Penataan dan pengembangan profesi pendid

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan

Disusun oleh:
Muhammad Mustofa Mabrur

(08690013)

Hilman Firdaus

(08690037)

Siti Lu’luatul Muchlishoh

(08690053)

Nurul Aini

(08690072)

Sri Hidayati


(12690001)

Andik Setiawan

(12690002)

Lisa Ayu Wulandari

(12690003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 14 ayat (1) huruf f menetapkan bahwa penyelenggaraan pendidikan
merupakan satu dari enam belas urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, pada Lampiran A
ditegaskan bahwa kewenangan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pendidikan khususnya di bidang Kebijakan dan Standar, Pembiayaan, Kurikulum,
Sarana dan Prasarana, Guru, dan Pengendalian Penilaian Hasil Belajar, Evaluasi,
Akreditasi, dan Penjaminan Mutu.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah di bidang pendidikan, guru sebagai
pendidik profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat
strategis. Dalam perkembangannya, fungsi, peran, dan kedudukan guru terkendala
oleh berbagai hal, antara lain distribusi guru yang tidak merata,
pengangkatan/penempatan yang bercorak primordial, mobilitas guru yang sangat
terbatas di lingkup daerah tertentu, peningkatan profesional guru terhambat serta
terpengaruh suhu politik daerah. Kondisi guru yang demikian dapat menimbulkan
persoalan yang menghambat peningkatan mutu pendidikan secara nasional.
Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Dari pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusiamanusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional

maupun spiritual, trampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi
akhlak mulia.Ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud
suatu kualitas manusia yang baik dalam seluruh dimensinya, baik dimensi
intelektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya mampu mengisi
kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.
Salah satu faktor yang amat menentukan dalam upaya meningkatkan
kualitas SDM melalui Pendidikan adalah tenaga Pendidik (Guru/Dosen), melalui
mereka pendidikan diimplementasikan dalam tataran mikro, ini berarti bahwa
bagaimana kualitas pendidikan dan hasil pembelajaran akan terletak pada
bagaimana pendidik melaksanakan tugasnya secara profesional serta dilandasi
oleh nilai-nilai dasar kehidupan yang tidak sekedar nilai materil namun juga nilainilai transenden ysng dapat mengilhami pada proses pendidikan ke arah suatu
kondisi ideal dan bermakna bagi kebahagiaan hidup peserta didik, pendidik serta
masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian, nampak bahwa Pendidik diharapkan mempunyai

pengaruh yang signifikan pada pembentukan sumberdaya manusia (human
capital) dalam aspek kognitif, afektif maupun keterampilan, baik dalam aspek
fisik, mental maupun spiritual.Hal ini jelas menuntut kualitas penyelenggaraan
pendidikan yang baik serta pendidik yang profesional, agar kualitas hasil
pendidikan dapat benar-benar berperan optimal dalam kehidupan
masyarakat.Untuk itu pendidik dituntut untuk selalu memperbaiki,
mengembangkan diri dalam membangun dunia pendidikan.

B. Tujuan
1. Mengetahui penataan tenaga pendidik di era otonomi daerah
2. Mengetahui pengembangan profesi pendidik
PEMBAHASAN

A. Penataan Tenaga Pendidik

Mohammad Surya menyebutkan bahwa selama ini terdapat lima
permasalahan guru yang diantaranya adalah minimnya jumlah guru secara
nasional; rendahnya mutu dan metode pengajaran; manajemen pendidikan yang
semena-mena dalam kerangka otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah dan
pembagian wewenang pemerintahan antara pemerintah pusat maupun daerah

