Ekonomi dan Islam Investasi emas dalam I (1)

EKONOMI DAN ISLAM: INVESTASI EMAS DALAM ISLAM
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama
Islam
yang diampu oleh Dr. H. Aam Abdussalam, M.Pd

Oleh:
Ainul Umam

NIM 1501581

Asyifa Fitra Nurrahmadani

NIM 1504233

Reika Frastalia

NIM 1504442

Suwandi


NIM 1507231

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan
makalah tentang “Ekonomi Dan Islam: Investasi Emas Dalam Islam”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam, yang mana makalah ini berisi mengenai ruang lingkup dan
permasalahan tentang Investasi Emas Dalam Islam. Adapun tugas laporan makalah
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai
referensi dan sumber.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan yang merupakan tanggung jawab kami. Oleh karena itu,

kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar ke depannya dapat
menjadi lebih baik lagi.

Bandung, Oktober 2017

Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB 2 KAJIAN TEORI ..........................................................................................3
2.1 Hakikat Ekonomi Islam ......................................................................................3
2.1.1 Pengertian Ekonomi Islam.........................................................................3
2.1.2 Karakteristik Ekonomi Islam.....................................................................4
2.2 Hakikat Investasi.................................................................................................6

2.2.1 Pengertian Investasi...................................................................................6
2.2.2 Bentuk Pengeluaran Investasi....................................................................7
2.2.3 Macam-macam Produk Investasi...............................................................9
2.3 Investasi Dalam Islam........................................................................................11
2.3.1 Pengertian Investasi Dalam Islam.............................................................11
2.2.3 Perbankan Syariah.....................................................................................11
2.4 Investasi Emas Dalam Islam..............................................................................13
2.4.1 Pengertian Investasi Emas Dalam Islam...................................................13
2.4.2 Landasan Hukum Investasi Emas di Indonesia.........................................15
2.4.3 Mekanisme Investasi/Gadai Emas............................................................16
2.4.4 Keuntungan Investasi Emas......................................................................17
2.4.5 Kelemahan Investasi Emas.......................................................................17
BAB 3 PEMBAHASAN .........................................................................................18

3.1 Hasil Wawancara................................................................................................18
3.1.1 Hasil Wawancara Kepada Dosen..............................................................18
3.1.2.Hasil Wawancara Kepada Mahasiswa.......................................................20
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................21
4.1 Kesimpulan........................................................................................................21
4.2 Saran..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................iv

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul Rasulullah SWA,
mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau
komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak
akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya. Komprehensif
berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ibadah maupun
muamalat. Adapun muamalat diturunkan untuk menjadi rules of the game atau
aturan main manusia dalam kehidupan sosial. Salah satu kegiatan muamalat yang
memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah sektor
ekonomi.
Pada dasarnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupannya di dunia ini
dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun
sosial. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan cara berinvestasi. Salah satu
tujuan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa
yang akan datang.

Ada bermacam-macam cara orang melakukan investasi, di antaranya adalah
investasi saham syariah, reksadana syariah, investasi sukuk, investasi asuransi
syariah, investasi emas, investasi properti maupun investasi dalam bentuk lainnya.
Investasi pada emas adalah salah satu jenis instrumen yang banyak dianjurkan
oleh banyak tokoh dan pakar di bidang investasi, karena investasi pada jenis
instrumen ini memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh instrumen
investasi lainnya. Masyarakat Indonesia umumnya sudah mempraktekkan
investasi dengan menggunakan emas sejak dulu.
Dengan cara membeli emas dengan harga tertentu dan karat tertentu, dalam
bentuk perhiasan untuk digunakan atau disimpan. Kemudian emas yang telah
dibeli tersebut disimpan dalam kurun waktu tertentu sampai tiba saat harga emas
tersebut naik, baik naik secara signifikan ataupun tidak, baru kemudian mereka

jual emas tersebut. Selisih harga antara harga beli emas dimasa lalu dengan harga
jual emas dimasa kini adalah merupakan keuntungan yang diperoleh.
Mayoritas penduduk Indonesia sudah terbiasa dengan investasi emas, karena
tidak sulit, dapat dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, mudah dibeli dan
investasi emas ini termasuk ke dalam investasi yang ”aman”, karena harga emas
cenderung stabil bahkan mengalami kenaikan serta investasi emas bukan
spekulasi karena investasi ini bersifat jangka panjang. Investasi emas umumnya

dilakukan dengan cara membeli sejumlah emas sesuai dengan modal yang kita
miliki, dapat berupa emas perhiasan, emas lantakan atau koin emas. Emas
tersebut kemudian disimpan untuk beberapa saat. Ketika harga emas naik, emas
tersebut dijual. Selisih harga pembelian dan penjualan merupakan keuntungan
dari investasi emas ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat ekonomi islam?
2. Apa hakikat investasi?
3. Bagaimana pandangan islam mengenai investasi?
4. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai investasi emas?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami hakikat dari ekonomi islam
2. Untuk memahami hakikat dari investasi
3. Untuk memahami pandangan islam mengenai investasi
4. Untuk mengetahui pandangan masyarakat mengenai investasi emas

BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Hakikat Ekonomi Islam
2.1.1 Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi dalam Islam itu sesungguhnya bermuara kepada akidah Islam yang
bersumber dari syariatnya, ekonomi Islam juga bermuaran pada Al-Qur’an al
Karim dan As-Sunnah Nabawiyah yang berbahasa arab.
Ilmu ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempeajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Sejauh
mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apa pun
antara ilmu ekonomi Islam dan ilmu ekonomi modern.
Pengertiaan ekono mi islam menurut para ahli:
1) Menurut M.Akram Kan dalam Nasution (2006) ekonomi islam
bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia
yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar
bekerja samaa dan antisipasi.
2) Menurut Muhammad Abdul Manan dalam Nasution (2006) ilu
ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai
islam
3) Menurut M.Umer Chapra dalam Nasution (2006) mengemukakan
bahwa ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu
upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu

pada pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individu atau
tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa
ketidakseimbangan lingkungan.
Dalam ilmu ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada
macam-macam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin atau mungkin

juga tidak memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam
ilmu

ekonomi

Islam,

kita

tidaklah

berada

dalam


kedudukan

untuk

mendistribusikan sumber-sumber semau kita. Dalam hal ini ada pembatasan yang
serius berdasarkan ketetapan Kitabsuci al-Quran dan Sunnah atas tenaga individu.
Dalam islam, kesejahteraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya
ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa, sehingga dengan pengaturan kembali
kadaannya, tidak seorang pun menjadi lebih baik dengan menjadikan oranglain
lebih buruk di dalam kerangkan Al-Qur’an atau sunnah. (Nasution, dkk. :2006)

2.1.2 Karakteristik Ekonomi Islam
Dalam Nasution (2006) Ada beberapa karakteristik ekonomi Islam
sebagaimana disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-Ilmiyah wa al-amaliyah alislamiyah yang dapat diringkas berikut:
a. Harta kepunyaan Allah dan manusia merupakan khalifah atas harta.
Rasulullah SAW pernah bersabda “Dunia ini hijau dan manis. Allah telah
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu hendaklah
kamu membahas cara berbuat mengenai harta di dunia ini”. Dari hal ini
dalpat disimpulkan bahwa semua harta yang ada di tangan manusia pada

hakikatnya adalah kepunyaan Allah. Dengan kata lain, sesungguhnya Islam
sangat menghormati hal-hal milik pribadi, baik itu terhadap barang-barang
konsumsi ataupun barang-barang modal. Namun pemanfaatannnya tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan orang lain. Jadi, kepemilikan
dalam islam tidak mutlak, karena pemilik sesungguhnya adalah Allah
SWT.
b. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum), dan Moral. Hubungan
ekonomi islam dengan akidah islam tampak jelas dalam banyak hal seperti
padangan islam terhadap alam semesta yang disediakan untuk kepentingan
manusia. Hubungan ekonomi islam dengan akidah dan syariah tersebut
memungkinkan aktivitas ekonomi islam menjadi ibadah.

c. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan. Islam mengehendaki
adalanya keseimbangan antara dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di
dunia ini hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan akhirat.
d. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengna kepentingan umum. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap
individu untuk mensejahterakan dirinya, tidak boleh mengabaikan
kepentingan orang banyak.
e. Kebebasan individu dijamin dalam islam. Individu-individu dalam

perekonomian islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik secara
perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan. Namun kebebasan
tersebut tidak boleh melanggar aturan-aturan yang telah digariskan Allah
SWT.
f. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian. Islam
memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar
kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi
secara proporsional. Dalam islam negara berkewajiban melindungi
kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang
g.
h.
i.
j.

atau sekelompok orang ataupun dari negara lain.
Bimbingan konsumsi
Petunjuk investasi
Zakat
Larangan riba

Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku
investasi syariah (pihak terkait) adalah:
a. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi dzatnya maupun
cara mendapatkanya serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang
haram.
b. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
c. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
d. Transaksi dilakukan atas dasar rida sama rida.
e. Tidak ada unsur riba, maysir dan gharar. Berdasarkan keterangan diatas,
maka kegiatan investasi mengacu pada prinsip ekonomi islam yang

berlaku. Perputaran modal pada kegiatan ini tidak boleh disalurkan kepada
jenis industri yang melakukan kegiatan-kegiatan yang diharamkan.

