkan kotoran, bekas mandi dan lain-lainnya (Slamet, 2013).

2.2 Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga
membentuk campuran yang homogen. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan
saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Partikel-partikel koloid yang terbentuk
umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi.
Tetapi apabila koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi
menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan
cepat (Margaretha dkk, 2012).

2.2.1 Koagulan
Koagulan yang sering digunakan untuk air dan pengolahan air limbah adalah aluminium
dan garam-garam besi. Garam-garam logam yang umum adalah aluminium sulfat yang
mana adalah sebuah koagulan yang baik untuk air yang mengandung senyawa organik

Universitas Sumatera Utara


yang cukup besar. Koagulan besi bekerja pada rentan pH yang lebih besar dan umumnya
lebih efektif dalam menghilangkan warna pada air (Viessman and Hummer, 1985).

2.2.2 Jenis-Jenis Koagulan
Adapun jenis-jenis koagulan yang digunakan dalam pengolahan air adalah sebagai
berikut.
1. Tawas
Tawas biasa disebut koagulan karena bisa menimbulkan koagulasi. Koagulasi
ialah proses penggumpalan melalui reaksi kimia, tawas ini akan mengendap
dalam air bersama dengan bahan pencemar air. Pengendapan terjadi bila zat-zat
itu tercampur dengan baik dalam air. Karena itu begitu diberi tawas, air harus
diaduk. Tawas memiliki rumus kimia Al2(SO4). H2O.
Reaksi tawas sebagai koagulan dalam air.
KAl(SO4)2. 12H2O(s) + air

K+(aq) + Al3+(aq) + 2SO42-(aq) + 12H2O(l)

Ion-ion aluminium dalam air mengalami hidrolisis membentuk koloid Al(OH)3.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Al3+(aq) + 3H2O(l)

Al(OH)3(s) + 3H+(aq) (Lajeng dkk, 2014)

2. Poli aluminium klorida (PAC)
Senyawa Al yang lain yang penting untuk koagulasi adalah poli aluminium
klorida (PAC), Aln(OH)mCl3n-m. Ada beberapa cara yang sudah dipatenkan untuk
membuat poli aluminium klorida yang dihasilkan dari hidrolisa parsial dari
aluminium klorida.

Universitas Sumatera Utara

nAlCl3 + mOH-. mNa+

Al n (OH)m Cl3n-m + mNa+ + mCl- (Margaretha dkk,

2012).

2.2.3 Proses Koagulasi
Air sungai yang cokelat adalah koloid yang juga bermuatan. Ketika kedua koloid itu
bertemu, akan saling mengadsorpsi; itulah sifat mereka. Karena kedua koloid itu
berlawanan muatan, maka terjadilah gaya tarik menarik antara kedua muatan yang
berbeda itu. Muatan yang berbeda akan segera menyatu dan terjadilah netralisasi muatan.
Proses penetralan muatan ini akan berakibat terjadinya pelepasan muatan pada masingmasing koloid dan kedua koloid kehilangan muatannya (Lajeng dkk, 2014).
Partikel-partikel yang tadinya membentuk gerombolan dengan diameter tertentu,
akan menyatu, baik dari koloid aluminium maupun koloid sungai. Karena awalnya terjadi
tarik-menarik antar kedua muatan yang berbeda, maka partikel-partikel dari kedua koloid
itu bercampur dan menggumpal sebagai lumpur. Lumpur akan semakin berat dan terpisah
dari air, jatuh ke dasar bak. Air yang menjadi jernih berada diatas lumpur sehingga dengan
mudah dapat dipisahkan dari lumpur (Lajeng dkk, 2014).

2.2.4 Jar Test
Kesulitan utama dalam proses koagulasi ini adalah menentukan dosis optimum koagulan
(zat pengendap), dalam hal ini aluminium sulfat atau tawas, yang tidak selalu berkolerasi
linier terhadap kekeruhan air di tahap akhir koagulasi. Selama ini, metode untuk

Universitas Sumatera Utara

mengukur kadar kekeruhan itu sendiri digunakan metode Jar Test (Permatasari dan
Apriliani, 2013).
Jar Test adalah proses pengujian dosis koagulan untuk mendapatkan dosis yang
tepat dalam skala laboratorium. Karena lingkup kerja dari Jar Test ini adalah skala
laboratorium sehingga perbandingan volume air baku yang diteliti dengan volume air
baku dalam proses koagulasi adalah 1:1000. Hasil dari Jar Test yaitu mendapatkan
hubungan antara nilai kekeruhan dan dosis koagulan yang digunakan. Namun, data hasil
pengukuran metode Jar Test menunjukkan ketidaklinieran antara dua hubungan tersebut
(Permatasari dan Apriliani, 2013).

2.3 Kekeruhan (Turbiditas)
Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk material tersuspensi di
dalam air. Kekeruhan air dapat ditimbulkan adanya bahan-bahan organik dan anorganik
seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu yang menyebabkan air sungai
menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna yang lebih
tua dari warna sesungguhnya (Quddus, 2014)
Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses
untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. Hal lain
yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk
didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak
diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan pada air minum
umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Quddus, 2014).

Universitas Sumatera Utara

Kekeruhan, disebabkan adanya kandungan padatan tersuspensi yang bersifat
organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari lapukan tanaman dan hewan,
sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat organik
dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya (Nuzula dan
Endarko, 2013).

