Pengaruh Efektivitas Koagulan PAC (Poly Auminium Chloride) dan Tawas terhadap Logam Mangan (Mn) pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

(1)

EFEKTIVITAS KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM

CHLORIDE) DAN TAWAS TERHADAP LOGAM

MANGAN (Mn) PADA AIR BAKU PDAM TIRTANADI

HAMPARAN PERAK

TUGAS AKHIR

OLEH :

RISNA SITINJAK

NIM :122410113

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-NYA yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan judul ”Pengaruh Efektivitas Koagulan PAC (Poly Auminium Chloride) dan Tawas terhadap Logam Mangan (Mn) pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak”.

Penulisan Tugas Akhir (TA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir (TA) ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh di Laboratorium Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Hamparan Perak.

Dalam penyusunan Tugas Akhir (TA) ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasehat serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak atas bimbingannya dan bantuannya terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Sc.,Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Famasi Dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penyelesaikan Tugas Akhir (TA)

5. Bapak Rivai Edward Sebayang, ST selaku dosen pembimbing di laboratorium PDAM Tirtanadi Hamparan Perak.

6. Bapak Agung, seluruh pegawai dan staf di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir (TA) di laboratorium.

7. Untuk rekan mahasiswa/i Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus terima kasih kepada Orang tua, Bapak Bakti Sitinjak dan Ibu Kartini Manalu yang telah memberikan material dan dorongan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir (TA).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir (TA) ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir (TA) ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukannya.

Medan, Februari 2015

Risna Sitinjak NIM 122410113


(5)

ABSTRAK

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi persyaratan mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu lapisan air yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam. Sumber air permukaan yaitu sungai, rawa, dan mata air, serta air laut.

Sampel diambil dari air Sungai Belawan, pengujian sampel dilakukan dengan menggunakan metode jar test dan metode spektrofotometri sesuai dengan prosedur dan alat spektrofotometer DR/ 2400 yang digunakan di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak.

Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Tawas merupakan koagulan yang digunakan untuk pengolahan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk membuat perbandingan koagulan efektif dari campuran PAC dan Tawas dalam pengolahan air Sungai Belawan.

Dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan pada 5 (lima) sampel yang telah diberikan koagulan PAC diperoleh rata-rata kadar logam Mangan pada air baku yaitu 0,0904 mg/L dengan simpangan baku 0,00237, sedangkan dengan menggunakan koagulan Tawas kadar rata-ratanya adalah 0,1174 mg/L dengan simpangan baku 0,00575, dimana kadar maksimum yang ditetapkan dalam PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu 0,40 mg/L. Dengan demikian telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Kata kunci: Jar test, Mangan, PAC (Poly Aluminium Chloride),Spektrofotometri, Tawas


(6)

ABSTRACT

The raw water is water that will be used for drinking water treatment inputs that meet the quality requirements of raw water. Treated raw water into drinking water can come from underground water sources that water layer containing water below the surface or in shallow soil. Surface water sources are rivers, swamps, and springs, as well as sea water.

River water samples were taken from Belawan, the test samples were calculated using a jar test and spectrophotometric method in accordance with the procedures and spectrophotometer DR/ 2400 is used in the laboratory PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak.

Poly Aluminium Chloride (PAC) and Alum is a coagulant used for water treatment. This study aims to create an effective coagulant ratio of the mixture of PAC and Alum in Belawan River water treatment.

From the results of tests that have been carried out on five (5) samples have been given coagulant PAC obtained an average metal content of manganese in the raw water is 0.0904 mg / L with a standard deviation of 0.00237, while the use of coagulants Tawas average levels is 0.1174 mg / L with a standard deviation of 0.00575, where the maximum levels set out in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 416 / Ministry of Health NO/PER/IX/1990, which is 0,40 mg/ L. Thus has met the requirements set.

Keywords: jar test, manganese, pac (poly aluminum chloride), spectrophotometry, alum


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 4

1.3 Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.1.1 Air Sungai ... 7

2.2 Mangan ... 8

2.2.1 Fungsi Mangan ... 9

2.2.2 Absorpsi dan Metabolisme ... 9

2.2.3 Akibat Defisiensi Mangan ... 9


(8)

2.3 Poly AluminumChloride (PAC) ... 10

2.4 Tawas (Aluminium Sulfat) ... 11

2.5 Metode Jar Test... 13

2.6 Metode Spektrofotometri DR/ 2400 ... 15

BAB III METODE PERCOBAAN ... 16

3.1 Tempat... 16

3.2 Sampel ... 16

3.3 Alat ... 16

3.4 Bahan ... 16

3.5 Prosedur Pengujian ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil ... 20

4.2 Pembahasan ... 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Hasil pengujian kekeruhan dan kadar logam mangan

pada air baku ... 21 Tabel 4.2 Rata-rata kekeruhan dari lima sampel air baku

menggunakan koagulan PAC menggunakan metode

jar test dan turbidimetri ... 22 Tabel 4.3 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat

dari parameter kekeruhannya menggunakan koagulan

PAC untuk mendapatkan dosis optimum ... 23 Tabel 4.4 Data kekeruhan dari lima sampel air baku dengan

penambahan koagulan Tawas menggunakan metode

jar test dan turbidimetri ... 24 Tabel 4.5 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat

dari parameter kekeruhannya menggunakan koagulan

Tawas untuk mendapatkan dosis optimum ... 25 Tabel 4.6 Hasil analisa kadar logam mangan (Mn) pada dosis

optimum 25 ppm ... 26 Tabel 4.7 Hasil data statistik ... 27


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Grafik rata-rata kekeruhan dari lima sampel air

menggunakan koagulan PAC ... 22 Gambar 4.2 Grafik rata-rata kekeruhan dari lima sampel air


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Gambar Sampel ... 36 Lampiran 2 Gambar Alat dan Bahan ... 37 Lampiran 3 Hasil Pengujian Kekeruhan Sampel Air Baku ... 39 Lampiran 4 Uji One Way Anova Koagulan PAC untuk

mendapatkan Dosis Optimum ... 41 Lampiran 5 Uji One Way Anova Koagulan Tawas untuk

mendapatkan Dosis Optimum ... 44 Lampiran 6 Hasil Uji Independent Samples Test Mangan

menggunakan koagulan PAC dan Tawas ... 47 Lampiran 7 Bagan Alir Penelitian... 48 Lampiran 8 Kesepakan Sasaran Mutu Instalasi Pengolahan

Air PDAM Tirtanadi Sumatera Utara ... 50 Lampiran 9 Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia


(12)

ABSTRAK

Air baku adalah air yang akan digunakan untuk input pengolahan air minum yang memenuhi persyaratan mutu air baku. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari sumber air bawah tanah yaitu lapisan air yang mengandung air di bawah permukaan tanah dangkal atau dalam. Sumber air permukaan yaitu sungai, rawa, dan mata air, serta air laut.

Sampel diambil dari air Sungai Belawan, pengujian sampel dilakukan dengan menggunakan metode jar test dan metode spektrofotometri sesuai dengan prosedur dan alat spektrofotometer DR/ 2400 yang digunakan di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak.

Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Tawas merupakan koagulan yang digunakan untuk pengolahan air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk membuat perbandingan koagulan efektif dari campuran PAC dan Tawas dalam pengolahan air Sungai Belawan.

Dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan pada 5 (lima) sampel yang telah diberikan koagulan PAC diperoleh rata-rata kadar logam Mangan pada air baku yaitu 0,0904 mg/L dengan simpangan baku 0,00237, sedangkan dengan menggunakan koagulan Tawas kadar rata-ratanya adalah 0,1174 mg/L dengan simpangan baku 0,00575, dimana kadar maksimum yang ditetapkan dalam PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 yaitu 0,40 mg/L. Dengan demikian telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Kata kunci: Jar test, Mangan, PAC (Poly Aluminium Chloride),Spektrofotometri, Tawas


(13)

ABSTRACT

The raw water is water that will be used for drinking water treatment inputs that meet the quality requirements of raw water. Treated raw water into drinking water can come from underground water sources that water layer containing water below the surface or in shallow soil. Surface water sources are rivers, swamps, and springs, as well as sea water.

River water samples were taken from Belawan, the test samples were calculated using a jar test and spectrophotometric method in accordance with the procedures and spectrophotometer DR/ 2400 is used in the laboratory PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak.

