Analisis Dan Karakterisasi Genteng Polimer Berbahan Baku Ban Dalam Bekas, Pasir Dan Aspal Dengan Perekat Polipropilena

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Genteng

Genteng merupakan bagian utama dari suatu bangunan sebagai penutup atap rumah.
Fungsi utama genteng adalah menahan panas sinar matahari dan guyuran air hujan.
Jenis genteng bermacam-macam, ada genteng beton, genteng tanah liat, genteng
keramik, genteng seng dan genteng kayu (sirap). Keunggulan genteng tanah liat
(lempung) selain murah, bahan ini tahan segala cuaca, dan lebih ringan dibanding
genteng beton. Sedangkan kelemahannya, genteng ini bisa pecah karena kejatuhan
benda atau menerima beban tekanan yang besar melebihi kapasitasnya. Kualitas
genteng sangat ditentukan dari bahan dan suhu pembakaran, karena hal tersebut akan
menentukan daya serap air dan daya tekan genteng. (Aryadi, Y., 2010).
Dengan mengingat fungsi genteng sebagai atap yang berperan penting dalam
suatu bangunan untuk pelindung rumah dari terik matahari, hujan dan perubahan
cuaca lainnya. Maka genteng harus mempunyai sifat mekanis yang baik, seperti
kekuatan tekan, kekuatan pukul, kekerasan dan sifat lainnya.( Saragih,D.Natalia.,
2007)
Genteng merupakan benda yang berfungsi untuk atap suatu bangunan.Dahulu

genteng berasal dari tanah liat yang dicetak dan dipanaskan sampai kering.
Berikut ada beberapa jenis genteng yang popular saat ini diantaranya:

2.1.1 Genteng Metal
Bentuk dari genteng metal ini mirip seng yang berupa lembaran. Genteng ini ditanam
pada balok gording rangka atap, menggunakan sekrup, bentuk lain berupa genteng
lembaran. Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan genteng tanah liat hanya

Universitas Sumatera Utara

ukurannya saja yang lebih besar. Ukuran yang tersedia bervariasi, 60-120cm
(lebar),dengan ketebalan 0.3mm dan panjang antara 1.2-12m.
2.1.2 Seng
Atap ini sebenarnya dibuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan zinc
secara elektrolisa. Tujuannya untuk membuatnya menjadi tahan karat. Jadi, kata seng
berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan selama lapisan zinc ini belum
hilang, yang terjadi sekitar tahun ke-30-an. Setelah itu, atap akan mulai bocor apabila
ada bagian yang terserang karat.
2.1.3 Genteng Keramik
Bahan dasar genteng keramik ini berasal dari tanah liat. Namun genteng ini telah

mengalami proses finishing yaitu lapisan glazur pada permukaannya. Lapisan ini
dapat diberi warna yang beragam dan melindungi genteng dari lumut. Umurnya bisa
20 – 50 tahun .
Genteng keramik memiliki beberapa kelemahan, yaitu harganya yang relative
mahal dan memiliki bobot yang berat. Tetapi, dibalik kelemahannya ada juga
terdapat keunggulan yang diperolehnya, yaitu genteng keramik terlihat mengkilap
dan lebih anti bocor dan tidak mudah lepas serta memiliki usia yang lama hingga
mencapai 50 tahun atau lebih.

2.1.4 Genteng beton
Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah tradisional, hanya bahan
dasarnya adalah campuran semen PC dan pasir kasar, kemudian diberi lapisan tipis
yang berfungsi sebagai pewarna dan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan
hampir selamanya, tetapi lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 tahun
hingga 40 tahun.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Genteng Tanah Liat Tradisional
Genteng yang terbuat dari tanah liat yang dipress dan dibakar dan kekuatannya

cukup bagus. Genteng tanah liat membutuhkan rangka untuk pemasangannya.
Genteng dipasang pada atap miring. Warna dan penampilan genteng ini akan
berubah seiring waktu yang berjalan. Biasanya akan tumbuh jamur di bagian badan
genteng.