2.2 Hakikat Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Menurut Hayati (2016) Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai
kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan harta, selain itu investasi juga
merupakan suatu komitmen atas seumlah dana atau sumberdaya lainnya yang
dilakukan pada saat sekarang dengan tuuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi diawali dengan mengorbankan
kegiatan konsumsi saat ini untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar di masa
yang akan datang.
Sharpe et all dalam Suhendra (2010) menyatakan bahwa investasi adalah
“mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna mendapatkan aset pada masa
mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar.”
Sedangkan Jones dalam Suhendra (2010) mendefinisikan investasi sebagai,
“komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama
beberapa periode pada masa mendatang.”
Investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum
(juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan
nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), perlatan
(equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian.
Dalam Suhendra (2010) Investasi sendiri dapat berkaitan dengan penanaman
sejumlah dana pada aset riil (real assets) seperti: tanah, emas, rumah, barang-

barang seni, real estate, properti, logam mulia dan pabrik atau perusahaan dan
aset riil lainnya atau pada aset finansial (financial assets), berupa surat-surat
berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
entitas seperti: deposito, saham, obligasi dan surat berharga lainnya.
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
2.2.2 Bentuk Pengeluaran Investasi
Terdapat tiga bentuk pengeluaran investasi menurut Hayati (2016):
1) Investasi tetap bisnis (Bussiness Fixed Investment), yaitu pengeluaran
investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesinmesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis
industri dan perusahaan.
2) Investasi residensial (Residential Investment), pengeluaran untuk
mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan
bangunan lainnya.
3) Investasi persediaan (Inventory Investment), yaitu pertambahan nilai stok
barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih
dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan
nasional.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui guna memastikan ketepatan antara
alasan dan cara melakukan investasi, yaitu:
1) Menurut Jangka Waktu
a. Direct Investment (penanaman modal langsung) atau biasa dikenal
dengan penanaman modal jangka panjang
b. Indirect investment (penanaman modal tidak langsung) atau biasa
dikenal dengan portofolio investment yang pada umumnya
merupakan penanaman modal jangka pendek.
2) Menurut Sektornya
a. Investasi sektor riil, yaitu investasiyang berupa aset fisik

b. Investasi sektor non-riil, yaitu investasi yang berupa aset non-fisik
3) Menurut risiko
Setiap pilihan investasi pasti akan berkaitan dengan risiko dan juga
return. Secara umum risiko investasi dibagi kedalam dua jenis yaitu
sebagai berikut:
a. Investasi berisiko rendah, yaitu investasi yang dianggap aman
karena tingkat melencengnya penerimaan return yang relatif rendah
b. Investasi berisiko tinggi, yaitu yang memiliki tingkat kegagalan
tinggi terhadap return yang akan diperoleh. Investasi jenis ini sering
disebut investasi spekulasi.
Menurut pakar keuangan, Eko Pramoto dalam Hayati (2016) hal yang
mendasar yang harus ada dalam investasi adalah:
a. Tujuan atau kebutuhan yang spesifik, misalnya untuk membiayai
b.
c.
d.
e.

pendidiakn anak, emmbeli rumah, atau persiapan masa pensiun
Jumlah dana yang dibutuhkan
Jangka waktu yang jelas
Alternatif instrument investasi
Strategi untuk mencapai tujuan investasi.

2.2.3 Macam-macam produk investasi
Terdapat beberapa macam produk investasi yang dikeluarkan oleh lembaga
keuangan:
1) Deposito Perbankan
Deposito sering juga disebut simpanan berjangka, merupakan salah
satu produk perbankan yang memang memiliki tujuan sebagai pilihan
inestasi yang aman dan menguntungkan. Aman karena dijamin oleh

pemerintah melalui Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) pada syarat
tertentu menguntungkan. Karena bagi hasil(bunga dalam sistem
konvensional) lebih tinggi dari bagi hasil (bunga) tabungan.
Deposito bank adalah uang yang dititipkan pada pihak bank oleh
pribadi maupun lembaga usaha tertentu untuk disimpan dan kemudian
ditarik kembali saat dibutuhkan, atau berdasarkan syarat yang disepakati
bersama.
2) Asuransi
Dalam asuransi syariah terdapat perbedaan secara esensi dengan
asuransi konvensional. Dalam asuransi syariah, secara umum premi yang
dibayarkan oleh nasabah dipecah sesuai kebijakan perusahaan asuransi
yang dibagi kedalam dua jalur.
Jalur yang pertama adalah dana tabarru’ (dana sosial), yaitu sejumlah
porsi yang bersumber dari premi yang dibayarkan dan dialokasikan
sebagai dana pertanggungan jika terjadi klaim asuransi, sehingga dana
tersebut tidak boleh diputarkan oleh perusahaan asuransi dalam bentuk
investasi komersil.
Jalur kedua adaah dana tijarah (dana komersil), yaitu sejumlah porsi
yang bersumber dari premi nasabah yang digunakan oleh perusahaan
asuransi sebagai sumber dana investasi yang menguntungkan.