Poly Aluminium Chloride (PAC) and Alum is a coagulant used for water treatment. This study aims to create an effective coagulant ratio of the mixture of PAC and Alum in Belawan River water treatment.

From the results of tests that have been carried out on five (5) samples have been given coagulant PAC obtained an average metal content of manganese in the raw water is 0.0904 mg / L with a standard deviation of 0.00237, while the use of coagulants Tawas average levels is 0.1174 mg / L with a standard deviation of 0.00575, where the maximum levels set out in the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 416 / Ministry of Health NO/PER/IX/1990, which is 0,40 mg/ L. Thus has met the requirements set.

Keywords: jar test, manganese, pac (poly aluminum chloride), spectrophotometry, alum


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa seperti di Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah air gambut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih (Nainggolan, 2011).

Air merupakan sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin (Sutrisno, 1996).

Keperluan air bersih dari tahun ke tahun khususnya kebutuhan air minum di Indonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Ketersediaan air bersih tersebut bergantung pada keberadaan sumber air bersih yang semakin sedikit akibat


(15)

berkurangnya lahan resapan air oleh pesatnya pembangunan, pemakaian air tanah yang tak terkendali, dan pencemaran dari industri (Anugrah, 2013).

Air sungai biasanya digunakan sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Umumnya air sungai mengandung padatan tersuspensi, baik organik maupun anorganik yang mengeruhkan air. Oleh sebab itu, air sungai harus diolah terlebih dahulu. Cara pengolahan yang digunakan bergantung pada mutu air bakunya (Anugrah, 2013).

Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan berbagai keperluan, oleh karena itu diproduksi secara rutin dalam skala industri. Penggunaan logam-logam berat tersebut dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, ataupun sengaja telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungan (Kanisius, 1992).

Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahir/ lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dan sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan


(16)

apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak (Sutrisno, 1996).

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini pada air sungai PDAM Tirtanadi Hamparan Perak, sehingga penulis memilih judul tentang ” Efektivitas Koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas terhadap Kadar Logam Mangan pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak”.


(17)

1.2 Tujuan

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar mangan sebelum penambahan koagulan Poly Aluminium Klorida (PAC) dan koagulan Tawas menggunakan metode Spektrofotometer DR/ 2400.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar mangan setelah penambahan koagulan Poly Aluminium Klorida (PAC) dan Tawas dengan dosis optimum.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas jenis koagulan Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan Tawas terhadap logam mangan di air baku (air Sungai Belawan) dilihat dari hasil data statistikanya. 4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah air hasil olahan PDAM

Tirtanadi Hamparan Perak khususnya pada logam mangan memenuhi atau tidaknya untuk dikonsumsi berdasarkan persyaratan Permenkes 2010.

1.3 Manfaat

Penulis ingin memberikan informasi koagulan mana yang efektivitasnya paling berpengaruh terhadap logam mangan pada air baku (air sungai Belawan) dan menganalisis kadar mangan (Mn) di dalam air baku (air sungai Belawan) dengan metode Jar Test dan Spektrofotometri DR/ 2400 yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis mengenai cara menganalisa mangan (Mn) pada air baku dan air reservoir yang terdapat di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak serta bermanfaat dalam mengetahui syarat ambang batas logam mangan di dalam air bersih.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga, keperluan industri dan lain-lain. Tanpa air manusia dan mahkluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Tubuh kita sebagian besar terdiri dari air, dimana air dapat berfungsi sebagai alat angkut zat dari bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lain (Effendi, 2008).

Air yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari adalah air bersih, berdasarkan PERMENKES RI NO 416/MENKES/PER/IX/1990 dimana air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih ini diperoleh dari air tanah yang terdiri dari air sumur gali atau sumur bor, air hujan, air ledeng, serta dari sumber mata air. Sebaliknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dan mempunyai suhu yang sesuai dengan standard yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa nyaman. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral ataupun zat organis/ biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau dan kejernihan air (Effendi, 2003).

Air itu sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di dunia, khususnya sebagai air minum. Namun air dapat juga menimbulkan berbagai akibat gangguan kesehatan terhadap si-pemakai.


(19)

Ini disebabkan karena:

a. Adanya kemampuan dari air untuk melarutkan bahan-bahan padat, mengabsorbsikan gas-gas dan bahan cair lainnya, sehingga semua air alam mengandung mineral dan zat-zat lain dalam larutan yang diperolehnya dari udara, tanah dan bukit-bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan atau zat-zat ini dalam air dalam konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan pada si pemakai.

b. Air sebagai faktor yang utama dalam penularan berbagai penyakit infeksi bakteri-bakteri usus tertentu seperti typus, paratypus, dysentri, dan kolera. Dalam hubungannya dengan kebetulan manusia akan air minum dan dengan memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan karena pemakaian air tersebut, maka ditetapkan standar kualitas air minum (Sutrisno, 1996).

Menurut Situmorang (2007), pengolahan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:

a. Golongan a, yaitu yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan b, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. c. Golongan c, yaitu yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

d. Golongan d, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air (Azrul, 1979).


(20)

Ditinjau dari sudut pandang kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk dicemari. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan berbagai zat- zat berbahaya untuk kesehatan. Air di dalam tanah demikian pula halnya, karena sekalipun telah terjadi proses penyaringan, namun tetap saja ada kemungkinan kontaminasi dengan zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan. Namun, demikian secara relatif jika di bandingkan antara ketiga macam air tersebut, maka pada umumnya air dalam tanah jauh lebih baik dari pada kedua macam air lainnya, untuk dibutuhkan pengolahan lebih lanjut (Azrul, 1979).

2.1.1 Air Sungai

Sebagian besar air hujan yang turun kepermukaan tanah, mengalir ketempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya barat, akhirnya melimpah ke danau atau kelaut. Suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Menurut undang-undang persungaian mengenai air sungai adalah suatu daerah yang terdapat di dalamnya air yang mengalir secara terus menerus (Suyono, 1994).

Air sungai dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tingi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno,1996).


(21)

Pada umumnya air ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air tersebut. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi (Sutrisno, 1996).

Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air sungai ini akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri sebagai berikut:

Udara yang mengandung Oksigen atau O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permuakaan yang telah mengalami pengotoran, karena selama dalam perjalanan, O2 akan meresap ke dalam air sungai. Panjangnya daerah perusakan ini tergantung pada:

− Sifat dan banyak pengotoran.

• Aliran sungai (cepat atau lambat) • Suhu/ temperatur

− Kadar Oksigen yang terlarut (Sutrisno, 1996). 2.2 Mangan (Mn)

Logam Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh. Logam Mangan memiliki energi ionisasi 7,21 g/cm3, titik leburnya sekitar 1) 1246 717, 3KJ/mol, 2)1509 KJ/mol, 3) 3248 KJ/mol. Logam Mangan memiliki jari-jari atom 1,35 Ao, logam ini bersifat paramagnetik (Sugiarto, 2007).


(22)

2.2.1 Fungsi Mangan.

Fungsi utama dalam tubuh adalah sebagai komponen enzim (Sugiarto, 2007).

2.2.2 Absorbsi dan Metabolisme

Pengambilan mangan oleh manusia terutama terjadi melalui makanan, seperti bayam, teh dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung konsentrasi tertinggi adalah biji-bijian dan beras, kacang kedelai, telur, kacang-kacangan, minyak zaitun, kacang hijau dan tiram. Setelah penyerapan dalam tubuh manusia Mangan akan diangkut melalui darah ke hati, ginjal, pankreas dan kelenjar endokrin (Sugiarto, 2007).

2.2.3 Akibat Defisiensi Mangan

Kekurangan Mangan pada manusia dapat menyebabkan Penurunan berat badan, iritasi kulit, mual & muntah, perubahan warna rambut , pertumbuhan rambut yang lambat (Sugiarto, 2007).

2.2.4 Akibat Kelebihan Mangan

Mangan (Mn) mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, otot muka kusam, dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn, bicaranya lambat dan hyper reflex (Sugiarto, 2007).

Efek mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf. Ketika orang-orang yang terkena mangan untuk jangka waktu lama mereka menjadi impoten. Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti, skizofrenia


(23)

kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia. Karena merupakan elemen penting bagi kesehatan manusia kekurangan mangan juga dapat menyebabkan efek kesehatan berupa: kegemukan, gula, pembekuan darah, masalah kulit, menurunkan kadar kolesterol, gangguan skeleton, kelahiran cacat, perubahan warna rambut dan gejala neurologikal (Sugiarto, 2007).

Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,40 mg/L, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati (Sutrisno, 1996).

2.3 Poly Aluminium Chloride (PAC)

Dalam pengolahan air baku menjadi air bersih, zat koagulan perlu ditambahkan untuk menghilangkan kekeruhan apabila kekeruhan dan warna melebihi yang ditetapkan. Contohnya ialah Poly Aluminium Chloride (PAC) Aln(OH)mCl(3n-m) dan Aluminium Sulfat (Tawas) KAl(SO4)2. Jika air baku sudah jernih, tidak perlu lagi dibubuhkan koagulan, tetapi cukup dengan penyaringan dan disinfeksi. Secara teoretis, partikel-partikel halus penyebab kekeruhan dapat diendapkan secara alami tanpa pembubuhan koagulan. Namun, diperlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak mungkin dilakukan dalam skala besar. Oleh karena itu, partikel-partikel kecil digumpalkan agar dapat lebih cepat diendapkan (Sumarni, 1989).

Poly Aluminium Chloride (PAC) adalah suatu persenyawaan anorganik komplek, mempunyai rumus umum Aln(OH)mCl(3n-m). Beberapa keunggulan yang dimiliki Poly Aluminium Chloride (PAC) dibandingkan dengan koagulan lainnya:


(24)

1. Dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas sehingga tidak diperlukan pengkoreksian terhadap pH.

2. Kandungan belerang yang cukup akan mengoksidasi senyawa karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan rantai gugus karbon yang lebih pendek sehinga mudah membentuk flok.

3. Tidak menjadi keruh bila pemakaiannya berlebihan.

4. Tidak perlu bahan pembantu karena mengandung polimer khusus dengan struktur polielektrolit.

5. Kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim dan hemat dalam penggunaan bahan.

6. Lebih cepat membentuk flok dari pada koagulan biasa, diakibatkan gugus aktif aluminat bekerja efektif mengikat koloid yang diperkuat rantai polimer dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat (Rifa’i, 2007).

Koagulan selain menurunkan kekeruhan, juga dapat menurunkan kadar Fe, Mn, dan zat organik. Analisis Fe, Mn, dan zat organic dilakukan terhadap air hasil jar test (Anugrah, 2013).

2.4 Tawas (Aluminium Sulfat)

Tawas (Aluminium Sulfat) adalah sejenis koagulan dengan rumus kimia AL2SO4.11 H2O atau 14H2O atau 18 H2O, umumnya yang digunakan adalah 18 H2O. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah


(25)

penyimpanannya. Bahan ini dapat berfungsi efektif pada pH antara 4-8. Jumlah pemakaian tawas tergantung turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakaian tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang terkandung oleh air baku tersebut. Semakin banyak dosis tawas yang di tambahkan maka pH akan semakin turun, karena di hasilkan asam sulfat sehingga di perlukan pencarian dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 - 7,4 (Nainggolan, 2011).

Koagulan yang berbasis Aluminium seperti Aluminium Sulfat digunakan pada pengolahan air minum untuk memperkuat penghilangan materi partikulat, koloidal dan bahan-bahan terlarut lainnya melalui air, sehingga menimbulkan konsentrasi aluminium yang lebih tinggi dalam air yang diolah dari pada dalam air mentah itu sendiri (Nainggolan, 2011).

Dosis koagulan yang ditambahkan dalam proses pengolahan air bersih penting untuk ditentukan agar tidak boros membubuhkannya. Salah satu cara penentuan dosis tersebut adalah dengan jar test di laboratorium. Jar test merupakan cara yang paling tepat untuk menentukan kondisi optimum proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dari berbagai mutu air baku. Jar test dilakukan dengan cara membubuhkan koagulan dengan konsentrasi yang berbeda-beda diikuti dengan pengadukan cepat, pengadukan lambat, dan sedimentasi. Partikel terlarut dalam air baku akan mengendap, filtrat yang diperoleh diukur kekeruhan, kadar Fe, Mn, dan zat organiknya. Dosis koagulan yang tepat ditentukan dari penurunan kekeruhan, kadar Fe, Mn, dan zat organik hingga memenuhi persyaratan Permenkes tentang Air Minum No 492/


(26)

Menkes/Per/IV/2010. Dosis optimum koagulan ditentukan, yaitu yang dapat menurunkan kekeruhan, kadar Fe, Mn, dan zat organik hingga memenuhi persyaratan Permenkes dengan nilai konsentrasi terendah. Efektivitas PAC dengan Tawas juga dibandingkan (Anugrah, 2013).

2.5 Metode Jar Test

Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan dilakuakan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalkan proses-proses koagulasiflokulasidan penjernihan (Rifa’i, 2007).

Jar test memberikan data mengenai kondisi optimum untuk parameter-parameter proses seperti :

a. Dosis koagulan dan koagulan pembantu. b. pH.

c. Metode pembubuhan bahan kimia (pada atau dibawah permukaan air, pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan atau berurutan, lokasi pembubuhan relatif terhadap peralatan pengadukan).

d. Kecepatan larutan kimia.

Waktu dan intensitas pengadukan cepat dan pengadukan lambat (flokulasi). e. Waktu penjernihan.

Untuk jar test penetapan standarisasi dan prosedur tetap merupakan syarat untuk mendapatkan hasil-hasil yang benar. Terpisah dari


(27)

parameter proses yang disebutkan di atas, variabel-variabel berikut juga harus dimonitor dan dikontrol, yaitu seperti :

− Temperatur air di dalam gelas beaker jar test.

− Warna dan kekeruhan air baku yang telah diolah atau air olahan. − Metode pengeluaran contoh air (sample air).

− Peralatan percobaan laboratorium dan prosedur analisis laboratorium. Bagian-bagian penting dari sebuah jar test sebagai berikut : a. Sebuah motor yang dapat diatur

b. Batang-batang pengaduk dengan impeller atau rotor dan kecepatan rotasi rotor dapat diatur

c. Sebuah gelas beaker atau tabung di bawah setiap rotor d. Sebuah pengatur waktu (otomatis dan manual)

e. Perlengkapan pada setiap tabung : − Stater pada setiap tabung

− Tabung pembubuh bahan kimia, satu atau dua buah untuk setiap jar yang dipasang pada sebuah jar

− Tempat sample (sebuah untuk jar test) (Rifa’i, 2007).

Jar test dapat digunakan untuk merancang suatu instalasi pengolahan air, untuk menentukan intensitas pengadukan, periode pengadukan cepat dan lambat, periode sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan. Kebanyakan pada instalasi pengolahan yang ada. Jar test digunakan untuk menetukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku, khususnya dosis bahan kimia yang tepat. Berbagai tabung jar test memungkinkan


(28)

untuk menyelidiki perbandingan terhadap pengaruh kondisi-kondisi yang berbeda, untuk suatu variabel proses yang spesifik (Rifa’i, 2007).

2.6 Metode Spektrofotometri DR/ 2400

Spektrofotometer visible adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif (Ompusunggu, 2009).

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap suatu deret contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap (Day dan Underwood, 2000). Prinsip dari alat ini yaitu radiasi pada rentang panjang gelombang 400-800 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, semakin panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (Watson, 2010).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko, dan suatu alat untuk mengukur perbedaan antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2003).


(29)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015. Pengujian Efektivitas koagulan Tawas dan PAC terhadap logam mangan pada air baku (air sungai) dilakukan di laboratorium PDAM Tirtanadi Instalai Pengolahan Air Hamparan Perak yang berlokasi di desa Klambir V Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang. 3.2 Sampel

Air baku untuk PDAM Tirtanadi Hamparan Perak adalah air sungai bagian hulu sungai Belawan.

3.3 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: seperangkat alat Jar test, Batang pengaduk, Beaker gelas 1000 ml, Erlenmeyer 500 ml, Kuvet 10 ml, Jerigen 20 L, Pipet volum 10 ml, Turbidimeter dan Spektrophotometer DR 2400 . 3.4 Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kristal koagulan Tawas, larutan Alkaline Cyanide, larutan PAN Indicator 0,1 %, sampel air baku, Reagen Ascorbit Acid Powders Pillows, serbuk koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride, tissu.

