PPT Library Research Hukum dan Ham Iin P
AKSES MASYARAKAT DISABILITAS DALAM
PENDIDIKAN (Sebuah Kajian Rights to Education Di
Indonesia)
DISUSUN OLEH:
FEBRINA TIURMA BR. SINAGA
8111416060
IIN GERALDINA JALISNA PARHUSIP
8111416061
Latar belakang
Tuhan menciptakan manusia di dunia ini adalah sama, namun
manusia itu sendirilah yang membedakan di antara sesama
manusia, baik berwujud sikap, perilaku, maupun perlakuannya.
Pembedaan ini masih sangat dirasakan oleh mereka yang
mengalami keterbatasan secara fisik, mental, dan fisik-mental,
baik
sejak lahir maupun setelah dewasa, dan kecacatan
tersebut tentunya tidak diharapkan oleh semua manusia, baik
yang menyandang kecacatan maupun yang tidak menyandang
cacat.
Sekarang orang-orang lebih sering menggunakan istilah dengan
sebutan difabel atau disabilitas. Kedua istilah ini sering digunakan
secara bergantian karena lebih berkonotasi positif, tetapi kedua
istilah ini tidak memiliki pengertian yang sama. Disabilitas adalah
seseorang yang termasuk kedalam penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental ataupun gabungan penyandang cacat fisik
dan cacat mental (Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat)..
Sedangkan menurut Konvensi Hak Penyandang Disabilitas atau CRPD
disabilitas sendiri adalah ketidak seimbangan interaksi antara kondisi
biologis serta lingkungan sosial.
Sedangkan difabel adalah seseorang yang memiliki kelainan fisik atau
mental yang sifatnya mengganggu atau merupakan suatu hambatan baginya
untuk melakukan kegiatannya sehari-hari secara layak atau normal.
Sedangkan menurut WHO atau World Health Organization difabel sendiri
adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik itu yang bersifat
fisiologis, psikologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis.
Bukan hanya memiliki hak yang sama,kesempatan apapun di dunia ini
juga berlaku untuk penderita Disabilitas, sering kali penderita Disabilitas
dapat lebih berprestasi dengan kemampuan mereka yang mungkin selama ini
terpendam, maka dari itu diperlukan penyikapan yang baik dan benar agar
penderita Disabilitas tidak merasa di tindas maupun rendah diri di tengah
masyarakat.
PEMBAHASAN
Cara menyikapi
penderita
Disabilitas
dengan baik
Pandangan
Kepada
Disabilitas
Masyarakat
Penderita
Perlindungan
Hukum
dalam Pemenuhan Hak
untuk
Mendapatkan
Pendidikan
bagi
penyandang
Disabilitas
Pandangan Masyarakat Kepada Penderita Disabilitas
Individual model
2 model Pandangan Masyarakat
terhadap kaum disabilitas
SOCIAL MODEL
Disabilitas dan Pandangan masyarakat adalah dua hal yang
saling berkaitan, tetapi berbeda. Masyarakat memiliki
pandangan yang berbeda terhadap disabilitas yang berada di
sekitar mereka. Umumnya masyarakat menganggap jika
keberadaan mereka sebagai aib keluarga, biang masalah, hingga
kutukan akan sebuah dosa yang pada akhirnya semakin
memojokan disabilitas dari pergaulan masyarakat.
Cara Menyikapi Penderita Disabilitas
dengan baik
Tidak hanya tindakan, penderita disabilitas dapat merasakan dengan hati
mereka ketulusan dan keikhlasan seseorang dengan baik terhadap perlakuan
seseorang kepada mereka, sikap yang harus ditunjukkan kepada mereka
yang terutama yaitu menghargai, karena pada dasarnya sebagian dari
mereka merasa tidak di hargai dalam kehidupan ini, yang kedua yaitu
percaya dan bersikaplah normal sama seperti orang normal pada umumnya.
Beberapa Pendekatan yang dapat digunakan untuk penanganan
terhadap Penderita Cacat atau Disabilitas :
• Destigmatisasi
• Deisolasi
• Desensitifisasi
• Disini dan Saat ini (Here and Now)
• Diversifikasi
• Dedramatisasi
• Mengembangkan Empati, bukan Simpati
Perlindungan Hukum dalam Pemenuhan Hak untuk
Mendapatkan Pendidikan bagi penyandang
Disabilitas
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 alinea
keempat, yang masuk dalam satu kesatuan integral tujuan negara, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti secara tegas negara
Republik Indonesia mengakui hak asasi manusia atas pendidikan.
