Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

(1)

(2)

DATA ANALISA AIR BAKU BULANAN

No Parameter Satuan

*Kadar Maksimum Air

Baku

Hasil Uji

Sampel Metode Uji

1 Kekeruhan NTU - 5,37 Hach

2100 P

2 Keasaman (pH) - 6 – 9 7,00 Comprat

or pH

3 Timbal (Pb) mg/l 0,03 - Metode

Dithizon e

4 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 - Metode

Dithizon e

5 Besi (Fe) mg/l 0,30 0,58 Hach

Methode 8008

6 Mangan (Mn) mg/l 0,10 0,26 Hach

Methode 8149

7 Ammonia (NH3-N) mg/l 0,50 0,66 Hach

Methode 8038

8 Sulfat (SO4) mg/l 400 11 Hach

Methode 8051

9 Khromium (Cr) mg/l 0,05 0,07 Hach

Methode 8023

10 Nitrat (sebagai N) mg/l 10,00 - Hach

Methode 8192

11 Nitrit (sebagai N) mg/l 0,06 0,077 Hach

Methode 8507

12 Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,14 Hach

Methode 8506

13 Fluorida (F) mg/l 0,5 0,29 Hach

Methode 8029

14 Aluminium (Al) mg/l - 0,055 Hach

Methode 8326

15 Alkaliniti mg/l - - Titrimetr


(3)

16 Zat organik (sbg KmnO4) mg/l - - SNI 06-

6989.22-2004

17 DO mg/l *6,0 - Titrimetr

y

18 Warna Pt.Co - 13 Hach

Methode 8025

19 Daya Hantar Listrik µs/cm - - Conducti

vity/TDS meter 20 Temperatur oC Deviasi ± 3o C - Conducti

vity/TDS meter

21 Kesadahan total mg/l - - Titrimetr

y

*Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tgl 14 Desember

DATA ANALISA AIR RESEVOIR BULANAN

No Parameter Satuan

*Kadar Maksimu

m Air Resevoir

Hasil Uji

Sampel Metode Uji Keteran gan

1 Kekeruhan NTU *2 0,69 Hach 2100 P *Kadar

Maksimu m berdasar kan Sasaran Mutu 2 Keasaman (pH) - 6,5 – 8,5 6,90 Comprator

pH 3 Sisa Chlor (Cl2) mg/l *0,3 – 1,0 0,75 Comprator

Cl2 *Kadar Mamksi mum berdasar kan Sasaran Mutu

4 Timbal (Pb) mg/l 0,01 - Metode

Dithizone

5 Kadmium (Cd) mg/l 0,003 - Metode

Dithizone

6 Besi (Fe) mg/l 0,30 0,14 Hach

Methode 8008


(4)

7 Mangan (Mn) mg/l 0,40 0,80 Hach Methode

8149 8 Ammonia

(NH3-N)

mg/l 1,50 0,02 Hach

Methode 8038

9 Sulfat (SO4) mg/l 250 11 Hach

Methode 8051 10 Khromium (Cr) mg/l 0,05 0,04 Hach Methode

8023 11 Nitrat (sebagai

NO3)

mg/l 50 - Hach

Methode 8192 12 Nitrit (sebagai

NO2)

mg/l 3 0,02 Hach

Methode 8507

13 Tembaga (Cu) mg/l 2,00 0,13 Hach

Methode 8506

14 Fluorida (F) mg/l 1,5 0,56 Hach

Methode 8029 15 Aluminium (Al) mg/l 0,2 0,06 Hach Methode

8326

16 Alkaliniti mg/l - - Titrimetry

17 Zat Organik (KmnO4)

mg/l 10 - SNI

06- 9689.22-2004

18 Warna Pt.Co 15 6 Hach

Methode 8025 19 Daya Hantar

Listrik

µs/cm - - Conductivity

/TDS meter 20 Temperatur oC Suhu

udara ±3 0C

- Conductivity /TDS meter 21 Kesadahan total mg/l 500 - Titrimetry

22 CO2 Agresif mg/l - - Titrimetry


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., dan Wootton, M. 2009. Ilmu Pangan. Jakarta: UI Press.

Budiman,A., Wahyudi,C., Irawati,W., dan Hindarso,H. 2008. Kinerja Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) Dalam Penjernihan Air Sungai Kalimas Surabaya Menjadi Air Bersih. Volume 7 No.1.

Chaerul, M., Pallu, M.S., Selintung, M., and Patanduk, J., 2015. Analysis of Water Quality Based on Physical Parameter Data Post-Mining of Nickel Laterites (A Case Study: Lambuluo River North Konawe Southeast Sulawesi). Volume 2. Chakraborty, C., Hug, M.M., Ahmed, S., Tabassum, T., and Miah, M.R. 2013. Analysis

Of The Causes And Impact Of Water Pollution Of Buriganga River: A Critical Study. Volume 2.

Javed, M., and Usmani, N., 2013. Assessment Of Heavy Metal (Cu, Ni, Fe, Co, Mn, Cr, Zn) Pollution In Effluent Dominated Rivulet Water And Their Effect On Glycogen Metabolism And Histology Of Mastacembelus Armatus. Volume 2. Khaira, K., 2014. Analisis Kadar Tembaga (Cu) Dan Seng (Zn) Dalam Air Minum Isi

Ulang Kemasan Galon Di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar. Volume 6 No 2.

Kusnaidi. 2010. Mengelola Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadayap. Lajeng, U.K., Rahamawati, A., Awaliyah, N.M., Kusumaningrum, W., dan Rosita, I.I.,

2014. Pembentukan Tawas Dari Aluminium Foil. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Linsley, R.K., dan Franzini, J.B. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga. Margaretha., Mayasari, R., Syaiful., dan Subroto., 2012. Pengaruh Kualitas Air Baku

Terhadap Dosis Dan Biaya Koagulan Aluminium Sulfat Dan Polu Aluminium Chloride. Volume 18 No 4.

Nazir, R., Khan, M., Masab, M., Rehman, H.U., Rauf, N.U., Shahab, S., Ameer, N., Sajed, M., Ullah, M., Rafeeq, M., and Shaheen, Z. 2015. Accumulation Of Heavy Metals (Ni, Cu, Cd, Cr, Pb, Zn, Fe) In The Soil, Water Plants And Analysis Of Physico-Chemical Parameters Of Soil And Water Collected From Tanda Dam Kohat. Volume 7 No 3.

Nuzula, N.I., dan Endarko. 2013. Perancangan Dan Pembuatan Alat Ukur Kekeruhan Air Berbasis Mikrokotroler ATMega 8535. Volume 2 No 1.

Patil, P.N., Sawant, D.V., and Deshmukh, R.N. 2012. Physico-Chemical Parameters For Testing Of Water – A Review. Volume 3 No 3.


(6)

Permatasari, T.J dan Apriliani, E. 2013. Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air. Volume 2 No 1.

Quddus, R. 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih Dengan Sistem Saringan Pasir Lambat (Downflow) Yang Bersumber Dari Sungai Musi. Volume 2 No 4.

Rahayu, I. 2007. Cara Menangani Air Kotor Menjadi Air Bersih. Bandung: Citra Praya. Sanim, B. (2011). Sumber Daya Air dan Kesejahteraan Publik. Bogor: IPB Press. Slamet, J.S. 2013. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajjah Mada University Press. Sutapa, D.A. 2014. Perbandingan Efisiensi Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC)

Dan Aluminium Sulfat Dalam Menurunkan Turbiditas Air Gambut Dari Kabupaten Ketingan Provinsi Kalimantan Tengah. Volume 24 No 1.

Sutrisno, T. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyono, S. (1994). Perbaikan dan Pengaturan Sungat. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Viessmenn, W and Hummer, M.J. 1985. Water Supply and Pollution Control. New York:


(7)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi

Sampel yang digunakan adalah air baku di Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak, dilakukan dengan cara jar test dengan menggunakan tawas dan poli aluminium klorida (PAC) sebagai zat flokulan, kemudian hasil jar test dari air baku di ukur kekeruhan dengan menggunakan turbidimeter dan menganalisa logam Cu dengan alat spektrofotometer DR/2400.

3.2Alat dan Bahan yang Digunakan 3.2.1 Alat-alat yang digunakan

- Alat flokulator (JLT 6 VELP SCENTIFICA) merk Hach

- Pipet volume Pyrex

- Beaker glass 1000 ml Pyrex

- Turbidimeter merk Hach

- Bola karet - Kuvet

- Botol aquadest

- Spektrofotometer DR/2400 merk Hach - Labu ukur 100 ml merk Hach - Alat suntik

- Alu dan lumpang - Alat suntik - Baume meter

3.2.2 Bahan-bahan yang digunakan

- Air baku dari Instalasi Pengolahan Air Hamparan Perak - Larutan poli aluminium klorida (PAC) 5%

- Larutan tawas 5% - Aquadest


(8)

3.3Penyiapan Larutan

3.3.1 Poli aluminium klorida (PAC) 5%

- Timbang 50 g poli aluminium klorida (PAC)

- Masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air bersih sampai garis batas

- Aduk/kocok sampai larutan homogen

- Periksa konsentrasi larutan dengan Baume meter dan lihat angka yang ditunjukkan pada Baume meter lalu lihat tabel untuk mengetahui konsentrasi larutan yang di dapat

3.3.2 Tawas 5%

- Haluskan tawas terlebih dahulu menggunakan alu dan lumpang - Timbang 50 g tawas

- Masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml, tambahkan air bersih sampai garis batas

- Aduk/kocok sampai larutan homogen

- Periksa konsentrasi larutan dengan Baume meter dan lihat angka yang ditunjukkan pada Baume meter lalu lihat tabel untuk mengetahui konsentrasi larutan yang di dapat

3.4Prosedur Percobaan

3.4.1 Analisa tembaga (Cu) pada sampel air baku sebelum jar test dengan flokulan poli aluminium klorida (PAC) dan tawas

- Di tekan tombol power pada alat spektrofotometer DR/2400 - Di tekan Hach program

- Di pilih program 135 copper, tekan start di layar akan menunjukkan mg/l Cu - Di isi sel kuvet dengan 10 ml sampel dengan alat suntik

- Di tambahkan satu bungkus cuver 1 copper reagent powder pillow, tutup kuvet dan di kocok hingga semua larut (sebagai sampel)

- Di tekan tanda timer, di tekan ok 2 menit masa reaksi akan di mulai

- Di isi sel kuvet berikutnya dengan 10 ml sampel (sebagai blanko) dengan alat suntik


(9)

- Setelah waktunya tercapai, layar akan menunjukkan mg/l Cu, di masukkan blanko pada dudukan sel kuvet, kemudian di tutup

- Di tekan zero pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Cu

- Setelah itu, di keluarkan kembali sel kuvet dari dudukan sel kuvet

- Di masukkan sampel pada dudukan sel kuvet, kemudian di tutup dan di tekan tanda read

- Dicatat hasil analisa Cu yang di tunjukkan pada layar

3.4.2 Penentuan turbiditas dengan cara jar test terlebih dahulu dengan flokulan larutan poli aluminium klorida (PAC) 5% dan tawas 5%

Poli aluminium klorida (PAC) 5%

- Dibersihkan 2 beaker glass 1000 ml dengan aquadest

- Lalu dimasukkan air baku sebanyak 1000 ml ke dalam masing-masing beaker glass tersebut, sebelumnya periksa kekeruhan awal dari air baku

- Kemudian siapkan flokulan dengan cara di pipet 10 ml larutan poli aluminium klorida (PAC) 5% dengan pipet volume

- Di masukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan aquadest sampai garis batas

- Kemudian di homogenkan larutan tersebut

- Setelah larutan homogen, di pipet sebanyak 3,8 ml dengan menggunakan pipet serologi kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass yang pertama yang telah berisi air baku (19 ppm)

- Kemudian di pipet kembali sebanyak 4,2 ml dengan menggunakan pipet serologi kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass selanjutnya yang telah berisi air baku (21 ppm)

- Di letakkan beaker glass yang berisi air baku dengan campuran flokulan ke alat jar test

- Lakukan pemutaran/pengadukan cepat 140 rpm selama 5 menit

- Setelah itu lakukan pemutaran/pengadukan lambat 50 rpm selama 10 menit - Lalu di diamkan selama 20 menit sampai semua flok mengendap di bawah - Setelah semua flok mengendap semua, di pipet air baku dari beaker glass

pertama lalu dimasukkan ke dalam kuvet - Di tutup dan dibersihkan kuvet


(10)

- Dimasukkan kuvet tersebut ke dalam turbidimeter

- Kemudian tekan tombol read pada turbidimeter dan tunggu sebentar sampai keluar angka pada layar

- Dicatat hasil yang di dapat pada layar sebagai nilai turbiditas pada beaker glass pertama (19 ppm)

- Kemudian di pipet juga air baku pada beaker glass kedua kemudian dimasukkan ke dalam kuvet

- Di tutup dan dibersihkan kuvet

- Dimasukkan kuvet tersebut ke dalam turbidimeter

- Kemudian tekan tombol read pada turbidimeter dan tunggu sebentar sampai keluar angka pada layar

- Dicatat hasil yang di dapat pada layar sebagai nilai turbiditas pada beaker glass kedua (21 ppm)

Tawas 5%

- Dibersihkan 2 beaker glass 1000 ml dengan aquadest

- Lalu dimasukkan air baku sebanyak 1000 ml ke dalam masing-masing beaker glass tersebut, sebelumnya periksa kekeruhan awal dari air baku

- Kemudian siapkan flokulan dengan cara di pipet 10 ml larutan tawas 5% dengan pipet volume

- Di masukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu ditambahkan aquadest sampai garis batas

- Kemudian di homogenkan larutan tersebut

- Setelah larutan homogen, di pipet sebanyak 3,8 ml dengan menggunakan pipet serologi kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass yang pertama yang telah berisi air baku (19 ppm)

- Kemudian di pipet kembali sebanyak 4,2 ml dengan menggunakan pipet serologi kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass selanjutnya yang telah berisi air baku (21 ppm)

- Letakkan beaker glass yang berisi air baku dengan campuran flokulan ke alat jar test

- Lakukan pemutaran/pengadukan cepat 140 rpm selama 5 menit


(11)

- Lalu di diamkan selama 20 menit sampai semua flok mengendap di bawah - Setelah semua flok mengendap semua, di pipet air baku dari beaker glass

pertama lalu dimasukkan ke dalam kuvet - Di tutup dan dibersihkan kuvet

- Dimasukkan kuvet tersebut ke dalam turbidimeter

- Kemudian tekan tombol read pada turbidimeter dan tunggu sebentar sampai keluar angka pada layar

- Dicatat hasil yang di dapat pada layar sebagai nilai turbiditas pada beaker glass pertama (19 ppm)

- Kemudian di pipet juga air baku pada beaker glass kedua kemudian dimasukkan ke dalam kuvet

- Di tutup dan dibersihkan kuvet

- Dimasukkan kuvet tersebut ke dalam turbidimeter

- Kemudian tekan tombol read pada turbidimeter dan tunggu sebentar sampai keluar angka pada layar

- Dicatat hasil yang di dapat pada layar sebagai nilai turbiditas pada beaker glass kedua (21 ppm)

3.4.3 Analisa tembaga (Cu) pada sampel air baku yang telah di jar test dengan poli aluminium klorida (PAC) 5% dan tawas 5% dengan dosis 19 ppm dan 21 ppm - Di tekan tombol power pada alat spektrofotometer DR/2400

- Di tekan Hach program

- Di pilih program 135 copper, tekan start di layar akan menunjukkan mg/l Cu - Di isi sel kuvet dengan 10 ml sampel dengan alat suntik

- Di tambahkan satu bungkus cuver 1 copper reagent powder pillow, tutup kuvet dan di kocok hingga semua larut (sebagai sampel)

- Di tekan tanda timer, di tekan ok 2 menit masa reaksi akan di mulai

- Di isi sel kuvet berikutnya dengan 10 ml sampel (sebagai blanko) dengan alat suntik

- Setelah waktunya tercapai, layar akan menunjukkan mg/l Cu, di masukkan blanko pada dudukan sel kuvet, kemudian di tutup

- Di tekan zero pada layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Cu


(12)

- Di masukkan sampel pada dudukan sel kuvet, kemudian di tutup dan di tekan tanda read


(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Tabel 4.1 Data turbiditas (NTU) dan kadar tembaga (Cu) sebelum jar test Sampel Turbiditas (NTU) Kadar Cu (mg/l) Air sungai/air baku 42,2 1,48

Tabel 4.2 Data turbiditas (NTU) dan kadar tembaga (Cu) setelah jar test menggunakan tawas.

Sampel Konsentrasi yang

digunakan (ppm) Turbiditas (NTU) Kadar Cu (mg/l) Air sungai/air

baku

19 5,90 0,06

21 2,68 0,03

Tabel 4.3 Data turbiditas (NTU) dan kadar tembaga (Cu) setelah jar test menggunakan poli aluminium klorida (PAC).

Sampel Konsentrasi yang

digunakan (ppm) Turbiditas (NTU) Kadar Cu (mg/l) Air sungai/air

baku

19 0,81 0,08

21 0,57 0,03

4.2 Pembahasan

Dari tabel 4.1, pada sampel air baku memiliki turbiditas 42,2 NTU dan kandungan tembaga (Cu) 1,48 mg/l. Kekeruhan tinggi karena sampel air baku merupakan air yang


(14)

langsung di ambil dari air sungai yang berada di PDAM Hamparan Perak yang digunakan sebagai air baku. Kekeruhan pada sampel tinggi disebabkan limbah dan sampah yang terdapat di sungai dan karena terjadinya erosi tanah sehingga membuat air memiliki kekeruhan yang tinggi.

Dari tabel 4.2, pada sampel air baku yang telah di jar test dengan dosis tawas 19 ppm, diperoleh nilai turbiditas 5, 90 NTU dan kandungan tembaga (Cu) 0,06 mg/l. Pada dosis tawas 21 ppm, diperoleh nilai turbiditas 2,68 NTU dan kandungan tembaga (Cu) 0,03 mg/l.

Dari tabel 4.3, pada sampel air baku yang telah di jar test dosis poli aluminium klorida (PAC) 19 ppm, diperoleh nilai turbiditas 0,81 NTU dan kandungan 0,08 mg/l. Pada dosis poli aluminium klorida (PAC) 21 ppm diperoleh nilai turbiditas 0,57 NTU dan kandungan tembaga (Cu) 0,03 mg/l.

Penurunan nilai turbiditas dan kandungan tembaga (Cu) karena proses koagulasi dimana zat organik dan zat anorganik yang merupakan zat pengotor pada air yang memiliki kekeruhan yang tinggi, diubah menjadi endapan karena reaksi antara koagulan dengan zat pengotor yang berada dalam air sehingga endapan yang terbentuk menjadi lebih berat/besar sehingga mudah dipisahkan dari air dengan bantuan gravitasi, proses ini disebut sedimentasi. Sehingga air yang awalnya keruh menjadi lebih jernih.

Pada pemakaian poli aluminium klorida hasil yang didapatkan memenuhi standar dimana nilai turbiditas yang didapat 0,57 NTU dan kandungan tembaga (Cu) didapat 0,03 mg/l dan standar nilai turbiditas yang ditetapkan adalah tidak lebih dari 2 NTU dan kandungan tembaga (Cu) adalah tidak lebih dari 2 mg/l.


(15)

Dari perbedaan nilai turbiditas yang didapat dari tabel diatas, poli aluminium klorida adalah koagulan yang lebih baik dalam mengurangi kekeruhan pada air karena proses koagulasi yang terjadi lebih baik karena flok atau endapan yang terbentuk lebih banyak sehingga air menjadi lebih jernih. Air yang dihasilkan juga memiliki kemungkinan yang lebih kecil mengandung bakteri ataupun racun yang dapat menyebabkan penyakit bagi makhluk hidup yang mengkonsumsi air tersebut.

Koagulan yang dipakai pada percobaan ini adalah Poli Aluminium Klorida (PAC) dan Tawas. Dua koagulan ini adalah koagulan yang biasa digunakan pada Instalasi Pengolahan Air. Koagulan dibutuhkan dalam proses pengolahan air berfungsi untuk membuat air memenuhi standar yang ditetapkan sehingga layak untuk dikonsumsi tanpa memberikan akibat berupa penyakit yang berasal dari air yang dikonsumsi tersebut.

Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya anatara lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Quddus, 2014). Tembaga (Cu) sebenarnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah anemia, shock, koma dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah dapat menimbulkan rasa kesat, korosi pada pipa, dan peralatan dapur (Slamet, 2013).

Kandungan tembaga (Cu) dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme. Tembaga (Cu) merupakan komponen dari enzim yang diperlukan untuk


(16)

menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin serta pembentukan jaringan ikat. Namun kelebihan tembaga (Cu) dalam tubuh akan mengakibatkan keracunan, mual, muntah dan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal (Khaira, 2014).

Air sungai yang cokelat adalah koloid yang juga bermuatan. Ketika kedua koloid itu bertemu, akan saling mengadsorpsi; itulah sifat mereka. Karena kedua koloid itu berlawanan muatan, maka terjadilah gaya tarik menarik antara kedua muatan yang berbeda itu. Muatan yang berbeda akan segera menyatu dan terjadilah netralisasi muatan. Proses penetralan muatan ini akan berakibat terjadinya pelepasan muatan pada masing-masing koloid dan kedua koloid kehilangan muatannya (Lajeng dkk, 2014).

Partikel-partikel yang tadinya membentuk gerombolan dengan diameter tertentu, akan menyatu, baik dari koloid aluminium maupun koloid sungai. Karena awalnya terjadi tarik-menarik antar kedua muatan yang berbeda, maka partikel-partikel dari kedua koloid itu bercampur dan menggumpal sebagai lumpur. Lumpur akan semakin berat dan terpisah dari air, jatuh ke dasar bak. Air yang menjadi jernih berada diatas lumpur sehingga dengan mudah dapat dipisahkan dari lumpur (Lajeng dkk, 2014).

Reaksi koagulan dalam proses koagulasi.

Reaksi tawas sebagai koagulan dalam air.

KAl(SO4)2. 12H2O(s) + air K+(aq) + Al3+(aq) + 2SO42-(aq) + 12H2O(l)

Ion-ion aluminium dalam air mengalami hidrolisis membentuk koloid Al(OH)3.

Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Al3+(aq) + 3H2O(l) Al(OH)3(s) + 3H+(aq)


(17)

[Al2(OH)5]+ + H2O 2Al(OH)3 + H+

Kesulitan utama dalam proses koagulasi ini adalah menentukan dosis optimum koagulan (zat pengendap), dalam hal ini aluminium sulfat atau tawas, yang tidak selalu berkolerasi linier terhadap kekeruhan air di tahap akhir koagulasi. Selama ini, metode untuk mengukur kadar kekeruhan itu sendiri digunakan metode Jar Test (Permatasari dan Apriliani, 2013).

Jar Test adalah proses pengujian dosis koagulan untuk mendapatkan dosis yang tepat dalam skala laboratorium. Karena lingkup kerja dari Jar Test ini adalah skala laboratorium sehingga perbandingan volume air baku yang diteliti dengan volume air baku dalam proses koagulasi adalah 1:1000. Hasil dari Jar Test yaitu mendapatkan hubungan antara nilai kekeruhan dan dosis koagulan yang digunakan. Namun, data hasil pengukuran metode Jar Test menunjukkan ketidaklinieran antara dua hubungan tersebut (Permatasari dan Apriliani, 2013).


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada penggunaan koagulan tawas dengan konsentrasi 19 ppm didapatkan hasil nilai turbiditas 5,90 NTU dan kadar Cu 0,06 mg/l, sedangkan pada konsentrasi 21 ppm didapatkan hasil nilai turbiditas 2,68 NTU dan kadar Cu 0,03 mg/l.

Pada penggunaan koagulan poli aluminium klorida (PAC) dengan konsentrasi 19 ppm didapatkan hasil nilai turbiditas 0,81 NTU dan kadar Cu 0,08 mg/l, sedangkan pada konsentrasi 21 ppm didapatkan nilai turbiditas 0,57 NTU dan kadar Cu 0,03 mg/l.

2. Koagulan yang lebih baik adalah poli aluminium klorida. Namun untuk kedua jenis koagulan tersebut sudah memenuhi standar dalam proses pengolahan air. 5.2 Saran

Sebaiknya alat-alat instrumentasi yang tersedia di IPA PDAM Hamparan Perak diperbaiki dan dirawat secara rutin sehingga data analisa yang didapat lebih akurat saat akan menganalisa air baku dan resevoir.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.1 Definisi Air

Air merupakan sumber utama bagi makhluk hidup di planet ini. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ini akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik dan transportasi. Semua penduduk dunia membutuhkan air sebagai sumber utama kebutuhan. Namun sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri (Sanim,2011).

Air merupakan suatu kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian, industri, perikanan dan rekreasi. Air meliputi 70% dari permukaan bumi, tetapi di banyak negara persediaan air terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air yang diperlukan untuk penggunaan tertentu, seperti air yang cocok untuk kegunaan industri atau untuk diminum. Oleh karena itu penanganan air tertentu biasanya diperlukan untuk persediaan air yang didapat dari sumber di bawah tanah atau sumber-sumber di permukaan (Buckle dkk, 2009).

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu


(20)

buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut (Linsley dkk 1991).

2.1.2 Sumber-sumber Air

Kita ketahui bahwa sumber air merupakan komponen penting untuk penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Menurut Sutrisno (2002), ada lima macam sumber air minum yang dapat digunakan:

a. Air Laut

Air laut rasanya asin karena mengandung garam. Kadar garam dalam air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum (Sutrisno, 2002).

b. Air Sungai

Menurut undang-undang persungaian mengenai air sungai adalah suatu daerah yang terdapat didalamnya air yang mengalir secara terus-menerus (Suyono, 1994).

c. Air Hujan

Cara menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya jangan saat air hujan baru mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Air hujan juga mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak

reservoir sehingga hal ini akan mempercapat terjadinya korosi atau karatan (Sutrisno, 2002).


(21)

Air permukaan adalah air yang mengalir dipermukaan bumi, pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang kayu, daun, kotoran industri dan lainnya. Untuk meminumnya harus melewati proses pembersihan yang sempurna (Sutrisno,2002).

e. Air Tanah

Air tanah adalah air yang mengalir dibawah tanah didalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Sutrisno,2002).

2.1.3 Penggolongan Air

Menurut Rahayu (2007) air menurut pemakaiannya digolongkan menjadi empat golongan yakni A, B, C dan D.

1. Golongan A

Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan D

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.


(22)

Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi dan biologis. 1. Sifat fisis.

Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat. Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya temperatur sampai tercapai maksimum pada 4o Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula. Sekalipun demikian, temperatur air tidak mudah berubah. Hal ini tampak pada spesifik heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Spesific heat bagi air adalah 1/gram/oC, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan

spesific heat lain-lain elemen di alam. Selain itu temperatur meningkatkan jumlah tekanan uap (VP). Pada tekanan satu atmosfir, air mendidih pada 100o Celcius. Karena tekanan uap di daerah tinggi lebih rendah dari satu atmosfir, maka air mendidih pada temperatur yang lebih rendah (Slamet, 2013).

2. Sifat kimiawi

Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis yakni, didapat di dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah sangat besar (Slamer, 2013).


(23)

Organisme mikro biasa terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak terdapat pada kebanyakan air tanah (seperti juga bahan padat terapung), karena penyaringan oleh akuifer. Jenis-jenis organisme mikro yang mungkin terdapat di dalam air sekarang ini disebut binatang, tumbuh-tumbuhan dan protista. Organisme mikro yang paling dikenal adalah bakteri (Linsley, 1991).

2.1.5 Syarat-Syarat Air

Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan mikrobiologi.

1. Persyaratan fisik

Menurut Kusnaedi (2010), air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut.

a. Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan.

b. Temperaturnya normal

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26o C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di

bawah temperatur udara, berarti mengandung zat tertentu (misalnya, fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak) atau sedang terjadi proses tertentu (proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan energi) yang mengeluarkan atau menyerap energi.


(24)

Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme.

e. Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.

f. Tidak mengandung zat padatan

Air yang baik tidak boleh mengandung zat padatan walaupun jernih, air yang mengandung padatan terapung tidak baik digunakan sebagai air minum. Apabila dididihkan, zat padat tersebut dapat larut sehingga menurunkan kualitas air minum.

2. Persyaratan kimia

Menurut Kusnaedi (2010), kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut.

a. pH netral

Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh bersifat asam maupun basa. Air yang mempunyai pH rendah akan terasa asam. Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut. Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus.


(25)

Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH di bawah 7, berarti air bersifat asam. Bila di atas 7, berarti bersifat basa (rasanya pahit).

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida dan fenolik.

c. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion logam seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Zn, Mn dan Cr.

d. Kesadahan total

Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg.

e. Tidak mengandung bahan organik

Kandungan bahan organik dalam air dapat terurai menjadi zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Bahan-bahan organik itu seperti NH4, H2S, SO4

2-dan NO3.

3. Persyaratan mikrobiologi

Menurut Rahayu (2007), air yang memenuhi persyaratan mikrobiologi yaitu tidak mengandung bakteri seperti Escherichia coli, Streptococcus faecalis dan

Clostridium welchii. Jika air mengandung bakteri tersebut, bisa dikatakan air tersebut masih tercemar dan belum memenuhi standart untuk dikonsumsi.


(26)

Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang benar-benar dikonsumsi hanya merupakan sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air minum/bersih. Namun demikian dari kelompok inipun yang benar dikonsumsi sangat sedikit. Misalnya, orang hanya minum 2 liter/orang/hari, demikian pula jumlah air yang dikonsumsi hewan atau tumbuhan hanya sedikit saja. Sebagian besar hanya digunakan sebagai media. Misalnya penyedia air bersih ini sebagian besar akan kembali ke alam sebagai air bekas cucian, bekas membersihkan kotoran, bekas mandi dan lain-lainnya (Slamet, 2013).

2.2 Koagulasi

Koagulasi adalah proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga membentuk campuran yang homogen. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok. Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan cepat (Margaretha dkk, 2012).

2.2.1 Koagulan

Koagulan yang sering digunakan untuk air dan pengolahan air limbah adalah aluminium dan garam-garam besi. Garam-garam logam yang umum adalah aluminium sulfat yang mana adalah sebuah koagulan yang baik untuk air yang mengandung senyawa organik


(27)

yang cukup besar. Koagulan besi bekerja pada rentan pH yang lebih besar dan umumnya lebih efektif dalam menghilangkan warna pada air (Viessman and Hummer, 1985).

2.2.2 Jenis-Jenis Koagulan

Adapun jenis-jenis koagulan yang digunakan dalam pengolahan air adalah sebagai berikut.

1. Tawas

Tawas biasa disebut koagulan karena bisa menimbulkan koagulasi. Koagulasi ialah proses penggumpalan melalui reaksi kimia, tawas ini akan mengendap dalam air bersama dengan bahan pencemar air. Pengendapan terjadi bila zat-zat itu tercampur dengan baik dalam air. Karena itu begitu diberi tawas, air harus diaduk. Tawas memiliki rumus kimia Al2(SO4). H2O.

Reaksi tawas sebagai koagulan dalam air.

KAl(SO4)2. 12H2O(s) + air K+(aq) + Al3+(aq) + 2SO42-(aq) + 12H2O(l)

Ion-ion aluminium dalam air mengalami hidrolisis membentuk koloid Al(OH)3.

Persamaan reaksinya sebagai berikut.

Al3+(aq) + 3H2O(l) Al(OH)3(s) + 3H+(aq) (Lajeng dkk, 2014)

2. Poli aluminium klorida (PAC)

Senyawa Al yang lain yang penting untuk koagulasi adalah poli aluminium klorida (PAC), Aln(OH)mCl3n-m. Ada beberapa cara yang sudah dipatenkan untuk

membuat poli aluminium klorida yang dihasilkan dari hidrolisa parsial dari aluminium klorida.


(28)

nAlCl3 + mOH-. mNa+ Al n (OH)m Cl3n-m + mNa+ + mCl- (Margaretha dkk,

2012).

2.2.3 Proses Koagulasi

Air sungai yang cokelat adalah koloid yang juga bermuatan. Ketika kedua koloid itu bertemu, akan saling mengadsorpsi; itulah sifat mereka. Karena kedua koloid itu berlawanan muatan, maka terjadilah gaya tarik menarik antara kedua muatan yang berbeda itu. Muatan yang berbeda akan segera menyatu dan terjadilah netralisasi muatan. Proses penetralan muatan ini akan berakibat terjadinya pelepasan muatan pada masing-masing koloid dan kedua koloid kehilangan muatannya (Lajeng dkk, 2014).

Partikel-partikel yang tadinya membentuk gerombolan dengan diameter tertentu, akan menyatu, baik dari koloid aluminium maupun koloid sungai. Karena awalnya terjadi tarik-menarik antar kedua muatan yang berbeda, maka partikel-partikel dari kedua koloid itu bercampur dan menggumpal sebagai lumpur. Lumpur akan semakin berat dan terpisah dari air, jatuh ke dasar bak. Air yang menjadi jernih berada diatas lumpur sehingga dengan mudah dapat dipisahkan dari lumpur (Lajeng dkk, 2014).

2.2.4 Jar Test

Kesulitan utama dalam proses koagulasi ini adalah menentukan dosis optimum koagulan (zat pengendap), dalam hal ini aluminium sulfat atau tawas, yang tidak selalu berkolerasi linier terhadap kekeruhan air di tahap akhir koagulasi. Selama ini, metode untuk


(29)

mengukur kadar kekeruhan itu sendiri digunakan metode Jar Test (Permatasari dan Apriliani, 2013).

Jar Test adalah proses pengujian dosis koagulan untuk mendapatkan dosis yang tepat dalam skala laboratorium. Karena lingkup kerja dari Jar Test ini adalah skala laboratorium sehingga perbandingan volume air baku yang diteliti dengan volume air baku dalam proses koagulasi adalah 1:1000. Hasil dari Jar Test yaitu mendapatkan hubungan antara nilai kekeruhan dan dosis koagulan yang digunakan. Namun, data hasil pengukuran metode Jar Test menunjukkan ketidaklinieran antara dua hubungan tersebut (Permatasari dan Apriliani, 2013).

2.3 Kekeruhan (Turbiditas)

Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk material tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat ditimbulkan adanya bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari warna sesungguhnya (Quddus, 2014)

Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih (Quddus, 2014).


(30)

Kekeruhan, disebabkan adanya kandungan padatan tersuspensi yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik berasal dari lapukan tanaman dan hewan, sedangkan zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya (Nuzula dan Endarko, 2013).

2.4 Pencemaran Air

Sungai digunakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan air dari sumbernya, dan air itu akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan dan lebar sungai, sehingga pengaruhnya dapat dilihat dari kualitas air sungai tersebut (Chaerul et al, 2015).

Kualitas air tanah tergantung pada berbagai kandungan kimia dan konsentrasinya. Limbah industri dan sampah sebagai salah satu pencemar air permukaan dan air tanah. Di banyak negara air yang tersedia tidak layak untuk diminum karena adanya kadar logam yang berlebih. Situasi akan memburuk saat musim panas karena kelangkaan air dan debit air hujan yang berkurang. Sumber air yang tersedia untuk keperluan rumah tangga dan minum yang terkontaminasi oleh senyawa berat, ion logam dan mikroorganisme berbahaya adalah salah satu masalah kesehatan yang serius (Patil et al, 2012).

Aktivitas manusia seperti industri, pertambangan, pertanian dan transportasi, melepaskan sejumlah logam berat yang banyak dalam air permukaan dan air tanah, tanah dan akhirnya biosfer. Akumulasi logam berat dalam tanaman menjadi perhatian besar karena kemungkinan kontaminasi makanan melalui akar tanaman tersebut. Meskipun logam berat seperti Cd, Pb dan Ni tidak penting bagi pertumbuhan tanaman, senyawa


(31)

tersebut mudah diserap dan dikumpulkan oleh tanaman dalam bentuk racun (Nazir et al, 2015).

2.4.1 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) merupakan logam yang secara alami terdapat dalam air. Namun kadar logam ini dapat saja bertambah jika ada kontaminasi selama perjalanan pada air baku (air pegunungan) yang dibawa dalam tangki untuk didistribusikan (Khaira, 2014)

Kandungan tembaga (Cu) dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme. Tembaga (Cu) merupakan komponen dari enzim yang diperlukan untuk menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin, serta untuk pembentukan jaringan ikat. Namun kelebihan tembaga (Cu) dalam tubuh akan mengakibatkan keracunan, mual, muntah dan menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal (Khaira, 2014)

Tembaga (Cu) sebenarnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, anemia, shock, koma dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah dapat menimbulkan rasa kesat, korosi pada pipa, dan peralatan dapur (Slamet, 2013).

Kandungan tembaga yang terdapat dalam air yang terserap oleh mahluk hidup di dalam air yaitu, berkisar dari 36,27 sampai 271,67 mg/kg di berbagai jaringan/organ. Kandungan tertinggi berada pada hati dan paling sedikit di integumen. Urutan terbanyak dalam organ adalah hati > insang > ginjal > otot > integumen (Javed and Usmani, 2013).


(32)

2.4.2 Penyebab Pencemaran Air

Ada berbagai penyebab pencemaran air. Penyebab ini dapat dibagi secara umum menjadi dua, yaitu penyebab oleh alam dan penyebab oleh manusia.

1. Penyebab alami: biodegradasi dari tanaman dan hewan air yang dapat mencemari air. Erosi tepi sungai yang disebabkan endapan dan lumpur yang kadang-kadang dapat mengganggu kehidupan dalam air. Berbagai jenis garam alami dan zat lainnya yang bercampur dengan air hujan dan akhirnya jatuh ke sungai dan kolam (Chakraborty et al, 2013).

2. Penyebab oleh manusia: pencemaran pada air paling besar disebabkan oleh perbuatan manusia. Limbah industri, limbah pertanian, limbah rumah tangga, penggunaan pupuk berlebih, pestisida dll adalah jenis polutan yang sering dibuat manusia. Air yang tercemar berbagai jenis polutan, sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan kehidupan dalam air (Chakraborty et al, 2013).

2.4.3 Indikator Pencemaran Air

Menurut Wardhana (2004), indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

1. Perubahan suhu air

Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan menurun bersamaan dengan kenaikan suhu. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari


(33)

udara yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Semakin tinggi kenaikan suhu maka semakin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

2. Perubahan pH

Air mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air. 3. Perubahan warna, bau dan rasa air

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air.

Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau air limbah dari kegiatan industri atau dapat pula berasal dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup dalam air.

Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Adanya rasa pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.

4. Timbulnya endapan, koloidal dan bahan terlarut

Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang larut sebagian akan menjadi koloidal.

Apabila bahan buangan industri berupa bahan anorganik yang dapat larut maka air akan mendapat tambahan ion-ion logam yang berasal dari bahan


(34)

anorganik tersebut. Banyak bahan anorganik yang memberikan ion-ion logam berat yang pada umumnya bersifat racun seperti Cd, Cr, Pb.

5. Mikroorganisme

Pada perkembangan biakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit. Pada umumnya industri pengolahan bahan makanan berpotensi untuk menyebabkan berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen.

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Mengingat bahwa zat radioaktif dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melalui efek langsung maupun efek tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktif ke lingkungan.


(35)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kepentingan hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya karena hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan kepada segenap pengguna air (Khaira, 2014).

Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh mahkluk hidup untuk memenuhi kebutuhan maupun menopang hidupnya secara alami. Beberapa sumber air yang tersedia, penduduk Indonesia sebagian menggunakan air permukaan terutama air sumur dan air sungai. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2014 bahwa 70-75% sungai di 33 provinsi Indonesia telah tercemar. Polutan dominan yang mencemari sungai berasal dari limbah domestik (limbah berasal dari rumah tangga). Untuk meningkatkan kebutuhan dasar masyarakat mengenai kebutuhan air bersih, maka perlu disesuaikan teknologi yang sesuai dengan tingkat penguasaan teknologi dalam masyarakat itu sendiri (Quddus, 2014)

Kualitas air baku dari masing-masing intake tidaklah sama. Hal ini disebabkan oleh faktor geografis letak intake, banyaknya industri atau pemukiman yang berada


(36)

disekitar intake. Oleh sebab itu perlu dilakukannya penelitian serta pengujian terhadap kualitas air baku sebelum dan setelah penambahan koagulan (Margaretha dkk, 2012)

Air yang digunakan oleh Instalasi Pengolahan Air PDAM Tirtanadi Hamparan Perak adalah air permukaan yang berasal dari sungai yang memiliki nilai turbiditas dan pH yang bervariasi. Untuk menurunkan turbiditas dan pH diperlukan suatu proses koagulasi dengan penambahan koagulan. Dalam hal ini PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak menggunakan poli aluminium klorida (PAC) sebagai koagulan. Koagulan tersebut berekasi dengan air membentuk flokulan. Selama proses flokulasi partikel akan diubah menjadi partikel – pertikel yang lebih besar pada waktu bertumbukan. Sehingga hal tersebut memungkinkan pembuangannya dengan cara gravitasi.

Poli aluminium klorida adalah garam khusus dalam pembuatan aluminium klorida yang mampu memberikan daya koagulasi dan flokulasi yang lebih kuat daripada aluminium yang biasa seperti aluminium sulfat. Poli aluminium klorida mempunyai rumus kimia : Al2(OH)6-nCln.xH2O (n=1-5). Pembuatan poli aluminium klorida dapat

dilakukan dengan mereaksikan aluminium dengan asam klorida 5-15% pada suhu 67-97oC atau dengan mereaksikan aluminium hidroksida dengan asam klorida.

2Al(OH)3 + nHCl Al2(OH)6-nCln + nH2O (Budiman dkk, 2008).

Tawas atau alum adalah suatu senyawa aluminium sulfat dengan rumus kimia Al2(SO4).H2O. Pembuatan tawas dapat dilaksanakan dengan melarutkan material yang

mengandung Al2O3 dalam larutan asam sulfat. Salah satu sumber Al2O3 di alam terdapat

dalam tanah kaolin (Lajeng dkk, 2014).


(37)

turbiditas atau kekeruhan dan kadar Tembaga (Cu) pada air baku untuk mengetahui perbedaan hasil dari kedua koagulan ini. Oleh sebab itulah, penulis merasa tertarik untuk memilih judul tugas akhir : Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak.

1.2Permasalahan

Berapa perbandingan nilai turbiditas dan kadar tembaga (Cu) antara penggunaan kogulan poli aluminium klorida (PAC) dan Tawas dalam konsentrasi yang sama dan jumlah yang sama pada saat diinjeksi ke dalam air.

1.3Tujuan

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil nilai turbiditas dan kadar tembaga (Cu) dengan menggunakan dua koagulan yang berbeda yaitu poli aluminium klorida (PAC) dan Tawas dalam proses penjernihan air.

2. Untuk menentukan koagulasi yang mana yang lebih baik dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

1.4Manfaat

Dapat mengetahui perbedaan poli aluminium klorida (PAC) dan Tawas dalam proses penjernihan air dan mengetahui perbedaan nilai turbiditas dan kadar tembaga (Cu) dengan menggunakan koagulan yang berbeda pula.


(38)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM KLORIDA (PAC) DAN TAWAS TERHADAP TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR

BAKU DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Hamparan Perak. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai turbiditas dan kandungan Cu dan untuk mengetahui koagulan yang lebih baik. Dosis yang dipakai adalah 19 ppm dan 21 ppm saat jar test. Setelah jar test, pengukuran turbiditas dengan menggunakan alat turbidimeter dan mengukur Cu dengan alat spektrofotometer. Hasil penelitian pada koagulan tawas 21 ppm diperoleh turbiditas dan kadar Cu : 2,68 NTU ; 0,03 mg/l. Sedangkan untuk poli aluminium klorida (PAC) 21 ppm diperoleh turbiditas dan kadar Cu : 0,57 NTU ; 0,03 mg/l. Pada pemakaian poli aluminium klorida (PAC) nilai turbiditas lebih kecil. Sehingga dapat disimpulkan poli aluminium klorida (PAC) lebih baik dalam menghilangkan kekeruhan.


(39)

COMPARATIVE USE OF POLY ALUMINUM CHLORIDE (PAC) AND ALUM TO TURBIDITY AND Cu FROM RAW WATER IN

PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

ABSTRACT

Has done research of comparative use of poly aluminium chloride (PAC) and alum to turbidity and Cu from raw water in PDAM tirtanadi Hamparan Perak. The study was conducted to determine differences in turbidity values and the content of Cu and to know better coagulant. The dose used was 19 ppm and 21 ppm when the jar test. After the jar test, turbidity measurements by using a turbidimeter and measuring Cu with spectrophotometer. he results of the study at 21 ppm alum coagulant derived turbidity and levels of Cu: 2.68 NTU; 0.03 mg / l. As for the poly aluminum chloride (PAC) 21 ppm obtained turbidity and levels of Cu: 0.57 NTU; 0.03 mg / l. On the use of poly aluminum chloride (PAC) is smaller turbidity values. It can be concluded poly aluminum chloride (PAC) is better in removing turbidity.


(40)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM

KLORIDA (PAC) DAN TAWAS TERHADAP

TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR BAKU

DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN

PERAK

KARYA ILMIAH

DIMAS ABDI PRATAMA

132401039

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(41)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM

KLORIDA (PAC) DAN TAWAS TERHADAP

TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR BAKU

DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN

PERAK

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai

gelar Ahli Madya

DIMAS ABDI PRATAMA

132401039

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(42)

PERSETUJUAN

Judul : Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium

Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Dimas Abdi Pratama Nomor Induk Mahasiswa : 132401039

Program Studi : Diploma 3 Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2016

Disetujui Oleh

Ketua Program Studi D3 Kimia Pembimbing

Dra. Emma Zaidar. M.Si Dra. Emma Zaidar. M.Si NIP: 1955 1218 1987012001 NIP: 1955 1218 1987012001

Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR. Rumondang Bulan. MS NIP: 1954 0830 1985032001


(43)

PERNYATAAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM KLORIDA

(PAC) DAN TAWAS TERHADAP

TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR BAKU

DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN

PERAK

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2016

DIMAS ABDI PRATAMA 132401039


(44)

PENGHARGAAN

Bismillahhirahmanirrahim

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini yang berjudul : PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM KLORIDA (PAC) DAN TAWAS TERHADAP TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR BAKU DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK. Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program Diploma 3 Kimia FMIPA USU.

Selama penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah selayakanya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Teristimewa penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda Utomo dan Ibunda Elni Kasum yang tercinta dan tersayang, atas kasih sayang dan dukungan serta doa yang selalu diberikan, juga kepada saudara-saudara saya Dwi dan Agil yang juga memberikan dukungan kepada saya.

2. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dengan tulus dalam penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu DR Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Bapak pimpinan, staf dan karyawan PDAM Tirtanadi Hamparan Perak yang telah

memberikan tempat untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. Terkhusus untuk bapak Muhammad Taufik. ST. M.Psi sebagai pembimbing kami selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. 5. Seluruh staf dan dosen Kimia FMIPA USU atas ilmu yang telah diberikan selama


(45)

6. Teman-teman mahasiswa D-III Kimia stambuk 2013 terutama teman-teman kelas A yang telah berjuang dalam menyelesaikan studi D-III Kimia.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya karya ilmiah ini.

Medan, April 2016 Penulis


(46)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM KLORIDA (PAC) DAN TAWAS TERHADAP TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR

BAKU DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Hamparan Perak. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai turbiditas dan kandungan Cu dan untuk mengetahui koagulan yang lebih baik. Dosis yang dipakai adalah 19 ppm dan 21 ppm saat jar test. Setelah jar test, pengukuran turbiditas dengan menggunakan alat turbidimeter dan mengukur Cu dengan alat spektrofotometer. Hasil penelitian pada koagulan tawas 21 ppm diperoleh turbiditas dan kadar Cu : 2,68 NTU ; 0,03 mg/l. Sedangkan untuk poli aluminium klorida (PAC) 21 ppm diperoleh turbiditas dan kadar Cu : 0,57 NTU ; 0,03 mg/l. Pada pemakaian poli aluminium klorida (PAC) nilai turbiditas lebih kecil. Sehingga dapat disimpulkan poli aluminium klorida (PAC) lebih baik dalam menghilangkan kekeruhan.


(47)

COMPARATIVE USE OF POLY ALUMINUM CHLORIDE (PAC) AND ALUM TO TURBIDITY AND Cu FROM RAW WATER IN

PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

ABSTRACT

Has done research of comparative use of poly aluminium chloride (PAC) and alum to turbidity and Cu from raw water in PDAM tirtanadi Hamparan Perak. The study was conducted to determine differences in turbidity values and the content of Cu and to know better coagulant. The dose used was 19 ppm and 21 ppm when the jar test. After the jar test, turbidity measurements by using a turbidimeter and measuring Cu with spectrophotometer. he results of the study at 21 ppm alum coagulant derived turbidity and levels of Cu: 2.68 NTU; 0.03 mg / l. As for the poly aluminum chloride (PAC) 21 ppm obtained turbidity and levels of Cu: 0.57 NTU; 0.03 mg / l. On the use of poly aluminum chloride (PAC) is smaller turbidity values. It can be concluded poly aluminum chloride (PAC) is better in removing turbidity.


(48)

DAFTAR ISI

Halaman

PERETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PENGHARGAAN ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.1.1 Definisi Air ... 5

2.1.2 Sumber-Sumber Air ... 6

2.1.3 Penggolongan Air ... 7

2.1.4 Sifat-Sifat Air ... 8

2.1.5 Syarat-Syarat Air ... 9

2.1.6 Pemanfaatan Air ... 12

2.2 Koagulasi ... 12

2.2.1 Koagulan ... 13

2.2.2 Jenis-Jenis Koagulan ... 13

2.2.3 Proses Koagulasi ... 14

2.2.4 Jar Test ... 15

2.3 Kekeruhan (Turbiditas) ... 16


(49)

2.4.2 Penyebab Pencemaran Air ... 18

2.4.3 Indikator Pencemaran Air ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Metodologi ... 22

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan ... 22

3.2.1 Alat-Alat yang Digunakan ... 22

3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan ... 22

3.3 Penyiapan Larutan ... 23

3.3.1 Poli aluminium klorida (PAC) 5% ... 23

3.3.2 Tawas 5% ... 23

3.4 Prosedur Percobaan ... 23

3.4.1 Analisa Tembaga (Cu) pada Sampel Air Baku Sebelum Jar Test dengan Flokulan Poli Aluminium Klorida ... 23

3.4.2 Penetuan Turbiditas dengan Jar Tes Menggunakan Flokula Larutan Poli Aluminium Klorida 5% dan Tawas 5% ... 24

3.4.3 Analisa Tembaga (Cu) pada Air yang Telah di Jar Tes Dengan Poli Aluminium Klorida dan Tawas pada Dosis 19 PPM dan 21 PPM ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Data Percobaan ... 28

4.2 Pembahasan ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33 Daftar Pustaka


(50)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1 Data Turbiditas (NTU) dan Kadar Tembaga (Cu) Sebelum

Jar Tes ... 28 4.2 Data Turbiditas (NTU) dan Kadar Tembaga (Cu) Setelah

Jar Tes Menggunakan Tawas ... 28 4.3 Data Turbiditas (NTU) dan Kadar Tembaga (Cu) Setelah


(51)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1 Data Analisa Air Baku Bulanan ... 36 2 Data Analisa Air Resevoir Bulanan ... 37


(1)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN POLI ALUMINIUM KLORIDA (PAC) DAN TAWAS TERHADAP TURBIDITAS DAN Cu PADA AIR

BAKU DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Perbandingan Penggunaan Poli Aluminium Klorida (PAC) Dan Tawas Terhadap Turbiditas Dan Cu Pada Air Baku Di PDAM Hamparan Perak. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai turbiditas dan kandungan Cu dan untuk mengetahui koagulan yang lebih baik. Dosis yang dipakai adalah 19 ppm dan 21 ppm saat jar test. Setelah jar test, pengukuran turbiditas dengan menggunakan alat turbidimeter dan mengukur Cu dengan alat spektrofotometer. Hasil penelitian pada koagulan tawas 21 ppm diperoleh turbiditas dan kadar Cu : 2,68 NTU ; 0,03 mg/l. Sedangkan untuk poli aluminium klorida (PAC) 21 ppm diperoleh turbiditas dan kadar Cu : 0,57 NTU ; 0,03 mg/l. Pada pemakaian poli aluminium klorida (PAC) nilai turbiditas lebih kecil. Sehingga dapat disimpulkan poli aluminium klorida (PAC) lebih baik dalam menghilangkan kekeruhan.

Kata kunci: perbandingan, jenis koagulan


(2)

COMPARATIVE USE OF POLY ALUMINUM CHLORIDE (PAC) AND ALUM TO TURBIDITY AND Cu FROM RAW WATER IN

PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

ABSTRACT

Has done research of comparative use of poly aluminium chloride (PAC) and alum to turbidity and Cu from raw water in PDAM tirtanadi Hamparan Perak. The study was conducted to determine differences in turbidity values and the content of Cu and to know better coagulant. The dose used was 19 ppm and 21 ppm when the jar test. After the jar test, turbidity measurements by using a turbidimeter and measuring Cu with spectrophotometer. he results of the study at 21 ppm alum coagulant derived turbidity and levels of Cu: 2.68 NTU; 0.03 mg / l. As for the poly aluminum chloride (PAC) 21 ppm obtained turbidity and levels of Cu: 0.57 NTU; 0.03 mg / l. On the use of poly aluminum chloride (PAC) is smaller turbidity values. It can be concluded poly aluminum chloride (PAC) is better in removing turbidity.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PERETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PENGHARGAAN ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Air ... 5

2.1.1 Definisi Air ... 5

2.1.2 Sumber-Sumber Air ... 6

2.1.3 Penggolongan Air ... 7

2.1.4 Sifat-Sifat Air ... 8

2.1.5 Syarat-Syarat Air ... 9

2.1.6 Pemanfaatan Air ... 12

2.2 Koagulasi ... 12

2.2.1 Koagulan ... 13

2.2.2 Jenis-Jenis Koagulan ... 13

2.2.3 Proses Koagulasi ... 14

2.2.4 Jar Test ... 15

2.3 Kekeruhan (Turbiditas) ... 16

2.4 Pencemaran Air ... 17

2.4.1 Logam Tembaga (Cu) ... 17


(4)

2.4.2 Penyebab Pencemaran Air ... 18

2.4.3 Indikator Pencemaran Air ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Metodologi ... 22

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan ... 22

3.2.1 Alat-Alat yang Digunakan ... 22

3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan ... 22

3.3 Penyiapan Larutan ... 23

3.3.1 Poli aluminium klorida (PAC) 5% ... 23

3.3.2 Tawas 5% ... 23

3.4 Prosedur Percobaan ... 23

3.4.1 Analisa Tembaga (Cu) pada Sampel Air Baku Sebelum Jar Test dengan Flokulan Poli Aluminium Klorida ... 23

3.4.2 Penetuan Turbiditas dengan Jar Tes Menggunakan Flokula Larutan Poli Aluminium Klorida 5% dan Tawas 5% ... 24

3.4.3 Analisa Tembaga (Cu) pada Air yang Telah di Jar Tes Dengan Poli Aluminium Klorida dan Tawas pada Dosis 19 PPM dan 21 PPM ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Data Percobaan ... 28

4.2 Pembahasan ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33 Daftar Pustaka


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1 Data Turbiditas (NTU) dan Kadar Tembaga (Cu) Sebelum

Jar Tes ... 28 4.2 Data Turbiditas (NTU) dan Kadar Tembaga (Cu) Setelah

Jar Tes Menggunakan Tawas ... 28 4.3 Data Turbiditas (NTU) dan Kadar Tembaga (Cu) Setelah

Jar Tes Menggunakan Poli Aluminium Klorida ... 28


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1 Data Analisa Air Baku Bulanan ... 36 2 Data Analisa Air Resevoir Bulanan ... 37