3.5 Prosedur Pengujian

3.5.1 Penyiapan Sampel air baku (air sungai)

Sampel air air baku diperoleh di sungai hamparan perak dengan cara berlawanan arah sungai dengan jarak lebih kurang 3 m dengan variasi 5 sampel di


(30)

sepanjang air sungai. Kemudian dimasukkan air baku ke dalam 5 beaker gelas bervolume 1000 ml. Air baku siap dilakukan penelitian.

3.5.1 Pembuatan Koagulan PAC dan Tawas

Koagulan PAC yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAC 1%. 10 mg serbuk PAC dilarutkan dengan akuades, dilarutkan menggunakan magnetik stirer selama ±5 menit pada suhu kamar. Sedangkan koagulan tawas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tawas 1%, 10 mg kristal tawas dilarutkan dengan akuades, dilarutkan menggunakan magnetik stirer selama ±5 menit pada suhu kamar.

3.5.3 Prosedur Metode jar test untuk menentukan dosis optimum koagulan PAC dan Tawas

Diambil tiap sampel air baku 1, 2, 3, 4, 5 sebanyak 1000 ml dan dimasukkan kedalam beaker gelas 1000 ml. Masing-masing beaker gelas yang berisi air baku 1000 ml di pastikan tidak basah (kondisi luar kering). Dimasukkan koagulan PAC dan Tawas sebanyak 19 ml, 21 ml, 23 ml, 25 ml dan 27 ml ke masing-masing beaker gelas. Dimasukkan ke dalam alat jar test. Dihidupkan alat jar test dan lampu jar test agar tampak jelas flok-flok yang terbentuk. Diturunkan alat mixer pada jar test tepat di posisi tengah beaker gelas. Diatur kecepatan mixer dengan kekuatan 140 rpm dan tekan tombol kecepatan waktu selama 5 menit untuk proses koagulasi, setelah itu atur kembali kecepatan mixer 50 rpm dengan kecepatan 10 menit untuk proses flokulasi dan diturunkan kecepatan mixer ke posisi nol terlebih dahulu kemudian atur waktu selama 20 menit untuk proses sedimentasi. Dilihat flok yang terbentuk, kemudian air dapat di tentukan turbiditinya untuk mendapatkan dosis optimum.


(31)

3.5.4 Prosedur Penetapan Kadar Mangan 3.5.4.1Persiapan Sampel Uji

− Masing-masing beaker glass yang berisi air baku 1000 ml dipastikan tidak basah (kondisi luar kering)

− Dimasukkan koagulan PAC dan Tawas dengan dosis 25 ppm sebanyak 2,5 ml ke masing-masing beaker gelas.

− Dimasukkan ke dalam alat jar test lalu dihidupkan alat jar test dan lampu jar test agar tampak jelas flok-flok yang terbentuk.

− Diturunkan alat mixer pada jar test tepat di posisi tengah beaker gelas. Diatur kecepatan mixer dengan kekuatan 140 rpm dan tekan tombol kecepatan waktu selama 5 menit untuk proses koagulasi, setelah itu atur kembali kecepatan mixer 50 rpm dengan kecepatan 10 menit untuk proses floakulasi dan diturunkan kecepatan mixer ke posisi nol terlebih dahulu kemudian atur waktu selama 20 menit untuk proses sedimentasi.

− Dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 10 ml, kuvet berisi sedian 10 ml siap dilakukan pengujian terhadap kadar logam mangan (Mn) dengan menggunakan spektrofotomete DR/2400.

3.5.4.2 Prosedur Pengujian Logam Mangan Menggunakan Spektrofotometer − Pastikan analis memakai sarung tangan dan masker.

− ekan powder pada alat spektrofotometer DR/2400, tekan hach program pilih program 290 mangan tekan tombol start, dan layar menunjukkan mg/L Mn.


(32)

− Isi cell yang pertama dengan 10 ml air aquadest ( blanko) dan cell ke 2 dengan air yang mau diuji (sebagai sampel).

− Masukkan masing- masing 1 bungkus kandungan reagen Ascorbit Acid Powders Pillows, tutup botol dan aduk hingga homogen.

− Tambahkan masing-masing 15 tetes larutan Alkaline Cyanide, tutup botol dan aduk hingga homogeny.

− Tambahkan 21 tetes larutan PAN Indicator 0,1% ke dalam masing-masing cell, tutup dan aduk hingga homogeny.

− Tekan tanda waktu/ timer dan ok untuk menandakan reaksi berlangsung biarkan selama 2 menit dan setelah waktu tercapai, letakkan cell 1 (sebagai blanko ke dalam dudukan cell, kemudian tutup dan tekan tanda zero. Lihat dan catat layar menunjukkan 0,00 mg/L.

− Masukkan cell ke 2 (sebagai sampel)/ larutan yang akan di uji, lalu tutup dan tekan tanda”READ” layar akan menampilkan hasil analisa. Catat hasil yang tertera pada layar.


(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Sampel air baku (air Sungai Belawan) Hamparan Perak ditentukan kadar logam mangannya (Mn) dengan menggunakan Spektrofotometer DR/ 2400 dengan penambahan reagen Ascorbit Acid Powders Pillows. Berikut ini adalah hasil pengukuran kadar mangan dengan variasi 5 sampel air baku (air Sungai Belawan) (Tabel 4.1).

Tabel 4.1 Hasil pengujian kekeruhan dan kadar logam mangan pada air baku

Penentuan dosis optimum koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas terhadap sampel air baku sungai belawan hamparan perak pada kelima sampel air baku, dilihat dari parameter kekeruhannya menggunakan alat Turbiditimeter dengan variasi dosis (ppm) yang berbeda-beda.

Dari setiap perlakuan jar test terhadap kelima sampel dengan masing-masing 5 (lima) titik sampel maka diperoleh hasil rata-rata dari kelima sampel air baku (tabel 4.2).

No Air Baku Kekeruhan (NTU) Logam Mangan (mg/L)

1 Sampel 1 86 0,124

2 Sampel 2 110 0,125

3 Sampel 3 125 0,127

4 Sampel 4 136 0,127

5 Sampel 5 142 0,130

Rata-rata 120 0,1266


(34)

Tabel 4.2 Rata-rata kekeruhan dari lima sampel air baku menggunakan koagulan PAC menggunakan metode jar test dan turbidimetri

Untuk melihat lebih jelas dari tabel 4.2 pengujian kekeruhan dari kelima sampel dengan dosis bervariasi di dapat rata-rata dari kelima sampel adalah dapat dilihat pada tabel grafik 4.1.

Gambar 4.1 Grafik rata-rata kekeruhan dari lima sampel air baku menggunakan koagulan PAC

Untuk melihat keakuratan data dari kelima sampel dilihat dari parameter kekeruhannya untuk mendapatkan dosis optimum maka dilakukan pengujian statistika menggunakan uji one way anova. Berikut merupakan data uji statistika uji one way anova dari kelima sampel dapat dilihat pada tabel 4.3.

N o

Sampel Kekeruhan dengan Dosis PAC yg berbeda (NTU) 19 ppm 21 ppm 23 ppm 25 ppm 27 ppm 1. 2. 3. 4. 5 Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 7,36 6,33 6,97 7,21 7,91 3,47 4,52 3,68 3,60 5,43 1,70 2,35 1,94 1,89 2,20 0,98 1,00 1,04 1,02 1,01 0,70 0,80 1,03 0,74 0,83

Rata-rata 7,16 4,14 2,01 1,01 0,82


(35)

Tabel 4.3 Uji statistika one way anova dari kelima sampel dilihat dari parameter kekeruhannya menggunakan koagulan PAC untuk mendapatkan dosis optimum

ANOVA

kekeruhan

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups Within Groups Total 141,243 4,425 145,668 4 20 24 35,311 ,221 159,603 ,000 Homogeneous subsets Kekeruhan Tukey HSD

Dosis dengan koagulan PAC

N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

koagulan pac dosis 27 koagulan pac dosis 25 koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 19 Sig. 5 5 5 5 5 ,8200 1,0100 ,967 2,0160 1,000 4,1400 1,000 7,1560 1,000

Berdasarkan pengujian data statistika di atas dengan menggunakan uji one way anova di simpulkan bahwa terdapat perbedaan statistika yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0.00) pada dosis koagulan PAC dengan kata lain Ho kita tolak dan Hi kita terima. Selain itu dari uji post-Hoc menggunakan turkey dapat disimpulkan bahwa rdosis yang digunakan adalah di 25 ppm, karena pada dosis 25 ppm kekeruhannya dibawah 2 NTU yaitu 1,01 NTU sedangkan di dosis 23 ppm masih menyimpang syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak adalah di bawah 2 NTU.