Oleh sebab itu, negara wajib melaksanakan pendidikan nasional, yang
diatur dalam Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD NKRI 1945 Pasal 31 ayat (1)
berisi:“Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pengajaran” ;
dan ayat 2 berisi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
Undang-Undang yang mengatur Sistem pendidikan
penyandang disabilitas
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat (2)
KESIMPULAN
Pandangan masyarakat terhadap kaum disabilitas juga dibedakan menjadi dua
model, yaitu Individual model menganggap jika kecacatan yang dialami oleh seseorang
itu lah yang dianggap sebagai masalahnya, dan social model menganggap jika
masalahnya bukan terletak pada kecacatan yang dialami oleh seseorang, tapi
bagaimana cara pandang masyarakat yang negatif terhadap kaum disabilitas ini yang
menimbulkan masalah. Perlu diingat bahwa keberadaan kaum disabilitas itu pasti ada
dalam sebuah negara.
Penderita disabilitas dapat merasakan dengan hati mereka ketulusan dan keikhlasan
seseorang dengan baik terhadapa perlakuan seseorang kepada mereka, sikap yang
harus ditunjukkan kepada mereka yang terutama yaitu menghargai, karena pada
dasarnya sebagian dari mereka merasa tidak di hargai dalam kehidupan ini, yang kedua
yaitu percaya dan bersikaplah normal sama seperti orang normal pada umumnya.
Keluarnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjadi
jaminan
kepada
pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan baru bagi penyandang disabilitas dengan
metode inklusif (Penyatuan). Pendidikan inklusif merupakan sebuah strategi yang
bertujuan
untuk mengurangi, bahkan menghilangkan batasan atau hambatan
dalam mengakses pendidikan bagi anak penyandang disabilitas. Selama ini
seringkali anak penyandang disabilitas mengalami penolakan ketika mendaftar
disekolah umum, dan diminta untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
PENDIDIKAN (Sebuah Kajian Rights to Education Di
Indonesia)
DISUSUN OLEH:
FEBRINA TIURMA BR. SINAGA
8111416060
IIN GERALDINA JALISNA PARHUSIP
8111416061
Latar belakang
Tuhan menciptakan manusia di dunia ini adalah sama, namun
manusia itu sendirilah yang membedakan di antara sesama
manusia, baik berwujud sikap, perilaku, maupun perlakuannya.
Pembedaan ini masih sangat dirasakan oleh mereka yang
mengalami keterbatasan secara fisik, mental, dan fisik-mental,
baik
sejak lahir maupun setelah dewasa, dan kecacatan
tersebut tentunya tidak diharapkan oleh semua manusia, baik
yang menyandang kecacatan maupun yang tidak menyandang
cacat.
Sekarang orang-orang lebih sering menggunakan istilah dengan
sebutan difabel atau disabilitas. Kedua istilah ini sering digunakan
secara bergantian karena lebih berkonotasi positif, tetapi kedua
istilah ini tidak memiliki pengertian yang sama. Disabilitas adalah
seseorang yang termasuk kedalam penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental ataupun gabungan penyandang cacat fisik
dan cacat mental (Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat)..
Sedangkan menurut Konvensi Hak Penyandang Disabilitas atau CRPD
disabilitas sendiri adalah ketidak seimbangan interaksi antara kondisi
biologis serta lingkungan sosial.
Sedangkan difabel adalah seseorang yang memiliki kelainan fisik atau
mental yang sifatnya mengganggu atau merupakan suatu hambatan baginya
untuk melakukan kegiatannya sehari-hari secara layak atau normal.
Sedangkan menurut WHO atau World Health Organization difabel sendiri
adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik itu yang bersifat
fisiologis, psikologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis.
Bukan hanya memiliki hak yang sama,kesempatan apapun di dunia ini
juga berlaku untuk penderita Disabilitas, sering kali penderita Disabilitas
dapat lebih berprestasi dengan kemampuan mereka yang mungkin selama ini
terpendam, maka dari itu diperlukan penyikapan yang baik dan benar agar
penderita Disabilitas tidak merasa di tindas maupun rendah diri di tengah
masyarakat.