dimulai sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah serta peraturan yang menyertainya. Sesuai dengan
perkembangan otonomi daerah, UU ini kemudian diganti menjadi UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004,
implikasi dari otonomi daerah melahirkan desentralisasi pendidikan yang
menyebabkan pengelolaan PNS (termasuk tenaga guru) kini menjadi wewenang
pemerintah daerah.
Rekrutmen guru yang dilakukan di Indonesia telah mengalami perubahan
sejalan dengan perubahan otonomi daerah. Dalam upaya mewujudkan otonomi
daerah tersebut pelaksanaan rekrutmen guru telah diberikan kepada pemerintah
daerah untuk melakukannya, di mana sebelumnya secara sentral rekrutman
dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Perubahan manajemen PNS ini
dapat dilihat dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada pasal 129 ayat (1) dan (2)
yang menyatakan bahwa pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen PNS
daerah dalam satu kesatuan penyelenggaraan manajemen PNS secara nasional.
Manajemen PNS daerah tersebut meliputi penetapan formasi, pengadaan,
pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan,
kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi
dan pengendalian mutu.
Pada beberapa daerah, penetapan pengadaan PNS menjadi ketetapan yang

diatur tersendiri dalam peraturan daerah (Perda). Dalam pengadaan PNS ini,
Bupati/Walikota merujuk kepada Perda yang telah ditetapkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Ketetapan DPRD menjadi rujukan
pemerintah daerah dalam membuat perencanaan, pengadaan PNS, termasuk PNS
guru di daerah. Sedangkan yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengadaan

tenaga pendidik adalah kemampuan keuangan daerah dan kekurangan jumlah
tenaga pendidik.
Berikut ini diuraikan temuan dari penelitian terkait dengan pelaksanaan
pengadaan tenaga pendidik:
1. Pembentukan Panitia
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam kepanitiaan pengadaan PNS (termasuk
guru) adalah Dinas Pendidikan, BKD, dan Asisten Bupati atau Walikota. Hal ini
mengindikasikan keterlibatan Dinas Pendidikan cenderung kurang dalam
kepanitiaan pengadaan CPNS guru. Adapun tugas pokok dari kepanitian
pengadaan guru adalah membuat pengumuman, menerima pendaftaran,
menyimpan naskah awal dan persiapan ujian, pelaksanaan tes dan pemeriksaan,
pengumuman hasil tes dan mengusulkan persetujuan.
2. Pengumuman penerimaan
Yang berhak membuat pengumuman penerimaan PNS (termasuk guru)

adalah Bupati/Walikota. Kewenangan mengumumkan ini terkait dengan upaya
pemberian informasi dari satu pihak saja agar tidak terjadi kesimpangsiuran atau
berbagai perbedaan dalam penyampaian informasi mengenai penerimaan CPNS di
lingkungan kabupaten/kota tersebut.
Media yang sering digunakan untuk memuat pengumuman penerimaan
PNS adalah media cetak surat kabar lokal. Selain itu terdapat media lainnya yang
digunakan untuk memuat pengumuman penerimaan guru yakni berupa media
elektronik seperti radio, TV, dan pengumuman yang ditempel di instansi-instansi
pelayanan umum. Daya jangkau media-media ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan warga untuk mengikuti tes seleksi penerimaan CPNS
guru.
Waktu pelaksanaan penerimaan PNS (termasuk guru) ditentukan oleh
panitia dengan menguraikan jadwal pelaksanaan sesuai tahapan yang ada. Dalam
pengumuman penerimaan CPNS guru diinformasikan hal-hal berikut: (i) terbuka
untuk umum, (ii) tercantum syarat-syarat administrasi, kualifikasi pendidikan,

formasi yang diperlukan, dan (iii) tanggal akhir batas penerimaan serta (iv)
tanggal ujian tertulis.
3. Penerimaan Lamaran
Komponen yang menjadi persyaratan calon pelamar antara lain adalah

kualifikasi pendidikan atau ijazah terakhir, surat keterangan sehat dari dokter dan
surat pengalaman mengajar, serta rekomendasi kepala sekolah. Dalam pemenuhan
persyaratan pelamar aspek yang dibutuhkan adalah bukti administrasi berupa
kejelasan calon pelamar dalam hal identitas diri, kualifikasi pendidikan guru 20
berdasarkan ketentuan PP No. 19/2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan dan
surat keterangan dari kantor departemen tenaga kerja setempat.
4. Seleksi CPNS Guru
Menurut Dinas Pendidikan tes ujian seleksi yang harus dijalani pelamar
adalah tes tertulis. Sedangkan menurut BKD tes seleksi yang harus dijalani adalah
berupa seleksi administrasi dan ujian tertulis sesuai dengan PP No. 98 tahun 2000
yang diperbarui dengan PP No. 11 2002 tentang pengadaan PNS. Selanjutnya agar
guru yang tersaring dapat berkualitas baik, maka tes seleksi yang paling tepat
diberikan adalah seleksi administrasi, tes kemampuan akademik, tes psikologi
(kepribadian), tes pengelolaan kelas, tes praktek mengajar (kemampuan
menjalankan tugas), tes bakat dan minat serta wawancara mendalam.
Menurut Dinas Pendidikan dan BKD, bentuk soal dalam tes tertulis adalah
multiple choice seperti pengetahuan umum berdasarkan kualifikasi pendidikan
calon pelamar. Adapun pihak yang menyusun soal tes bagi pengadaan guru di
daerah, menurut pihak Dinas Pendidikan sebaiknya adalah Pusat Penilaian
Balitbang, Depdiknas Jakarta. Walaupun kenyataannya selama ini soal dapat

disusun oleh konsultan setempat yang mendapat order dari pihak BKD. Materi
yang diujikan dalam tes tersebut antara lain berupa pengetahuan umum (Pancasila,
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, sejarah, Matematika, pengetahuan luar negeri),
potensi akademik, ketrampilan khusus serta minat dan bakat.
5. Hasil Seleksi (kelulusan)

Pihak yang menjadi faktor penentu kelulusan adalah hasil semua tes yang
telah dilakukan pelamar. Faktor lainnya adalah rekomendasi Kepala Sekolah atas
pengalaman kerja calon guru, terutama bagi mereka yang masih merupakan
tenaga honorer di sekolah. Namun demikian ditemui pula, bahwa semua ketentuan
lulusan bagi pelamar diserahkan kepada Bupati/Walikota. Mekanisme
pengumuman hasil tes/ujian seleksi harus ditandatangani terlebih dahulu oleh
Bupati/Walikota. Setelah itu baru kemudian disebarluaskan kepada instansi/dinas
terkait untuk ditempel di papan pengumuman kantor pemerintah kabupaten/kota
atau diumumkan melalui media cetak maupun elektronik.
Pihak yang berhak mengumumkan hasil ujian menurut Dinas Pendidikan
adalah Bupati/ Walikota. Cara pemanggilan dan hasil tes disampaikan kepada
pelamar secara terbuka atau melalui surat panggilan/pemberitahuan, maupun
media cetak lokal dan elektronik serta melalui pengumuman hasil tes yang
ditempel Pemda di papan pengumuman berdasarkan urutan rangking.

Berdasarkan uraian di atas ternyata pengadaan PNS termasuk tenaga guru
di daerah dalam pelaksanaannya antar kabupaten/kota terlihat sedikit berbeda. Hal
ini dikondisikan adanya mekanisme (bersifat teknis) dalam pengadaan PNS di
kabupaten/kota tersebut yang mengacu pada peraturan daerah masing masing.
Walaupun secara substansi pengadaan PNS di semua kabupaten/kota mengacu
pada peraturan BKN mengenai pelaksanaan pengadaan PNS. Selain itu tidak
semua daerah melaksanakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32/2004, karena
masih ada beberapa daerah yang mengacu pada UU No. 22/1999.
B. Pengembangan Profesi Pendidik
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan
suatu bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting
dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam
suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh
kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat

Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa upaya-upaya untuk
terus mengembangkan profesi pendidik (Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi
kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada
peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.
Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis

jabatan fungsional guru dan angka kreditnya adalah kegiatan guru dalam rangka
pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan
mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan
lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
pendidikan.
Beberapa kegiatan guru yang termasuk pengembangan profesi adalah
sebagai berikut :
a. Melaksanakan kegiatan KTI di bidang pendidikan
b. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan
c. Membuat alat peraga atau alat bimbingan
d. Menciptakan karya seni seperti lagu, lukisan
e. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum
Dalam mengajukan angka kredit dalam pengembangan profesi dapat
dilakukan prosedur sebagai berikut :
1. Adanya peran critical friend, kritik dan saran dari teman sejawat yang satu
profesi agar mendapat masukan mengenai penulisan KTI.
2. Mintakan saran pada guru bahasa Indonesia untuk mengetahui pengunaan
bahasa maupun sistimatika penulisan KTI yang benar

3. Sertakan surat pengesahan dari Kepala Sekolah serta petugas perpustakaan
jika penulisan sudah selesai
4. Sertakan surat pengantar Kepala Sekolah dan dikirim ke Tim penilai
Angka Kredit pengembangan profesi tingkat pusat yang sekretariatnya di
LPMP.
5. Untuk lebih lengkap, sertakan pula pengesahan dari Kepala Dinas
pendidikan Tingkat Kab/kota
Karya tulis ilmiah yang ditulis guru hendaknya memenuhi syarat APIK
(Asli, Perlu, Ilmiah dan Konsisten) artinya


Asli (original) karya tulis yang dihasilkan harus merupakan produk asli
guru dan sesuai dengan matapelajaran yang diampu dan tempat bekerja



Perlu/bermanfaat (useful) karya tulis yang dihasilkan guru harus dirasakan
manfaatnya secaralangsung oleh guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran



Ilmiah (scientific) karya tullis yang dihasilkan harus disusun secara ilmiah,
sistimatis, runtut dan memenuh ipersyaratan penulisan karya ilmiah



Konsisten (concistency) KTI yang dihasilkan harus memperlihatkan
keajegan dan konsistensi pemikiran yang utuh, baik secara keseluruhan
maupun hubungan antar bab bagian karya tulis yang disajikan.

PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Dalam upaya mewujudkan otonomi daerah tersebut pelaksanaan
rekrutmen guru telah diberikan kepada pemerintah daerah untuk
melakukannya, di mana sebelumnya secara sentral rekrutman dilakukan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Manajemen PNS daerah tersebut
meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan
kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi dan
pengendalian mutu.
Pada beberapa daerah, penetapan pengadaan PNS menjadi ketetapan yang
diatur tersendiri dalam peraturan daerah (Perda). Dalam pengadaan PNS
ini, Bupati/Walikota merujuk kepada Perda yang telah ditetapkan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Ketetapan DPRD menjadi
rujukan pemerintah daerah dalam membuat perencanaan, pengadaan PNS,
termasuk PNS guru di daerah. Sedangkan yang menjadi dasar
pertimbangan dalam pengadaan tenaga pendidik adalah kemampuan
keuangan daerah dan kekurangan jumlah tenaga pendidik
2) Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis
jabatan fungsional guru dan angka kreditnya adalah kegiatan guru dalam
rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan
untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan
profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, Mochtar. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Tiara
Wacana, Yogya, Cetakan Pertama,
Bafadal, Ibrahim. (2008). Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Engkoswara. 2001. Paradigma Manajemen Pendidikan menyongsong otonomi
Daerah. Yayasan Amal Keluarga. Bandung, Cetakan Kedua,
Imron, Ali, 1995. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta
Balitbang Kemendiknas. 2011. Penataan Guru di Masa Depan.
Yufridawati. 2011. Pengadaan Guru Pada Era otonomi Daerah. Balitbang
Kemendiknas.