Penentuan dosis optimum koagulan Tawas (Alum) terhadap sampel air di Sungai Belawan Hamparan Perak pada air baku-1 sampai air baku -5, dilihat dari


(36)

parameter kekeruhannya menggunakan alat Turbiditimeter dengan variasi dosis (ppm) yang berbeda-beda. Setelah pengujian kekeruhan dari kelima sampel dengan dosis bervariasi di dapat rata-rata simpangan baku dari kelima sampel. Berikut merupakan hasil pengukuran kadar turbidity air baku sampel 1, 2, 3, 4 dan 5 (Tabel 4.4).

Tabel 4.4 Data kekeruhan dari lima sampel air baku dengan penambahan koagulan tawas menggunakan jar test turbidimetri

Untuk melihat lebih jelas pengujian kekeruhan dari kelima sampel dengan dosis bervariasi di dapat rata-rata dari kelima sampel adalah dapat dilihat pada gambar grafik 4.2.

Gambar 4.2. Grafik rata-rata kekeruhan dari lima sampel air baku menggunakan koagulan Tawas.

No Sampel Kekeruhan dengan Dosis Tawas yg berbeda (NTU) 19 ppm 21 ppm 23 ppm 25 ppm 27 ppm 1. 2. 3. 4. 5 Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 14,50 21,40 17,80 19,00 21,70 10,50 17,40 9,70 11,20 14,60 7,63 11,30 6,40 8,71 6,26 3,51 4,69 3,23 4,25 2,80 2,89 3,00 2,14 2,80 1,57

Rata-rata 18,88 12,68 8,06 3,70 2,48


(37)

Untuk melihat keakuratan data dari kelima sampel dilihat dari parameter kekeruhannya untuk mendapatkan dosis optimum maka dilakukan pengujian statistika menggunakan uji one way anova. Berikut merupakan data uji statistika uji one way anova dari kelima sampel dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Uji statistika one way anova kelima sampel dilihat dari kekeruhannya menggunakan koagulan Tawas untuk mendapatkan dosis optimum ANOVA kekeruhan

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups Within Groups Total 913,388 97,681 1011,069 4 20 24 228,347 4,884 46,753 ,000 Homogeneous Subsets kekeruhan Tukey HSD

Dosis dengan koagulan

TAWAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

koagulan tawas dosis 27 koagulan tawas dosis 25 koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 19 Sig. 5 5 5 5 5 2,4800 3,6960 ,905 8,0060 1,000 12,6800 1,000 18,8800 1,000

Berdasarkan pengujian data statistika koagulan tawas dengan menggunakan uji one way anova di simpulkan bahwa terdapat perbedaan statistika yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0.00) pada dosis koagulan PAC dengan kata lain Ho kita tolak dan Hi kita terima. Selain itu dari uji post-Hoc menggunakan turkey dapat disimpulkan bahwa rata-rata di setiap dosis kekeruhannya di atas 2 NTU sehingga masih menyimpang syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. oleh karena itu yang menjadi penentuan dosis yang digunakan diambil dari dosis rata-rata koagulan pac yang


(38)

memenuhi syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak yaitu di dosis 25 ppm. Berikut merupakan pengulangan analisis kandungan mineral mangan (Mn) terhadap penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas (Alum) pada air baku-1 sampai air baku-5 pada dosis 25 ppm (Tabel 4.4).

Tabel 4.6 Hasil analisis kadar logam mangan (Mn) pada dosis optimum 25 ppm No Dosis Volume

Koagulan (ml)

Sampel Logam Mangan (mg/L)

PAC Tawas

1 25 ppm 2,5 Sampel 1 0,087 0,117

2 25 ppm 2,5 Sampel 2 0,091 0,110

3 25 ppm 2,5 Sampel 3 0,091 0,116

4 25 ppm 2,5 Sampel 4 0,090 0,120

5 25 ppm 2,5 Sampel 5 0,093 0,124

Rata-rata 0,0904 0,1174

Simpangan baku 0,00237 0,00575

Dari tabel di atas maka diperoleh rata-rata kadar logam mangan dengan koagulan PAC 0,0904 dengan simpangan baku 0,0019 sedangkan kadar rata-rata logam mangan dengan koagulan Tawas 0,1174 dengan simpangan baku 0,0046.

Penentuan effektivitas koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas (Alum) terhadap logam mangan dilakukan pengujian data statistika, yang bertujuan terhadap keakuratan analisis data. Berikut merupakan hasil statistika uji Indenpendent Test perbandingan dua variabel yaitu koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas terhadap parameter logam mangan pada air baku (air Sungai Belawan) Hamparan Perak dengan variasi 5 sampel air baku dan dengan dosis yang sama dalam kondisi dosis optimum yaitu 25 ppm (Tabel 4.7).


(39)

Tabel 4.7 Hasil data statistik KOAGULAN DOSIS 2,5

ml konsentrasi 1 % N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean KADAR_MANGAN PAC

TAWAS

5 5

,09 ,12

,002 ,005

,001 ,002

t-test for Equality of Means

df Sig. (2-tailed)

Mean Difference KADAR_MANGAN

Equal variances assumed Equal variances not assumed

8 5,388

,000 ,000

-,027 -,027

Berdasarkan hasil analisa dapat di simpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata kadar koagulan PAC dan Tawas (≤ 0,05) dengan kata lain Ho kita tolak dan H1 kita terima. Hal ini juga dapat dilihat lebih jelas lagi pada mean yang menunjukkan bahwa kedua variasi memiliki perbedaan yaitu pada koagulan PAC 0,09 mg/L dan SD-nya ± 0,0237- sedangkan Tawas 0,12 mg/L dan SDnya ± 0,00575. Sehingga dapat di simpulkan bahwa koagulan PAC effektif dalam penurunan logam mangan di bandingkan koagulan Tawas.


(40)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada penetapan kadar Mangan pada air baku Sungai Belawan di laboratorium PDAM Tirtanadi Hamparan Perak, maka diperoleh hasil bahwa koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) lebih efektif dalam menurunkan kadar mangan dibandingkan dengan kogulan Tawas. Hal ini dikarenakan bahwa Poly aluminium Chloride (PAC) dapat bekerja di tingkat pH yang lebih luas sehingga tidak diperlukan pengkoreksian terhadap pH, kandungan belerang yang cukup akan mengoksidasi senyawa karboksilat rantai siklik membentuk alifatik dan rantai gugus karbon yang lebih pendek sehingga mudah membentuk flok, tidak menjadi keruh bila pemakaiaanya berlebihan, tidak perlu bahan pembantu karena mengandung polimer khusus dengan struktur polielektrolit, kandungan basa yang cukup akan menambah gugus hidroksil dalam air sehingga penurunan pH tidak terlalu ekstrim dan hemat dalam penggunaan bahan, lebih cepat membentuk flok dari pada koagulan biasa, diakibatkan gugus aktif aluminat bekerja efektif mengikat koloid yang diperkuat rantai polimer dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan floknya menjadi lebih padat (Rifai, 2007).