3) Tabungan Berencana
Tabungan berencana merupakan konsep tabungan dengan menetapkan
suatu target minimal pada jangka waktu tertentu. Misalnya, apabila
seorang ingin memiliki uang sebesar 120.000.000 untuk dua tahun
kedepan, maka orang tersebut harus menabung secara terencana sebesar
5.000.000 setiap bulannya.
Tabungan berencana merupakan perluasan dari produk simpanan
tabungan yang ada di perbankan.
4) Unit Link

Unit link merupakan perpaduan antara produk asuransi kesahatan dan
pendidikan dengan produk investasi reksadana.
5) Dana Pensiun
Dana pensiun adalah dana yang berupa tabungan pensiun, yaitu sejumlah
dana yang diperoleh dari penghasilan rutin seseorang, yang kemudian
secara sukarela rutin dipotong untuk tabungan khusus yang dapat
dimanfaatkan ketika orang tersebut pensiun dari tempatnya bekerja.
6) Gadai Emas
Gadai emas atau investasi emas merupakan investasi berupa logam mulia
dengan resiko yang lebih kecil dan juga bisa menjadi pelindung nilai
saat krisis. Maksud dari emas menjaga nilai menurut Sugeng (2012)
Adalah emas dijadikan acuan dimasa mendatang, jadi jika dikaitkan
dengan investasi emas menajaga nilai adalah pola investasi yang
ditunjukan untuk menjaga nilai uang

2.3 Investasi Dalam Islam
2.3.1 Pengertian Investasi dalam Islam
Investasi dalam islam juga merupakan dana yang dipercayakan oleh
Nasabah kepada bank Syariah dan atau UUS (Unit Usaha Syariah)
berdasarkan Akad Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip Syariah dalam bentuk deposito, tabungan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu.
Seseorang yang akan melakukan investasi hendaklah memperhatikan
syarat-syarat yang dilarang dan yang diperbolehkan dalam berinvestasi

sehingga bermanfaat baginya untuk dunia dan akhirat, seperti yang
terkandung dalam Al-Quran, hadist, ijmak dan qiyas
Investasi di negara-negara penganut ekonomi Islam menurut
Metwally, dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1) Ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak produktif
(hoarding idle asset)
2) Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi
3) Tingkat bungan untuk berbagai pinjaman sama dengan nol.

2.3.2 Perbankan Syariah
Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari akar kata syara’a yang
berarti jalan, cara, dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan sempit.
Dalam arti luas, syariah dimaksudkan sebagai seluruh ajaran dan normanorma yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Yang mengatur kehidupan
manusia baik dalam aspek kepercayaan maupun dalam aspek tingkah laku
praktisnya. Singkatnya, syariah adalah ajaran-ajaran agama islam itu sendiri,
yang dibedakan menjadi dua aspek yaitu ajaran tentang kepercayaan (akidah)
dan ajaran tentang tingkah laku (amaliah). Dalam hal ini syariah dalam arti
luas identik dengan Syara’ dan al-din (agama islam).
Beberapa alasan mengapa kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasajasa perbankan syariah makin meningkat, antara lain:
1. Untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang
menganggap bunga bank konvensional adalah riba (usury/interest).
2. Mengakomodasi penampungan aliran modal dari pemilik dana dalam
negeri

dan

dari

lembaga-lembaga

keuangan

internasional

yang

mensyaratkan penerapan landasan syariah.
3. Produk dan jasa perbankan syariah dapat lebih variatif, karena dapat
merupakan kombinasi dari produk commercial bank (kegiatan usaha bank
umum), finance company (ijarah), invesment bank (mudharabah dan
musyarakah)
4. Melengkapi pelayanan jasa di bidang perbankan konvensional.

Jadi bank syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha perbankan
berdasarkan “prinsip syariah”. Sebagaimana telah ditegaskan dalam
penjelasan umum Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah, bahwa kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir,
gharar, haram, dan zalim.
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan maslah riba.
Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah
satu tantangan yang dihadapi dunia islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat
menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom. Muslim telah
mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan
sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori
ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi,
alokasi, dan distribusi. Pendapat. Oleh karena itu maka mekanisme
perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah didirikan
karena pengambilan riba dalam transaksi keuangan mauun non keuangan.
Seperti dalam Al-Quran Q.s. al-baqarah [2]: 275 seperti berikut ini:

Artinya: orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka: mereka kekal didalamnya.

2.4 Investasi Emas Dalam Islam
2.4.1 Pengertian Investasi Emas
Investasi emas merupakan investasi berupa logam mulia dengan resiko yang
lebih kecil dan juga bisa menjadi pelindung nilai saat krisis. Maksud dari emas
menjaga nilai menurut Sugeng (2012) Adalah emas dijadikan acuan dimasa
mendatang, jadi jika dikaitkan dengan investasi emas menajaga nilai adalah pola
investasi yang ditunjukan untuk menjaga nilai uang. Sebagai contoh pak Rozaq
mempunyai uang 2 juta rupiah, kemudia membeli emas, beberapa tahun
kemudian nilai emas akan naik seiring dengan terus naiknya inflasi mata uang.
Jadi, dengan emas setidaknya nilai uang pak Rozaq yang sebesar 2 juta rupiah
akan sama dengan nilai mata uang di masa mendatang beberapa tahun kemudian.
Sedangkan investasi emas jangka pendek di perbankan bisa dipahami sebagai
pola investasi emas dengan membeli emas pada saat harga murah dan
menjualnya pada saat harga emas mahal. Seorang nasabah yang melakukan
investasi emas jangka pendek akan mendapatkan kuntungan dengan adanya
selisih harga beli dan harga ual atau dikenal dengan istilah profit margin.