2.1.6 Genteng dak beton
Atap ini biasanya merupakan atap datar yang terbuat dari kombinasi besi dan beton.
Banyak digunakan pada rumah-rumah modern minimalis dan kontemporer.
Konstruksinya yang kuat memungkinkan untuk mempergunakan atap ini sebagai
tempat beraktifitas. Contohnya menjemur pakaian dan bercocok tanam dengan pot.
Kebocoran pada atap dak beton sering sekali terjadi.
2.1.7

Genteng Polimer

Genteng polimer dibuat secara partikel komposit dengan terlebih dahulu mengubah
bentuk bahan pengisi menjadi partikel, partikel ini kemudian dicampur dengan
matrik polimer pada suhu titik leleh polimer tersebut. Matrik yang digunakan adalah
polietilen, polipropilen dan paduan polietilen-karet alam, sedangkan bahan
pengisinya adalah jerami, pasir dan serbuk gergaji.

Mutu genteng polimer yang dihasilkan bergantung pada bahan matriks,
pengisi dan perbandingan komposisi antara matrik dan pengisi. Terhadap komposit
yang diperoleh dilakukan uji fisik, mekanik, termal, homogenitas, derajat kristalinitas
dan cuaca. Komposit polimer yang memberikan sifat yang diinginkan lalu dicetak
sesuai dengan bentuk genteng sehingga diperoleh genteng komposit polimer. Secara
keseluruhan genteng komposit polimer mempunyai beberapa keunggulan seperti
ringan, kuat, ekonomis dan estetis serta menggunakan bahan alam yang berlimpah
sebagai bahan pengisi.
Berdasarkan sistemnya genteng ini memiliki struktur polimer khusus yang
meningkatkan fleksibilitas.Kekuatan tarik produk meningkat karena usia pembuatan
lapisan lebih kuat dan lebih tahan lama untuk menyediakan produk dengan kinerja
yang sangat baik. (Batan, 2009)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Ban Dalam Bekas
Ban merupakan bagian dari suatu kendaraan yang merupakan produk karet
yang paling penting dan diproduksi dalam jumlah yang dalam volume tinggi. Ban
juga merupakan suatu bagian dari elemen terpenting dalam suatu kenderaan.
Polimer karet yang ada di ban bekas kendaraan telah digunakan sebagai aditif

untuk meningkatkan kekuatan ikatan aspal dengan agregat. Ini berarti sekaligus juga
memecahkan masalah lingkungan, ban bekas tidak dibakar percuma. Berkaitan
dengan isu lingkungan, beberapa negara sudah menjalankan daur ulang aspal, jalan
aspal yang rusak tidak ditambal dengan aspal baru tetapi dengan daur ulang aspal
(Ismunandar, 2006).
2.2.1 Sifat – Sifat Ban dalam Bekas
Ban bukanlah hanya campuran antara karet alam dengan karet sintetik, tetapi
dalam wujud campuran-campuran, yang terdiri dari elastomer-elastomer dan
berbagai bahan tambahan. Bahan tambahan dapat digolongkan sebagai bahan
vulkanisasi, penggerak-penggerak vulkanisasi dan accelerators, pengisi-pengisi
penguatan, semi reinforcing, atau pencampur, antidegradants, pelunak-pelunak.
Ban bekas bersifat sangat stabil dan merupakan suatu polimer berantai
panjang. Beberapa karakteristik dari ban bekas yaitu stabilitasnya dan sifatnya yang
tahan lama, yang sangat menarik, dan kelayakannya selama pemakaiannya. Faktanya
adalah bahwa ban bekas merupakan suatu polimer termoset yang berarti sulit untuk
meleleh atau sulit diuraikan menjadi komponen penyusunnya (Liang. L, 2004).

