S PAUD 1003410 Chapter3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan danJenis Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk memudahkan suatu penelitian.
Denga kata lain metode penelitian akan memberikan petunjuk terhadap
pelaksanaan penelitian
dilaksanakan.
atau
Penelitian
petunjuk
bagaimana
suatu
penelitian
ini menggunakan teknik studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Yin (2013
: hlm. 5), menyebutkan bahwa metode
penelitian kualitatif ialah :
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan
secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa
adanya manipulasi. Pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari
proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antara fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Bogdan dan Taylor (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm.1) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orangorang yang diamati. Melalui penelitian kualitiatif ini memungkinkan peneliti
terlibat langsung dan merasakan kehidupan subjek yang diteliti.
Penelitian
kualitatif
atau
kajian
kualitatif
digunakan
dalam
penelitian ini, karena penelitian ini menekankan pada upaya investigatif
untuk
mengkaji
secara natural (alamiah) fenomena yang tengah terjadi
dalam mengetahui keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder
(ASD) di Sekolah PAUD inklusi Bunda Ganesa.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
22
23
B. Desain Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran keterampilan
sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di sekolah PAUD inklusi
Bunda Ganesa. Keterampilan sosial emosi merupakan salah satu bentuk dari
keterampilan sosial emosi. Penelitian kualitatif ini dikenal sebagai studi kasus.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Menurut Arikunto (2010 : hlm 21), bahwa metode studi kasus sebagai
salah satu jenis pendekatan deskriptif, penelitian dilakukan secara intensif,
terperinci,dan mendalam terhadap suatu organisme ( individu), lembaga atau
gejala tertentu dengan subjek yang sempit. Menurut Yin (2013 : hlm 15)
mengemukakan penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang
secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam
konteks kehidupan nyata.
Selain itu Bogdan and Biklen, dalam Ali (2010 : 144), desain-desain
riset kualitatif yang ada memfokuskan pada penelaahan terhadap suatu kasus
(telaah kasus tunggal),
telaah kasus tunggal adalah penelaahan secara
mendalam terhadap suatu tatanan, subjek tunggal, dokumen tunggal, atau satu
peristiwa tertentu. Kepedulian dalam telaah kasus tunggal adakalanya terhadap
riwayat hidup seseorang yang terkait dengan segi-segi sosiologis maupun
psikologis sebagai media untuk memahami aspek-aspel mendasar dari tingkah
laku manusia atau institusi yang ada.
Data riset dikumpulkan dari tangan pertama yakni orang yang
bersangkutan atau Orangtua dari anak tersebut, selain itu untuk memperkuat
dalam penelitian peneliti mengambil sumber dari Guru kelas yang menangani
anak yang bersangkutan selama berada di sekolah dan studi dokumentasi
untuk
lebih
melihat
bagaimana
situasi peristiwa
pada
saat
penelitian
berlangsung. Bagaimana gambaran keterampilan sosial emosi anak Autism
Spectrum Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23
24
Dalam
pelaksanaanya, pelaku riset berpegang pada suatu asumsi
teoritis tentang suatu fokus riset, yang dirumuskan sendiri sebelum berangkat
mengumpulkan data, asumsi teoritis ini bisa saja berubah stelah data
dikumpulkan. Oleh sebab itu pengumpulan data itu tidak dapat dilakukan
hanya satu atau dua kali, melainkan berkali-kali, maka bisa terjadi perubahan
terhadap asumsi teoritis yang dirumuskan oleh pelaku riset itu terjadi berkalikali pula.
Namun karena keterbatan waktu peneliti maka penelitian kualitiatif
yang dilakukan di PAUD Bunda Ganesa kota Bandung ini dilakukan selama
satu bulan lebih sejak bulan Oktober- November yang dalam pelaksanaannya
peneliti tidak sepenuhnya berada dilapangan Penelitian berlangsung terjadi .
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian
adalah di Sekolah PAUD inklusi yaitu PAUD Bunda Ganesa yang ber
alamatdi Jl. Gelap Nyawang 2 Tamansari Bandung 40116.
Alasan peneliti memilih lokasi sekolah PAUD Bunda Ganesa adalah
lembaga pendidikan yang berkualitas yang merupakan sekolah percontohan
dan memiliki sarana untuk anak berkebutuhan khusus ini dapat bersekolah di
sekolah umum dengan anak-anak normal lainnya yang dapat dikatakan
sebagai sekolah inklusi.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah subjek yang akan dituju untuk di
teliti oleh peneliti, sebagaimana di ungkapkan oleh Purnomo (1996 : 75).
Penelitian kali ini hanya akan meneliti pada satu orang anak ASD adalah
Budi ialah
Autism
salah
Spectrum
satu siswa di sekolah
Disorder
(ASD)
usia
Bunda Ganesa yang mengalami
dini.
Sedangkan
informan
sekundernya adalah keluarga dari Budi , Guru Kelas yang menangani Budi
selama sekolah di Bunda Ganesa.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24
25
E. Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Instrumen
penelitian wawancara dan Observasi mengenai
keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) yang
dimaksudkan
mengacu
kepada
Herlina,
dkk
dalam Manual Asesmen
Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (2009), Hurlock (1980), Santrock
(2002), dan Yusuf (2007) dalam kirteria / dimensi yang akan di paparkan
pada pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
“Kisi-kisi Instrumen Penelitian Wawancara dan Observasi
“Keterampilan Sosial Emosi Anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di
Sekolah PAUD Bunda Ganesa”
No
1.
Aspek
Komponen
Indikator
Perkembangan
Perkembangan
Perkembangan
Keterampilan
Pengenalan
Sosial
Diri
Teknik
Sumber
Dats
Menyebutkan
Observasi
Guru
nama sendiri
Wawancara
Kelas
Menyebutkan
Orang
identintas
tua
gender.
Murid
Mengenali diri
sendiri melalui
kaca/foto/gambar
Meniru
Meniru kata-
Observasi
Guru
Kelas
kata/
perilaku.gerakgerik/ permainan
teman.
Hubungan
sosial
Bergaul dan
Observasi
Guru
bermain dengan
Wawancara
Kelas,
Orang
anak lain.
tua
Murid
Kerjasama
Bekerjasama
Observasi
Guru
dengan anak lain
wawancara
Kelas
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25
26
dalam
mengerjakan
tugas di kelas.
Bernain dengan
mengikuti aturan
permainan.
Dapat menunggu
giliran.
Dapat mengikuti
aturan dan
rutinitas.
Kemurahan
hati
Menolong orang
Observasi
Guru
yang mengalami
wawancara
Kelas,
kesulitan.
Orangtua
Meminjamkan
Murid
barang atau
mainan kepada
temannya.
Membagi bekal
kepada
temannya.
Perilaku
Akrab
Tidak gelisah
Observasi
Guru
jika tidak
Wawancara
Kelas,
bersama dengan
Orangtua
orang atau benda
Murid
yang disukai
Tidak melakukan
segala sesuatu
dengan dibantu
Simpati
Gembira ketika
Observasi
Guru
teman
Wawancara
Kelas,
bergembira.
Orangtua
Sedih ketika
Murid
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26
27
teman bersedih.
Empati
Tidak tertawa
Observasi
Guru
saat teman
Wawancara
Kelas,
sedang sedih
Orangtua
atau cemas.
Murid
Menenangkan
teman yang
bersedih atau
cemas.
Dukungan
Sosial
Melakukan
Observasi
Guru
aktivitas tertentu
Wawancara
Kelas
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa marah
Wawancara
Kelas,
untuk
memperoleh
dukungan dari
teman.
2.