Namun untuk melakukan investasi logam mulia, investor memerlukan biaya
awal yang tidak sedikit, setidaknya untuk membeli logam mulia 10 gram investor
harus menyiapkan dana sebesar Rp 5.690.250.
Menurut Asriani (2015) Investasi emas dapat dikatakan sebagai investasi
dengan zero inflation. Jadi ketika harga naik, harga emas akan cenderung
meningkat. Selama ini harga emas cenderung stabil dan meningkat karena itu
ketikan kondisi ekonomi memburuk atau terjadi ketidakpastian akan prospek
perekonomian semua pihak akan cenderung memegang emas sebagai asetnya
dibanding aset bentuk lainnya. Emas merupakan investasi paling aman dan
paling untung.
Menurut Budi Untung (2011) Berinvestasi emas juga relatif aman. Bila
menyimpan uang di bank maka akan perlahan-lahan akan tergerus oleh biaya
administrasi, pajak bunga 20 %, tingkat suku bunga rendah dan jaminan terbatas.
Di lembaga investasi lain ada biaya broker, administrasi, pajak dan sebagainya.
Pada investasi emas, kita tidak perlu mengkhawatirkan semua hal tersebut. Emas
tidak pernah tersentuh sistem perbankan sehingga bebas dari ancaman krisis
keuangan. Selain itu, emas mudah dibeli kapan saja dan dimana saja. Begitu pula
saat menjualnya. Proses membeli dan menjualnya begitu mudah, cepat dan
nilainya mengikuti pasaran internasional yang terus menguat. Sementara,
investasi seperti: properti, deposito, kendaraan dan karya seni perlu waktu lebih
dari satu hari untuk mencairkannya.

2.4.2 Landasan Hukum Investasi Emas di Indonesia
Dalam hukum investasi emas dalam Hayati (2015) adalah fatwa Dewan
Syariah Nasional. Majelis Ulama Indonesia No. 77/ DSN-MUI/VI/2010 tentang
Jual-Beli Emas Secara Tidak Tunai. Model tabungan emas syariah ini sebenarnya
sudah cukup lama, hanya baru menghangat kala booming syariah. Prinsipnya

hampir sama dengan sebuah tabungan lainnya, hanya memang tanpa adanya
bunga bila menganut sistem syariah. Investasi emas juga dinilai bukan dari
setoran tabungannya tapi dari nilai emas yang dibeli oleh tabungan emas syariah
tersebut.
Melalui surat edaran BI Nomor 14/7/DPBS tanggal 29 Februari 2012 tentang
produk Qardh atau penyediaan dana atau tagihan. Dimana berdasarkan keputusan
Bank Indonesia tersebut, investasi emas hanya dapat dilakukan di Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah (UUS). Investasi emas di perbankan Syariah mulai dirilis
sejak awal 2013. Hal ini dikarenakan adanya peraturan baru di BI yang
membatasi pembiayaan maksimal gadai hanya Rp. 250.000.000 per nasabah.
Perbankan syariah merilis investasi emas dengan skema Murabahah.
Akad yang digunakan pada kepemilikan emas adalah Murabahah dengan
jaminan diikat dengan Rahn (gadai). Emas merupakan barang dengan demand
yang tinggi, baik untuk proteksi aset, kepentingan berjaga, kebutuhan tabungan
haji, maupun investasi. Harga emas sendiri naik miniman 100% selama kurun
waktu 5 tahun.
Masalah Rahn juga diatur dalam hadist Nabi Muhammad SAW sebagai
berikut:

Artinya: “Dari Anas berkata: telah merungguhkan Rasulullah SAW akan bau besi
beliau kepada orang Yahudi di Madinah sewaktu beliau menghutang syair dari
seorang Yahudi untuk ahli rumah (keluarga) beliau” (HR. Ahmad, ak-Bukhari,
an-Nas’i, dan Ibnu Majah)

Dari hadist tersebut dapat disimpulkan, bahwa gadai itu boleh dilakukan
dalam keadaan bermukin, hal ini terlihat bahwa Nabi SAW menggadaikan baju
besinya dengan makanan kepada orang Yahudi untuk keluarga beliau.