PEMBAHASAN
Cara menyikapi
penderita
Disabilitas
dengan baik
Pandangan
Kepada
Disabilitas
Masyarakat
Penderita
Perlindungan
Hukum
dalam Pemenuhan Hak
untuk
Mendapatkan
Pendidikan
bagi
penyandang
Disabilitas
Pandangan Masyarakat Kepada Penderita Disabilitas
Individual model
2 model Pandangan Masyarakat
terhadap kaum disabilitas
SOCIAL MODEL
Disabilitas dan Pandangan masyarakat adalah dua hal yang
saling berkaitan, tetapi berbeda. Masyarakat memiliki
pandangan yang berbeda terhadap disabilitas yang berada di
sekitar mereka. Umumnya masyarakat menganggap jika
keberadaan mereka sebagai aib keluarga, biang masalah, hingga
kutukan akan sebuah dosa yang pada akhirnya semakin
memojokan disabilitas dari pergaulan masyarakat.
Cara Menyikapi Penderita Disabilitas
dengan baik
Tidak hanya tindakan, penderita disabilitas dapat merasakan dengan hati
mereka ketulusan dan keikhlasan seseorang dengan baik terhadap perlakuan
seseorang kepada mereka, sikap yang harus ditunjukkan kepada mereka
yang terutama yaitu menghargai, karena pada dasarnya sebagian dari
mereka merasa tidak di hargai dalam kehidupan ini, yang kedua yaitu
percaya dan bersikaplah normal sama seperti orang normal pada umumnya.
Beberapa Pendekatan yang dapat digunakan untuk penanganan
terhadap Penderita Cacat atau Disabilitas :
• Destigmatisasi
• Deisolasi
• Desensitifisasi
• Disini dan Saat ini (Here and Now)
• Diversifikasi
• Dedramatisasi
• Mengembangkan Empati, bukan Simpati
Perlindungan Hukum dalam Pemenuhan Hak untuk
Mendapatkan Pendidikan bagi penyandang
Disabilitas
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 alinea
keempat, yang masuk dalam satu kesatuan integral tujuan negara, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti secara tegas negara
Republik Indonesia mengakui hak asasi manusia atas pendidikan.
Oleh sebab itu, negara wajib melaksanakan pendidikan nasional, yang
diatur dalam Pasal 31 ayat (1) dan (2) UUD NKRI 1945 Pasal 31 ayat (1)
berisi:“Tiap-tiap warga negara berhak untuk mendapat pengajaran” ;
dan ayat 2 berisi: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
Undang-Undang yang mengatur Sistem pendidikan
penyandang disabilitas
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat (2)
KESIMPULAN
Pandangan masyarakat terhadap kaum disabilitas juga dibedakan menjadi dua
model, yaitu Individual model menganggap jika kecacatan yang dialami oleh seseorang
itu lah yang dianggap sebagai masalahnya, dan social model menganggap jika
masalahnya bukan terletak pada kecacatan yang dialami oleh seseorang, tapi
bagaimana cara pandang masyarakat yang negatif terhadap kaum disabilitas ini yang
menimbulkan masalah. Perlu diingat bahwa keberadaan kaum disabilitas itu pasti ada
dalam sebuah negara.
Penderita disabilitas dapat merasakan dengan hati mereka ketulusan dan keikhlasan
seseorang dengan baik terhadapa perlakuan seseorang kepada mereka, sikap yang
harus ditunjukkan kepada mereka yang terutama yaitu menghargai, karena pada
dasarnya sebagian dari mereka merasa tidak di hargai dalam kehidupan ini, yang kedua
yaitu percaya dan bersikaplah normal sama seperti orang normal pada umumnya.
Keluarnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjadi
jaminan
kepada
pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan baru bagi penyandang disabilitas dengan
metode inklusif (Penyatuan). Pendidikan inklusif merupakan sebuah strategi yang
bertujuan
untuk mengurangi, bahkan menghilangkan batasan atau hambatan
dalam mengakses pendidikan bagi anak penyandang disabilitas. Selama ini
seringkali anak penyandang disabilitas mengalami penolakan ketika mendaftar
disekolah umum, dan diminta untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).