Keterampilan
Marah
Emosi
dengan ledakan
Orangtua
amarah yang
Murid
ditandai dengan
menangis,
berteriak,
menggeretak,
menendang,
melompatlompat atau
memukul.
Takut
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa takut dengan
Wawancara
Kelas,
reaksi panik,
Orangtua
menghindar, dan
Murid
bersembunyi.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27
28
Sedih
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa sedih
Wawancara
Kelas,
dengan menangis
Orangtua
dan kehilangan
Murid
minat terhadap
kegiatan
normalnya
Gembira
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa gembira
Wawancara
Kelas,
dengan
Orangtua
tersenyum,
Murid
tertawa, bertepuk
tangan,
melompatlompat dan
memeluk barang/
orang yang
membuatnya
bahagia
Rasa ingin
tahu
Mempunyai rasa
Observasi
Guru
ingin tahu
Wawancara
Kelas,
terhadap hal-hal
Orangtua
yang baru
Murid
dilihatnya.
Kecemasan
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa kecemasan
Wawancara
Kelas,
dengan gelisah,
Orangtua
tertekan, marah,
Murid
suasana hati
berubah-ubah.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
29
Kekhawatiran
Mengungkapkan
Observasi
Guru
kekhawatirannya
Wawancara
Kelas,
dengan rasa takut
Orangtua
yang terungkap
Murid
oleh ekspresi
wajah anak.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana yang diungkapkan dalam Yin (2013 : hlm. 22). Dalam
penelitian
kualitatif
selanjutnya
dikembangkan
setelah
instrumen
utamanya
adalah
fokus
penelitian
menjadi
instrumen
penelitian
peneliti
sendiri, namun
jelas,
maka dapat
sederhana
dimana
instrumen
penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu
1.
Observasi
Pedoman observasi ini berisi tentang aspek-aspek keterampilan sosial
emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Observasi pada anak Autism
Spectrum Disorder (ASD) ini, akan dilakukan ketika anak sedang berada di
kelas, saat anak sedang istirahat, dan ketika anak melakukan kegiatan
tambahan di sekolah. Dengan adanya observasi ini, maka diharapkan
peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap ketika wawancara
dan
peneliti
memperoleh
gambaran
yang
komprehensif
mengenai
keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder(ASD) di PAUD
Inklusi. Untuk mempermudah dalam observasi maka dibuatnya pedoman
observasi.
Isi dari pedoman observasi mengenai keterampilan sosial ( pengenalan
diri, meniru, hubungan sosial, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial,
kemurahan hati, dan perilaku akrab). Sedangkan keterampilan emosi meliputi
( takut, sedih, gembira, rasa ingintahu, kecemasan, dan kekhawatiran).
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
30
Adapun teknik dan cara untuk melakukan observasi yaitu sebagai
berikut :
a.
Alat Observasi
1. Daftar Chek (Check List )
Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang
memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati. Untuk lebih lengkap
mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian lampiran pada
Tabel 3.3
Daftar Checklist
ASPEK KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI
No
1.
Indikator
Pengenalan diri
Dapat menyebutkan nama.
M
Dapat menyebutkan identitas
gender.
√
Mengenali diri sendiri di kaca/
gambar.
√
KM
TM
√
Butiran Kualitatif
Budi dapat
menyebutkan nama nya
ketika berkomunikasi
singkat saat berkenalan
pertemuan pertama.
Budi dapat
menyebutkan gender
kelamin bahwa ia adalah
anak laki-laki. Pada saat
kegiatan pembelajaran
berlangsung. Bila
ditanya oleh guru nya
Budi dapat mengenali
dirinya pada saat akan
cuci tangan di wastafel
dan melihat ke kaca.
Keterangan :
K = mampu ( sudah dapat melakukan dengan inisiatif sendiri)
KM = kurang mampu ( perlu bantuan orang lain untuk dapat melakukannya)
TM = tidak mampu ( tidak ada reaksi sama sekali meskipun di bantu)
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
31
2.
Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkam dengan alat
elektronik sesuai dengan keperluan.
2.
Wawancara
pedoman wawancara
berkenaan
yang
dibuat berisi tentang
pertanyaan yang
dengan keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) ketika pertama masuk sekolah dan selama anak berada di
Sekolah. Pertanyaannya diberikan kepada orangtua anak, Guru Kelas, dan
Guru
Pembimbing khusus atau psikolog yang berada di sekolah tersebut.
Dengan
adanya
pedoman wawancara
peneliti
untuk
mendeskrpsikan dan
diharapkan
akan
memudahkan
menggali lebih dalam mengenai
keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) pada saat
awal
masuk
sekolah.
sekolah
sampai
anak telah dapat mengikuti kegiatan di
peralatan pendukung yang dapat digunakan untuk melakukan
wawancara yaitu block note, ball-point, kamera, dan tape recorder.Untuk
lebih lengkap
mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian
lampiran pada
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
32
Tabel 3.4
Pedoman wawancara dengan Guru
KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM
DISORDER (ASD) DI SEKOLAH PAUD BUNDA GANESA
( Diadaptasi dari Herlina, dkk dalam Manual Asesmen Perkembangan Anak Usia
Pra Sekolah (2009), Hurlock (1980), Santrock (2002), dan Yusuf (2007)
Aspek yang diungkap
: keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
1.
No
1.
Hari / Tanggal
: 3 Oktober 2014
Informan
: Guru Kelas Budi
Tempat
: PAUD Bunda Ganesa
Aspek Perkembangan
Keterampilan Sosial
emosi
Indikator Perkembangan
Menyebutkan nama sendiri
Butir Pertanyaan
Apakah anak dapat
menyebutkan
identitasnya dirinya?
Misalnya
menyebutkan
namanya sendiri?.
Jawaban
Budi dapat
menyebutkan
namanya sendiri
meski tetap terus di
dampingi guru
pendampingnya
ataupun guru
kelasnya. Karna ia
hanya dapat
mengungkapkan
sesuatu apabila ia
dengan orang ia rasa
nyaman dan dekat
dengannya. Apabila
ia ditanya oleh guru
lain ia cenderung
tidak akan menjawab
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
33
Tabel 3.5
Pedoman wawancara dengan Orangtua
HASIL WAWANCARA ORANG TUA MURID
KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM
DISORDER (ASD) DI SEKOLAH PAUD BUNDA GANESA
Aspek yang diungkap
: keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
No
1. 1.
Hari / Tanggal
: 14 Oktober 2014
Informan
: Ayah Budi
Tempat
: PAUD Bunda Ganesa
Aspek
Perkembangan
Keterampilan
Sosial Emosi
Indikator Perkembangan
Butir
Pertanyaan
Apakah Budi dapat
bekerjasama pada saat
membersihkan rumah
dengan inisiatif
sendiri?
Mengerjakan tugas rumah
bersama-sama.
Mengerjakan tugas bersama adik
dan kaka.
Apakah anak
bekerjasama dengan
adik saat bermain di
rumah/ bermain
bersama?
Hasil
Wawancara
Budi masih belum dapat
diajak bekerjasama
dengan inisiatif sendiri
namun apabila ia
diminta bantuan oleh
ibunya ia terkadang
turut membantu ibunya.
