potret konflik orangtua dan anak

POTRET KONFLIK ORANG TUA ANAK
Junindah Hutasoit
A1L012045

A. Pendahuluan
Keberadaan konflik dapat berfungsi untuk
menguji kualitas hubungan didalam keluarga.
Konflik dan ketidaksetujuan dalam keluarga
adalah hal yang lazim terjadi. Maka di lakukan
penelitian remaja terhadap.

B. Gambaran Konflik Orang Tua Anak
1. Kedekatan Remaja dengan Orang Tua
a) Remaja yang bermasalah di sekolah pada
umumnya adalah remaja yg berasal dari
keluarga yang bermasalah. Para remaja
memiliki kedekatan berbeda – beda dengan
orang tua mereka. Remaja yang tinggal dengan
orang tua dan merasa nyaman berinteraksi
dengan
keluarganya

biasanya
jarang
mengalami masalah disekolah. Meskipun orang
tua marah kepada anaknya, karena sudah
memiliki kedekatan maka anak akan merespons
secara positif danmenganggap kemarahan ortu
adalah bentuk kasih sayang ortu terhadap anak.

b) Remaja
yang
berasal
dari
keluarga
bermasalah
• Masalah dalam relasi orang tua – anak
misalnya : ortu terlalu sering memarahi anak
tanpa
memberikan
klarifikasi,
mudah

memberikan hukuman pada anak.
• Anak akan merespons kemarahan orang tua
dengan
tidak
betah
dirumah
dan
melampiaskan kemarahannya diluar .
• Remaja yang merasa dekat dengan orangtua
mempersepsikan kemarahan orang tua
sebagai salah satu tanda orang tua
menyayangi mereka.

2. Area Konflik Remaja dengan Orang Tua
Tujuh area pemicu konflik remaja dan orang tua:
1. Terlambat pulang, baik dari sekolah maupun
dari bermain.
2. Penampilan, terutama menyangkut cara
berpakaian dan modelnya, serta gaya rambut.
3. Karakteristik teman sepergaulan.

4. Prestasi belajar.
5. Keterlibatan dalam tugas pekerjaan rumah.
6. Penggunaan telepon, terutama ponsel.
7. Keterlibatan dalam hubungan romantis atau
pacaran

Respons Orang Tua terhadap Konflik dengan Remaja
Jika terjadi konflik terhadap remaja maka respon orang tua dan
remaja adalah sebagai berikut :

Orang tua
MARAH : nada bicara tinggi,
membentak, melotot,
mencubit, memukul, dsb

MARAH : nada bicara
tinggi, membentak,
melotot, mencubit,
memukul, dsb


remaja
Langsung pergi, membantah
kemudian pergi, masuk kamar
mengunci pinti lalu tidur, merasa
sakit hati kemudianmembantah,
pergi bermain dan kemudian
dimarahi kembai
Diam dan mendengarkan, merasa
jegkel dan sakit hati

C.POTRET KONFLIK ORANG TUA-ANAK
DALAM MASYARAKAT
Dalam tahap ini terdapat 468 orang remaja
yang berpartisipasi,terdiri dari 233 orang
remaja laki-laki, dan 235 orang remaja
perempuan.Remaja yang tergolong remaja
awal(11-14 tahun) sebanyak 435 orang dan
remaja tengah(15-14 tahun)sebanyak 33
orang.
Berdasarkan hasil survei, di peroleh data

mengenai sumber konflik antara anak dan
orang tua pada tabel berikut:

Sumber konflik dengan orang
tua

Remaja yang mengalami(%)

Prestasi belajar tidak sesuai
harapan

83.80

Pemanfaatan waktu luang

59.28

Penggunaan telepon seluler

53.30


Ketertiban dalam membantu
tugas rumah

52.67

Keterlambatan pulang kerumah

47.55

model pakaian yang di pakai

39.66

Model rambut yang di pilih

36.89

Prilaku pacaran


34.75

Pemilihan teman

30.70

D.STRATEGI PENGELOLAKAAN KONFLIK
ORANG TUA-ANAK
• Hasil penelitian Barber karakteristik orang
tua yang di inginkan remaja adalah:
1. Memiliki keterhubungan(connection)
2. Memberikan otonomi secara
psikologis(pyscho logical autonomy)
3. Memberikan regulasi yakni
pemantauan,supervisi, dan penerapan
aturan.

E. Pembelajaran dari potret konflik
orang tua-anak dalam masyarakat
• Pengasuhan anak merupakan taanggung

jawab orang tua yang dilaksanakan melalui
intraksi sehari-hari dalam keluarga. Melalui
interaksi
tersebut
terbentuklah
iklim
psikologi tertentu, seperti kedekatan anak
dengan orang tua. Anak yang secara
psikologis merasa dekat dengan orangtua
akan memiliki kesediaan terbuka terhadap
pengalamannya.

• Menurut shek (2006)
kesediaan anak untuk bercerita menjadi
salah satu indikator dari kualitas relasi
indikator orang tua. Dua indikator lainnya
adalah kepercayaan orang tua-anak dan
keputusan anak terhadap kontrol orang tua.
Dari sudut pandang teori domainsosial, unjuk
kuasa ( power asseertion) dari orang tua

terhadap
ketidaksetujuan
anak
atau
pelanggaran oleh anak tidak efektif untuk
mnecegah
perilaku
antisosial
atau
mendorong perkembangan moral

• Upaya orang tua ntuk mendisiplinkan anak
agar berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan kebanyakan masih dilakukan
dengan teknik ujuk kekuasaan.
• Padahal menurut teori domain sosial, teknik
unjuk kekuasaan
justru menghambat
terjadinya internalisasi nilai oleh anak.
• Teknik unjuk kekuasaan tidak mendorong

anak untuk mengembangkan penalaran
moral dan melakukan refleksi terhadap
tindakannya,
sehingga
anak
tidak
memahami alasan mengapa dirinya harus