Dari Tabel 4.2 dan 4.3 dapat ditentukan dosis optimum yang akan digunakan dalam penentuan dosis koagulan PAC dan Tawas yang efektif terhadap penurunan logam mangna di lihat dari uji one way anova yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan statistika yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0,05 antara dosis koagulan PAC dan dosis koagulan Tawas dengan kata lain Ho di tolak dan H1 di terima. Selain itu dari uji post-Hoc pada koagulan PAC menggunakan turkey dapat disimpulkan bahwa dosis yang digunakan adalah di


(41)

25 ppm, karena pada dosis 25 ppm kekeruhannya dibawah 2 NTU sedangkan uji post-Hoc pada koagulan Tawas menggunakan turkey dapat disimpulkan bahwa rata-rata di setiap dosis kekeruhannya di atas 2 NTU sehingga masih menyimpang syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Oleh karena itu yang menjadi penentuan dosis yang digunakan diambil dari dosis rata-rata koagulan PAC yang memenuhi syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak yaitu di dosis 25 ppm. Syarat sasaran mutu PDAM Tirtanadi Hamparan Perak adalah di bawah 2 NTU. Dengan dosis yang optimum koagulan PAC dan Tawas sama-sama memberikan pengaruh terhadap logam mangan yaitu mengalami penurunan. Kemampuan koagulan tawas dalam menurunkan logam mangan pada air tidak terlalu baik dibandingkan koagulan PAC. Hal ini tampak jelas pada rata-rata kadar mangan kelima sampel sebelum penambahan koagulan adalah 0,1266 mg/L dan SD-nya ± 0,05621. Hasil pengujian rata-rata kelima sampel air baku dengan menggunakan koagulan Tawas memiliki kadar mangan 0,1174 mg/L dan SD-nya ± 0,0575, dengan kata lain penurunannya hanya 7,83%, sedangkan pada koagulan PAC kadar mangan rata-rata kelima sampel air baku dengan menggunakan koagulan PAC 0,0904 mg/L dan SD-nya ± 0,0237, dengan kata lain penurunannya hanya 40,04%. Hal ini disebabkan karena koagulan PAC mengalami hidrolisis lebih mudah dibandingkan Tawas. Pembentukan flok dengan PAC termasuk cepat dan lumpur yang muncul lebih padat dengan volume yang lebih kecil dibandingkan dengan Tawas. Oleh karenanya PAC merupakan pengganti Tawas padat yang efektif dan berguna karena dapat menghasilkan koagulasi air dengan kekeruhan yang berbeda dengan cepat,


(42)

menggenerasi lumpur lebih sedikit, dan meninggalkan lebih sedikit residu aluminium pada air yang diolah (Prima Kristijarti dkk, 2013). Selain itu pada Tawas semakin banyak ikatan molekul hidratnya maka semakin banyak ion lawan yang nantinya akan di tangkap akan tetapi umumnya tidak stabil.

Dari pengujian data statistika yang telah di lakukan di dapat hasil bahwa koagulan PAC dan Tawas Untuk hasil uji variasi mengandung signifikan variasi kedua sampel adalah sama (tidak bermakna). Uji independen test di dapat signifikan 0,00 yang menunjukkan bahwa kedua variasi memberikan perbedaan yang bermakna di lihat dari mean yaitu pada PAC meannya adalah 0,09 mg/L sedangkan Tawas 0,12 mg/L. Sehingga dari data di atas dapat disimpulkan bahwa koagulan PAC efektif dalam penurunan logam mangan dibandingkan koagulan Tawas.

Hal ini disebabkan karena koagulan PAC mengalami hidrolisis lebih mudah dibandingkan Tawas, mengeluarkan polihidroksida yang memiliki rantai molekul panjang dan muatan listrik besar dari larutan sehingga membantu memaksimalkan gaya fisis dalam proses flokulasi. Pembentukan flok dengan PAC termasuk cepat dan lumpur yang muncul lebih padat dengan volume yang lebih kecil dibandingkan dengan alum. Selain itu pada alum semakin banyak ikatan molekul hidratnya maka semakin banyak ion lawan yang nantinya akan di tangkap akan tetapi umumnya tidak stabil.

Dari pengujian data statistika yang telah di lakukan di dapat hasil bahwa koagulan PAC dan Tawas Untuk hasil uji variasi mengandung signifikan variasi kedua sampel adalah sama (tidak bermakna). Uji independent


(43)

test didapat signifikan 0,00 yang menunjukkan bahwa kedua variasi memberikan perbedaan yang bermakna dilihat dari mean yaitu pada PAC meannya adalah 0,09 dengan SD 0,0237 sedangkan pada Tawas meannya 0,12 dengan SD 0,00575. Sehingga dari data di atas dapat disimpulkan bahwa koagulan PAC efektif dalam penurunan logam mangan di bandingkan koagulan Tawas.

Kekurangan mangan pada manusia dapat menyebabkan penurunan berat badan, iritasi kulit, mual & muntah, perubahan warna rambut , pertumbuhan rambut yang lambat (Sugiarto, 2007).

Kelebihan kadar mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, otot muka kusam, dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan logam mangan, bicaranya lambat dan hyper reflex (Sugiarto, 2007).


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Kadar mangan pada air baku sebelum penambahan koagulan PAC dan Tawas dengan metode Spektrofotometri DR/ 2400 adalah 0,124 mg/L, 0,125 mg/L, 0,127 mg/L, 0,127 mg/L, 0,130 mg/L dan jika dirata-ratakan dari kelima sampel adalah 0,126 mg/L.

2. Kadar mangan setelah penambahan koagulan PAC dengan konsentrasi 1% dan dengan dosis 25 ppm adalah 0,087 mg/L, 0,091 mg/L, 0,091 mg/L, 0,090 mg/L, 0,093 mg/L dan rata -rata dari kelima sampel adalah 0,094 mg/L. Sedangkan kadar mangan setelah penambahan koagulan Tawas adalah 0,117 mg/L, 0,110 mg/L, 0,116 mg/L, 0,120 mg/L, 0,124 mg/L, dan rata -rata dari kelima sampel adalah 0,1174 mg/L. Perbandingan persen penurunan kadar logam mangan setelah menggunakan koagulan PAC adalah 0,126 mg/L - 0,094 mg/L / 0,126 mg/L x 100% = 25,39%, sedangkan Persen penurunan kadar logam mangan setelah menggunakan koagulan Tawas adalah 0,126 mg/L - 0,1174 mg/L / 0,126 mg/L x 100% = 6,82%.

3. Pengaruh efektifitas koagulan PAC dan Tawas adalah menurunkan kadar Mangan di dalam air sungai hal ini tampak jelas dari persentasi penurunan kadar Mangan dengan data statistika yaitu:

a. Untuk hasil uji variasi mengandung signifikan variasi kedua sampel adalah sama (tidak bermakna)


(45)

b. Uji independen test didapat signifikan 0,00 yang menunjukkan bahwa kedua variasi memberikan perbedaan yang bermakna di lihat dari mean yaitu pada PAC meannya adalah 0,09 mg/L sedangkan Tawas 0,12 mg/L.

4. Hasil pengolahan air di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak dengan dosis optimum 25 ppm pada koagulan PAC menunjukkan kadar mangan 0,094 mg/L sedangkan koagulan Tawas dengan dosis optimum 25 ppm kadar logam

mangan adalah 0,1174 mg/L dengan kata lain PAC lebih efektif dalam menu runkan kadar logam mangan dibandingkan dengan Tawas meskipun sama-sama memenuhi syarat Permenkes 2010.

5.2 Saran

1. Sebaiknya penetapan kadar logam dapat menggunakan metode yang lain pada penetapan kadar mangan pada air baku misalnya metode AAS.

2. Sebaiknya permukiman yang berada di sekitar aliran Sungai Belawan agar tidak membuang sampah rumah tangga maupun limbah industri rumah tangga tidak masuk ke dalam aliran Sungai Belawan.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, T.O. (2013). Efektivitas Campuran Poli Aluminium Klorida (PAC) dan Aluminium Sulfat (Tawas) sebagai Koagulan dalam Pengolahan Air Bersih

Azrul. (1979). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara.

Hal; 22-24

Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1980). Quantitative Analysis. Diterjemahkan oleh Soendoro, R. Widaningsih, W.B.A., dan Sri, R.S., Analisa Kimia Kuantitatif. (1981).Jakarta: Erlangga. Hal. 222.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air. Yogyakarta: Kanisius. Hal 16-24, 57

Efriendi, B. (2008). Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas terhadap Turbiditas dengan Metode Jar Test di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal

17 Februari 2015.

Hal: 1

Khopkar. (1990). Elementary Consept of Analytic Chemistry. Diterjemahkan oleh Saptoharjo, A., Konsep Dasar Kimia Analitik. (2007). Jakarta: UI Press. Hal. 215-216.

Nainggolan, H. (2011). Pengelolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan Air Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press. Hal: 54-57.

Ompusunggu, H. (2009). Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu. http://repository/.usu.ac.id/:Handle/123456789/1 4639. Tgl 17 Maret 2013.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). PERMENKES RI NO 4 92/MENKES/PER/IV/2010 Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih.