Budi lebih cenderung
bermain sendiri
dibandingkan
bekerjasama bermain
bersama adik-adiknya ia
akan asik sendiri
bermain tidak mengajak
bermain bersama
terkecuali dengan saya
mengajak mereka
bermain bersama.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
34
3. Studi Dokumentasi
Penggunaan
studi dokumentasi ini
untuk mendapatkan data tertulis
atau bukti fisik yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti
dan
juga dapat digunakan sebagai
pelengkap data penelitian. Adapun
pedoman yang di buat dalam studi dokumentasi ialah mengumpulkan
beberapa hasil tulisan data perkembangan anak Autism Spectrum Disorder
(ASD) di tiap harinya, dan mencatat semua kegiatan yang ia lakukan selama
berada di sekolah. Dengan adanya pedoman studi dokumentasi diharapkan
akan memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan bagaimanaperkembangan
anak setiap harinya. Instrumen penelitian ini sebagaimana yang di kemukakan
oleh Yin ( 2013 : 23). Alat yang dapat digunakan untuk melakukan studi
dokumentasi yaitu Kamera,alat perekam suara, dan handycam. Namun karena
peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini, tidak sepenuhnya peneliti
mendapatkan hasil dokumentasi gambar dan video yang sesuai dengan waktu
nya. Namun ada yang mewakili setiap kegiatan yang sedang berlangsung.
Gambar 3.1
laporan dokumentasi
Budi sibuk bermain dipasir sendiri
Budi tidak fokus pada saat kegiatan
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
35
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Peneliti mendeskripsikan tentang orangorang, objek, tempat, kejadian, aktivitas, dan percakapan (Satori & Komariah,
2009, hlm.180).
Terdapat beberapa bentuk format catatan lapangan yang dianjurkan oleh
Spradley (2007, hlm.104) yakni:
a. Laporan ringkas.
Semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual atau observasi
lapangan menunjukkan suatu versi ringkas atas hal-hal yang sesungguhnya terjadi.
Secara manusiawi,
tidaklah mungkin untuk
mencatat segala sesuatu yang
berlangsung atau segala sesuatu yang dikatakan informan. Catatan ringkas ini
dicatat dengan segera agar tidak tertinggal atau terlupakan detail-detail penting
berikutnya selain itu dalam laporan ringkas ini mencatat kalimat-kalimat dan katakata yang digunakan informan. Laporan ringkas ini akan tampak ketika laporan
ringkas ini diperluas setelah selesai menyelesaikan wawancara atau observasi
lapangan. Dalam membuat laporan ringkas peneliti menggunakan aplikasi note di
Handpone peneliti yang mudah dibawa kemana-mana saat melakukan observasi
partisipan. Berikut merupakan contoh laporan ringkas.
laporan ringkas
1.
Catatan Anekdot (Anecdotal Record )
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan
kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan
terhadap bagaimana kejadiannya pada saat pembelajaran di sekolah berlangsung
untuk melihat pada pengenalan diri,meniru,hubungan sosial,kerjasama,kemurahan
hati,
perilaku
akrab,
simpati,empati,dukungan
sosial,marah,takut,sedih,gembira,
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
36
rasa ingin tahu,kecemasan dan kekhawatira
lebih lengkap
pada saat kejadian tersebut. Untuk
mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian lampiran
pada
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
Catatan Anecdot Keterampilan Sosial Emosi Anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
Kelas
: Strawberry Class
Hari / Tanggal
:Rabu, 1 Oktober 2014
Observer
: Aulia Rahmawati Dewi
Waktu
: 09.45- 12.15
Deskripsi Kejadian
Pada jam istirahat terlihat Budi selesai makan ia langsung berlari ke sentra Dramatic
play, pada awalnya entah mengapa ia langsung bermain disana. Ketika observer
berbincang dengan guru pendampingnya ternyata memang Budi sangat suka sekali
bermain bp-bpan sambil berbicara sendiri, seringkali setiap selesai makan ia langsung
berlari ke sentra dramatic play ini, observer mencoba untuk berkenalan dengan Budi
sambil ikut bermain bersama Budi. Ketika observer memulai percakapan dengan Budi.
Budi mau berkenalan, namun pandangannya tidak tertuju pada penulis dan mengalihkan
pandangannya ke arah yang lain. .Budi hanya dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan
yang sederhana dan tidak dapat lama untuk bertatap muka ia langsung menghampiri
guru pendampingnya.
Komentar / Kesimpulan Observer
Disini terlihat bahwa Budisudah dapat menyebutkan namanya sendiri meski ia hanya
dapat menjawab pertanyaan observer dengan singkat dan tidak tertuju pandangannya
pada obsever, tidak ada lg inisiatif Budi untuk bertanya balik pada observer dan dapat
menjalin hubungan sosial yang lebih akrab lagi
b. Laporan yang diperluas.
Catatan ini memperluas dari laporan ringkas. Setelah setiap pertemuan
dilapangan, etnografer harus secepat mungkin menuliskannya secara detail dan
mengingat kembali berbagai hal yang tidak tercatat secara cepat. Kata-kata dan
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
37
kalimat kunci berperan sebagai pengingat yang sangat bermanfaat untuk membuat
suatu laporan diperluas. Berikut merupakan contoh laporan yang diperluas.
Catatan Lapangan
Deskripsi Kegiatan
CATATAN LAPANGAN
Kamis 2 Oktober 2014
Budi datang ke sekolah hanya diantar oleh orangtua nya sampai pintu masuk
sekolah terlihat Budi dapat lepas dari orangtua nya dan tidak ketergantungan. Pada saat
Budi masuk sudah ada guru pendampingnya yang sudah menunggu Budi, dan guru
pendampingnya meminta Budi untuk menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya yang
sudah disediakan. Terlihat Budi dapat mengikuti instruksi yang diperintahkan oleh guru
pendampingnya, setelah itu Budi menarik tangan guru pendampingnya dan menyimpan
tas pada tempat yang sudah disediakan. Budi pun menarik kembali tangan guru
pendampingnya dan duduk di pinggir pasir sambil menunggu jam waktu masuk kelas
tiba. Terlihat disini Budi dapat berpisah dengan orangtuanya dan tidak menangis saat
tidak bersama orangtuanya.... Budi terlihat sudah dapat tidak ketergantungan dengan
orangtuanya apabila ia berada di sekolah. namun pada saat di sekolah ia lebih
cenderung ketergantungan dengan guru pendampingnya, meski ia dapat melakukan
sesuatu hal sendiri namun tetap dalam pendampingan gur, dan harus terus dimotivasi
untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu. Ia jugacenderung tidak akrab dengan teman teman yang lain, ia akan senang bercerita hanya dengan yang ia rasa nyaman dan dekat
dengannya seperti guru pendampingnya dan guru kelasnya. Apabila ia disapa oleh guru
lain ia tidak menjawab melainkan bersembunyi di belakang guru pendampingnya.
Jam masuk pun tiba Budi dan teman-teman yang lainnya masuk ke kelas untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran yang berada di sentra tersebut. Budijuga dapat
mengikuti kegiatan menempel gambar sampai selesai. Meski terlihat disini Budi kurang
fokus saat guru sedang menerangkan ia memang terlihat memperhatikan tetapi dengan
pandangan yang kosong dan sesekali ia memainkan bajunya tidak memperhatikan guru
yang sedang menerangkan.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
38
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data
Yin menyatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola,mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dpelajari dan memutuskan apa yang
dapat di ceritakan kepada orang lain. Yin ( 2013 : hlm 20). Data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dianalisis dalam teknik
analisis data kualitatif.
Pada hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan,mengelompokkan,memberi kode/
tanda,
dan mengkategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya
berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa
dipahami dengan mudah. Yin (2013 : hlm 25).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
akan mengacu pada pertanyaan penelitian, observasi, wawancara dan dokumentasi
terkait tentang
gambaran keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder ( ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa.
2. Langkah-langkah Analisis
Menganalisis data Secara umum memiliki 3 langkah analisis data dalam
penelitian ini mencakup 3 tahap :
1. Data reduction ( Reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke
lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, dan kompleks.untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
39
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan sub temanya.