2.4.3 Mekanisme Investasi/gadai Emas
Menurut Sugeng (2012) Skema beli gadai emas secara sederhana dapat
dielaskan sebagai berikut. Bank syariah mendampingi nasabah yang ingin
memiliki emas berkomunikasi dengan toko emas. Melalui mekanisme gadai,
bank dapat memberikan dana talangan 85% hingga 90% dengan catatan emas
yang sudah dibeli digadaikan di bank tersebut.
Menurut Rosnia (2010) Secara umum, operasional gadai emas syariah mirip
dengan jasa konvesional, yaitu menggadaikan barang untuk memperoleh
pinjaman uang dalam jumlah tertentu. Untuk jasa ini dalam gadai konvensional
dikenakan beban bunga, layaknya sistem keuangan yang diterapkan perbankan.
Sementara dalam gadai syariah, nasabah tidak dikenakan bunga tetap, melainkan
adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan serta penaksiran barang yang
digadaikan
Keuntungannya, nasabah dapat melunasi emas dalam jangka waktu tertentu,
tanpa terpengaruh kenaikan harga emas. Dan keuntungan yang bersifat investatif,
sekalipun emas tiu tidak bertujuan untuk dimiliki oleh nasabah, nasabah dapat
memperoleh keuntungan atas kenaikan harga emas dikurangi ujrah atau biaya
titip atas emas yang digadai.

2.4.4 Keuntungan Investasi Emas
Berikut keuntungan atau kelebihan dari investasi emas dalam Untung (2011):

1) Investasi emas tidak menambah kekayaan tetapi mempertahankan
kekayaan.
2) Harga emas yang selalu naik
3) Daya beli emas bersifat tetap. Contohnya, pada waktu harga emas
mengalami penurunan maka harga beras, minyak dll juga akan
mengalami penurunan. Sehingga daya beli masyarakat terhadap emas
akan tetap sama.
4) Investasi emas mudah untuk diuangkan.

2.4.5 Kelemahan Investasi Emas
Berikut kelemahan dari investasi emas dalam Untung (2011):
1) Harus memiliki tempat khusus. Karena sangat berisiko tinggi jika kita
menyimpan emas di dalam rumah.
2) Kenaikan harga yang lambat. Saat kondisi ekonomi sedang stabil dan
tenang, maka kenaikan harga emas akan cenderung lambat.
3) Investasi emas secara besar-besaran dapat mengakibatkan tidak
berjalannya roda perekonomian.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Hasil Wawancara
3.1.1. Hasil Wawancara Kepada Dosen
Wawancara yang telah dilaksanakan kepada Bapa Anwar selaku dosen
di Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2017 di ruang DTT Lt.2
FPIPS UPI. Menurut narasumber investasi secara umum dimaknai sebagai
penyimpanan atau penitipan modal dengan pihak lain untuk dikelola supaya
mendapatkan keuntungan bersama. Dalam islam sudah ada praktek seperti ini
yang Rasulullah SAW lakukan besama sahabat, misalnya terdapat perkebunan
kurma yang dimiliki oleh kaum muslim tapi pengelolaannya oleh yahudi pada
saat itu dan keuntungannya dibagi bersama sesuai dengan kesepatan yang
telah dibuat.
Narasumber parnah diajak untuk melakukan investasi emas, tapi
narasumber memandang investasi ini seperti bursa saham di bursa efek.
Keuntungan dari emas itu jarang turun pasti naik. Narasumber berpendapat
bahwa dari pada menyimpan uang di bank termasuk di dalamnya terdapat
potongan dll, beliau lebih memilih untuk membeli emas untuk disimpan dan
jika dikemudian hari butuh tinggal dijual yang tentunya akan mendapat
keuntungan. Karena harga emas itu dari tahun ke tahun itu terus meningkat.
Untuk nvestasikan baisanya emasnya batangan dan terdapat perusahannya
untuk penyimpannya. Jika kita ingin melakukan investasi emas ini kita tinggal
membayar uang sejumlah emas sekian, kita tidak memegang emasnya
disimpan disanan jika akan dijual atau bagaimana tinggal menghubungi
seperti menyimpan saham. Jika untuk penyimpanan pribadi seperti membeli
hanya untuk disimpan saja, menabung atau saat sedang mendesak bisa dijual

menurut narasumber tidak apa-apa, itu juga merupakan bentuk investasi
jangka panjang yang nantinya akan mendapatkan keuntungan walaupun
dengan keuntungan yang kecil karena tidak di putarkan.
Menurut narasumber untuk investasi, saham dll beliau tidak yakin
dengan kehalalannya karena ada unsur yang hampir mirip dengan perjudian.
Ada beberapa yang menghalalkan tapi ada juga yang mengharamkannya
karena ada unsur ketidakpastian dan mengambil keuntungan atas ketidak
tentuan dan usahanya pun tidak terlalu jelas karena hanya menunggu saat
harga naik jual dan saat harga turun membeli emas agar nanti bisa dijual
mahal. Maka dari itu ada yang berpendapat bahwa itu haram karena ketidak
pastiannya itu tapi ada juga yang memperbolehkan. Menurut narasumber jika
membeli emas untuk investasi pribadi itu boleh tapi jika dalam bentuk
perusahaan narasumber belum meyakini kehalalannya.
Menurut narasumber walaupun investasi emas ini kita titipkan pada
bank tapi tetap harus membayar zakat karena bagaimanapun emas itu tetap
milik kita dan investasi itu adalah memberikan pengelolaan atau penggunaan
tetapi hak kepemilikan tetap milik kita. Jadi kita tetap harus mengeluarkan
zakat, untuk emas minimalnya 85 gram emas sudah mencapai nisabnya atau
batas minimal dikenakan zakan maka harus mengeluarkan zakat sebanyak
2,5% begitupun kelipatannya.
Menurut narasumber beliau menghindari investasi emas ini, walaupun
dilapangan masih banyak dan akan tetap ada. Karena manusia pasti ingin
usaha sedikit tapi keuntungannya banyak. Investasi sangat menggiurkan bagi
orang awam ketika melihat keuntungannya, kita tidak bekerja apa-apa lalu
disimpan, di investasikan, lalu mendapat keuntungan yang tentunya sangat
menggiurkan. Namun kembali lagi pada pilihan masing-masing masyarakat,
mana yang akan dipilih. Tapi bagi beliau, beliau cenderung menghindari
prakek-praktek yang banyak subhatnya, tidak mudorot jelas haramnya tetapi