Dalam daur ulang ban bekas, banyak sekali metoda yang dicoba baru-baru
ini, terutama terhadap alternatif temuan teknologi yang bersifat lebih ekonomis dan
lebih banyak sumber daya konservatif. Metoda hemat untuk memperoleh kembali

bahan-bahan yang berharga dari bermacam-macam bahan yang berbasis polimer.
Metoda pendaur-ulangan ini dapat diterapkan tetapi tidak terbatas pada ban roda sisa
saja, bisa juga plastik, dan sejumlah produk-produk polimer yang berbeda atau
campuran-campuran kompleks (Ediputra, 2010).

Universitas Sumatera Utara

2.3 Aspal
Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan.
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik.
Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam
atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
merupakan residu dari pengilangan minyak bumi. Tar adalah material berwarna
coklat atau hitam, berbentuk cair atau semipadat, dengan unsur utama bitumen
sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi, atau
material organik ainnya.
Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat
ditemukan dalam kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang
ditemukan bersama sama material lain. Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan

pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari senyawa-senyawa komplek
seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis dan
tergantung dari waktu pembebanan.

2.3.1 Sifat-sifat Aspal
Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada penguranga suhu. Namun demikian,
perilaku/respon material aspal tersebut terhadapsuhu dan prinsipnya membentuk
suatu spektrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.
Aspal dikenal sebagai suatu bahan/material yang bersifat viskos atau padat,
berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung
bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau
kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida.
Tingkatan material aspal yang digunakan tergantung pada kekentalannya.
Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap suhu, dari tingkatan padat, encer sampai
tingkat cair. Hubungan antara kekentalan dan suhu adalah sangat penting dalam

Universitas Sumatera Utara

perencanaan penggunan material aspal. Kekentalan akan berkurang (dalam hal ini

aspal menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat.

Aspal mempunyai sifat visco-elestis dan tergantung dari waktu pembebanan.
Pada proses pencampuran dan pemadatan sifat aspal dapat ditunjukkan dari nilai
viscositasnya, sedangkan pada sebagian besar kondisi saat masa pelayanan, aspal
mempunyai sifat viscositas yang diwujudkan dalam suatu nilai modulus kekakuan.

2.3.2 Jenis-jenis Aspal
Aspal juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu :
1) Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang didapat di suatu tempat di alam, dan dapat
digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahannya.
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton
yang disebut dengan asbuton.
2) Aspal Minyak Bumi
Aspal ini adalah aspal minyak bumi yang pertama kali dipergunakan di
Amerika Serikat untuk perlakuan jalan. Bahan-bahan pengeras jalan sekarang
berasal dari minyak mentah domestic bermula dari ladang-ladang di
Kentucky, Ohio, Michigan, Mountain, California dan Alaska. (Oglesby, C.H,
1996)


3) Aspal Iran
Aspal padat iran merupakan salah satu jenis aspal yang diimpor dari IranTeheran. Aspal jenis ini sangat sesuai dan direkomendasikan untuk negara
beriklim tropis seperti Indonesia, karena didesain untuk bisa elastis
menyesuaikan suhu yang naik dan turun, contohnya aspal yang dipergunakan
sebagai bahan utama dalam penelitian ini yaitu aspal dengan angka penetrasi

Universitas Sumatera Utara

60/70. Untuk data jenis pengujian dan data persyaratan aspal tersebut
tercantum seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Tipe Grade 60/70

Sifat

Ukuran

Spesifikasi/Pe


Standart

nggolongan

Pengujian
ASTM-

Densitas pada T 25 oC

Kg/m3

1010 – 1060

Penetrasi pada T 25 oC

0,1 mm

60/70

ASTM-D5


C

49/56

ASTM-D36

Daktilitas pada T 25 oC

Cm

Min. 100

ASTM-D113

Kerugian pemanasan

%wt

Max. 0,2

ASTM-D6

%

Max. 20

ASTM-D6&D5

o

C

Min. 250

ASTM-D92

%wt

Min. 99,5

ASTM-D4

Negatif

AASHO T102

Titik leleh

Penurunan pada penetrasi
setelah pemanasan
Titik nyala
Kelarutan dalam CS2
Spot Test