Dengan demikina data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Seperti yang diungkapkan Yin (2013 : hlm 30). Dengan
demikan data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui guru,Orangua
murid, dan penguat dari pihak sekolah segera dianalisis melalui reduksi
data.
2. Data Display ( penyajian data)
Mendisplay data dalam penelitian kualitatif adalah penyjian data
yang bisa dilakukam dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar
kategori.
Dengan mendisplay data,
maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi,merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut. Yin ( 2013 : hlm 30).
3.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap awal,tetapi didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peeliti melakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
saja tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Yin (2013 : hal 30).
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
40
Charmaz (Smith, 2009, hlm.181) Aktivitas coding minimal terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama adalah fase awal berupa pemberian nama terhadap masingmasing baris data. Tahap kedua adalah fase selektif terfokus, menggunakan kodekode awal yang paling sering muncul atau paling signifikan.Berikut merupakan
langkah pertama dalam mengkoding:
Tabel 3.1
Tabel mengkoding catatan lapangan
Pada saat peneliti mengajak berkenalan dengan Budi, Keterampilan Sosial
peneliti mulai memperkenalkan diri dan memulai (pengenalan diri)
percakapan
singkat.
Meski
dapat
dijawab
oleh
Budinamun pandangannya tidak tertuju pada peneliti,
hanya sesekali ia dapat memandang bertatap muka
namun
langsung
mengalihkan
pandangannya,
dan
bersembunyi dibalik guru pendampingnya.
a. Selective coding
Dari hasil koding
tersebut mendapatkan banyak
sekali kode.
Berikut
merupakan bagian dari daftar kode yang dihasilkan :
1.
Keterampilan Sosial (pengenalan diri)
2.
Keterampilan Sosial (Hubungan Sosial)
3.
Keterampilan Sosial (hubungan sosial)
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
41
a. Focus Coding
Kemudian dari kode-kode yang telah terseleksi tersebut digolongkan atau
lebih difokuskan dan digolongkan menjadi beberapa tema besar dan subtema yang
menghasilkan 2 tema besar yaitu Keterampilan Sosial dan Keterampilan Emosi,
dan 16 sub tema yang dapat kita peroleh yaitu ( pengenalan diri, perilaku akrab,
meniru, hubungan sosial, kerjasama, kemurahan hati, simpati, empati, dukungan
sosial,
marah,
sedih,
gembira,
takut,
rasa ingin tahu, kekhawatiran, dan
kecemasan). . Inilah sebagian contoh tabel fokus coding.
Tabel 3.8
Tabel fokus coding
SUBTEMA
TEMA
KeterampilanSosial
(pengenalan diri)
(Perilaku akrab)
Keterampilan Sosial
Anak belum dapat memperhatikan
guru saat pembelajaran
Anak sudah dapat berpisah dari
orangtua dengan tidak menangis
Anak dapat mengungkapkan rasa
( Gembira)
Keterampilan Emosi
gembiranya
ketika
melakukan
kegiatan yang ia senangi
Hasil dari proses mengkoding tersebut kemudian dianalisis disajikan
dalam bentuk
narasi/laporan kualitatif. Pendekatan naratif ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan
subtema-subtema,
ilustrasi-ilustrasi khusus,
kutipan),
tentang
atau
keterhubungan
perspektif-perspektif, dan kutipanantar
tema
(Creswell,
2010,
hlm.283).Peneliti menganalisis hubungan antar tema yang telah dihasilkan dengan
pertanyaan penelitian sebelumnya.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
42
A. Pengecekan keabsahan data
Ada banyak cara untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian
kualitatif
namun
peneliti
menggunakan
satu
strategi
yakni menerapkan
triangulasi data
1. Triangulasi Data
Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. Patton yang dikutip oleh Yin menyatakan
triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek dalam suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara : (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara (2)membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan dikatakannya secara pribadi (3)membandingkan apa
yang dikatakan orang dengan situasi penelitian di lapangan (4) membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen atau intrumen penelitian yang
berkaitan. Yin ( 2013 : hlm 35).
H. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian deskriptif dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu :
1.
Tahap persiapan
Pada
tahap
ini penulis menyusun proposal penelitian,
kemudian
menentukan metode penelitian yang akan digunakan, menyusun pedoman
observasi,
pedoman
wawancara,
dan
pedoman
dokumentasi
untuk
memperoleh data.
2.
Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan saat penelitian berlangsung sampai dengan
selesai,
mulai
dengan
mengumpulkan
data,
menggunakan
instrumen
penelitian yang telah di tentukan.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
43
3. Tahap pengolahan data
Pada tahap ini data yang telah terkumpul diolah sesuai dengan metode
penelitian yaitu deskriptif kualitatif.
4. Tahap pelaporan
Tahap ini dilakukan pengolahan seluruh data, penulis menyusun hasil
pengolahan data, menulis, menggandakan, dan menyerahkan laporan.
I. Penjelasan Istilah
1. Keterampilan Sosial
keterampilan sosial
yang dimaksudkan pada penelitian ini mengacu
kepada pendapat Hurlock (1978 : hlm 251) yang menyatakan bahwa anakanak akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial dan menjadi
pribadi
yang
dapat
bermasyarakat.
Jadi
seseorang
dapat
dikatakan
berkembang sosial emosinya apabila ia sudah mampu menunjukan tindakan
yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Dalam keterampilan sosial
bentuk pola keterampilan sosial yaitu pengenalan diri, meniru, hubungan
sosial, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, kemurahan hati, perilaku
akrab.
2. Keterampilan Emosi
Keterampilan emosimengacu kepada pendapat Hurlock (1978 : hlm
115) pada masa awal anak-anak emosi sangat kuat dalam arti bahwa ia mudah
terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan,
hal ini tampak mencolok pada usia 2,5 tahun hingga 6,5 tahun. Anak- anak
lebih
mudah
mengalami hampir
semua
jenis
emosi dan
cara anak
mengungkapkan emosi sangat berbeda-beda pola-pola emosi yang yang
berhubunga diantaranya yaitu rasa takut, marah, hasrat ingin tahu, khawatir,
was-was, malu, rasa takut, cemas.
3.
Autism
Autism Spectrum Disorder (ASD)
yang dimaksudkan Menurut wiliam,
Wright (2007 : hlm 3). Bahwa Autism Spectrum Disorder (ASD) ialah
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
44
gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama
kehidupan anak dan berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi
dan sikap. Pada anak-anak atau remaja yang diagnosis gejala autism
menunjukan
hambatan
di interaksi sosial,
komunikasi,
dan permainan
imajinasi sebelum usia tiga tahun sebgaimana juga tingkah laku stereotip,
kesukaan terhadap suatu benda (Wright dan Wiliams, 2007 : 23).
4. Sekolah Inklusi
Sekolah inklusi adalah Pendidikan
sistem
inklusif
merupakan
suatu
pembelajaran di sekolah regular yang peserta didiknya terdiri dari
anak biasa dan anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pendidikan
khusus
yang
dilaksanakan
secara
bersama-sama.
dalam
Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Kegiatan Belajar Mengajar Di
Sekolah, Depdiknas (2005).
4. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan danJenis Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk memudahkan suatu penelitian.
Denga kata lain metode penelitian akan memberikan petunjuk terhadap
pelaksanaan penelitian
dilaksanakan.
atau
Penelitian
petunjuk
bagaimana
suatu
penelitian
ini menggunakan teknik studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Yin (2013
: hlm. 5), menyebutkan bahwa metode
penelitian kualitatif ialah :
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan
secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa
adanya manipulasi. Pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari
proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antara fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Bogdan dan Taylor (Basrowi & Suwandi, 2008, hlm.1) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orangorang yang diamati. Melalui penelitian kualitiatif ini memungkinkan peneliti
terlibat langsung dan merasakan kehidupan subjek yang diteliti.