2.4 Pencemaran Air
Sungai digunakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan air dari sumbernya, dan air itu
akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan dan lebar sungai, sehingga pengaruhnya dapat
dilihat dari kualitas air sungai tersebut (Chaerul et al, 2015).
Kualitas air tanah tergantung pada berbagai kandungan kimia dan konsentrasinya.
Limbah industri dan sampah sebagai salah satu pencemar air permukaan dan air tanah.
Di banyak negara air yang tersedia tidak layak untuk diminum karena adanya kadar logam
yang berlebih. Situasi akan memburuk saat musim panas karena kelangkaan air dan debit
air hujan yang berkurang. Sumber air yang tersedia untuk keperluan rumah tangga dan
minum yang terkontaminasi oleh senyawa berat, ion logam dan mikroorganisme
berbahaya adalah salah satu masalah kesehatan yang serius (Patil et al, 2012).
Aktivitas manusia seperti industri, pertambangan, pertanian dan transportasi,
melepaskan sejumlah logam berat yang banyak dalam air permukaan dan air tanah, tanah
dan akhirnya biosfer. Akumulasi logam berat dalam tanaman menjadi perhatian besar
karena kemungkinan kontaminasi makanan melalui akar tanaman tersebut. Meskipun
logam berat seperti Cd, Pb dan Ni tidak penting bagi pertumbuhan tanaman, senyawa

Universitas Sumatera Utara

tersebut mudah diserap dan dikumpulkan oleh tanaman dalam bentuk racun (Nazir et al,
2015).

2.4.1 Logam Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan logam yang secara alami terdapat dalam air. Namun kadar
logam ini dapat saja bertambah jika ada kontaminasi selama perjalanan pada air baku (air
pegunungan) yang dibawa dalam tangki untuk didistribusikan (Khaira, 2014)
Kandungan tembaga (Cu) dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk
metabolisme. Tembaga (Cu) merupakan komponen dari enzim yang diperlukan untuk
menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin, serta untuk
pembentukan jaringan ikat. Namun kelebihan tembaga (Cu) dalam tubuh akan
mengakibatkan keracunan, mual, muntah dan menyebabkan kerusakan pada hati dan
ginjal (Khaira, 2014)
Tembaga (Cu) sebenarnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi
dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing
kepala, anemia, shock, koma dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah dapat
menimbulkan rasa kesat, korosi pada pipa, dan peralatan dapur (Slamet, 2013).
Kandungan tembaga yang terdapat dalam air yang terserap oleh mahluk hidup di
dalam air yaitu, berkisar dari 36,27 sampai 271,67 mg/kg di berbagai jaringan/organ.
Kandungan tertinggi berada pada hati dan paling sedikit di integumen. Urutan terbanyak
dalam organ adalah hati > insang > ginjal > otot > integumen (Javed and Usmani, 2013).

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Penyebab Pencemaran Air
Ada berbagai penyebab pencemaran air. Penyebab ini dapat dibagi secara umum menjadi
dua, yaitu penyebab oleh alam dan penyebab oleh manusia.
1. Penyebab alami: biodegradasi dari tanaman dan hewan air yang dapat mencemari
air. Erosi tepi sungai yang disebabkan endapan dan lumpur yang kadang-kadang
dapat mengganggu kehidupan dalam air. Berbagai jenis garam alami dan zat
lainnya yang bercampur dengan air hujan dan akhirnya jatuh ke sungai dan kolam
(Chakraborty et al, 2013).
2. Penyebab oleh manusia: pencemaran pada air paling besar disebabkan oleh
perbuatan manusia. Limbah industri, limbah pertanian, limbah rumah tangga,
penggunaan pupuk berlebih, pestisida dll adalah jenis polutan yang sering dibuat
manusia. Air yang tercemar berbagai jenis polutan, sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan kehidupan dalam air (Chakraborty et al, 2013).

2.4.3 Indikator Pencemaran Air
Menurut Wardhana (2004), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar
adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:
1. Perubahan suhu air
Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan
organisme lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan menurun
bersamaan dengan kenaikan suhu. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari

Universitas Sumatera Utara

udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Semakin tinggi kenaikan suhu
maka semakin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
2. Perubahan pH
Air mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air
yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan
bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH
yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.
3. Perubahan warna, bau dan rasa air
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik
dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan
air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air.
Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan
atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula berasal dari hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba yang hidup dalam air.
Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah
terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Adanya rasa pada umumnya diikuti pula
dengan perubahan pH air.
4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan
industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat
kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang larut
sebagian akan menjadi koloidal.
Apabila bahan buangan industri berupa bahan anorganik yang dapat larut
maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan

Universitas Sumatera Utara

anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam
berat yang pada umumnya bersifat racun seperti Cd, Cr, Pb.
5. Mikroorganisme
Pada perkembangan biakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan
bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit. Pada umumnya industri pengolahan bahan
makanan berpotensi untuk menyebabkan berkembang biaknya mikroorganisme,
termasuk mikroba patogen.
6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan
Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan
biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui efek langsung maupun
efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat etis bila ada yang membuang
bahan sisa radioaktif ke lingkungan.

Universitas Sumatera Utara