o

D71/3289

2.4 Pasir
Agregat yang digunakan untuk pembuatan genteng adalah pasir lolos ayakan
(Standart ASTM E 11-70) yang diameternya lebih kecil 5 mm. adapun kegunaan
pasir ini adalah untuk mencegah keretakan pada genteng apabila sudah mengering.
Karena dengan adanya pasir akan mengurangi penyusutan yang terjadi mulai dari
pracetakan hingga pengeringan.
Pasir ini memang sangat penting dalam pembuatan genteng, tetapi apabila
kadarnya terlalu terlalu besar akan mengakibatkan kerapuhan jika sudah mengering.
Ini disebabkan daya rekat antara partikel-pertikel berkurang dengan adanya pasir

Universitas Sumatera Utara

dalam jumlah yang besar, sebab pasir tersebut tidak bersifat merekat akan tetapi
hanya sebagai pengisi (filler).

2.4.1 Pasir Beton
Pasir beton adalah butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 –
5 mm. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran struktur seperti
kolom, balok dan pelat lantai.

2.4.2 Pasir Pasang
Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang dibedakan dalam 2 jenis,
yaitu :
1. Pasir Gunung
adalah pasir yang diperoleh dari hasil galian , butirannya kasar dan tidak terlalu
keras. Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur
padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu
massa padat dan sukar dalam air).
2. Pasir Sungai
adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan batu-batuan
yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara 0,063 mm – 5
mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan.
(http://www.forumbebas.com/thread-145579.html)

2.5 Polipropilena (PP)
Polipropilena adalah salah satu polimer hidrokarbon linier atau tidak
jenuh.PP adalah semikristal dialam, morfologinya tergantung terhadap cristallinity
rantai. Monomer- monomer yang menyusun rantai polipropilena adalah polipropilena
yang diperoleh dari permurnian minyak bumi.

Ada banyak penerapan penggunaan akhir untuk PP karena dalam proses
pembuatannya bisa di-tailor grade dengan aditif serta sifat molekul yang spesifik.
Sebagai misal, berbagai aditif antistatik bisa ditambahkan untuk memperkuat

Universitas Sumatera Utara

resistensi permukaan PP terhadap debu dan pasir. Kebanyakan teknik penyelesaikan
fisik, seperti pemesinan, bisa pula digunakan pada PP. Perawatan permukaan bisa
diterapkan ke berbagai bagian PP untuk meningkatkan adhesi (rekatan) cat dan tinta
cetak. Polipropilena dapat mengalami degradasi rantai saat terkena radiasi ultra ungu
dari sinar matahari. Jadi untuk penggunaan propilena di luar ruangan, bahan aditif
yang menyerap ultra ungu harus digunakan.

Polipropilena dapat mengalami degradasi rantai saat terkena radiasi ultra
ungu dari sinar matahari. Jadi untuk penggunaan propilena di luar ruangan, bahan
aditif yang menyerap ultra ungu harus digunakan.
Secara industri polimerisasi polipropilena dilakukan dengan menggunakan
katalisasi koordinasi.Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai linier
yang berbentuk –A-A-A-A- dengan A merupakan propilena. Struktur tiga dimensi
dari propilena dapat terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda berdasarkan posisi
relative dari gugus metal satu sama lain di dalam rantai polimernya.
(Sperling,LH,2006)

Sifat-sifat polipropilena antara lain :
1.Terbakar kalau dinyalakan dan menjadi cair
2.Memiliki sifat-sifat listrik yang baik, terutama sangat baik dalam sifat khusus
frekwensi tinggi.

Polipropilena merupakan suatu polimer yang terbentuk dari unit-unit
berulang dari monomer propilena.Polipropilena mempunyai sifat fisis keras dan kaku
sehingga secara komersil selalu ditambah bahan aditif dengan tujuan agar diperoleh
derajat kekerasan dan kelunakan tertentu sehinnga bahan polipropilena tersebut
mudah dibentuk menjadi berbagai jenis barang.

