Dukungan Keluarga pada Remaja Putri Menghadapi Menstruasi Pertama(menarche) di SMP Negeri 2 Stabat
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa
anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik
mental, emosional dan sosial. Masa remaja adalah suatu fenomena fisik, yang
behubungan dengan pubertas. Puberas pada perempuan (9-12 tahun) dapat ditandai
dengan datangnya menstuasi untuk pertama kalinya disebut sebagai menarche
(Proverawati, 2009).
Rata-rata usia menarche di Indonesia yaitu usia 11,2-13,4 tahun, dengan
umur terendah 9 tahundan tertinggi 15 tahun. Berdasarkan status sosial ekonomi
pada golongan sosial ekonomi rentah rata-rata usia menstruasi pertama (menarche)
9,6-15,6 tahun, sedangkan ekonomi tinggi rata-rata usia menstruasi pertama
(menarche) 9,8-13,8 tahun (Ginarhayu, 2014).
Fenomena yang sering terjadi di masyarakat adalah selama ini sebagian
masyarakat merasa tabu untuk membicarakan tentang masalah menstruasi dalam
keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang
cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche.
Sarwono (2008) menambahkan bahwa perubahan yang terjadi pada saat
menstruasi pertama (menarche) menyebabkan remaja menjadi canggung.
Olehkarena itu, remaja perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku. Penyesuaian
tersebut tidak dapat dilakukan dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan
dari orangtua. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi
1
Universitas Sumatera Utara
2
menarche adalah dukungan dari keluarga. Selama ini masyarakat masih
menganggap tabu untuk membicarakan tentang menstruasi dalam keluarga.
Hasil penelitian Kharunia Khazani (2015) “ hubungan dukungan keluarga
dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi SD Negeri Tlogoadi Sleman”
menunjukkan bahwa sebagian responden mendapatkan dukungan keluarga dalam
tingkatan cukup yaitu 31 responden (70,4%), tingkatan baik sebanyak 11
responden (25,0%), dan yang mendapatkan dukungan keluarga dalam tingkatan
kurang sebanyak 2 responden (4,6%).
Hal ini sesuai pendapat Fishbein dan Ajzen (Azwar, 2003) yang
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
seseorang
tentang
sesuatu
hal
akan
mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut positif maupun negatif tergantung dari
pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya
akan menolong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi
kalau sikapnya negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut
(Indriastuti, 2009).
Menurut Morgan (Utami, 2003) orang tua seperti ayah, kakak atau saudara
perempuan, khususnya ibu, diharapkan mampu memberikan informasi yang tepat
dan benar tentang apakah menstruasi itu. Jika mengetahui informasi yang benar
tentang menstruasi maka anak remaja perempuan akan merasa siap ketika
mendapatkan menstruasi pertama kali. Selanjutnya jika individu tahu hal apa saja
yang harus dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya
bagaimana cara mengatasi keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktuwaktu, bagaimana cara memakai pembalut dan mencuci pembalut, serta bagaimana
Universitas Sumatera Utara
3
cara perawatan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu
berperilaku hygienis ketika mengalami menstruasi (Indriastuti,2009).
Menurut Kartikawati (2012 dalam Rachmawati 2014), faktor resiko kanker
serviks yaitu personal hygiene yang tidak baik dan penggunaan pembalut tidak
berkualitas dan mengandung bahan pemutih (dioksin) yang dapat menguap apabila
bereaksi dengan darah menstruasi sehingga dapat menghambat sirkulasi udara pada
daerah kewanitaan. Selain itu, penggunaan pantyliner untuk sehari-hari dapat
mempengaruhi kelembaban organ kewanitaan sehingga keadaan organ kewanitaan
menjadi lembab dan merangsang tubuhnya berbagai bakteri patogen yang dapat
menyebabkan kanker serviks (Wijaya, 2010).
Menurut penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) personal hygiene yang
kurang baik memiliki resiko terkena kanker serviks 19.386 kali dibandingkan
dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik. Menurut Bustan (2007),
wanita dengan personal hygiene yang buruk beresiko lebih besar untuk terkena
kanker serviks daripada wanita dengan personal hygiene yang baik. Personal
hygiene meliputi penggunaan pembalut, penggunaan kloset dan penggunaan
antiseptik (Wijaya, 2010).
Orang tua sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang
masalah dan bagaimana mengahadapi fase perkembangan remaja. Cara
menyampaikannya terus harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai
dengan pemahaman anak-anak. Hal ini penting supaya pada waktunya anak tidak
Universitas Sumatera Utara
4
merasa kaget, malu, cemas, gelisah, dan tertekan. Anak akan memhami apa yang
sedang terjadi pada dirinya dan tahu bagaimana seharusnya ia bertindak.
Berdasarkan survey pendahuluan oleh peneliti diSMP Negeri 2 Stabat,
sebagian remaja putri tidak memiliki personal hygiene yang baik, terlihat lagi
kamar mandi sekolah yang tidak bersih, dan hampir keseluruhan remaja putri
memakai pembalut. Telah dijelaskan di atas bahwasannya personal hygiene
merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks, Maka orang tua seperti ayah,
kakak atau saudara perempuan, khususnya ibu, diharapkan mampu memberikan
informasi yang tepat dan benar tentang apakah menstruasi itu. Adapun beberapa
informasi yang dapat diberikan oleh keluarga misalnya bagaimana cara mengatasi
keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu, bagaimana cara
memakai pembalut dan mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawatan diri
pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu berperilaku hygienis ketika
mengalami menstruasi.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
“Dukungan Keluarga pada Remaja Putri Menghadapi Menstruasi Pertama
(menarche) di SMP NEGERI 2 STABAT”
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran dukungan keluarga pada
Universitas Sumatera Utara
5
remaja putri menghadapi mentruasi pertama (menarche) di SMP NEGERI 2
STABAT?
2. Tujuan Penelitian
2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi bagaimana dukungan keluarga pada remaja
putri menghadapi mentruasi pertama (menarche)
2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dukungan nyata pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
2. Mengetahui dukungan pengharapan pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
3. Mengetahui dukungan emosional pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
4. Mengetahui dukungan informasi pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
3. Manfaat Penelitian
3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan
bahasan tentang dukungan keluarga pada remaja menghadapi
menarche
sehingga
menjadi
masukkan
bagi
institusi
untuk
memberikan pengetahuan kepada keluarga untuk memberikan
dukungan terkait menarche.
Universitas Sumatera Utara
6
3.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini berguna bagi peningkatan pengetahuan perawat
dan menambah wawasan bahasan khususnya mengenai dukungan
keluarga pada remaja putri menghadapi menarche
3.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan bagi
lahan penelitian tentang dukungan keluarga pada remaja sehingga
keluarga dapat memberikan dukungan keluarga yang terkait dengan
menstruasi pertama (menarche) agar remaja tidak mempunyai harapan
yang negatif mengenai menarche.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa remaja atau masa adolescence merupakan periode transisi dari masa
anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik
mental, emosional dan sosial. Masa remaja adalah suatu fenomena fisik, yang
behubungan dengan pubertas. Puberas pada perempuan (9-12 tahun) dapat ditandai
dengan datangnya menstuasi untuk pertama kalinya disebut sebagai menarche
(Proverawati, 2009).
Rata-rata usia menarche di Indonesia yaitu usia 11,2-13,4 tahun, dengan
umur terendah 9 tahundan tertinggi 15 tahun. Berdasarkan status sosial ekonomi
pada golongan sosial ekonomi rentah rata-rata usia menstruasi pertama (menarche)
9,6-15,6 tahun, sedangkan ekonomi tinggi rata-rata usia menstruasi pertama
(menarche) 9,8-13,8 tahun (Ginarhayu, 2014).
Fenomena yang sering terjadi di masyarakat adalah selama ini sebagian
masyarakat merasa tabu untuk membicarakan tentang masalah menstruasi dalam
keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang
cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis terkait menarche.
Sarwono (2008) menambahkan bahwa perubahan yang terjadi pada saat
menstruasi pertama (menarche) menyebabkan remaja menjadi canggung.
Olehkarena itu, remaja perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku. Penyesuaian
tersebut tidak dapat dilakukan dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan
dari orangtua. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi
1
Universitas Sumatera Utara
2
menarche adalah dukungan dari keluarga. Selama ini masyarakat masih
menganggap tabu untuk membicarakan tentang menstruasi dalam keluarga.
Hasil penelitian Kharunia Khazani (2015) “ hubungan dukungan keluarga
dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi SD Negeri Tlogoadi Sleman”
menunjukkan bahwa sebagian responden mendapatkan dukungan keluarga dalam
tingkatan cukup yaitu 31 responden (70,4%), tingkatan baik sebanyak 11
responden (25,0%), dan yang mendapatkan dukungan keluarga dalam tingkatan
kurang sebanyak 2 responden (4,6%).
Hal ini sesuai pendapat Fishbein dan Ajzen (Azwar, 2003) yang
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
seseorang
tentang
sesuatu
hal
akan
mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut positif maupun negatif tergantung dari
pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya
akan menolong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi
kalau sikapnya negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut
(Indriastuti, 2009).
Menurut Morgan (Utami, 2003) orang tua seperti ayah, kakak atau saudara
perempuan, khususnya ibu, diharapkan mampu memberikan informasi yang tepat
dan benar tentang apakah menstruasi itu. Jika mengetahui informasi yang benar
tentang menstruasi maka anak remaja perempuan akan merasa siap ketika
mendapatkan menstruasi pertama kali. Selanjutnya jika individu tahu hal apa saja
yang harus dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya
bagaimana cara mengatasi keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktuwaktu, bagaimana cara memakai pembalut dan mencuci pembalut, serta bagaimana
Universitas Sumatera Utara
3
cara perawatan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu
berperilaku hygienis ketika mengalami menstruasi (Indriastuti,2009).
Menurut Kartikawati (2012 dalam Rachmawati 2014), faktor resiko kanker
serviks yaitu personal hygiene yang tidak baik dan penggunaan pembalut tidak
berkualitas dan mengandung bahan pemutih (dioksin) yang dapat menguap apabila
bereaksi dengan darah menstruasi sehingga dapat menghambat sirkulasi udara pada
daerah kewanitaan. Selain itu, penggunaan pantyliner untuk sehari-hari dapat
mempengaruhi kelembaban organ kewanitaan sehingga keadaan organ kewanitaan
menjadi lembab dan merangsang tubuhnya berbagai bakteri patogen yang dapat
menyebabkan kanker serviks (Wijaya, 2010).
Menurut penelitian Indrawati dan Fitriyani (2012) personal hygiene yang
kurang baik memiliki resiko terkena kanker serviks 19.386 kali dibandingkan
dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang baik. Menurut Bustan (2007),
wanita dengan personal hygiene yang buruk beresiko lebih besar untuk terkena
kanker serviks daripada wanita dengan personal hygiene yang baik. Personal
hygiene meliputi penggunaan pembalut, penggunaan kloset dan penggunaan
antiseptik (Wijaya, 2010).
Orang tua sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang
masalah dan bagaimana mengahadapi fase perkembangan remaja. Cara
menyampaikannya terus harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai
dengan pemahaman anak-anak. Hal ini penting supaya pada waktunya anak tidak
Universitas Sumatera Utara
4
merasa kaget, malu, cemas, gelisah, dan tertekan. Anak akan memhami apa yang
sedang terjadi pada dirinya dan tahu bagaimana seharusnya ia bertindak.
Berdasarkan survey pendahuluan oleh peneliti diSMP Negeri 2 Stabat,
sebagian remaja putri tidak memiliki personal hygiene yang baik, terlihat lagi
kamar mandi sekolah yang tidak bersih, dan hampir keseluruhan remaja putri
memakai pembalut. Telah dijelaskan di atas bahwasannya personal hygiene
merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks, Maka orang tua seperti ayah,
kakak atau saudara perempuan, khususnya ibu, diharapkan mampu memberikan
informasi yang tepat dan benar tentang apakah menstruasi itu. Adapun beberapa
informasi yang dapat diberikan oleh keluarga misalnya bagaimana cara mengatasi
keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu, bagaimana cara
memakai pembalut dan mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawatan diri
pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu berperilaku hygienis ketika
mengalami menstruasi.
Berdasarkan beberapa hal di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
“Dukungan Keluarga pada Remaja Putri Menghadapi Menstruasi Pertama
(menarche) di SMP NEGERI 2 STABAT”
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran dukungan keluarga pada
Universitas Sumatera Utara
5
remaja putri menghadapi mentruasi pertama (menarche) di SMP NEGERI 2
STABAT?
2. Tujuan Penelitian
2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi bagaimana dukungan keluarga pada remaja
putri menghadapi mentruasi pertama (menarche)
2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dukungan nyata pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
2. Mengetahui dukungan pengharapan pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
3. Mengetahui dukungan emosional pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
4. Mengetahui dukungan informasi pada remaja putri menghadapi
menstruasi pertama (menarche)
3. Manfaat Penelitian
3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan
bahasan tentang dukungan keluarga pada remaja menghadapi
menarche
sehingga
menjadi
masukkan
bagi
institusi
untuk
memberikan pengetahuan kepada keluarga untuk memberikan
dukungan terkait menarche.
Universitas Sumatera Utara
6
3.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini berguna bagi peningkatan pengetahuan perawat
dan menambah wawasan bahasan khususnya mengenai dukungan
keluarga pada remaja putri menghadapi menarche
3.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukkan bagi
lahan penelitian tentang dukungan keluarga pada remaja sehingga
keluarga dapat memberikan dukungan keluarga yang terkait dengan
menstruasi pertama (menarche) agar remaja tidak mempunyai harapan
yang negatif mengenai menarche.
Universitas Sumatera Utara