Rifa’i, J. (2007). Pemeriksaan kualitas air bersih dengan koagulan alum dan PAC di IPA Jurug PDAM kota Surakarta.www.google.com/search?q=Pen ggunaan+alum +dan+polyaluminium+chloride+(PAC)&i pdf. 17 Februari 2015. Hal: 37-40


(47)

Sugiarto, B. (2007). Perbandingan biaya penggunaan koagulan alum dan pac di ipa jurug PDAM Surakarta. 27 Februari 2015

Sumarni. 1989. Analisa alumunium sulfat dan air kapur serta perbandingan metodenya pada penjernihan air di krenceng PT. Krakatau Steel Cilegon. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.

Suyono, S. (1994). Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal 3-4

Sutrisno, T., dan Eni, S. (1987). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Bina Aksara. Hal. 1,13-17, 21, 32-38

Watson, G.D. (2005). Pharmaceutical Analysis. Diterjemahkan oleh Winny, R.S., Analisis Farmasi. (2010). Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 105.


(48)

Lampiran 1. Gambar Sampel a. Air Sungai Bagian Hulu Hamparan Perak


(49)

Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan

Koagulan pac dan tawas

Sampel saat di lat jar test


(50)

Alat Spektrofotometer DR 2400 Reagen Ascorbit Acid Powder pillows

Air baku sebelum Air baku setelah

penambahan koagulan PAC dan Tawas penambahan koagulan PAC dan Tawas


(51)

Lampiran 3. Hasil Pengujian Kekeruhan Sampel Air Baku

Untuk mengetahui efektivitas koagulan PAC dan Tawas dibutuhkan dosis yang optimum. Dosis optimum yang di tetapkan berdasarkan persyaratan PDAM Tirtanadi di lihat dari parameter kekeruhannya harus di bawah dua NTU (≤ 2 NTU). Pengujian dosis optimum dilakukan pada kelima sampel. Berikut merupakan hasil pengujian kekeruhan dari kelima sampel dengan dosis yang bervariasi untuk memperoleh dosis optimum.

a. Jar Test terhadap air baku sampel 1 menggunakan koagulan PAC dan Tawas dengan dosis bervariasi.

No Sampel Dosis PAC dan Tawas

Kekeruhan

PAC Tawas

1 2 3 4 5 Baku 1 Baku 2 Baku 3 Baku 4 Baku 5 19 ppm 19 ppm 19 ppm 19 ppm 19 ppm 7,36 6,33 6,97 7,21 7,91 14,50 21,40 17,80 19,00 21,70

Rata-rata 7,15 18,88

b. Jar Test terhadap air baku sampel 2 untuk mendapatkan dosis yang optimum menggunakan koagulan PAC dan Tawas dengan dosis bervariasi

No Sampel Dosis PAC dan Tawas

Kekeruhan

PAC Tawas

1 2 3 4 5 Baku 1 Baku 2 Baku 3 Baku 4 Baku 5 21 ppm 21 ppm 21 ppm 21 ppm 21 ppm 3,47 4,52 3,68 3,60 5,43 10,50 17,40 9,70 11,20 14,60

Rata-rata 4,24 12,68

c. Jar Test terhadap air baku sampel 3 untuk mendapatkan dosis yang optimum menggunakan koagulan PAC dan Tawas dengan dosis bervariasi

No Sampel Dosis PAC dan Tawas

Kekeruhan

PAC Tawas

1 2 3 4 5 Baku 1 Baku 2 Baku 3 Baku 4 Baku 5 23 ppm 23 ppm 23 ppm 23 ppm 23 ppm 1,70 2,35 1,94 1,89 2,20 7,63 11,30 6,40 8,71 6,26


(52)

d. Jar Test terhadap air baku sampel 4 untuk mendapatkan dosis yang optimum menggunakan koagulan PAC dan Tawas dengan dosis bervariasi

No Sampel Dosis PAC dan Tawas

Kekeruhan

PAC Tawas

1 2 3 4 5 Baku 1 Baku 2 Baku 3 Baku 4 Baku 5 25 ppm 25 ppm 25 ppm 25 ppm 25 ppm 0,98 1,00 1,04 1,02 1,01 3,51 4,69 3,23 4,25 2,80

Rata-rata 1,01 3,70

e. Jar Test air baku sampel 5 untuk mendapatkan dosis yang optimum menggunakan koagulan PAC dan Tawas dengan dosis bervariasi

No Sampel Dosis PAC dan Tawas

Kekeruhan

PAC Tawas

1 2 3 4 5 Baku 1 Baku 2 Baku 3 Baku 4 Baku 5 27 ppm 27 ppm 27 ppm 27 ppm 27 ppm 0,70 0,80 1,03 0,74 0,83 2,89 3,00 2,14 2,80 1,57


(53)

Lampiran 4. Uji one way anova koagulan PAC untuk mendapatkan dosis optimum

Descriptives

kekeruhan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence ... Lower Bound koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 25 koagulan pac dosis 27

5 5 5 5 7,1560 4,1400 2,0160 1,0100 ,57661 ,83075 ,25832 ,02236 ,25787 ,37152 ,11552 ,01000 6,4400 3,1085 1,6953 ,9822 Descriptives kekeruhan 95% Confidence ... Upper Bound koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 25 koagulan pac dosis 27 Total 7,8720 5,1715 2,3367 1,0378 ,9788 4,0453 6,33 3,47 1,70 ,98 ,70 ,70 7,91 5,43 2,35 1,04 1,03 7,91


(54)

Post Hoc Tests

Dependent variable kekeruhan

Tukey HSD

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

koagulan pac dosis 19 koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 25

koagulan pac dosis 27

3,01600* 5,14000* 6,14600* 6,33600* ,29748 ,29748 ,29748 ,29748 ,000 ,000 ,000 ,000 koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 25

koagulan pac dosis 27

-3,01600* 2,12400* 3,13000* 3,32000* ,29748 ,29748 ,29748 ,29748 ,000 ,000 ,000 ,000 koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 25

koagulan pac dosis 27

-5,14000* -2,12400* 1,00600* 1,19600* ,29748 ,29748 ,29748 ,29748 ,000 ,000 ,022 ,005 koagulan pac dosis 25 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23

koagulan pac dosis 27

-6,14600* -3,13000* -1,00600* ,19000 ,29748 ,29748 ,29748 ,29748 ,000 ,000 ,022 ,967 koagulan pac dosis 27 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23

koagulan pac dosis 25

-6,33600* -3,32000* -1,19600* -,19000 ,29748 ,29748 ,29748 ,29748 ,000 ,000 ,005 ,967

Dependent variable kekeruhan Tukey HSD

(I) Dosis dengan koagulan (J) Dosis dengan

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound koagulan pac dosis 19 koagulan pac dosis 21

koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 25

koagulan pac dosis 27

2,1258 4,2498 5,2558 3,9062 6,0302 7,0362 koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 25

koagulan pac dosis 27

-3,9062 1,2338 2,2398 -2,1258 3,0142 4,0202


(55)

koagulan pac dosis 23 koagulan pac dosis 19 koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 25

koagulan pac dosis 27

-6,0302 -3,0142 ,1158

-4,2498 -1,2338 1,8962 koagulan pac dosis 25 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23

koagulan pac dosis 27

-7,0362 -4,0202 -1,8962

-5,2558 -2,2398 -,1158 koagulan pac dosis 27 koagulan pac dosis 19

koagulan pac dosis 21 koagulan pac dosis 23

koagulan pac dosis 25

-7,2262 -4,2102 -2,0862

-5,4458 -2,4298 -,3058


(56)

Lampiran 5. Uji two way anova koagulan tawas untuk mendapatkan dosis optimum

Descriptives

kekeruhan

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Lower Bound koagulan tawas dosis

19 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 25 koagulan tawas dosis 27 Tota l 5 5 5 5 5 25 18,8800 12,6800 8,0060 3,6960 2,4800 9,1484 2,94398 3,23218 2,08513 ,76641 ,60922 6,49060 1,31659 1,44548 ,93250 ,34275 ,27245 1,29812 15,2246 8,6667 5,4170 2,7444 1,7236 6,4692 Descriptives kekeruhan 95% Confidence ... Minimum Maximum Upper Bound

koagulan tawas dosis 19 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 25 koagulan tawas dosis 27 Total 22,5354 16,6933 10,5950 4,6476 3,2364 11,8276 14,50 9,70 6,26 2,80 1,57 1,57 21,70 17,40 11,30 4,69 3,00 21,70

Dependent variable kekeruhan Tukey HSD

(I) Dosis dengan koagulan (J) Dosis dengan TAWAS koagulan TAWAS

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

koagulan tawas dosis 19 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 25

koagulan tawas dosis 27

6,20000* 10,87400* 15,18400* 16,40000* 1,39772 1,39772 1,39772 1,39772 ,002 ,000 ,000 ,000 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 19

koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 25

koagulan tawas dosis 27

-6,20000* 4,67400* 8,98400* 10,20000* 1,39772 1,39772 1,39772 1,39772 ,002 ,024 ,000 ,000 koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 19

koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 25

koagulan tawas dosis 27

-10,87400* -4,67400* 4,31000* 5,52600* 1,39772 1,39772 1,39772 1,39772 ,000 ,024 ,041 ,006


(57)

koagulan tawas dosis 25 koagulan tawas dosis 19 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23

koagulan tawas dosis 27

-15,18400* -8,98400* -4,31000* 1,21600 1,39772 1,39772 1,39772 1,39772 ,000 ,000 ,041 ,905 koagulan tawas dosis 27 koagulan tawas dosis 19

koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23

koagulan tawas dosis 25

-16,40000* -10,20000* -5,52600* -1,21600 1,39772 1,39772 1,39772 1,39772 ,000 ,000 ,006 ,905

Dependent variable kekeruhan Tukey HSD

(I) Dosis dengan koagulan (J) Dosis dengan

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound koagulan tawas dosis 19 koagulan tawas dosis 21

koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 25

koagulan tawas dosis 27

2,0175 6,6915 11,0015 12,2175 10,3825 15,0565 19,3665 20,5825 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 19

koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 25

koagulan tawas dosis 27

-10,3825 ,4915 4,8015 6,0175 -2,0175 8,8565 13,1665 14,3825 koagulan tawas dosis 23 koagulan tawas dosis 19

koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 25

koagulan tawas dosis 27

-15,0565 -8,8565 ,1275 1,3435 -6,6915 -,4915 8,4925 9,7085 koagulan tawas dosis 25 koagulan tawas dosis 19

koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23

koagulan tawas dosis 27

-19,3665 -13,1665 -8,4925 -2,9665 -11,0015 -4,8015 -,1275 5,3985


(58)

koagulan tawas dosis 27 koagulan tawas dosis 19 koagulan tawas dosis 21 koagulan tawas dosis 23

koagulan tawas dosis 25

-20,5825 -14,3825 -9,7085 -5,3985

-12,2175 -6,0175 -1,3435 2,9665


(59)

Lampiran 6. Hasil Uji Independent Samples Test Logam Mangan menggunakan Koagulan PAC dan Tawas

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Varian ces t-test for Equality of F F Sig. Sig. F F KADAR_MANGAN

Equal variances assumed Equal variances not assumed

1,980 ,197

KADAR_ MANGAN Equal variances assumed Equal varia nces not assumed 1,980

t-test for Equality of Means

Std. Error Difference Lower

KADAR_MANGAN Equal variances assumed Equal variances not assumed

,003 ,003

KADAR_MANGAN Equal variances assumed Equal variances not assumed


(60)

Lampiran 7. Bagan Alir Penelitian a. Pengambilan sampel

Diambil 5 liter air baku sungai PDAM Tirtanadi Hamparan Perak dengan jarak ± 3 m

Dimasukkan ke dalam 5 buah jerigen Di masukkan ke dalam beaker gelas 1000 ml

Pengujian dapat dilakukan

b. Pembuatan larutan koagulan PAC

Ditimbang serbuk PAC sebanyak 10 mg dengan konsentrasi 1%

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 1000 ml

Dilarutkan dengan akuades sebanyak 1000 ml secara perlahan-lahan

Diaduk dengan batang pengaduk sampai serbuk larut homogen dengan akuades Air baku sungai PDAM Tirtanadi

Hamparan Perak

Air baku di dalam beaker 1000 ml Serbuk PAC

Larutan koagulan PAC


(61)

c. Pembuatan larutan koagulan Tawas

Ditimbang serbuk PAC sebanyak 10 mg dengan konsentrasi 1%

Dimasukkan ke dalam erlemeyer 1000 ml

Dilarutkan dengan akuades sebanyak 1000 ml secara perlahan-lahan

Diaduk dengan batang pengaduk sampai serbuk larut homogen dengan akuades

d. Pengujian koagulan PAC dan tawas untuk menentukan dosis optimum

Diambil larutan pac dan tawas dengan konsentrasi 19 ppm, 21 ppm , 23 ppm, 25 ppm dan 27 ppm

Dihidupkan alat jar test

Diatur waktu dan kekuatan mixer yaitu: tahap koagulasi kekuatan 140 rpm dengan waktu 5 menit, tahap floakulasi kekuatan 50 rpm dengan waktu 10 menit dan tahap sedimentasi tidak menggunakan mixer hanya didiamkan selama 20 menit.

Dilakukan pengujian terhadap kekeruhan untuk menentukan dosis optimum. Dosis optimum yang digunakan adalah mendekati 1 NTU

Larutan koagulan Tawas Granul Tawas

6 Beaker gelas berisi 1000 ml air baku (air sungai)


(62)

e. Penetuan kadar logam Mangan menggunakan metode spektrofotometer DR 2400

Diambil air reservoir campuran PAC dan tawas dengan dosis optimum 25 ppm yang telah di jar test

Diambil 10 ml dan dimasukkan ke dalam 4 kuvet dimana: kuvet pertama 10 ml air yang telah di campur koagulan PAC sebagai baku pembanding dan kuvet ke dua 10 ml sebagai sampel uji dan kuvet ketiga 10 ml air yang telah di acmpur tawas sebagai baku pembanding dan 10 ml air yang telah bercampur tawas sebagai sampel uji.

Ditekan power pada alat spektrofotometer DR 2400

Ditekan Hach Program dipilih program 265 Mangan, tekan START, layar akan menunjukkan mg/L lalu diambil kuvet pertama berisi 10 ml air reservoir di tambahkan 1 kandungan Ascorbit Acid Powder pillows, diaduk sampai homogen tekan tanda timer pada alat spektrofotometer DR/ 2400 pada layar akan menununjukkan 0,00 mg/l Mn. Masukkan sampel dalam dudukan cell dan tekan “read”, lalu catat hasil yang tertera pada layar.

AIR RESERVOIR


(63)

Lanpiran 8. Kesepakatan Sasaran mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sumatera Utara


(64)

Lampiran 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ Menkes/Per/IV/2010


(65)

(66)

(67)

(68)

(1)

Lanpiran 8. Kesepakatan Sasaran mutu Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Sumatera Utara


(2)

Lampiran 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ Menkes/Per/IV/2010


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Efektivitas Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Tawas Terhadap Logam Aluminium Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

29 409 48

Efektivitas Koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas (Alum) Terhadap Logam Nitrit (NO2) Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

4 61 61

Perbandingan Poly Aluminium Chloride (Pac) Dan Alum (Tawas) Dalam Mempertahankan Ph Pada Air Sungai Belawan Di Pdam Hamparan Perak

13 125 56

Efektivitas Koagulan Pac(Poly Aluminium Chloride) Dan Tawas (Alum)Terhadap Logam Besi (Fe) Pada Air Baku Pdam Tirtanadi Hamparan Perak

2 63 63

Perbandingan Efektivitas Poly Aluminium Chloride (Pac) Dan Tawas Dalam Menurunkan Kadar Ammonia Nitrogen Pada Turbidity 590 Ntu Dengan Metode Spektrofotometri Dr/2400

11 116 43

Penetapan Dosis Pemakaian Tawas Sebagai Koagulan Untuk Menjernihkan Air Baku PDAM Tirtanadi Sunggal

23 128 33

Efektivitas Koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dan Tawas (Alum) Terhadap Logam Nitrit (NO2) Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

0 0 19

EFEKTIVITAS KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN TAWAS TERHADAP LOGAM MANGAN (Mn) PADA AIR BAKU PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK TUGAS AKHIR - Pengaruh Efektivitas Koagulan PAC (Poly Auminium Chloride) dan Tawas terhadap Logam Mangan (Mn) pada Air Baku

0 0 11

Pengaruh Efektivitas Koagulan PAC (Poly Auminium Chloride) dan Tawas terhadap Logam Mangan (Mn) pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Pengaruh Efektivitas Koagulan PAC (Poly Auminium Chloride) dan Tawas terhadap Logam Mangan (Mn) pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

0 0 11