2.6 Resin Epoksi

Epoksi adalah sebuah polimer epoxide thermosetting yang bertambah bagus bila
dicampur dengan sebuah agen katalis atau "pengeras". Kebanyakan resin epoxy
diproduksi dari reaksi antara epichlorohydrin dan bisphenol-A. Percobaan komersial

Universitas Sumatera Utara

pertama untuk menyiapkan resin dari epichlorohydrin terjadi pada 1927 di Amerika
Serikat.
Resin ini mempunyai kegunaan yang luas dalam industri teknik kimia, listrik,
mekanik dan sipil sebagai perekat, cat pelapis, pencetakan cor dan benda-benda
cetakan.
1) Produksi
Pada saat ini produknya adalah kebanyakan meupakan kondensat dari bisfenol A
(4-4’ dihidroksidifenil 2,2-propanon) dan epiklorhidrin. Resin epoksi bereaksi
dengan pengeras dan menjadi unggul dalam kekuatan mekanik dan ketahanan
kimia. Sifatnya bervariasi bergantung pada jenis, kondisi, dan pencampuran
dengan pengerasnya. Banyaknya campuran dihitung dari ekivalen epoksi dalam
gram.
2) Sifat-sifat
Kelekatannya terhadap bahan lain baik sekali. Bahan ini banyak digunakan
dalam cat untuk logam, perekat, pelapis dengan serat gelas, dsb. Pada
pengawetan tak dihasilkan produk tambahan seperti air, dan penyusutan volume
kurang. Bahan ini viskositasnya rendah dan ekivalensi epoksinya kecil.

3) Pencetakan
-

Pengecoran
Digunakan untuk produksi perkakas dan pembenam komponen listrik.

-

Pencetakan lapisan
Digunakan untuk produksi pelapis resin epoksi-serat gelas. Ada metode
laminasi basah, metode laminasi kering, dan metode penggulungan
filamen.

4) Penggunakan
-

Perekat
Hampir semua plastik dapat melekat cukup kuat kecuali resin silicon,
flouresin, polietilen dan poliprepilen. Jenis yang lain adalah jenis yang
paling sering dipakai. Paling luas digunakan dalam industri penerbangan,
konstriksi dan listrik.

Universitas Sumatera Utara

-

Cat
Bahan cat dapat dipakai terhadap berbagai bahan, dan secara luas
digunakan karena pelapisnya kuat, unggul dalam ketahanan air dan
ketahan kimia. (Surdia. Tata, 1987)

2.7 Katalis

Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi adalah dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi.
Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan
kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai
kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis dalam resin epoksi adalah berfungsi untuk mengeraskan resin
epoksi tersebut.
Sebelum diberikan katalis resin epoksi bersifat liquid maka perlu katalis
untuk memperkeras sehingga dapat mengikat bahan campuran lainnya.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat
reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya
tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada
suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
(http://arhidayat.staff.uii.ac.id/2008/08/05/katalis/ ,2008)

Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi.Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivitas yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Katalis dibedakan ke dalam dua golongan utama yaitu : katalis homogeny dan
katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda
dengan pereaksi dengan reaksi yang dikatalisasinya, sedangkan katalis heterogen
berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu
bahwa katalis menyediakan suatu permukaan dimana pereaksi-pereaksi untuk
sementara terjerab. Ikatan dalam substrat- substrat menjadi lemah sedemikian

Universitas Sumatera Utara

sehingga memadai terbentuknya produk dan katalis lemah, sehingga akhirnya
terlepas.

Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk
membentuk produk baru, ikatan antara produk dan katalis lebih lemah, sehingga
akhirnya terlepas (Wikipedia, 2007).

2.8 Pengujian Sampel

Pengujian sampel dilakukan untuk mengetahui sifat fisis, mekanik dan termal dari
keadaan genteng yang telah diteliti. Sampel yang di uji akan diketahui kelebihan dan
kekurangan dan untuk mengetahui kadar kelayakan pemakaian serta kualitasnya.

2.8.1

Pengujian Fisis

2.8.1.1 Pengujian Daya Serap Air

Pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005 tentang prosedur
pengujian, dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase air yang diserap
oleh sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam.Pengujian daya serap
air (water absorbtion) dilakukan pada masing-masing sampel pengeringan. Lama
perendaman dalam air adalah selama 24 jam dalam suhu kamar.

Massa awal sebelum direndam diukur dan massa sesudah perendaman. Untuk
mendapatkan nilai penyerapan air dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut
Daya serap air (Water absorbtion) =

Mb  Mk
x100% …………………..(2.1)
Mk

Dengan :
Mb = Massa basah, kg
Mk = Massa kering, kg

Universitas Sumatera Utara

2.8.1.2 Pengujian Porositas
Porositas merupakan proporsi volume rongga kosong. Porositas juga berhubungan
langsung dengan kerapatan. Porositas dinyatakan dalam % yang menghubungkan
antar volume benda keseluruhan. Berdasarkan ASTM C 373-88,Porositas sampel
dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut ini :
Porositas (%) =

MJ  MK
1
x
x100% ....................................................... (2.2)
V
 air

Dengan :

2.8.2

P

= Porositas, %

Mj

= Massa jenuh sampel (kg)

Mk

= Massa kering sampel di udara (kg)

V

= volume benda uji (m3)

Pengujian Mekanik

2.8.2.1 Pengujian Impak (Is)

Pengujian impak merupakan respon terhadap beban yang tiba–tiba yang bertujuan
untuk mengetahui ketangguhan suatu bahan terhadap pembebanan dinamis, sehingga
dapat diketahui apakah suatu bahan yang diuji rapuh atau kuat. Pengujian ini
bertujuan untuk mengukur besar energi yang diserap suatu bahan sampai bahan
tersebut patah. Metode yang dipakai pengujian impak pada penelitian ini adalah
model charpy, dimana sampel dalam bentuk tertidur dengan ukuran yang telah
ditentukan, dengan kedua ujung sampel diletakkan pada penumpu lalu melepaskan
beban dinamis dengan tiba-tiba menuju sampel dengan sudut awal beban sebesar
1600 terhadap vertical. Kekuatan impak yang dihasilkan (Is) merupakan
perbandingan antara energi serap (Es) dan luas penampang (A).

Is =

Es
A

Universitas Sumatera Utara

Dengan :
Is

= Kekuatan Impak (J/m2)

Es

= energi yang diserap sampel setelah tumbukan (J)

A

= luas penampang lintang sampel (m2)

Gambar 2.1 Pengujian Kuat Impak

2.8.2.2 Pengujian Kekutan Lentur
Pengujian kekuatan lentur (UFS) dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan polimer
terhadap perbebanan. Dalam metode ini metode yang digunakan adalah metode tiga
titik lentur. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui keelastisan suatu
bahan.

Gambar 2.2 Bentuk dan ukuran sampel pada pengujian kuat lentur

Universitas Sumatera Utara

Persamaan yang digunakan untuk memperoleh kekuatan lentur yaitu :
UFS =

3PL
2bd 2

Dengan :
UFS

= kekutan lentur (N m-2 )

P

= Load (beban) (N)

L

= jarak dua penumpu (m)

b

= lebar sampel (m)

d

= tebal sampel uji (m)

2.8.3 Pengujian Termal
2.8.3.1 Differential Thermal Analysis (DTA)
Differential Thermal Analysis (DTA) yaitu merupakan suatu alat untuk
menganalisis sifat thermal suatu sampel yang memiliki berat molekul tinggi seperti
bahan-bahan polimer dngan perlakuan sampel dipanaskan sampai terurai, yang
kemudian

transisi-transisi

termal

dalam

sampel

teresbut

dideteksi

dan

diukur.Pengujian dengan DTA digunakan untuk menentukan temperature kritis (Tg),
temperature maksimum (Tm), dan perubahan temperature (T),dengan ukuran
sampel uji berkisar 30 mg.

