makalah hukum investasi dan pasar modal (2)

INSIDER TRADING DALAM PASAR MODAL INDONESIA

Makalah Mata Kuliah Hukum Investasi & Pasar Modal

Di susun oleh:
FerdianArief
NIM: 201533050132
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "INSIDER TRADING DALAM PASAR
MODAL INDONESIA " dalam mata kuliah Hukum Investasi & Pasar Modal. Atas
dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

-


Bapak Prof. Dr. M.S. Tumanggor SH, M, Si, selaku dosen Hukum
Investasi & Pasar Modal, yang banyak memberikan materi pendukung,
masukan, dan bimbingan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta 24 oktober 2016

Ferdian arief

Daftar Isi

Pendahuluan
Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------------------1
Rumusan Masalah---------------------------------------------------------------------------------2
Pembahasan
Insider Trading--------------------------------------------------------------------------------------3

Pelaku Insider Trading----------------------------------------------------------------------------6
Pembuktian Insider Trading---------------------------------------------------------------------9
Sanksi Praktek Insider Trading-----------------------------------------------------------------10
Contoh Kasus---------------------------------------------------------------------------------------11
Penutup
Kesimpulan------------------------------------------------------------------------------------------15
Saran--------------------------------------------------------------------------------------------------16
Daftar Pustaka

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang
usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan
obligasi atau efek-efek pada umumnya. Pengertian pasar modal sebagaimana
pasar umum yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi
pasar modal berbeda dengan pasar konkret. Dalam pasar modal yang
diperjualbelikan adalah modal atau dana.
Hugh T. Patrick dan U Tun Wai, sebagaimana dikutip Abdulbasith Anwar
membedakan tiga arti pasar modal, yaitu pasar modal dalam arti luas, dalam arti
menengah dan dalam arti sempit:

”Pasar modal dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang
terorganisir, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di
bidang keuangan, surat berharga/klaim panjang pendek primer dan yang
tidak langsung. Pasar modal dalam arti menengah adalah semua pasar
yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkatwarkat kredit (biasanya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham,
obligasi,pinjaman berjangka, hipotik tabungan dan deposito berjangka.
Pasar modal dalam arti sempit adalah tempat pasar uang terorganisir
yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa
makelar dan Underwriter”.
Adapun pengertian Pasar Modal menurut Undang-undang No. 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka 13 adalah ”kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan
Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan

profesi yang berkaitan dengan Efek.” Dengan demikian Undang-undang Pasar
Modal dalam memberi arti pasar modal tidak memberi suatu definisi secara
menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku
dari suatu pasar modal.
Saat ini laju perkembangan ekonomi dan pasar modal berjalan sangat
pesat,dan saat yang bersamaan, pasar modal Indonesia dituntut untuk bisa

bersaing dengan pasar modal lain. Dalam hal ini BAPEPAM-LK (Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan), selaku Badan pembinaan
dan pengawasan kegiatan pasar modal diharapkan dapat membuat aturanaturan yang dapat memayungi kegiatan di pasar modal ini dengan peraturan
yang jelas dan mengikat serta memiliki tindakan yang tegas terhadap siapa saja
yang melanggar aturan-aturan yang ada dalam bidang pasar modal. Selain itu,
dengan adanya kegiatan investasi dengan cara jual beli saham di pasar modal
ini juga sangat menguntungkan Indonesia, yang salah satunya adalah
masuknya investor asing ke negara kita. Dalam perkembangan nya melalui
Undang-Undang no 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan , Terhitung
mulai tanggal 31 Desember 2012 Otoritas Jasa Keuangan atau OJK sebagai
lembaga Negara didirikan untuk menggantikan peran BAPEPAM-LK dalam
pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan.
Rumusan Masalah:
1. Mengetahui salah satu kejahatan dalam aktivitas pasar modal yaitu
insider trading.
2. Mengapa praktek insider trading dilarang di pasar modal?
3. Bagaimana praktek insider trading dalam pasar modal Indonesia?

PEMBAHASAN


A. INSIDER TRADING
Seiring dengan perkembangan kapitalisme modern yang dirintis Adam
Smith dunia terus mengalami scarcity terhadap supply barang untuk memenuhi
demand pasar Secara garis besar hal ini dapat dilihat sebagai sebuah
opportunity dan sekaligus ancaman munculnya potensi inflasi dalam sistem.
Pada Negara-negara penganut ekonomi neo-classik keseimbangan ini tidaklah
sepenuhnya dikontrol oleh regulasi dari otoritas terkait melalui sebuah kebijakan
fiscal untuk itulah sistematika market bekerja berlandaskan pada logic of
spontaneous order, untuk memenuhi demand dan menghindarkan dari
terjadinya scarcity. Korporasi dituntut tidak hanya effisien dan inovatif, namun
juga memiliki kemampuan mass production. Untuk meningkatkan kemampuan
ini korporasi dituntut untuk menggenjot capital expenditure (capex). Namun
yang menjadi kendala adalah keterbatasan kemampuan penyertaan modal
tambahan dari para shareholder. Untuk itulah bahyak korporasi memilih untuk
melakukan initial public offering (IPO) maupun penerbitan obligasi. Diantara
kedua opsi diatas, opsi IPO tidak hanya menawarkan penyediaan likuiditas
secara cepat, namun juga memungkinakan existing shareholder untuk
memperoleh capital gain dari peningkatan harga saham. Fenomena inilah yang
mendorong banyak perusahaan untuk melakukan IPO dan listing di laintai
bursa.

Dimana sampai 1997 sudah lebih dari 103 negara yang memiliki bursa
sahamnya sendiri, baik yang masih sangat muda sampai dengan yang telah
berumur ratusan tahun di Jerman yang berdiri. semenjak 1583. Di India bahkan
stock market mereka di tahun 1997 saja dapat mengakomodir sampai dengan
5843 emiten dengan kapitalisasi sampai dengan 127 milyar dollar. Namun dari

segi kapitalisasi market, stock market terbesar adalah New York Stock
Exchange (NYSE) dengan kapitlisasi 5777 milyar dollar.
Pasar saham sendiri merupakan sebuah platform finansial yang memiliki
elastisitas terhadap berbagai sentiment sangat tinggi. Dimana hal inilah yang
kemudian menyusun apa yang kita sebut sebagai mekanisme pasar. Berada
pada posisi yang sangat elastis ini terkadang membuah pasar saham menjadi
salah satu tempat bagi munculnya moral hazard. Salah satunya adalah moral
hazard yang mendukung terjadinya apa yang kita sebut sebagai insider trading.
Insider trading sendiri merupakan sebuah tindakan kejahatan yang dilakukan
seseorang

yang

berafiliasi


dengan

suatu

perusahaan

dengan

cara

menghembuskan isu terkait sebuah langkah korporasi, baik yang bersifat nyata
dan rahasia mapun informasi yang hanya sebatas rekaan, dengan tujuan untuk
menaikkan atau menurunkan harga sebuah emiten dengan tujuan untuk
memperoleh

gain.

Kejahatan


insider

trading

sendiri

pertama

kali

dikriminalisasikan di tahun 1934 dengan diterbitkannya Securities Exchange Act
di AS. dan hal ini kemudian diikuti oleh banyak Negara, dimana sampai saat ini
sudah seluruh developed countries sudah memiliki produk perundangundangan
serupa, namun baru 80% market di developing countries yang memiliki produk
perundangan serupa.
Di Indonesia sendiri tindakan Insider Trading sendiri dikriminalisasikan
melalui Undang-undang No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Pasal 95-99
yang kemudian sanksi hukumnya diatur dalam pasal 102 untuk sanksi perdata,
dan 103-110 untuk sanksi pidana. Untuk mengimplementasikan hal ini
kemudian diterbitkanlah Peraturan Menteri No. 46 Tahun 1995 yang

memberikan payung hukum bagi BAPEPAM-LK (
proses penawasan, penyidikan, dan penuntutan.

OJK ) untuk melakukan

Namun dalam konteks ini muncul sebuah dilema, dimana sering kali
undang-undang diatas kurang mampu memberikan sebuah kepastian hukum.
Hal ini dikarenakan prinsip fundamental dimana sering kali bagi Negara-negara
dengan sistem hukum continental tidak mampu memberikan sebuah payung
hukum yang lengkap dikarekan terbatasnya sumber hukum yang dimiliki yang
tidak mampu mengcover, perkembangan modus operandi. Selain itu role model
produk hukum
terkait insider trading sendiri pada umumnya berasal dari Negara yang
memganut sistem anglosaxon Pada sistem anglo-saxon sumber hukum pada
sistem hukumnya merupakan customarary law yang cendrung tidak tertulis
Perbedaan mendasar inilah yang mengakibatkan terjadinya kekosongan hukum
pada. Negara-negara penganut sistem continental. Untuk mengatasi dilema ini
maka dibutuhkanlah sebuah pemahaman mendalam dan bijaksana terkait
bagaimana nature dari insider trading itu sendiri untuk menciptakan sebuah
consensus antara perspektif hukum dan ekonomi terkait insider trading.

Secara garis besar insider trading dapat dibagi menjadi dua, yang
pertama adalah tindakan insider trading yang bertujuan untuk memberikan
sentiment positif terhadap suatu emiten, untuk memperoleh capital gain. Model
yang kedua adalah insider trading yang bertujuan untuk digunakan dalam
mekanisme buyback Pada model kedua ini, trader sengaja menghembuskan
sentiment negative terhadap suatu korporasi agar terjadi depresiasi atas suatu
emiten. Depresiasi ini memungkinkan sesorang atau korporasi untuk membeli
saham korporasi lain maupun miliknya relative lebih murah.

B. Pelaku Insider Trading
Di Indonesia pengaturan insider trading terdapat di dalam Undang
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM ) pasal 95 sampai
99 Undang- Undang tersebut. Di dalam Pasal 95 UUPM diatur bahwa:
“ Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang
mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan
pembelian atau penjualan atas efek:
a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau
b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten
atau Perusahaan Publik yang bersangkutan.”


Yang termasuk orang dalam pasal tersebut adalah Corporate Insiders.
Secara teknis Corporate Insiders dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

Traditional Insiders
Traditional Insiders merupakan pihak yang berada dalam fiduciary
position (pihak yang wajib menjalankan

fiduciary obligation

di dalam

perusahaan) di dalam Emiten atau Perusahaan Publik. Yang termasuk dalam
traditional insiders adalah Komisaris, Direktur, Pegawai, Pemegang Saham
Utama Emiten atau Perusahaan Publik.

Temporary Insiders
Temporary Insiders atau quasi insiders adalah pihak luar perusahaan
mempunyai

hubungan trust

dan

confidence

dengan perusahaan

atau

mempunyai hubungan jangka pendek yang mengakibatkan fiduciary obligations
mereka kepada perusahaan. Oleh karena hubungan tersebut memungkinkan
pihak luar tersebut memperoleh inside information. Yang termasuk dalam
temporary insisders adalah konsultan hukum, notaris, akuntan atau penasehat
keuangan dan investasi, serta pemasok atau kontraktor yang bekerja sama
dengan emiten/perusahaan publik tersebut.

Informasi orang dalam (Inside Information) dalam Insider trading
Yang dimaksud dengan informasi dalam insider trading adalah informasi
material yang penting dan belum dibuka untuk umum (undisclosed information),
misalnya:


Merger, konsolidasi dan akuisisi.



Pemecahan saham dan pembagian dividen saham.



Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur
dan komisaris perusahaan.



Pendapatan dan deviden yang luar biasa.



Perolehan atau kehilangan kontrak penting.



Produk atau penemuan baru yang berarti.



Perubahan tahun fiskal perusahaan.



Perubahan

dalam

pengendalian

atau

perubahan

penting

dalam

manajemen.


Perolehan atau kehilangan kontrak penting.



Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur
dan komisaris perusahaan.



Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat
utang.



Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang
material jumlahnya.
Informasi tersebut diatas mengandung fakta material yang dapat

mempengaruhi harga saham dan apabila seseorang memiliki informasi tersebut
akan menempatkan dirinya pada posisi yang diuntungkan (informational
advantage). Namun, ada beberapa hal yang patut diperhatikan mengenai
informasi perusahaan yaitu bahwa tidak semua informasi meskipun material dan
dapat mempengaruhi harga saham harus diberitahukan kepada publik,
informasi tersebut antara lain yaitu:
o Informasi yang belum matang untuk diberitahukan kepada publik.
Misalnya sebuah perusahaan pertambangan menemukan sumber minyak
baru yang belum begitu pasti.
o Informasi, yang apabila diberitahukan kepada publik akan dimanfaatkan
oleh pesaing-pesaingnya sehingga merugikan perusahaan tersebut.

o Informasi yang memang sifatnya rahasia. Ini yang sering disebut rahasia
perusahaan. Misalnya jika ada kontrak dengan pihak ketiga, tetapi dalam
kontraktersebut ada klausula yang menyatakan bahwa apa yang ada
dalam kontrak tersebut adalah bersifat rahasia di antara para pihak
tersebut.

C. Pembuktian Insider Trading
Praktek Insider trading mungkin dapat dideteksi dengan cukup mudah.
Hal tersebut dapat dideteksi dari beberapa fakta-fakta yang ada ketika praktek
tersebut terjadi, diantaranya ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan
transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang
dalam. Selain itu, dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan
volume perdagangan efek sebelum diumumkannya informasi material kepada
publik dan terjadinya peningkatan atau penurunan harga dan volume
perdagangan yang tidak wajar.
Namun, seperti halnya bentuk kejahatan kerah putih (white collar crime)
lainnya, insider trading amat sulit untuk dibuktikkan karena pembuktian tindak
kejahatan ini memerlukan standard pembuktian yang tinggi. Seperti yang
diungkapkan oleh Mulya Lubis dan Alexander Lay (2008) “Standar pembuktian
praktek Insider trading tidak mudah karena praktek ini termasuk tindak pidana
dalam pasar modal yang memerlukan standar pembuktian beyond reasonable
doubt. Standar pembuktian tersebut memungkinkan pelaku Insider trading

dibebaskan oleh pengadilan karena pengadilan tidak mampu membuktikan
bahwa pelaku bersalah”.
Dalam sistem hukum Indonesia terdapat lima alat pembuktian yang
dianggap sah, yaitu surat-surat, kesaksian, persangkaan, pengakuan dan
sumpah. Jika ditelaah, alat bukti yang dimaksud dalam pasal tersebut maka
insider trading tidak dapat dibuktikan karena bukti transaksi yang dilakukan di
bursa merupakan hasil elektronik yaitu berupa print out dan bukan termasuk
kategori surat sebagaimana disebutkan dalam undang-undang. Namun
pembuktian praktek Insider trading masih dapat dilakukan dengan investigasi
para pihak yang dideteksi telah melakukan praktek tersebut dan juga dari
pemeriksaan dokumen-dokumen tertulis, termasuk di dalamnya lembaran
transaksi elektronik.
D. Sanksi Praktek Insider Trading
Dalam UUPM Pasal 104 disebutkan bahwa praktek Insider Trading
merupakan tindak kejahatan pidana. Oleh karena itu, dalam pasal tersebut
disebutkan bahwa sanksi hukum atas tindakan tersebut adalah berupa ancaman
pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima belas
milliar rupiah

Contoh Kasus Insider Trading di Indonesia
Kasus Insider Trading PGN
Kasus itu bermula dari anjloknya harga saham PGN ( PT. Perusahaan
Gas Negara ) sebesar 23,32% dari Rp9.650 menjadi Rp7.400 per saham pada
12 Januari. Setelah melalui penyelidikan oleh Bapepam, diketahui bahwa
anjloknya harga saham PGN dikarenakan oleh insider trading. Informasi
material yang dikuasai ‘orang dalam’, yaitu keterlambatan penyelesaian proyek
SSWJ (South Sumatera West Java) dan informasi tentang pengurangan volume
gas yang dapat dialirkan melalui proyek tersebut, diduga digunakan sebagai
dasar dalam pelepasan saham PGAS pada bulan Januari. Walaupun demikian
kasus ini tidak dilanjutkan ke proses litigasi. Pihak PGN hanya dikenai sanksi
administratif sebesar Rp35.000.000 dan Direksi serta karyawan PGN yang
diduga melakukan transaksi penjualan saham sebelum anjloknya harga saham
hanya dikenai sanksi sebesar lima miliar rupiah.
Dalam kasus yang berjalan selama hampir setahun, ada 3 hal yang
dihadapi oleh PT. PGN mulai dari pelanggaran prinsip keterbukaan hingga
insider trading. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
1.

Pelanggaran Prinsip Disclosure Terhadap Keterlambatan
Penyampaian Laporan Kepada Bapepam dan Masyarakat
Tentang Peristiwa Material.

Dalam Pasal 86 ayat (2) UU No. 5 tahun 1995 tentang Pasar Modal
disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan laporan kepada Bapepam
dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat
mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2
(kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.

Pada kenyataannya PT. Gas Negara terlambat melaporkan fakta atas
penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini
keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi sebanyak 35 hari. Mengenai
informasi

penurunan

volume

gas

dan

informasi

tertundanya

gas

in

Dikategorikan sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga
telah jelas, bahwa PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995
jo. Peraturan Nomor X.K.1. dengan pelanggaran ini PT. PGN dikenai sanksi
administratif berupa denda sebesar Rp. 35 juta.
2.

Pelanggaran

Prinsip

Disclosure

Terhadap

Pemberian

Keterangan yang Secara Material Tidak Benar.
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi, di
antaranya sebagai berikut :

Keempat

a.

Memberikan informasi yang salah sama sekali.

b.

Memberikan informasi yang setengah benar.

c.

Memberikan informasi yang tidak lengkap.

d.

Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.

hal

ini

dilarang

karena

oleh

hukum

dianggap

dapat

menimbulkan ”misleading” bagi investor dalam memberikan judgement nya
untuk membeli atau tidak suatu efek. Ketentuan ini juga diadopsi dalam pasal 93
UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang menyebutkan bahwa tiap pihak
dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang secara material
tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa
Efek .
Dalam kasus ini PT. PGN yakni memberikan keterangan material tidak
benar tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ

(South Sumatera-West Java) . Fakta itu sudah diketahui atau sewajarnya
diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan
kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah
terjadi pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar .
Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK menjatuhkan
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp. 5 miliar kepada Direksi PT PGN
yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s.d. Maret 2007 yaitu Sutikno, Adil
Abas, Djoko Pramono, WMP Simanjuntak dan Nursubagjo Prijono.
3.

Keterlibatan Fiduciary Position dalam Kasus Insider Trading
Transaksi Efek PGAS

Dalam pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal menerangkan
bahwa orang dalam dari perusahaan publik yang mempunyai informasi orang
dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek Emiten atau Perusahaan Publik
dimaksud. Penjelasan pasal 95 memberi arti kepada orang dalam sebagai
pihak-pihak yang tergolong dalam:
1.

Komisaris, Direktur, atau pengawas perusahaan terbuka

2.

Pemegang saham utama perusahan terbuka

3.

Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau
karena

hubungan

usahanya

dengan

perusahaan

terbuka memungkinkan memperoleh informasi orang
dalam. Dengan kedudukan disini dimaksudkan sebagai
lembaga, institusi atau badan pemerintahan. Sementara
yang merupakan “hubungan usaha” adalah hubungan
kerja atau kemitraan dalam kegiatan usahanya, seperti,

nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, kreditur, dan
lain-lain
4.

Pihak yang tidak lagi menjadi pihak sebagaimana
tersebut dalam point 1,2,3 tersebut sebelum lewat
jangka waktu 6 bulan. Bahwa pada periode 12
September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9
orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS,
baik direksi maupun mantan direksi. Sehingga unsurunsur di atas terpenuhi. Sanksi tersebut ditetapkan
antara lain dengan mempertimbangkan pola transaksi
dan akses yang bersangkutan terhadap informasi orang
dalam.

PENUTUP
KESIMPULAN
Insider Trading atau perdagangan orang dalam adalah perdagangan
yang dilakukan oleh pihak yang tergolong sebagai ”orang dalam” (insider)
dengan mempergunakan informasi perusahaan yang belum dipublikasikan (non
public information). Insider Trading dilarang karena ada nya ketidak adilan,
Seorang Investor dengan informasi dari dalam yang sebetulnya tidak bisa
diakses public bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan Investor lain. Aturan mengenai insider trading diatur pada
Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1) dan Pasal 98 Undang-undang Pasar
Modal. Dalam hal ini, OJK dengan kewenangannya baik sebagai pemeriksa
maupun sebagai penyidik berperan penting untuk menentukan apakah suatu
perbuatan yang dilakukan oleh subyek hukum pasar modal telah melanggar
ketentuan administrasi atau bahkan telah melanggar ketentuan pidana.
Pelaku kejahatan insider trading berdasarkan Undang-undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 angka (23) adalah orang
perseorangan dan korporasi. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana
pelaku kejahatan insider trading diatur pada Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat
(1) dan Pasal 98 diatur pada Pasal 104, dimana dalam hal yang melanggar
ketentuan Pasal 95, Pasal 96 dan Pasal 97 ayat (1) yang dilakukan oleh orang
perseorangan akan dikenai sanksi pidana penjara dan denda. Sedangkan
ketentuan mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh korporasi hanya terdapat
pada Pasal 97 ayat (1) dan Pasal 98, dimana

korporasi yang melakukan

kejahatan insider trading akan dikenai sanksi pidana penjara dan denda.

SARAN
 Perlu di adakan revisi UU Pasar Modal agar kasus dugaan insider trading
dapat lebih mudah dibuktikan. Revisi ini perlu dilakukan karena selama
ini hukum tertulis Indonesia hanya menganut asas pembuktian yang
terbatas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penerapan civil penalty
(yang sudah diterapkan di AS) yaitu mekanisme campuran antara hukum
pidana dan perdata, dimana sanksi hukuman menganut hukum pidana
(yang

lebih

berat

hukumannya)

tetapi

mengugunakan

standar

pembuktian untuk kasus perdata biasa yang dikenal engan istilah
balance of probabilities.

 memberikan batasan yang jelas terkait batasan transparansi dan
memotong gap asymmetric knowledge sebesar mungkin tentunya tetap
mempertahankan beberapa aspek fundamental terkait corporate secrecy

DAFTAR PUSTAKA
Kaligis, O.C. 2003, Insider Trading Dan Manipulasi Pasar Di Dalam Praktek
Pasar Modal Di Indonesia, Jakarta
Mulya T, Lubis dan Alexander Lay, 2008, Penegakan Hukum Pasar Modal dan
Civil Penalty, Dalam Bisnis Indonesia, Jakarta.
M.S. Tumanggor, 2005, Kajian Hukum Atas Insider Trading Di Pasar Modal
Suatu Antisipasi Terhadap Pengembangan Ekonomi Indonesia (Satu Telaah
Singkat).Dissertasi, Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Padjajaran
M.S. Tumanggor, 2015, Pengenalan Otoritas Jasa Keuangan,Pasar Modal dan
Penanaman Modal, F-Media, Jakarta
Nalole Masri, 2012, Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan (Bapepam-Lk) Dalam Mengatasi Praktik Insider Trading Di Pasar
Modal Indonesia, Makassar: ProgramPasca Sarjana Magister Kenotariatan,
Unhas
Smith, Adam. 1776. The Wealth of Nations, London: Methuen & Co
Alamat web
www.hukumonline.com
www.detiknet.com
www.ojk.go.id
id.wikipedia.org