mendekati karena adanya ketidak pastian. Dan beliau juga lebih mengarahkan
pada usaha yang jelas, kita punya barang dijual untung sekian dan dapat
sekian selesai. Karena islam sangat menekankan keterbukaan, keadilan, tidak
ada yang dirugikan dalam sistem ekonomi juga begitu.
Menurut pengalaman narasumber investasi emas ini terdapat di bank
syariah. Karena terdapat himbauan atau bisa disebut juga sebagai atauran dari
Bank Indonesia yaitu mengenai investasi emas ini yang hanya dilakukan di
bank syariah saja. Narasumber merasa pemberlakuan investasi di bank syariah
ini bagus mungkin ada beberapa pertimbangan dari pemerintah untuk
mengarahkan investasi emas ini pada bank yang berbasis syariah. Walaupun
bank syariah ini masih banyak kontroversinya, yang belum jauh berbeda
dengan bank konvensional.
Untuk kesenjangan ekonomi yang dirasakan setelah adanya investasi
ekonomi ini mungin tidak akan langsung nyata di masyarakat. karena tidak
langsung nampak, karena menginvestasikan sesuatu apa yang menjadi hak
miliknya. Menjadi suatu kesenjangan sosial itu jika misalnya yang kaya makin
kaya dan yang miskin makin miskin dan perbedaanya itu nampak, dapat
terlihat secara langsung. Konteks kesenjangan sosial itu mengenai masalah
sosial beda dengan ekonomi. Jika dalam ekonomi prinsipnya silahkan untuk
berlomba-lomba untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan
kententuan yang dihalalkan. Untuk kesenjangan sosial, aspeknya itu sosial
beda paradigmanya jika ekonomi harus mengambil untung namun jika sosial
lebih ke memberikan bantuan. Meskipun secara tidak langsung ada yang
diuntungkan menjadi untung bagi yang punya modal saja, namun bagi orang
miskin mungkin tidak bisa karena tidak punya modal dan tidak dapat investasi
emas.
3.1.2 Hasil Wawancara dengan Mahasiswa

Wawancara yang telah dilaksanakan kepada saudari Feliani Elda
Meirisa jurusan Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam Universitas Pendidikan
Indonesia yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2017 di Lapangan Kresna
Bandung. Menurut narasumber Investasi ini merupakan pengembangan dari
ilmu ekonomi dimana terdapat orang yang memiliki kelebihan dana dengan
orang yang kekurangan dana. Investasi emas itu sendiri merupakan salah satu
dari jenis-jenis investasi yang dapat berupa barang maupun uang dan emas ini
merupakan salah satunya.
Menurut pandangan islam, investasikan merupakan pengembangan
dari ekonomi jadi investasi ini dibolehkan asalkan sesuai dengan syariah.
Dalam islam terdapat transaksi-transaksi yang dilarang yaitu maisyir (suapmenyuap), goror (ketidak jelasan), dan riba. Untuk melakukan investasi emas
ini juga, jika dilihat dari sudut pandang islam terdapat batasan-batasannya
salah satunya yaitu Dilihat dari akadnya dimana jenis akadnya itu harus jelas,
tidak boleh ada 2 akad dalam satu transaksi.
Menurut narasumber emas ini termasuk pada barang-barang yang
mengandung riba jadi masih goror kejelasan dari barang investasi tersebut.
Selain itu juga orang melakukan investasi emas untuk menjualnya kembali
saat harganya tinggi, dilihat dari situ terdapat spekulasi dalam artian terdapat
unsur untung-untungan. Jika harga emas sedang tinggi berarti mendapat
untung tapi jika harga emas sedang jatuh ya rugi. Jika dilihat dari hal tersebut
maka keuntungannya itu masih goror masih belum jelas apa itu bunga, riba
atau lain sebagainya.
Jika teliti lebih lanjut maka dengan adanya investasi emas ini secara
tidak langsung akan terjadi kesenjangan. Karena menurut narasumber
investasi emas ini bisa dikatakan menimbun emas, ketika harganya tinggi
otomatis akan berpengaruh pada kebutuhan pokok yang lain dan bukan tidak
mungkin akan terjadi inflasi dll.