Analisis termal bukan saja mampu untuk memberikan informasi tentang
perubahan fisik sampel (misalnya titik leleh dan penguapan), tetapi terjadinya proses
kimia yang mencakup polimerisasi, degradasi, dekomposisi, dan sebagainya. Dalam
bidang campuran polimer (polibren) pengamatan suhu transisi gelas (Tg) sangat
penting untuk meramalkan interaksi antara rantai dan mekanisme pencampuran
beberapa polimer.

Campuran polimer yang homogeny akan menunjukkan satu puncak Tg
(eksotermis) yang tajam dan merupakan fungsi komposisi. Tg campuran biasanya
berada diantara Tg. Dari kedua komponen, karena itu pencampuran homogeny
digunakan untuk menurunkan Tg, seperti halnya plastisasi dengan pemplastis cair.

Universitas Sumatera Utara

Pencampuran polimer heterogen ditujukan untuk menaikkan ketahanan bentur
bahan polimer. Campuran polimer heterogen ini ditandai dengan beberapa puncak
Tg, karena disamping masing-masing komponen masih meupakan fase terpisah,
daerah antarmuka mungkin memberikan Tg yang berbeda. Pengamatan termal
campuran polimer juga dapat digunakan untuk menentukan parameter interaksi, yang
merupakan factor penurunan suhu leleh Kristal.

Sifat termal polimer merupakan salah satu sifat yang paling penting karena
menetukan sifat mekanis bahan polimer. Senyawa-senyawa polimer menunjukkan
suhu transisi gelas pada suhu tertentu. Senyawa poimer amorf seperti polisitirena dan
bagian amorf dari polimer semi-kristalin seperti polietilen memiliki suhu transisi
gelas (Tg), namun polimer kristalin murni seperti elastomer tidak memiliki suhu
transisi gelas, namun hanya menunjukkan suhu leleh (Tm).

Suhu transisi gelas terjadi ketika polimer amorf atau bagian amorf polimer
semi-kristalin menunjukkan perubahan dari keadaan keras, rapuh dan mirip getas.
Suhu transisi gelas dipengaruhi oleh fleksibilitas rantai, kekuatan dan ukuran gugus
samping dan fleksibilitas rantai samping. Fleksibilitas rantai ditentukan oleh
kemudahan gugus-gugus yang berikatan kovalen untuk berotasi. Rotasi ditentukan
oleh energi dari gaya-gaya kohesi molekul. Penurunan fleksibilitas rantai
meningkatkan Tg melalui peningkatan halangan sterik. Halangan sterik ditentukan
oleh ukuran dan bentuk rantai utama.

Gugus-gugus samping yang besar dan kaku menurunkan fleksibilitas rantai
utama sehingga Tg meningkat. Penambahan gugus samping yang fleksibel
menghasilkan peningkatan jarak antar rantai sehingga gaya intermolekuler menurun
dan kemuluran meningkat. Hal ini dapat dicapai dengan penambahan pemlastis dan
aditif lainnya (Grega Klancknik,2009)

Universitas Sumatera Utara

2.9

Syarat Mutu Genteng Menurut Standar Nasional Indonesia
Menurut Standar Nasional Indonesia(SNI) 0099 : 2007, syarat mutu genteng
meliputi:
1. Sifat Tampak
Genteng harus memiliki permukaan atas yang mulus , tidak terdapat retak,
atau cacat lain yang mempengaruhi sifat pemakaiannya.
2. Penyerapan Air
Penyerapan air maksimal 10 %
3. Ketahanan terhadap Perembesan Air ( Impermeabilitas)
Tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bawah genteng kurang dari 20
jam ± 5 menit.
(Anonim,2007)

Universitas Sumatera Utara