Penelitian
kualitatif
atau
kajian
kualitatif
digunakan
dalam
penelitian ini, karena penelitian ini menekankan pada upaya investigatif
untuk
mengkaji
secara natural (alamiah) fenomena yang tengah terjadi
dalam mengetahui keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder
(ASD) di Sekolah PAUD inklusi Bunda Ganesa.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
22
23
B. Desain Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran keterampilan
sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di sekolah PAUD inklusi
Bunda Ganesa. Keterampilan sosial emosi merupakan salah satu bentuk dari
keterampilan sosial emosi. Penelitian kualitatif ini dikenal sebagai studi kasus.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Menurut Arikunto (2010 : hlm 21), bahwa metode studi kasus sebagai
salah satu jenis pendekatan deskriptif, penelitian dilakukan secara intensif,
terperinci,dan mendalam terhadap suatu organisme ( individu), lembaga atau
gejala tertentu dengan subjek yang sempit. Menurut Yin (2013 : hlm 15)
mengemukakan penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang
secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam
konteks kehidupan nyata.
Selain itu Bogdan and Biklen, dalam Ali (2010 : 144), desain-desain
riset kualitatif yang ada memfokuskan pada penelaahan terhadap suatu kasus
(telaah kasus tunggal),
telaah kasus tunggal adalah penelaahan secara
mendalam terhadap suatu tatanan, subjek tunggal, dokumen tunggal, atau satu
peristiwa tertentu. Kepedulian dalam telaah kasus tunggal adakalanya terhadap
riwayat hidup seseorang yang terkait dengan segi-segi sosiologis maupun
psikologis sebagai media untuk memahami aspek-aspel mendasar dari tingkah
laku manusia atau institusi yang ada.
Data riset dikumpulkan dari tangan pertama yakni orang yang
bersangkutan atau Orangtua dari anak tersebut, selain itu untuk memperkuat
dalam penelitian peneliti mengambil sumber dari Guru kelas yang menangani
anak yang bersangkutan selama berada di sekolah dan studi dokumentasi
untuk
lebih
melihat
bagaimana
situasi peristiwa
pada
saat
penelitian
berlangsung. Bagaimana gambaran keterampilan sosial emosi anak Autism
Spectrum Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23
24
Dalam
pelaksanaanya, pelaku riset berpegang pada suatu asumsi
teoritis tentang suatu fokus riset, yang dirumuskan sendiri sebelum berangkat
mengumpulkan data, asumsi teoritis ini bisa saja berubah stelah data
dikumpulkan. Oleh sebab itu pengumpulan data itu tidak dapat dilakukan
hanya satu atau dua kali, melainkan berkali-kali, maka bisa terjadi perubahan
terhadap asumsi teoritis yang dirumuskan oleh pelaku riset itu terjadi berkalikali pula.
Namun karena keterbatan waktu peneliti maka penelitian kualitiatif
yang dilakukan di PAUD Bunda Ganesa kota Bandung ini dilakukan selama
satu bulan lebih sejak bulan Oktober- November yang dalam pelaksanaannya
peneliti tidak sepenuhnya berada dilapangan Penelitian berlangsung terjadi .
C. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian
adalah di Sekolah PAUD inklusi yaitu PAUD Bunda Ganesa yang ber
alamatdi Jl. Gelap Nyawang 2 Tamansari Bandung 40116.
Alasan peneliti memilih lokasi sekolah PAUD Bunda Ganesa adalah
lembaga pendidikan yang berkualitas yang merupakan sekolah percontohan
dan memiliki sarana untuk anak berkebutuhan khusus ini dapat bersekolah di
sekolah umum dengan anak-anak normal lainnya yang dapat dikatakan
sebagai sekolah inklusi.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah subjek yang akan dituju untuk di
teliti oleh peneliti, sebagaimana di ungkapkan oleh Purnomo (1996 : 75).
Penelitian kali ini hanya akan meneliti pada satu orang anak ASD adalah
Budi ialah
Autism
salah
Spectrum
satu siswa di sekolah
Disorder
(ASD)
usia
Bunda Ganesa yang mengalami
dini.
Sedangkan
informan
sekundernya adalah keluarga dari Budi , Guru Kelas yang menangani Budi
selama sekolah di Bunda Ganesa.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24
25
E. Instrumen Penelitian
Kisi-kisi Instrumen
penelitian wawancara dan Observasi mengenai
keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) yang
dimaksudkan
mengacu
kepada
Herlina,
dkk
dalam Manual Asesmen
Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah (2009), Hurlock (1980), Santrock
(2002), dan Yusuf (2007) dalam kirteria / dimensi yang akan di paparkan
pada pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1
“Kisi-kisi Instrumen Penelitian Wawancara dan Observasi
“Keterampilan Sosial Emosi Anak Autism Spectrum Disorder (ASD) di
Sekolah PAUD Bunda Ganesa”
No
1.
Aspek
Komponen
Indikator
Perkembangan
Perkembangan
Perkembangan
Keterampilan
Pengenalan
Sosial
Diri
Teknik
Sumber
Dats
Menyebutkan
Observasi
Guru
nama sendiri
Wawancara
Kelas
Menyebutkan
Orang
identintas
tua
gender.
Murid
Mengenali diri
sendiri melalui
kaca/foto/gambar
Meniru
Meniru kata-
Observasi
Guru
Kelas
kata/
perilaku.gerakgerik/ permainan
teman.
Hubungan
sosial
Bergaul dan
Observasi
Guru
bermain dengan
Wawancara
Kelas,
Orang
anak lain.
tua
Murid
Kerjasama
Bekerjasama
Observasi
Guru
dengan anak lain
wawancara
Kelas
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25
26
dalam
mengerjakan
tugas di kelas.
Bernain dengan
mengikuti aturan
permainan.
Dapat menunggu
giliran.
Dapat mengikuti
aturan dan
rutinitas.
Kemurahan
hati
Menolong orang
Observasi
Guru
yang mengalami
wawancara
Kelas,
kesulitan.
Orangtua
Meminjamkan
Murid
barang atau
mainan kepada
temannya.
Membagi bekal
kepada
temannya.
Perilaku
Akrab
Tidak gelisah
Observasi
Guru
jika tidak
Wawancara
Kelas,
bersama dengan
Orangtua
orang atau benda
Murid
yang disukai
Tidak melakukan
segala sesuatu
dengan dibantu
Simpati
Gembira ketika
Observasi
Guru
teman
Wawancara
Kelas,
bergembira.
Orangtua
Sedih ketika
Murid
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26
27
teman bersedih.
Empati
Tidak tertawa
Observasi
Guru
saat teman
Wawancara
Kelas,
sedang sedih
Orangtua
atau cemas.
Murid
Menenangkan
teman yang
bersedih atau
cemas.
Dukungan
Sosial
Melakukan
Observasi
Guru
aktivitas tertentu
Wawancara
Kelas
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa marah
Wawancara
Kelas,
untuk
memperoleh
dukungan dari
teman.
2.
Keterampilan
Marah
Emosi
dengan ledakan
Orangtua
amarah yang
Murid
ditandai dengan
menangis,
berteriak,
menggeretak,
menendang,
melompatlompat atau
memukul.
Takut
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa takut dengan
Wawancara
Kelas,
reaksi panik,
Orangtua
menghindar, dan
Murid
bersembunyi.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
27
28
Sedih
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa sedih
Wawancara
Kelas,
dengan menangis
Orangtua
dan kehilangan
Murid
minat terhadap
kegiatan
normalnya
Gembira
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa gembira
Wawancara
Kelas,
dengan
Orangtua
tersenyum,
Murid
tertawa, bertepuk
tangan,
melompatlompat dan
memeluk barang/
orang yang
membuatnya
bahagia
Rasa ingin
tahu
Mempunyai rasa
Observasi
Guru
ingin tahu
Wawancara
Kelas,
terhadap hal-hal
Orangtua
yang baru
Murid
dilihatnya.
Kecemasan
Mengungkapkan
Observasi
Guru
rasa kecemasan
Wawancara
Kelas,
dengan gelisah,
Orangtua
tertekan, marah,
Murid
suasana hati
berubah-ubah.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
28
29
Kekhawatiran
Mengungkapkan
Observasi
Guru
kekhawatirannya
Wawancara
Kelas,
dengan rasa takut
Orangtua
yang terungkap
Murid
oleh ekspresi
wajah anak.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sebagaimana yang diungkapkan dalam Yin (2013 : hlm. 22). Dalam
penelitian
kualitatif
selanjutnya
dikembangkan
setelah
instrumen
utamanya
adalah
fokus
penelitian
menjadi
instrumen
penelitian
peneliti
sendiri, namun
jelas,
maka dapat
sederhana
dimana
instrumen
penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu
1.
Observasi
Pedoman observasi ini berisi tentang aspek-aspek keterampilan sosial
emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Observasi pada anak Autism
Spectrum Disorder (ASD) ini, akan dilakukan ketika anak sedang berada di
kelas, saat anak sedang istirahat, dan ketika anak melakukan kegiatan
tambahan di sekolah. Dengan adanya observasi ini, maka diharapkan
peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak terungkap ketika wawancara
dan
peneliti
memperoleh
gambaran
yang
komprehensif
mengenai
keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder(ASD) di PAUD
Inklusi. Untuk mempermudah dalam observasi maka dibuatnya pedoman
observasi.
Isi dari pedoman observasi mengenai keterampilan sosial ( pengenalan
diri, meniru, hubungan sosial, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial,
kemurahan hati, dan perilaku akrab). Sedangkan keterampilan emosi meliputi
( takut, sedih, gembira, rasa ingintahu, kecemasan, dan kekhawatiran).
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
29
30
Adapun teknik dan cara untuk melakukan observasi yaitu sebagai
berikut :
a.
Alat Observasi
1. Daftar Chek (Check List )
Penataan data dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang
memuat nama observer dan jenis gejala yang diamati. Untuk lebih lengkap
mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian lampiran pada
Tabel 3.3
Daftar Checklist
ASPEK KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI
No
1.
Indikator
Pengenalan diri
Dapat menyebutkan nama.
M
Dapat menyebutkan identitas
gender.
√
Mengenali diri sendiri di kaca/
gambar.
√
KM
TM
√
Butiran Kualitatif
Budi dapat
menyebutkan nama nya
ketika berkomunikasi
singkat saat berkenalan
pertemuan pertama.
Budi dapat
menyebutkan gender
kelamin bahwa ia adalah
anak laki-laki. Pada saat
kegiatan pembelajaran
berlangsung. Bila
ditanya oleh guru nya
Budi dapat mengenali
dirinya pada saat akan
cuci tangan di wastafel
dan melihat ke kaca.
Keterangan :
K = mampu ( sudah dapat melakukan dengan inisiatif sendiri)
KM = kurang mampu ( perlu bantuan orang lain untuk dapat melakukannya)
TM = tidak mampu ( tidak ada reaksi sama sekali meskipun di bantu)
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
31
2.
Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
Pencatatan dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena sebagian atau seluruh peristiwa direkam dengan alat
elektronik sesuai dengan keperluan.
2.
Wawancara
pedoman wawancara
berkenaan
yang
dibuat berisi tentang
pertanyaan yang
dengan keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) ketika pertama masuk sekolah dan selama anak berada di
Sekolah. Pertanyaannya diberikan kepada orangtua anak, Guru Kelas, dan
Guru
Pembimbing khusus atau psikolog yang berada di sekolah tersebut.
Dengan
adanya
pedoman wawancara
peneliti
untuk
mendeskrpsikan dan
diharapkan
akan
memudahkan
menggali lebih dalam mengenai
keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum Disorder (ASD) pada saat
awal
masuk
sekolah.
sekolah
sampai
anak telah dapat mengikuti kegiatan di
peralatan pendukung yang dapat digunakan untuk melakukan
wawancara yaitu block note, ball-point, kamera, dan tape recorder.Untuk
lebih lengkap
mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian
lampiran pada
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
32
Tabel 3.4
Pedoman wawancara dengan Guru
KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM
DISORDER (ASD) DI SEKOLAH PAUD BUNDA GANESA
( Diadaptasi dari Herlina, dkk dalam Manual Asesmen Perkembangan Anak Usia
Pra Sekolah (2009), Hurlock (1980), Santrock (2002), dan Yusuf (2007)
Aspek yang diungkap
: keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
1.
No
1.
Hari / Tanggal
: 3 Oktober 2014
Informan
: Guru Kelas Budi
Tempat
: PAUD Bunda Ganesa
Aspek Perkembangan
Keterampilan Sosial
emosi
Indikator Perkembangan
Menyebutkan nama sendiri
Butir Pertanyaan
Apakah anak dapat
menyebutkan
identitasnya dirinya?
Misalnya
menyebutkan
namanya sendiri?.
Jawaban
Budi dapat
menyebutkan
namanya sendiri
meski tetap terus di
dampingi guru
pendampingnya
ataupun guru
kelasnya. Karna ia
hanya dapat
mengungkapkan
sesuatu apabila ia
dengan orang ia rasa
nyaman dan dekat
dengannya. Apabila
ia ditanya oleh guru
lain ia cenderung
tidak akan menjawab
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
33
Tabel 3.5
Pedoman wawancara dengan Orangtua
HASIL WAWANCARA ORANG TUA MURID
KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM
DISORDER (ASD) DI SEKOLAH PAUD BUNDA GANESA
Aspek yang diungkap
: keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
No
1. 1.
Hari / Tanggal
: 14 Oktober 2014
Informan
: Ayah Budi
Tempat
: PAUD Bunda Ganesa
Aspek
Perkembangan
Keterampilan
Sosial Emosi
Indikator Perkembangan
Butir
Pertanyaan
Apakah Budi dapat
bekerjasama pada saat
membersihkan rumah
dengan inisiatif
sendiri?
Mengerjakan tugas rumah
bersama-sama.
Mengerjakan tugas bersama adik
dan kaka.
Apakah anak
bekerjasama dengan
adik saat bermain di
rumah/ bermain
bersama?
Hasil
Wawancara
Budi masih belum dapat
diajak bekerjasama
dengan inisiatif sendiri
namun apabila ia
diminta bantuan oleh
ibunya ia terkadang
turut membantu ibunya.
Budi lebih cenderung
bermain sendiri
dibandingkan
bekerjasama bermain
bersama adik-adiknya ia
akan asik sendiri
bermain tidak mengajak
bermain bersama
terkecuali dengan saya
mengajak mereka
bermain bersama.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
34
3. Studi Dokumentasi
Penggunaan
studi dokumentasi ini
untuk mendapatkan data tertulis
atau bukti fisik yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti
dan
juga dapat digunakan sebagai
pelengkap data penelitian. Adapun
pedoman yang di buat dalam studi dokumentasi ialah mengumpulkan
beberapa hasil tulisan data perkembangan anak Autism Spectrum Disorder
(ASD) di tiap harinya, dan mencatat semua kegiatan yang ia lakukan selama
berada di sekolah. Dengan adanya pedoman studi dokumentasi diharapkan
akan memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan bagaimanaperkembangan
anak setiap harinya. Instrumen penelitian ini sebagaimana yang di kemukakan
oleh Yin ( 2013 : 23). Alat yang dapat digunakan untuk melakukan studi
dokumentasi yaitu Kamera,alat perekam suara, dan handycam. Namun karena
peneliti terlibat langsung dalam penelitian ini, tidak sepenuhnya peneliti
mendapatkan hasil dokumentasi gambar dan video yang sesuai dengan waktu
nya. Namun ada yang mewakili setiap kegiatan yang sedang berlangsung.
Gambar 3.1
laporan dokumentasi
Budi sibuk bermain dipasir sendiri
Budi tidak fokus pada saat kegiatan
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
35
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Peneliti mendeskripsikan tentang orangorang, objek, tempat, kejadian, aktivitas, dan percakapan (Satori & Komariah,
2009, hlm.180).
Terdapat beberapa bentuk format catatan lapangan yang dianjurkan oleh
Spradley (2007, hlm.104) yakni:
a. Laporan ringkas.
Semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual atau observasi
lapangan menunjukkan suatu versi ringkas atas hal-hal yang sesungguhnya terjadi.
Secara manusiawi,
tidaklah mungkin untuk
mencatat segala sesuatu yang
berlangsung atau segala sesuatu yang dikatakan informan. Catatan ringkas ini
dicatat dengan segera agar tidak tertinggal atau terlupakan detail-detail penting
berikutnya selain itu dalam laporan ringkas ini mencatat kalimat-kalimat dan katakata yang digunakan informan. Laporan ringkas ini akan tampak ketika laporan
ringkas ini diperluas setelah selesai menyelesaikan wawancara atau observasi
lapangan. Dalam membuat laporan ringkas peneliti menggunakan aplikasi note di
Handpone peneliti yang mudah dibawa kemana-mana saat melakukan observasi
partisipan. Berikut merupakan contoh laporan ringkas.
laporan ringkas
1.
Catatan Anekdot (Anecdotal Record )
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan
kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan
terhadap bagaimana kejadiannya pada saat pembelajaran di sekolah berlangsung
untuk melihat pada pengenalan diri,meniru,hubungan sosial,kerjasama,kemurahan
hati,
perilaku
akrab,
simpati,empati,dukungan
sosial,marah,takut,sedih,gembira,
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
36
rasa ingin tahu,kecemasan dan kekhawatira
lebih lengkap
pada saat kejadian tersebut. Untuk
mengenai pedoman observasi dilampirkan pada bagian lampiran
pada
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
Catatan Anecdot Keterampilan Sosial Emosi Anak Autism Spectrum
Disorder (ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa
Kelas
: Strawberry Class
Hari / Tanggal
:Rabu, 1 Oktober 2014
Observer
: Aulia Rahmawati Dewi
Waktu
: 09.45- 12.15
Deskripsi Kejadian
Pada jam istirahat terlihat Budi selesai makan ia langsung berlari ke sentra Dramatic
play, pada awalnya entah mengapa ia langsung bermain disana. Ketika observer
berbincang dengan guru pendampingnya ternyata memang Budi sangat suka sekali
bermain bp-bpan sambil berbicara sendiri, seringkali setiap selesai makan ia langsung
berlari ke sentra dramatic play ini, observer mencoba untuk berkenalan dengan Budi
sambil ikut bermain bersama Budi. Ketika observer memulai percakapan dengan Budi.
Budi mau berkenalan, namun pandangannya tidak tertuju pada penulis dan mengalihkan
pandangannya ke arah yang lain. .Budi hanya dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan
yang sederhana dan tidak dapat lama untuk bertatap muka ia langsung menghampiri
guru pendampingnya.
Komentar / Kesimpulan Observer
Disini terlihat bahwa Budisudah dapat menyebutkan namanya sendiri meski ia hanya
dapat menjawab pertanyaan observer dengan singkat dan tidak tertuju pandangannya
pada obsever, tidak ada lg inisiatif Budi untuk bertanya balik pada observer dan dapat
menjalin hubungan sosial yang lebih akrab lagi
b. Laporan yang diperluas.
Catatan ini memperluas dari laporan ringkas. Setelah setiap pertemuan
dilapangan, etnografer harus secepat mungkin menuliskannya secara detail dan
mengingat kembali berbagai hal yang tidak tercatat secara cepat. Kata-kata dan
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
37
kalimat kunci berperan sebagai pengingat yang sangat bermanfaat untuk membuat
suatu laporan diperluas. Berikut merupakan contoh laporan yang diperluas.
Catatan Lapangan
Deskripsi Kegiatan
CATATAN LAPANGAN
Kamis 2 Oktober 2014
Budi datang ke sekolah hanya diantar oleh orangtua nya sampai pintu masuk
sekolah terlihat Budi dapat lepas dari orangtua nya dan tidak ketergantungan. Pada saat
Budi masuk sudah ada guru pendampingnya yang sudah menunggu Budi, dan guru
pendampingnya meminta Budi untuk menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya yang
sudah disediakan. Terlihat Budi dapat mengikuti instruksi yang diperintahkan oleh guru
pendampingnya, setelah itu Budi menarik tangan guru pendampingnya dan menyimpan
tas pada tempat yang sudah disediakan. Budi pun menarik kembali tangan guru
pendampingnya dan duduk di pinggir pasir sambil menunggu jam waktu masuk kelas
tiba. Terlihat disini Budi dapat berpisah dengan orangtuanya dan tidak menangis saat
tidak bersama orangtuanya.... Budi terlihat sudah dapat tidak ketergantungan dengan
orangtuanya apabila ia berada di sekolah. namun pada saat di sekolah ia lebih
cenderung ketergantungan dengan guru pendampingnya, meski ia dapat melakukan
sesuatu hal sendiri namun tetap dalam pendampingan gur, dan harus terus dimotivasi
untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu. Ia jugacenderung tidak akrab dengan teman teman yang lain, ia akan senang bercerita hanya dengan yang ia rasa nyaman dan dekat
dengannya seperti guru pendampingnya dan guru kelasnya. Apabila ia disapa oleh guru
lain ia tidak menjawab melainkan bersembunyi di belakang guru pendampingnya.
Jam masuk pun tiba Budi dan teman-teman yang lainnya masuk ke kelas untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran yang berada di sentra tersebut. Budijuga dapat
mengikuti kegiatan menempel gambar sampai selesai. Meski terlihat disini Budi kurang
fokus saat guru sedang menerangkan ia memang terlihat memperhatikan tetapi dengan
pandangan yang kosong dan sesekali ia memainkan bajunya tidak memperhatikan guru
yang sedang menerangkan.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
38
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data
Yin menyatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola,mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dpelajari dan memutuskan apa yang
dapat di ceritakan kepada orang lain. Yin ( 2013 : hlm 20). Data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dianalisis dalam teknik
analisis data kualitatif.
Pada hakikatnya, analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan,mengelompokkan,memberi kode/
tanda,
dan mengkategorikannya
sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin
dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya
berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa
dipahami dengan mudah. Yin (2013 : hlm 25).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
akan mengacu pada pertanyaan penelitian, observasi, wawancara dan dokumentasi
terkait tentang
gambaran keterampilan sosial emosi anak Autism Spectrum
Disorder ( ASD) di sekolah PAUD Bunda Ganesa.
2. Langkah-langkah Analisis
Menganalisis data Secara umum memiliki 3 langkah analisis data dalam
penelitian ini mencakup 3 tahap :
1. Data reduction ( Reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke
lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, dan kompleks.untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
39
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan sub temanya.
Dengan demikina data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Seperti yang diungkapkan Yin (2013 : hlm 30). Dengan
demikan data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui guru,Orangua
murid, dan penguat dari pihak sekolah segera dianalisis melalui reduksi
data.
2. Data Display ( penyajian data)
Mendisplay data dalam penelitian kualitatif adalah penyjian data
yang bisa dilakukam dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar
kategori.
Dengan mendisplay data,
maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi,merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut. Yin ( 2013 : hlm 30).
3.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap awal,tetapi didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peeliti melakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
saja tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Yin (2013 : hal 30).
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
40
Charmaz (Smith, 2009, hlm.181) Aktivitas coding minimal terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama adalah fase awal berupa pemberian nama terhadap masingmasing baris data. Tahap kedua adalah fase selektif terfokus, menggunakan kodekode awal yang paling sering muncul atau paling signifikan.Berikut merupakan
langkah pertama dalam mengkoding:
Tabel 3.1
Tabel mengkoding catatan lapangan
Pada saat peneliti mengajak berkenalan dengan Budi, Keterampilan Sosial
peneliti mulai memperkenalkan diri dan memulai (pengenalan diri)
percakapan
singkat.
Meski
dapat
dijawab
oleh
Budinamun pandangannya tidak tertuju pada peneliti,
hanya sesekali ia dapat memandang bertatap muka
namun
langsung
mengalihkan
pandangannya,
dan
bersembunyi dibalik guru pendampingnya.
a. Selective coding
Dari hasil koding
tersebut mendapatkan banyak
sekali kode.
Berikut
merupakan bagian dari daftar kode yang dihasilkan :
1.
Keterampilan Sosial (pengenalan diri)
2.
Keterampilan Sosial (Hubungan Sosial)
3.
Keterampilan Sosial (hubungan sosial)
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
41
a. Focus Coding
Kemudian dari kode-kode yang telah terseleksi tersebut digolongkan atau
lebih difokuskan dan digolongkan menjadi beberapa tema besar dan subtema yang
menghasilkan 2 tema besar yaitu Keterampilan Sosial dan Keterampilan Emosi,
dan 16 sub tema yang dapat kita peroleh yaitu ( pengenalan diri, perilaku akrab,
meniru, hubungan sosial, kerjasama, kemurahan hati, simpati, empati, dukungan
sosial,
marah,
sedih,
gembira,
takut,
rasa ingin tahu, kekhawatiran, dan
kecemasan). . Inilah sebagian contoh tabel fokus coding.
Tabel 3.8
Tabel fokus coding
SUBTEMA
TEMA
KeterampilanSosial
(pengenalan diri)
(Perilaku akrab)
Keterampilan Sosial
Anak belum dapat memperhatikan
guru saat pembelajaran
Anak sudah dapat berpisah dari
orangtua dengan tidak menangis
Anak dapat mengungkapkan rasa
( Gembira)
Keterampilan Emosi
gembiranya
ketika
melakukan
kegiatan yang ia senangi
Hasil dari proses mengkoding tersebut kemudian dianalisis disajikan
dalam bentuk
narasi/laporan kualitatif. Pendekatan naratif ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan
subtema-subtema,
ilustrasi-ilustrasi khusus,
kutipan),
tentang
atau
keterhubungan
perspektif-perspektif, dan kutipanantar
tema
(Creswell,
2010,
hlm.283).Peneliti menganalisis hubungan antar tema yang telah dihasilkan dengan
pertanyaan penelitian sebelumnya.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
42
A. Pengecekan keabsahan data
Ada banyak cara untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian
kualitatif
namun
peneliti
menggunakan
satu
strategi
yakni menerapkan
triangulasi data
1. Triangulasi Data
Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan terhadap data itu. Patton yang dikutip oleh Yin menyatakan
triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek dalam suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara : (1) membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara (2)membandingkan apa yang dikatakan
orang di depan umum dengan dikatakannya secara pribadi (3)membandingkan apa
yang dikatakan orang dengan situasi penelitian di lapangan (4) membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen atau intrumen penelitian yang
berkaitan. Yin ( 2013 : hlm 35).
H. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian deskriptif dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu :
1.
Tahap persiapan
Pada
tahap
ini penulis menyusun proposal penelitian,
kemudian
menentukan metode penelitian yang akan digunakan, menyusun pedoman
observasi,
pedoman
wawancara,
dan
pedoman
dokumentasi
untuk
memperoleh data.
2.
Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan saat penelitian berlangsung sampai dengan
selesai,
mulai
dengan
mengumpulkan
data,
menggunakan
instrumen
penelitian yang telah di tentukan.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
43
3. Tahap pengolahan data
Pada tahap ini data yang telah terkumpul diolah sesuai dengan metode
penelitian yaitu deskriptif kualitatif.
4. Tahap pelaporan
Tahap ini dilakukan pengolahan seluruh data, penulis menyusun hasil
pengolahan data, menulis, menggandakan, dan menyerahkan laporan.
I. Penjelasan Istilah
1. Keterampilan Sosial
keterampilan sosial
yang dimaksudkan pada penelitian ini mengacu
kepada pendapat Hurlock (1978 : hlm 251) yang menyatakan bahwa anakanak akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial dan menjadi
pribadi
yang
dapat
bermasyarakat.
Jadi
seseorang
dapat
dikatakan
berkembang sosial emosinya apabila ia sudah mampu menunjukan tindakan
yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat. Dalam keterampilan sosial
bentuk pola keterampilan sosial yaitu pengenalan diri, meniru, hubungan
sosial, kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial, kemurahan hati, perilaku
akrab.
2. Keterampilan Emosi
Keterampilan emosimengacu kepada pendapat Hurlock (1978 : hlm
115) pada masa awal anak-anak emosi sangat kuat dalam arti bahwa ia mudah
terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit di bimbing dan diarahkan,
hal ini tampak mencolok pada usia 2,5 tahun hingga 6,5 tahun. Anak- anak
lebih
mudah
mengalami hampir
semua
jenis
emosi dan
cara anak
mengungkapkan emosi sangat berbeda-beda pola-pola emosi yang yang
berhubunga diantaranya yaitu rasa takut, marah, hasrat ingin tahu, khawatir,
was-was, malu, rasa takut, cemas.
3.
Autism
Autism Spectrum Disorder (ASD)
yang dimaksudkan Menurut wiliam,
Wright (2007 : hlm 3). Bahwa Autism Spectrum Disorder (ASD) ialah
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
44
gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama
kehidupan anak dan berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi
dan sikap. Pada anak-anak atau remaja yang diagnosis gejala autism
menunjukan
hambatan
di interaksi sosial,
komunikasi,
dan permainan
imajinasi sebelum usia tiga tahun sebgaimana juga tingkah laku stereotip,
kesukaan terhadap suatu benda (Wright dan Wiliams, 2007 : 23).
4. Sekolah Inklusi
Sekolah inklusi adalah Pendidikan
sistem
inklusif
merupakan
suatu
pembelajaran di sekolah regular yang peserta didiknya terdiri dari
anak biasa dan anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pendidikan
khusus
yang
dilaksanakan
secara
bersama-sama.
dalam
Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Kegiatan Belajar Mengajar Di
Sekolah, Depdiknas (2005).
4. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan
dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan
(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
Aulia Rahmawati Dewi, 2016
GAMBARAN KETERAMPILAN SOSIAL EMOSI ANAK AUTISM SPECTRUM D ISORD ER (ASD ) D I
SEKOLAH PAUD BUND A GANESA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44