Tanggapan narasumber setelah melihat realitanya di Indonesia sendiri
banyak yang melakukan investasi emas, narasumber merasa kasihan karena
dia sudah belajar mengenai ekonomi islam dan menurutnya bahwa melakukan
investasi emas itu salah seharusnya itu tidak seperti itu. Tapi mungkin karena
di Indonesia masih lebih ke ekonomi konvensional maka banyak yang tergiur
dengan keuntungan yang ditawarkan dari investasi ini. Menurut narasumber
sebenarnya boleh-boleh saja melakukan investasi tapi dia lebih menyarankan
unutk melakukan investasi dalam hal uang atau barang saja dari pada emas.
Untuk hukum dalam islam sendiri mengenai zakat yang harus
dikeluarkan menurut narasumber terdapat beberapa zakat diantanya zakat
ternak bahkan terdapat jua zakat emas dan sudah terdapat perhitungannya.
Saat seseorang melakukan investasi emas ini juga merekakan menyimpan
emasnya ini di bank dan jika menyimpan di bank maka terdapat potongan
yang harus dibayar oleh orang yang menginvestasikannya, selain itu juga
dalam islam jika kita memeliki emas maka kita harus mengeluarkan zakat
bagi emas tersebut. Dengan kata lain biaya yang kita keluarkan di bank
tersebut dapat dikatakan sebagai biaya administrasi kita pada bank sebagai
tempat untuk menitipkan emasnya, tapi kita wajib mengeluarkan zakat sesuai
dengan aturan yang di tetapkan agama mengenai kepemilikan emas.

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 KESIMPULAN
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan harta, selain itu investasi juga merupakan suatu
komitmen atas seumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat
sekarang dengan tuuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang
akan datang.
Investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum
(juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan
nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), perlatan
(equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian.
Investasi dalam islam juga merupakan dana yang dipercayakan oleh Nasabah
kepada bank Syariah dan atau UUS (Unit Usaha Syariah) berdasarkan Akad
Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah
dalam bentuk deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Investasi emas merupakan investasi berupa logam mulia dengan resiko yang
lebih kecil dan juga bisa menjadi pelindung nilai saat krisis. Maksud dari emas
menjaga nilai menurut Sugeng (2012) Adalah emas dijadikan acuan dimasa
mendatang, jadi jika dikaitkan dengan investasi emas menajaga nilai adalah pola
investasi yang ditunjukan untuk menjaga nilai uang. Sebagai contoh pak Rozaq
mempunyai uang 2 juta rupiah, kemudia membeli emas, beberapa tahun
kemudian nilai emas akan naik seiring dengan terus naiknya inflasi mata uang.
Jadi, dengan emas setidaknya nilai uang pak Rozaq yang sebesar 2 juta rupiah

akan sama dengan nilai mata uang di masa mendatang beberapa tahun kemudian.
Sedangkan investasi emas jangka pendek di perbankan bisa dipahami sebagai
pola investasi emas dengan membeli emas pada saat harga murah dan
menjualnya pada saat harga emas mahal. Seorang nasabah yang melakukan
investasi emas jangka pendek akan mendapatkan kuntungan dengan adanya
selisih harga beli dan harga ual atau dikenal dengan istilah profit margin.
4.2 SARAN
Untuk melakukan kegiatan investasi emas ini banyak orang yang memilih
untuk berinvestasi dengan menggunakan barang lain, karena emas yang
merupakan barang yang mendekati riba. Maka dari itu beberapa orang memilih
menggunakan investasi dengan cara lain. Tapi semuanya kembali lagi kepada
orangnya bagaimana, apa tetap melakukan investasi emas ini apa meninggalkan
investasi emas ini. Untuk sebagian orang yang masih tergiur dengan keuntungan
yang di tawarkan dengan melakukan investasi emas ini yang silahkan. Tapi untuk
umat islam sebaiknya menjauhi investasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asriani. (2015). Investasi Emas Dalam Persperktif Hukum Islam. Sumedang:
Jurnal Ekonomi Al-‘Adalah Vol.XII, No.4:854-866.
Hayati, Mardhiyah. (2016). Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Lampung: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (Journal of Islamic
Economics and Business) “IKONOMIKA” Vol I, No.I: 66-78.
Nasution.,

dkk.

(2006).

Pengenalan

Ekskulisf

Ekonomi

Islam.

Jakarta:

Prenadamedia Group.
Rosnia, Rindi. (2010). Investasi Berkebun Emas Dalam Perspektif Ekonomi
Islam. Jakarta: Skripsi Program Studi Ekonomi Muamalat.
Suhendra, Indra. (2010). Investasi Swasta, Konsep Teori dan Perannya Bagi
Ekonomi Indonesia. Bandung: Unpad Press
Sugeng, Anggoro. (2012). Analisis Prinsip Ekonomi Islam Terhadap Operasional
Produk Investasi Emas Pada Perbankan Syariah X. Jurnal Ekonomi Islam
“La_Riba” Vol. VI, No.2: 161-177.
Untung, Budi. (2011). Buku Cerdas Investasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset