Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche (Menstruasi Pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan Tahun 2010.
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE (MENSTRUASI PERTAMA) DI SMP ST. THOMAS 1 MEDAN
TAHUN 2010
Oleh: DELFINA 070100052
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(2)
TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE (MENSTRUASI PERTAMA) DI SMP ST. THOMAS 1 MEDAN
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh: DELFINA 070100052
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche (Menstruasi Pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan Tahun 2010
Nama : Delfina NIM : 070100052
__________________________________________________________________
Pembimbing Penguji I
(dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG) (dr. Elmeida Effendi, Sp.KJ) NIP: 19800114 200312 2 002 NIP: 19720501 199903 2 004
Penguji II
(dr. Almaycano Ginting, M.Kes) NIP: 19750524 200312 1 001
Medan, Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001
(4)
ABSTRAK
Menarche merupakan peristiwa paling penting bagi remaja putri sebagai
pertanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Remaja yang telah mengetahui tentang menarche akan merasa senang ketika mereka mengalaminya. Sementara pada remaja putri yang kurang pengetahuannya tentang menarche akan timbul perasaan negatif seperti cemas, takut, malu, dan bingung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche di SMP St. Thomas 1 Medan. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 84 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Dari 84 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang menarche mayoritas berada dalam kategori cukup, yaitu sebesar 69%. Sementara kategori baik sebesar 21,4% dan kategori kurang sebesar 9,5%. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, sebesar 38,9% responden yang memiliki pengetahuan baik berada di kelas VIII dan IX, 36,2% responden memiliki pengetahuan cukup berada di kelas IX, dan 75% responden yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelas VII. Berdasarkan karakteristik sudah belumnya menarche, responden yang berpengetahuan baik dan cukup berasal dari kelompok yang sudah menarche, yaitu sebesar 77,8% dan 67,2%. Sementara responden yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelompok yang belum menarche, yaitu sebesar 87,5%.
Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan agar pihak sekolah dan orang tua siswi dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi khususnya menarche.
Kata kunci: pengetahuan, remaja putri, menarche
(5)
ABSTRACT
Menarche is an important thing to adolescent girls as the sign that the reproduction period has started. For the adolescent girls who have already known about menarche will feel happy when they experience it. Meanwhile, for those who lack of knowledge about menarche, they will feel some negative sensations such as: anxiety, fear, shame and confusion.
This study aimed to determine the level of knowledge of SMP St. Thomas 1 adolescent girls about menarche. The method of this research was a descriptive study with cross sectional approach. The total samples are 84 people with the level of relative accuracy (d) of 0.1. Stratified random sampling was used and the samples were then distributed evenly based on their grade level. Data were collected by using questionnaires and then analyzed by using the SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Of the 84 respondents, the results indicated that the level of knowledge about menarche mostly found in sufficient category, that was 69%. While the good category was 21,4% and the less category was 9,5%. Based on the education level, there were 38,9% respondents from 8th and 9th grade had good knowledge, 36,2% respondents from 9th grade had sufficient knowledge, and 75% respondents from 7th grade had less knowledge about menarche. Based on the experienced of menarche, 77,8% and 67,2% respondents who had good and sufficient knowledge were came from the group who had already got menarche. While the less knowledge respondents came from they who hadn’t got menarche, that was 87,5%.
From this research, we hope that school and parents can play an active role in providing information on reproductive health, especially about menarche.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah iini, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis akan menerima segala kritik maupun tanggapan dari berbagai pihak guna memperbaiki kesalahan dan kekurangan tersebut pada masa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.
2. dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG, selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr. Elmeida Effendi, Sp.KJ, dr. Almaycano Ginting, M.Kes, dan dr. Andrina Y.M. Rambe, Sp.THT, selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. dr. Yusuf R. Surbakti, Sp.OG(K) yang telah memberikan persetujuan kuesioner (validitas konten) pada penelitian ini.
5. Para staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan.
6. Ibu Romasi Sinambela, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP St. Thomas 1 Medan atas bantuan yang diberikan sampai selesainya penelitian.
7. Para staf pengajar dan tenaga kerja di SMP St. Thomas 1 Medan yang turut serta membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
(7)
8. Seluruh siswi SMP St. Thomas 1 Medan atas partisipasi dan bantuannya dalam proses pengumpulan data penelitian ini.
9. Senior-senior terutama Sudibio dan Dyana Novia yang telah memberikan saran, bantuan, dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.
10. Teman-teman peneliti, terutama Adeodata Lily W., Carolin, Cindy Putri, Ervina, Huriah M. Putra, Sri Wahyuni, Stefani Tania, Sukri dan teman-teman lainnya yang telah memberikan saran dan bantuan selama penyusunan karya tulis ini.
11. Serta orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan nasehat kepada penulis.
Untuk seluruh bantuan baik secara moril maupun materiil yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.
Sebagai akhir kata dari penulis, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua di masa yang akan datang dan kiranya dapat menjadi rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.
Medan, November 2010 Penulis
Delfina NIM: 070100052
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN... i
ABSTRAK... ii
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR SINGKATAN... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan Penelitian... 2
1.3.1 Tujuan Umum... 2
1.3.2 Tujuan Khusus... 2
1.4 Manfaat Penelitian... 3
1.4.1 Bagi Remaja Putri... 3
1.4.2 Bagi Departemen Pendidikan... 3
1.4.3 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran... 3
1.4.4 Bagi Peneliti... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1 Remaja... 4
2.1.1 Pengertian Remaja... 4
2.1.2 Transisi pada Masa Remaja... 5
2.2 Menstruasi... 6
2.2.1 Pengertian Menarche dan Menstruasi... 6
(9)
2.2.2 Mekanisme Menstruasi... 8
2.2.3 Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Menstruasi... 10
2.2.4 Gangguan Menstruasi... 13
2.3 Pengetahuan... 15
2.3.1 Pengertian Pengetahuan... 15
2.3.2 Cara Memperoleh Pengetahuan... 16
2.3.3 Tingkatan Pengetahuan... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 18
3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 18
3.2 Definisi Operasional... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN... 20
4.1 Jenis Penelitian... 20
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 20
4.2.1 Lokasi Penelitian... 20
4.2.2 Waktu Penelitian... 20
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 20
4.3.1 Populasi Penelitian... 20
4.3.2 Sampel Penelitian... 20
4.4 Metode Pengumpulan Data... 21
4.4.1 Data Primer... 21
4.4.2 Data Sekunder... 21
4.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 22
4.5 Metode Analisis Data... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24
5.1 Hasil Penelitian... 24
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 24
(10)
5.1.3 Hasil Analisa Data... 25
5.2 Pembahasan... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 30
6.1 Kesimpulan... 30
6.2 Saran... 30
DAFTAR PUSTAKA... 31 LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 22 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan 24
tingkat pendidikan
5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan 25 sudah belumnya menarche
5.3 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden 25 tentang menarche
5.4 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang menarche 26 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan 27
tingkat pendidikan
5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan 28 sudah belumnya menarche
(12)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Perubahan hormonal pada siklus menstruasi... 10 Gambar 2.2 Fase pertumbuhan endometrium dan menstruasi
selama setiap siklus bulanan seksual wanita... 13
(13)
DAFTAR SINGKATAN
FSH : Follicle Stimulating Hormone KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia LH : Luteinizing Hormone
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPSS : Statistical Product and Service Solutions WHO : World Health Organization
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan/ PSP (Informed Consent) Lampiran 5. Lembar Validitas Konten
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Lampiran 7. Ethical Clearance
Lampiran 8. Data Induk (Master Data) dan Output
(15)
ABSTRAK
Menarche merupakan peristiwa paling penting bagi remaja putri sebagai
pertanda bahwa siklus masa subur telah dimulai. Remaja yang telah mengetahui tentang menarche akan merasa senang ketika mereka mengalaminya. Sementara pada remaja putri yang kurang pengetahuannya tentang menarche akan timbul perasaan negatif seperti cemas, takut, malu, dan bingung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche di SMP St. Thomas 1 Medan. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 84 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisis dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Dari 84 responden, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang menarche mayoritas berada dalam kategori cukup, yaitu sebesar 69%. Sementara kategori baik sebesar 21,4% dan kategori kurang sebesar 9,5%. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, sebesar 38,9% responden yang memiliki pengetahuan baik berada di kelas VIII dan IX, 36,2% responden memiliki pengetahuan cukup berada di kelas IX, dan 75% responden yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelas VII. Berdasarkan karakteristik sudah belumnya menarche, responden yang berpengetahuan baik dan cukup berasal dari kelompok yang sudah menarche, yaitu sebesar 77,8% dan 67,2%. Sementara responden yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelompok yang belum menarche, yaitu sebesar 87,5%.
Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan agar pihak sekolah dan orang tua siswi dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi khususnya menarche.
(16)
ABSTRACT
Menarche is an important thing to adolescent girls as the sign that the reproduction period has started. For the adolescent girls who have already known about menarche will feel happy when they experience it. Meanwhile, for those who lack of knowledge about menarche, they will feel some negative sensations such as: anxiety, fear, shame and confusion.
This study aimed to determine the level of knowledge of SMP St. Thomas 1 adolescent girls about menarche. The method of this research was a descriptive study with cross sectional approach. The total samples are 84 people with the level of relative accuracy (d) of 0.1. Stratified random sampling was used and the samples were then distributed evenly based on their grade level. Data were collected by using questionnaires and then analyzed by using the SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Of the 84 respondents, the results indicated that the level of knowledge about menarche mostly found in sufficient category, that was 69%. While the good category was 21,4% and the less category was 9,5%. Based on the education level, there were 38,9% respondents from 8th and 9th grade had good knowledge, 36,2% respondents from 9th grade had sufficient knowledge, and 75% respondents from 7th grade had less knowledge about menarche. Based on the experienced of menarche, 77,8% and 67,2% respondents who had good and sufficient knowledge were came from the group who had already got menarche. While the less knowledge respondents came from they who hadn’t got menarche, that was 87,5%.
From this research, we hope that school and parents can play an active role in providing information on reproductive health, especially about menarche.
Key Words: knowledge, adolescent girls, menarche
(17)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO (2009), jumlah remaja di dunia ini saat ini mencapai ± 1,2 milyar dan satu dari lima orang di dunia ini adalah remaja. Di Asia Tenggara, jumlah remaja mencapai ± 18% - 25 % dari seluruh populasi di daerah tersebut.
WHO mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai umur 10 - 19 tahun. Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi terutama wanita (Rosidah, 2008).
Menarche merupakan peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai
pertanda siklus masa subur sudah dimulai (Rosidah, 2008). Menarche diartikan sebagai permulaan menstruasi pada seorang gadis pada masa pubertas. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar yaitu antara 10 - 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Usia menarche lebih dini di daerah perkotaan daripada di daerah pedesaan (Hanafiah, 2007).
Pada umumnya, remaja putri belajar tentang menstruasi dari ibunya. Tetapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya, dan sebagian enggan membicarakan hal tersebut secara terbuka. Hal ini menimbulkan kecemasan pada anak. Anak mungkin merasa malu dan menganggap menstruasi merupakan suatu penyakit (Jones, 2005).
Menstruasi pertama bagi wanita adalah suatu pengalaman yang menyebabkan perasaan tidak nyaman, terutama jika mereka tidak pernah mendengar keterangan tentang itu. Wanita mungkin akan merasa jijik, takut, gelisah, tidak enak, dan sebagainya (Daradjat, 2001 dan Rosidah, 2008). Sebagian remaja menganggap bahwa darah menstruasi merupakan suatu penyakit. Namun
(18)
beberapa remaja justru merasa senang sewaktu mendapatkan menarche, terutama mereka yang telah mengetahui tentang menarche (Rosidah, 2008).
Remaja-remaja putri yang pengetahuannya kurang tentang menarche mengatakan bahwa timbul perasaan negatif seperti cemas, takut, malu dan bingung ketika mereka menghadapi menarche (Kurniawan, 2009). Dalam buku 100 Tanya Jawab Kesehatan untuk Remaja (2010), dituliskan bahwa wajar jika pada umumnya remaja putri menjadi risau mengenai sesuatu yang tidak biasa atau baru ini. Itulah sebabnya mendapatkan informasi yang benar niscaya akan bermanfaat untuk meredam kerisauan yang tidak perlu.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri mengenai hal-hal yang berhubungan tentang menarche di SMP St. Thomas 1 Medan tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche (menstruasi pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan tahun 2010?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche (menstruasi pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan tahun 2010.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche (menstruasi pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan tahun 2010 sesuai dengan karakteristik tingkat pendidikan.
(19)
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche (menstruasi pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan tahun 2010 sesuai dengan karakteristik sudah belumnya menarche.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Remaja Putri
Untuk menambah pengetahuan remaja putri tentang hal-hal yang berhubungan dengan menarche.
1.4.2 Bagi Departemen Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Departemen Pendidikan untuk melakukan peningkatan pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja terutama tentang menarche di kalangan remaja.
1.4.3 Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ingin melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan menarche.
1.4.4 Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah daya analisis peneliti serta untuk menambah pengetahuan peneliti tentang hal-hal yang berhubungan dengan menarche.
(20)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
WHO mendefinisikan remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai umur 10 - 19 tahun.
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa depan. Yang termasuk remaja adalah mereka yang berusia antara 10 - 20 tahun, yang mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk fisiologi tubuh, dan fungsi psikologis serta sosialnya. Dari segi usia, remaja dibagi menjadi 3 yaitu remaja awal (early adolescence) berusia 10 - 13 tahun, remaja tengah (middle adolescence) berusia 14 - 16 tahun, dan remaja akhir (late adolescence) berusia 17 - 20 tahun (Needlman, 1999).
Masa remaja, suatu waktu dengan onset dan lama yang bervariasi, adalah suatu periode antara masa anak-anak dan masa dewasa. Masa ini ditandai dengan perubahan perkembangan biologis, psikologis, dan sosial yang menonjol. Onset biologis dari masa remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan skeletal yang cepat dan permulaan perkembangan seks fisik. Onset psikologis ditandai dengan suatu percepatan perkembangan kognitif dan konsolidasi pembentukan kepribadian. Secara sosial, masa remaja adalah suatu periode peningkatan persiapan untuk datangnya peranan masa dewasa muda (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1997).
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan (Pardede, 2002).
(21)
2.1.2 Transisi pada Masa Remaja
Masa remaja merupakan suatu bagian dari siklus tumbuh kembang sejak saat konsepsi sampai dewasa dan merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa ini, seseorang akan menghadapi beberapa transisi berupa (Soelaryo, Tanuwidjaya, dan Sukartini, 2002):
1. Transisi dalam emosional
Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dimana remaja sangat peka dan mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila mereka berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya. Selain itu, mereka juga dapat melihat secara objektif situasi yang dihadapi sehingga mereka tidak bereaksi secara emosional.
2. Transisi dalam sosialisasi
Pada masa remaja, hal terpenting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya, baik sejenis maupun berlawanan jenis. Dalam hubungan dengan teman sebaya ini sering terjadi pengelompokkan, antara lain sahabat karib yang mempunyai minat dan kemampuan berimbang. Pengaruh sahabat ini sangat besar terhadap perkembangan tingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya sehingga mereka akan memperoleh kepercayaan dirinya. 3. Transisi dalam agama
Sering kita lihat remaja kurang rajin melaksanakan ibadah, tidak seperti halnya pada waktu mereka masih kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena lunturnya kepercayaan terhadap agama, akan tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan cara berpikir yang mulai kritis.
4. Transisi dalam hubungan keluarga
Bila dalam suatu keluarga terdapat anak remaja, biasanya sukar ditemukan adanya hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja biasanya banyak menentang orang tua dan biasanya cepat
(22)
menjadi marah, sedangkan orang tua biasanya kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja.
5. Transisi dalam moralitas
Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.
2.2 Menstruasi
2.2.1 Pengertian Menarche dan Menstruasi
Menarche berarti dimulainya menstruasi yang terjadi pada remaja antara usia 11 dan 16 tahun, rata-rata 13 tahun. Dalam beberapa buku, menstruasi sering juga disebut haid, mensis, atau datang bulan (Guyton, 1997).
Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan
pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2002).
Menarche merupakan perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada
seorang wanita dan biasanya rata-rata terjadi pada usia 11 - 13 tahun. Tetapi semakin lama, usia menarche telah bergeser ke usia yang lebih muda. Hal ini mungkin disebabkan oleh semakin baiknya nutrisi dan kesehatan pada generasi sekarang (Jacoeb, 2007).
Menarche yaitu mulainya menstruasi, biasanya terjadi antara usia 12
hingga 13 tahun, dengan kisaran dari usia 9,1 tahun hingga 17,7 tahun. Biasanya jarak siklus menstruasi berkisar dari 15 sampai 45 hari dengan rata-rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2 - 8 hari dengan rata-rata 4 - 6 hari (Price dan Wilson, 2005).
Menarche mengacu kepada menstruasi pertama hanyalah merupakan salah
satu tanda pubertas. Usia menarche semakin lama semakin menurun, dimana usia rata-rata menarche adalah antara 12 sampai 13 tahun, tetapi pada sebagian kecil anak perempuan yang tampaknya normal, menarche mungkin muncul pada usia sedini 10 tahun atau selambat 16 tahun (Cunningham, et al., 2005).
(23)
Onset menarche adalah salah satu perubahan pubertas pada anak perempuan. Sikap kultural anak perempuan mengenai menarche adalah bervariasi, dari memandang menarche sebagai kutukan di satu sisi sampai melihatnya sebagai penegasan yang menyenangkan mengenai kewanitaan pada sisi lainnya (Kaplan, Sadock, dan Grebb, 1997).
Menurut KBBI (2008), menstruasi adalah peristiwa fisiologis dan siklus pada wanita dalam masa reproduksi dengan keluarnya darah dari rahim sebagai akibat pelepasan selaput lendir rahim.
Menstruasi merupakan siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, di bawah kendali hormonal, dan berulang secara normal. Interval menstruasi biasanya terjadi sekitar empat minggu tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif pada wanita (Dorland, 2002).
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan/deskuamasi endometrium (Hanafiah, 2007).
Menurut Andira (2010), menstruasi adalah kejadian alamiah yang terjadi pada wanita normal. Hal ini dapat terjadi karena terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Menstruasi adalah perdarahan dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menjalankan fungsinya yang terjadi setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil (Achsin, et al., 2003).
Menstruasi juga merupakan sebuah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi pertama kali biasanya terjadi sekitar umur 10 - 12 tahun. Menstruasi akan berhenti pada umur sekitar 40 - 50 tahun yang disebut dengan menopause. Periode menstruasi yaitu merujuk pada waktu ketika seseorang mengalami menstruasi/pendarahan. Siklus menstruasi merupakan rangkaian dari peristiwa menstruasi satu sampai menstruasi berikutnya yang biasanya berlangsung 28 sampai 30 hari. Hari pertama dari siklus menstruasi adalah awal periode sedangkan hari kelima atau keenam merupakan akhir dari menstruasi (Winaris, 2010).
(24)
Menstruasi adalah pengeluaran darah dari alat kandungan wanita setiap bulan secara teratur pada wanita yang sehat dan tidak hamil. Siklus menstruasi yang klasik adalah 28 ± 2 hari sedangkan pola menstruasi dan lamanya perdarahan menstruasi bergantung pada tipe wanita, biasanya 3 - 8 hari (Mochtar, 1998).
2.2.2 Mekanisme Menstruasi
Menurut Hanafiah (2007), perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus menstruasi disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap
Follicle Stimulating Hormone (FSH) sedangkan terhadap Luteinizing Hormone
(LH), estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi.
Tidak lama setelah menstruasi dimulai, pada fase folikuler dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan ini menekan produksi FSH. Folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel.
Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi. Estrogen awalnya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Dalam
(25)
waktu yang sama, suhu basal badan juga meningkat kira-kira 0,5o
Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi. Folikel hendaknya berada pada tingkat yang matang agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi kira-kira 16-24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia, biasanya hanya satu folikel yang matang.
C. Selama ovulasi, getah serviks encer dan bening, dan mulut serviks sedikit terbuka yang memungkinkan masuknya spermatozoa.
Pada fase luteal setelah ovulasi, sel-sel granulosa membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8 - 9 hari setelah ovulasi. Luteinized granulosa cells dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak dan luteinized theca cells membuat estrogen yang banyak sehingga kedua hormon itu meningkat pada fase luteal. Peningkatan progesteron akan menghambat sekresi FSH dari hipofisis sehingga pertumbuhan korpus luteum terganggu pula.
Bilamana tidak terjadi nidasi, progesteron dan estrogen akan menghambat FSH dan LH sehingga korpus luteum tidak dapat berkembang lagi. Akibat pengaruh estrogen dan progesteron, terjadi penyempitan pembuluh-pembuluh darah endometrium yang berlanjut dengan iskemi sehingga endometrium terlepas dan timbul menstruasi.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kunci siklus menstruasi tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen. Pada permulaan siklus menstruasi, meningkatnya FSH disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum juga tergantung pada kadar minimum LH yang terus menerus. Jadi, hubungan antara folikel dan hipotalamus tergantung pada fungsi estrogen yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif dan negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.
(26)
Gambar 2.1 Perubahan hormonal pada siklus menstruasi
Sumber:
2.2.3 Perubahan Histologik pada Endometrium dalam Siklus Menstruasi
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Menurut Hanafiah (2007), dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus menstruasi, yaitu:
1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Pada fase ini, terjadi pelepasan endometrium dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 - 4 hari.
(27)
2. Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini telah dimulai sejak fase menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
3. Fase intermenstrum atau fase proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke - 5 sampai hari ke - 14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi dibagi atas 3 tahap yaitu:
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke - 4 sampai hari ke - 7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar-kelenjar kebanyakan lurus, pendek, dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas proliferasi/ sel-sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukka n suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan-perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel-selnya berbentuk bintang dan dengan tonjolan-tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif sedikit.
b. Fase proliferasi madya
Fase ini berlangsung antara hari ke - 8 sampai hari ke - 10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Kelenjar berlekuk-lekuk dan bervariasi. Sejumlah stroma mengalami edema. Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (naked nucleus).
c. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke - 11 sampai hari ke - 14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyaknya mitosis.
(28)
4. Fase pra menstruasi atau fase sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke - 14 sampai ke hari ke - 28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berlekuk-lekuk, dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas:
a. Fase sekresi dini
Dalam fase ini, endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena kehilangan cairan. Pasa saat ini dapat dibedakan beberapa lapisan, yaitu: 1. Stratum basale yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan
dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif kecuali mitosis pada kelenjar.
2. Stratum spongiosum yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar dan berkeluk-keluk dan hanya sedikit stroma diantaranya.
3. Stratum kompaktum yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran kelenjarnya sempit, lumennya berisi sekret, dan stromanya edema.
b. Fase sekresi lanjut
Endometrium pada fase ini tebalnya 5 - 6 mm. Dalam fase ini terdapat peningkatan dari fase sekresi dini dengan endometrium sangat banyak mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk dan kaya dengan glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovarium. Sitoplasma sel-sel stroma bertambah. Sel stroma berubah menjadi desidua apabila terjadi kehamilan.
(29)
Gambar 2.2 Fase pertumbuhan endometrium dan menstruasi selama setiap siklus bulanan seksual wanita Sumber: Guyton (1997)
2.2.4 Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi merupakan masalah yang umum terjadi pada masa remaja. Gangguan ini dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan pada pasien maupun keluarganya. Faktor fisik dan psikologi berperan dalam masalah ini (Chandran, 2009).
Menurut Simanjuntak (2007), gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi: hipermenorea (menoragia) dan hipomenorea.
2. Kelainan siklus: polimenorea, oligomenorea, dan amenorea. 3. Perdarahan di luar menstruasi: metroragia.
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi: premenstrual tension (ketegangan prahaid), Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi), dan dismenorea.
Hipermenorea (menoragia) adalah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang
(30)
terganggu, polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu menstruasi (irregular endometrial shedding), dan sebagainya.
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
Polimenorea adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasa yaitu kurang dari 21 hari. Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari menstruasi biasa. Hal ini disebut polimenoragia atau epimenoragia. Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal. Penyebab lainnya adalah kongesti ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
Oligomenorea adalah siklus menstruasi yang lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus lebih dari 3 bulan, hal tersebut sudah dinamakan amenorea. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih panjang dari biasanya.
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Amenorea terdiri dari amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer adalah apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah menstruasi. Pada amenorea sekunder, penderita pernah menstruasi, tetapi kemudian tidak menstruasi lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai penyebab yang lebih berat dan sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan genetik. Amenorea sekunder biasanya disebabkan oleh gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.
Metroragia adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari menstruasi. Metroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau kelainan kongenital.
(31)
Premenstrual tension (ketegangan prahaid) merupakan keluhan-keluhan
yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah menstruasi datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti. Keluhan-keluhan ini dapat terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran, rasa nyeri pada mammae, depresi, gangguan konsentrasi, rasa ketakutan, dan lain-lain.
Mittelschmerz atau nyeri antara menstruasi terjadi kira-kira sekitar
pertengahan siklus menstruasi, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan ataupun berat. Lamanya mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa kasus sampai 2 - 3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat. Pada kasus lain, dapat merupakan perdarahan seperti menstruasi biasa.
Dismenorea atau nyeri haid dibagi atas 2, yaitu dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri adalah kejang biasanya terbatas pada perut bawah, dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan lain-lain. Sedangkan pada dismenorea sekunder, nyeri menstruasi disebabkan oleh kelainan ginekologik berupa salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis servisis uteri, dan lain-lain.
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut KBBI (2008), pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa, dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
(32)
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
2.3.2 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
a. Cara tradisional atau non-ilmiah
Cara kuno atau cara tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba-salah (trial and error), cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, dan melalui jalan pikiran yang terdiri dari induksi dan deduksi.
b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (scientific research method) atau metodologi penelitian (research
methodology).
2.3.3 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
(33)
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(34)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEF iNISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2 Definisi Operasional
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh remaja putri tentang hal-hal yang berhubungan dengan menarche. Pengukuran tingkat pengetahuan responden tentang menarche dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan pada kuesioner dengan menggunakan sistem skoring. Bila responden menjawab dengan benar diberikan skor 2, bila responden menjawab dengan salah diberikan skor 1, dan bila responden menjawab tidak tahu diberikan skor 0.
Menurut Pratomo dan Sudarti (1986), penilaian kategori baik, sedang, dan kurang dibagi menjadi: baik, bila jawaban responden benar >75% dari total nilai kuesioner, sedang, bila jawaban responden antara 40-75% dari total nilai kuesioner, dan kurang, bila jawaban responden <40% dari total nilai kuesioner. Jadi kriteria penilaian tingkat pengetahuan untuk 10 pertanyaan adalah sebagai berikut:
a. Skor 16 - 20 : baik b. Skor 8 - 15 : cukup c. Skor 0 - 7 : kurang
Tingkat Pengetahuan
1. Berdasarkan tingkat pendidikan
2. Berdasarkan sudah belumnya menarche
Menarche
(35)
Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang didefinisikan sebagai jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh responden. Tingkat pendidikan dibagi menjadi:
a. SMP kelas VII b. SMP kelas VIII c. SMP kelas IX
Kelompok sudah belumnya menarche merupakan karakteristik yang menunjukkan apakah responden sudah mengalami menarche atau belum. Kelompok ini dibagi menjadi:
a. Sudah menarche b. Belum menarche
Menarche merupakan menstruasi/perdarahan pertama yang berasal dari
(36)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche (menstruasi pertama) di SMP St. Thomas 1 Medan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP St. Thomas 1 Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswi SMP. Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh siswi yang bersekolah di SMP St. Thomas 1 Medan. Populasi terjangkau pada penelitian ini berjumlah 588 orang, dimana kelas VII terdiri dari 222 siswi, kelas VIII terdiri dari 173 siswi, dan kelas IX terdiri dari 193 siswi.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari siswi yang bersekolah di SMP St. Thomas 1 Medan yang dipilih secara stratified random sampling.
(37)
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan jenis populasi yang terbatas dengan menggunakan rumus:
n = besar sampel minimum Z1-α/2
p = harga proporsi di populasi
= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi
Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan besar sampel dalam penelitian ini adalah 84 subjek. Sampel tersebut akan didistribusikan secara merata pada siswi SMP tersebut:
a. Siswi kelas VII : 1/3 x 84 = 28 orang b. Siswi kelas VIII : 1/3 x 84 = 28 orang c. Siswi kelas IX : 1/3 x 84 = 28 orang
4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah siswi di sekolah tersebut.
(38)
4.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment”dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah sebanyak 20 orang. Setelah uji validitas dilakukan, hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang akan diuji reliabilitasnya.
Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner Variabel Nomor
Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status Alpha Status
Pengetahuan 1 0,617 Valid 0,846 Reliabel
2 0,626 Valid 0,846 Reliabel
3 0,575 Valid 0,846 Reliabel
4 0,387 Tidak Valid - -
5 0,585 Valid 0,846 Reliabel
6 0,710 Valid 0,846 Reliabel
7 0,778 Valid 0,846 Reliabel
8 0,491 Valid 0,846 Reliabel
9 0,695 Valid 0,846 Reliabel
10 0,541 Valid 0,846 Reliabel
11 0,812 Valid 0,846 Reliabel
12 0,358 Tidak Valid - -
Pada tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa dari 12 pertanyaan, terdapat dua pertanyaan yang tidak valid. Dua pertanyaan tersebut dihilangkan sehingga total pertanyaan dalam kuesioner ini menjadi 10 pertanyaan.
Uji validitas dalam penelitian ini juga menggunakan uji validitas konten. Sebanyak 12 pertanyaan dalam kuesioner ini telah dinyatakan valid oleh dr. Yusuf Surbakti, Sp.OG(K).
(39)
Penelitian ini telah disetujui dari pihak Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan telah mendapatkan Ethical Clearance.
4.5 Metode Analisis Data
Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service
(40)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
SMP St Thomas 1 Medan adalah salah satu sekolah di bawah naungan Yayasan Perguruan Katolik Don Bosco Keuskupan Agung Medan. Sekolah ini berdiri pada tahun 1948 dan berlokasi di jalan Letjend S. Parman No. 109 Medan, Kecamatan Medan Petisah, Kota Madya Medan, Provinsi Sumatera Utara. SMP ini merupakan salah satu sekolah SMP di Medan yang statusnya terakreditasi dengan peringkat A (sangat baik). Sekolah ini memiliki fasilitas laboratorium komput er, laboratorium bahasa inggr is, laboratorium biologi, laboratorium fisika, perpustakaan, kantin, ruang belajar sebanyak 23 kelas, ruang kesenian, koperasi, aula serba guna, dan lapangan olahraga, dengan jumlah siswa sebanyak 588 orang.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang terpilih sebanyak 84 siswa yang terdiri dari 28 siswa kelas VII, 28 siswa kelas VIII, dan 28 siswa kelas IX. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi tingkat pendidikan dan sudah belumnya menarche. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Kelas Jumlah %
VII 28 33,3
VIII 28 33,3
IX 28 33,3
Total 84 100
(41)
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat porsi sama pada masing-masing tingkatan, yaitu sebanyak 28 orang (33%).
Sedangkan data lengkap responden bila ditinjau dari segi sudah belumnya
menarche dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan sudah belumnya menarche
Sudah Belumnya
Menarche Jumlah %
Belum 30 35,7
Sudah 54 64,3
Total 84 100
Dari tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar responden sudah menarche, yaitu sebanyak 54 orang (64,3%) dan sisanya belum menarche, yaitu sebanyak 30 orang (35,7%).
5.1.3 Hasil Analisa Data
Hasil uji terhadap pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan responden tentang menarche
Variabel Kategori f %
Pengetahuan Baik 18 21,4
Cukup 58 69,0
Kurang 8 9,5
(42)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori cukup memiliki presentasi yang paling besar, yaitu sebanyak 58 orang (69%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 8 orang (9,5%), dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 18 orang (21,4%). Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden tentang menarche dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang menarche
No. Pernyataan
Tidak
Tahu Salah Benar
f % f % f %
1. Makna terjadinya menarche 10 11,9 7 8,3 67 79,8 2. Gizi mempengaruhi usia menarche 28 33,3 9 10,7 47 56 3. Usia menarche yang normal 25 29,8 12 14,3 47 56 4. Asal darah pada menstruasi 30 35,7 4 4,8 50 59,5 5. Penyebab terjadinya menstruasi 19 22,6 8 9,5 57 67,9 6. Pengertian menopause 18 21,4 0 0 66 78,6 7. Pengertian siklus menstruasi 10 11,9 71 84,5 3 3,6 8. Lama siklus menstruasi yang normal 39 46,4 16 19 29 34,5 9. Periode menstruasi adalah sama
dengan siklus menstruasi 39 46,4 41 48,8 4 4,8 10. Menstruasi terjadi pada saat hamil 8 9,5 12 14,3 64 76,2
Berdasarkan tabel di atas, pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1, yaitu sebanyak 67 orang (79,8%). Sebanyak 39 orang (46,4%) menjawab tidak tahu pada pernyataan nomor 8 dan 9 sedangkan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pada pernyataan nomor 7, yaitu sebanyak 71 orang (84,5%).
(43)
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan
Kelas
Tingkat Pengetahuan
Total
Kurang Cukup Baik
f % f % f %
VII 6 75 18 31,0 4 22,2 28
VIII 2 25 19 32,8 7 38,9 28
IX 0 0 21 36,2 7 38,9 28
Total 8 100 58 100 18 100 84
Dari tabel di atas terlihat bahwa proporsi terbesar, yaitu masing-masing 38,9% responden yang berada di kelas VIII dan IX mempunyai pengetahuan yang baik tentang menarche. Sementara untuk tingkat pengetahuan yang cukup, mayoritas responden yang berada di kelas IX, yaitu sebesar 36,2% sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar berasal dari responden yang berada di kelas VII, yakni sebesar 75%.
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan karakteristik sudah belumnya menarche dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan sudah belumnya menarche
Sudah Belumnya Menarche
Tingkat Pengetahuan
Total
Kurang Cukup Baik
f % f % f %
Belum 7 87,5 19 32,8 4 22,2 30
Sudah 1 12,5 39 67,2 14 77,8 54
(44)
Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya baik tentang menarche berasal dari responden yang sudah
menarche, yaitu sebesar 77,8%. Sementara proporsi terbesar responden yang
berpengetahuan cukup juga berasal dari responden yang sudah menarche, yaitu sebesar 67,2% sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang belum menarche, yakni sebesar 87,5%.
5.2 Pembahasan
Apabila dilihat dari hasil penelitian, ternyata 21,4% remaja putri SMP St. Thomas 1 memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche, sedangkan remaja putri yang berpengetahuan cukup tentang menarche terdapat sebesar 69%, dan selebihnya berpengetahuan kurang, yaitu sebesar 9,5% (Tabel 5.3). Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosidah (2008) di SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak, didapatkan bahwa 28,9% responden memiliki pengetahuan baik tentang menarche, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 26,9%, dan yang berpengetahuan kurang sebesar 44,2%.
Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan tinggi rendahnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat. Siswi SMP St. Thomas merupakan siswi yang berada di daerah perkotaan sehingga sumber informasi yang diterima lebih banyak dibandingkan dengan siswi di daerah pedesaan.
Pada tabel 5.5, dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan. Hasil yang diperoleh adalah proporsi terbesar siswi yang memiliki pengetahuan baik berada di kelas VIII dan IX, yaitu sebesar 38,9%. Sedangkan siswi yang berpengetahuan kurang berasal dari kelas VII, yaitu sebesar 75%. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
(45)
Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan karakteristik sudah belumnya
menarche, diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik
tentang menarche sebagian besar berasal dari responden yang sudah menarche, yaitu sebesar 77,8%. Responden yang berpengetahuan cukup tentang menarche mayoritas juga berasal dari kelompok responden yang sudah menarche, yakni sebesar 67,2%. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang belum menarche, yakni sebesar 87,5% (Tabel 5.6).
Penelitian yang dilakukan oleh Rosidah (2008) juga memperlihatkan hasil yang sama, dimana mayoritas responden yang berpengetahuan baik dan cukup berasal dari kelompok responden yang sudah menarche. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang berasal dari kelompok yang belum menarche.
Hal ini sesuai dengan Notoadmodjo (2007) dimana pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Setelah seseorang mengalami menarche maka orang tersebut telah melakukan penginderaan terhadap menstruasi sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya tentang menstruasi dibandingkan dengan orang yang belum pernah mengalami menarche.
(46)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche di SMP St. Thomas 1 Medan sebanyak 18 orang (21,4%) dikategorikan baik, 58 orang (69%) dikategorikan cukup, dan 8 orang (9,5%) dikategorikan kurang.
2. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, sebanyak masing-masing 7 orang (38,9%) di SMP St. Thomas 1 Medan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche berada di kelas VIII dan kelas IX. Sementara 21 orang (36,2%) remaja putri yang berpengetahuan cukup berada di kelas IX dan 6 orang (75%) remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelas VII.
3. Tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang
menarche berdasarkan sudah belumnya menarche menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang baik sudah
menarche, yaitu sebanyak 14 orang (77,8%). Sementara proporsi terbesar
remaja putri yang berpengetahuan cukup juga berasal dari kelompok yang sudah menarche, yaitu sebanyak 39 orang (67,2%). Sedangkan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak berasal dari responden yang belum menarche, yaitu sebanyak 7 orang (87,5%).
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui sekolah maupun penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya menarche.
2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya seperti status ekonomi dan sumber informasi.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, A., et al., 2003. Untukmu Ibu Tercinta Ed 1. Jakarta Timur: Prenada Media.
Andira, D., 2010. Seluk-Beluk Menstruasi. Dalam: Seluk Beluk Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jogjakarta: A+
Biohealth Indonesia, 2007. Siklus Menstruasi Wanita. Diperoleh dari: Plus Books, 29-50.
Chandran, L., 2009. Menstruation Disorders. Available from:
2010]
Cunningham, F.G., et al., 2005. Endometrium dan Desidua: Menstruasi dan Kehamilan. Dalam: Obstetri Williams Jilid 1 Ed 21. Jakarta: EGC, 69-81. Daradjat, Z., 2001. Pertumbuhan dan Problema Anak. Dalam: Kesehatan
Mental. Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 94-105.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Ed 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dorland, W.A., 2002. Menstruation. In: Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 1323.
Ganong, W.F., 2002. Pubertas. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 403-404.
Guyton, A.C., 1997. Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan dan Hormon-hormon Wanita. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 9. Jakarta: EGC, 1290-1293.
Hanafiah, M.J., 2007. Haid dan Siklusnya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-114.
Jacoeb, T.Z., 2007. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan
(48)
Jones, D.L., 2005. Haid. Dalam: Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing, 29-36.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A., 1997. Perkembangan Manusia Sepanjang Hidup: Masa Remaja. Dalam: Sinopsis Psikiatri Jilid 1 Ed 7. Jakarta: Binarupa Aksara, 77-80.
Kurniawan, S.T., 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Kecemasan dalam Menghadapi Menarche pada Siswi SD Negeri 1 Gayam Kabupaten Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diperoleh
dari:
Maret 2010]
Mochtar, R., 1998. Fisiologi Alat-alat Kandungan. Dalam: Sinopsis
Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1 Ed 2. Jakarta: EGC,
13-16.
Needlman, R.D., 1999. Kedewasaan. Dalam: Behrman, R.E., Kliegman, R.M. & Arvin, A.M., eds. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Jilid 1 Ed 15. Jakarta: EGC, 72-79.
Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Ilmiah. Dalam: Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 10-18.
Notoatmodjo, S., 2005. Teknik Pengambilan Sampel. Dalam: Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 72-92.
Notoatmodjo, S., 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam:
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta, 139-140.
Pardede, N., 2002. Masa Remaja. Dalam: Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, I.N.G., eds. Buku Ajar Tumbuh Kembang
Anak dan Remaja Jilid 1 Ed 1. Jakarta: Sagung Seto, 138-169.
Price, S.A. dan Wilson, L.M., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan.
Dalam: Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jilid 2 Ed 6.
Jakarta: EGC, 1276-1288.
Pratomo, H. dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan
Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud. 23-26.
(49)
Rosidah, I., 2008. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi
Pertama Pada Siswi SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006, Akademi Kebidanan Helvetia Medan.
Diperoleh dari:
Simanjuntak, P., 2007. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 203-229.
Soelaryo, T.S., Tanuwidjaya, S., dan Sukartini, R., 2002. Epidemiologi Masalah Remaja. Dalam: Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, I.N.G., eds. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jilid 1
Ed 1. Jakarta: Sagung Seto, 171-173.
Winaris, I.W., 2010. Menstruasi dan Keputihan. Dalam: 100 Tanya Jawab
Masalah Kesehatan Untuk Remaja. Jogjakarta: Tunas Publishing, 163-198.
WHO, 2010. Adolescent health. Available from:
WHO Regional Office for South-East Asia, 2009. Child and Adolescent Health.
Available from:
(1)
Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuannya baik tentang menarche berasal dari responden yang sudah menarche, yaitu sebesar 77,8%. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan cukup juga berasal dari responden yang sudah menarche, yaitu sebesar 67,2% sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang belum menarche, yakni sebesar 87,5%.
5.2 Pembahasan
Apabila dilihat dari hasil penelitian, ternyata 21,4% remaja putri SMP St. Thomas 1 memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche, sedangkan remaja putri yang berpengetahuan cukup tentang menarche terdapat sebesar 69%, dan selebihnya berpengetahuan kurang, yaitu sebesar 9,5% (Tabel 5.3). Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosidah (2008) di SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak, didapatkan bahwa 28,9% responden memiliki pengetahuan baik tentang menarche, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebesar 26,9%, dan yang berpengetahuan kurang sebesar 44,2%.
Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan tinggi rendahnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat. Siswi SMP St. Thomas merupakan siswi yang berada di daerah perkotaan sehingga sumber informasi yang diterima lebih banyak dibandingkan dengan siswi di daerah pedesaan.
Pada tabel 5.5, dapat dilihat distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan. Hasil yang diperoleh adalah proporsi terbesar siswi yang memiliki pengetahuan baik berada di kelas VIII dan IX, yaitu sebesar 38,9%. Sedangkan siswi yang berpengetahuan kurang berasal dari kelas VII, yaitu sebesar 75%. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
(2)
Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan karakteristik sudah belumnya menarche, diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche sebagian besar berasal dari responden yang sudah menarche, yaitu sebesar 77,8%. Responden yang berpengetahuan cukup tentang menarche mayoritas juga berasal dari kelompok responden yang sudah menarche, yakni sebesar 67,2%. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak pada responden yang belum menarche, yakni sebesar 87,5% (Tabel 5.6).
Penelitian yang dilakukan oleh Rosidah (2008) juga memperlihatkan hasil yang sama, dimana mayoritas responden yang berpengetahuan baik dan cukup berasal dari kelompok responden yang sudah menarche. Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang berasal dari kelompok yang belum menarche.
Hal ini sesuai dengan Notoadmodjo (2007) dimana pengetahuan diperoleh setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Setelah seseorang mengalami menarche maka orang tersebut telah melakukan penginderaan terhadap menstruasi sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya tentang menstruasi dibandingkan dengan orang yang belum pernah mengalami menarche.
(3)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche di SMP St. Thomas 1 Medan sebanyak 18 orang (21,4%) dikategorikan baik, 58 orang (69%) dikategorikan cukup, dan 8 orang (9,5%) dikategorikan kurang.
2. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, sebanyak masing-masing 7 orang (38,9%) di SMP St. Thomas 1 Medan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche berada di kelas VIII dan kelas IX. Sementara 21 orang (36,2%) remaja putri yang berpengetahuan cukup berada di kelas IX dan 6 orang (75%) remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelas VII.
3. Tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan sudah belumnya menarche menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang baik sudah menarche, yaitu sebanyak 14 orang (77,8%). Sementara proporsi terbesar remaja putri yang berpengetahuan cukup juga berasal dari kelompok yang sudah menarche, yaitu sebanyak 39 orang (67,2%). Sedangkan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang paling banyak berasal dari responden yang belum menarche, yaitu sebanyak 7 orang (87,5%).
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan remaja putri di SMP St. Thomas 1 Medan tentang menarche. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui sekolah maupun penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya menarche.
2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya seperti status ekonomi dan sumber informasi.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achsin, A., et al., 2003. Untukmu Ibu Tercinta Ed 1. Jakarta Timur: Prenada Media.
Andira, D., 2010. Seluk-Beluk Menstruasi. Dalam: Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta: A+
Biohealth Indonesia, 2007. Siklus Menstruasi Wanita. Diperoleh dari: Plus Books, 29-50.
Chandran, L., 2009. Menstruation Disorders. Available from: 2010]
Cunningham, F.G., et al., 2005. Endometrium dan Desidua: Menstruasi dan Kehamilan. Dalam: Obstetri Williams Jilid 1 Ed 21. Jakarta: EGC, 69-81. Daradjat, Z., 2001. Pertumbuhan dan Problema Anak. Dalam: Kesehatan
Mental. Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 94-105.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Ed 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dorland, W.A., 2002. Menstruation. In: Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 1323.
Ganong, W.F., 2002. Pubertas. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 403-404.
Guyton, A.C., 1997. Fisiologi Wanita Sebelum Kehamilan dan Hormon-hormon Wanita. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 9. Jakarta: EGC, 1290-1293.
Hanafiah, M.J., 2007. Haid dan Siklusnya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-114.
Jacoeb, T.Z., 2007. Endokrinologi Reproduksi pada Wanita. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 92-95.
(5)
Jones, D.L., 2005. Haid. Dalam: Setiap Wanita. Jakarta: Delapratasa Publishing, 29-36.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A., 1997. Perkembangan Manusia Sepanjang Hidup: Masa Remaja. Dalam: Sinopsis Psikiatri Jilid 1 Ed 7. Jakarta: Binarupa Aksara, 77-80.
Kurniawan, S.T., 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menarche pada Siswi SD Negeri 1 Gayam Kabupaten Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diperoleh
dari:
Maret 2010]
Mochtar, R., 1998. Fisiologi Alat-alat Kandungan. Dalam: Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid 1 Ed 2. Jakarta: EGC, 13-16.
Needlman, R.D., 1999. Kedewasaan. Dalam: Behrman, R.E., Kliegman, R.M. & Arvin, A.M., eds. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Jilid 1 Ed 15. Jakarta: EGC, 72-79.
Notoatmodjo, S., 2005. Metode Penelitian Ilmiah. Dalam: Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 10-18.
Notoatmodjo, S., 2005. Teknik Pengambilan Sampel. Dalam: Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 72-92.
Notoatmodjo, S., 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam: Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta, 139-140. Pardede, N., 2002. Masa Remaja. Dalam: Narendra, M.B., Sularyo, T.S.,
Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, I.N.G., eds. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jilid 1 Ed 1. Jakarta: Sagung Seto, 138-169.
Price, S.A. dan Wilson, L.M., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam: Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jilid 2 Ed 6. Jakarta: EGC, 1276-1288.
Pratomo, H. dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana. Jakarta: Depdikbud. 23-26.
(6)
Rosidah, I., 2008. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Menstruasi Pertama Pada Siswi SMP Harapan Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2006, Akademi Kebidanan Helvetia Medan.
Diperoleh dari:
Simanjuntak, P., 2007. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan Ed 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 203-229.
Soelaryo, T.S., Tanuwidjaya, S., dan Sukartini, R., 2002. Epidemiologi Masalah Remaja. Dalam: Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, I.N.G., eds. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jilid 1 Ed 1. Jakarta: Sagung Seto, 171-173.
Winaris, I.W., 2010. Menstruasi dan Keputihan. Dalam: 100 Tanya Jawab Masalah Kesehatan Untuk Remaja. Jogjakarta: Tunas Publishing, 163-198.
WHO, 2010. Adolescent health. Available from:
WHO Regional Office for South-East Asia, 2009. Child and Adolescent Health.
Available from: