Laporan Praktikum Biokimia Enzim dan Ker

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
BI OK I M I A
(ENZIM DAN KERJA ENZIM)

Disusun oleh:

NAMA

:

LASINRANG ADITIA

NIM

:

60300112034

KELAS

:


BIOLOGI A

KELOMPOK

:

IV (Empat)

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul “Enzim dan Kerja
Enzim” yang disusun oleh:

Nama


: Lasinrang Aditia

Nim

: 60300112034

Kelas

: Biologi A

Kelmpok

: IV (empat)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.

Samata-Gowa, 30 Desember 2013

Kordinator Asisten


Asisten

(Ika Dian Rostika)

(Fifi Dismayanti)

60300111021

60300111011

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Eka Sukmawati S.Si, M.Si)

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk membuktikan bahwa dalam air ludah terdapat enzim.
2. Untuk membuktikan kerja enzim itu spesifik.
3. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.

B. Dasar Teori
Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel.
Orang yang pertama menemukan enzim adalah Edward dan Hans Buchner. Oleh
karena enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim merupakan rekasi
katalis. Enzim merupakan katalisator organik dan dibuat dalam sel makhluk hidup
sehingga enzim disebut juga biokatalisator. Enzim juga memiliki sifat
diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu
(Cartono, 2004).
Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang
terjadi dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10-11
kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi
sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan
yang tinggi. Enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi
kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan adapula yang
menghasilkan energi/mengeluarkan energi (eksergonik) (Poedjiadi, 1994).
Proses (reaksi kimia) yang berlangsung dengan baik dalam tubuh
dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim. Berzelius (1837)
mengusulkan nama “katalis” untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi
zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Proses kimia yang terjadi dengan pertolongan
enzim telah dikenal sejak zaman dahulu misalnya pembuatan anggur dengan cara

fermentasi atau peragian. Demikian pula pembuatan asam cuka termasuk proses
kimia berdasarkan aktifitas enzim. Dahulu proses fermentasi (Pasteur) dianggap
hanya terjadi dengan adanya sel yang mengandung enzim. Anggapan tersebut
berubah setelah Buchner membuktikan bahwa cairan yang berasal dari ragi tanpa

adanya sel hidup dapat menyebabkan fermentasi gula menjadi alkohol dan
karbondioksida. Hingga sekarang kata ‘enzim’ yang berarti ‘didalam ragi’ tetap
dipakai untuk nama katalis dalam proses biokimia. Enzim dikenal untuk pertama
kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah berhasil
mengisolasi urease dari ‘kata pedang’ (jack bean). Urease adalah enzim yang
dapat menguaraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian
Notrhrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya
makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim
tersebut adalah suatu protein (Poedjiadi, 1994).
Ada beberapa faktor yag mempengaruhi enzim yaitu, pengaruh suhu
dimana suhu optimum untuk dapat mengurangi aktivitas enzim sedangkan diatas
suhu optimum maka dapat menyebabksan denaturasi pada enzim dan mematikan
kerja enzim. Pengaruh pH optimum yang khas. pH akan mengalami denaturasi
jika pH jauh di atas pH optimum. Konsentrasi enzim pada konsentrasi substrat
tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan kerja

reaksi enzim. Dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus terhadap kerja
enzim. Konsentrasi substrat pada konsentrasi enzim tetap, peningkatan
konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis sampai mencapai
kecepatan maksimum (Sutresna, 2007).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Selasa/24 Desember 2013
Waktu

: 13.00-15.00 WITA

Tempat

: Laboraturium Mikrobiologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

2. Alat dan Bahan

a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi,
gelas kimia, sikat tabung, pembakar bunsen, korek api, termometer, kertas
saring, penjepit tabung dan pipet tetes.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu filtrat air
ludah/Saliva, es batu, larutan amilum (telur), larutan biuret, larutan iodium,
dan larutan benedict.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Percobaan mucin
a. Mengambil 1 ml filtrat air ludah yang telah tersaring.
b. Melakukuan percobaan biuret dengan cara memberi 1 ml larutan biuret
pada filtrat air ludah dan mengamati perubahan warna yang terjadi.
c. Mencatat hasil pengamatan.
2. Percobaan hidrolisis amilum oleh enzim amilase.
a. Mengisi tabung reaksi dengan larutan benedict masing-masing 2 ml.
b. Memasukan air liur kedalam tabung berisi benedict
c. Mengocok selama 2 menit
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi dan Mencatat hasil

pengamatan.
e. Melakukan hal yang sama dengan latutan iodium.
3. Percobaan pengaruh suhu terhadap efektivitas enzim
a. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi dan mengisi masing-masing dengan
larutan amilum.
b. Menambahkan 1 ml enzim amilase pada tiap tabung.
c. Memasukan tabung 1 pada gelas kimia berisi air es, menyimpan tabung 2
pada suhu kamar, memasukan tabung 3 pada pemanas dengan suhu 37-

40oC, memasukan tabung 4 pada pemanas dengan suhu 75-80oC, dan
tabung ke 5 pada suhu 100 oC dan mendiamkan larutan selama 15 menit.
d. Menguji dengan larutan iodium dan menguji pula dengan larutan
benedict.
e. Mengamati perubahan warna

yang terjadi dan

mencatat

hasil


pengamatan.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh yaitu:
a. Percobaan mucin

1

Reaksi

Bahan

No.

Keterangan

+

warna




Filtrat air ludah
(Saliva)

Biru

b. Hidrolisis amilum oleh amilase
No.

Bahan

1

Tabung I (Iodium)

2

Tabung II (benedict)


Reaksi
+

Keterangan


warna

-

Coklat



c. Pengaruh suhu terhadap efektivitas enzim
No

Suhu (0C)

Perubahan Warna
Uji iodium

Uji iodium

1

0

Bening

Biru

2

25 – 30

Bening

Biru

3

37 – 40

Bening

Biru

4

75 – 80

Coklat

Biru tua

5

100

Bening

Biru keunguan

2. Pembahasan
Enzim merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam
sel. Oleh karena enzim dapat mempercepat reaksi kimia, berarti enzim
merupakan rekasi katalis. Enzim merupakan katalisator organik dan dibuat
dalam sel makhluk hidup sehingga enzim disebut juga biokatalisator. Enzim
juga memiliki sifat diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat bekerja
pada substrat tertentu. Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses
biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 10 sampai 11 kali lebih cepat daripada apabila reaksi
tersebut dilakukan tanpa katalis. Berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien,
disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi.
Adapun pembahasan yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu:
a. Percobaan Mucin
Mucin merupakan protein atau enzim yang diproduksi oleh sel-sel
epitel, atau jaringan yang melapisi rongga tubuh. Karakteristik mucin adalah
kemampuannya untuk membentuk gel. Mucin berfungsi sebagai pelumas
untuk menghambat molekul yang akan memasuki sel. Mucin kebanyakan
diproduksi sebagai komponen air liur. Percobaan ini bertujuan untuk
membuktikan adanya mucin dalam saliva (air ludah).
Pada

percobaan

ini

digunakan

filtrat

air

ludah

sehingga

menghasilkan enzim amilase yang terkandung di dalamnya. Setelah filtrat
tersebut tersedia maka untuk menguji ditambahkan dengan larutan biuret.
Untuk mendapatkan reaksi

positif maka akan terbentuk larutan yang

berwarna ungu karena adanya larutan peptida yang terkandung. Tetapi pada
hasil percobaan yang telah dilakukan memperlihatkan reaksi yang negatif
dengan terbentuknya larutan yang berwarna biru. Hal ini terjadi mungkin
saja karena larutan biuretnya yang sudah tak dapat berfungsi dengan baik
ataukah sampel air ludah yang tidak tepat karena dalam pengambilan sampel
bisa saja sembarang meludah dalam hal ini bukan air liur.

b. Percobaan hidrolisis amilum oleh enzim amilase
Hasil percobaaan yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa
hasil yang diperoleh dari filtrat air ludah yang ditambahkan amilum dan
benedict hasilnya negatif dan menghasilkan warna bening. Hal ini
disebabkan karena benedict yang digunakan tidak mampu menyerap enzim
amilase yang diujikan. Pada percobaan air ludah yang ditambahkan amilum
dan larutan iodium yang hasilnya negatif. Hal ini terjadi dikarenakan iodium
tidak diserap ke dalam aliran spiral amilase sehingga terjadi perubahan
warna menjadi cokelat yang menandakan bahwa reaksi ini negatif.
c. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
Enzim adalah biokatalis sehingg tidak ikut bereaksi dengan zat dan
produk yang dihasilkan. Jadi jika larutan tidak bercampur berarti enzim
tersebut masih aktif meskipun agak rusak namun masih bias menghidolisis
produk. Enzim di bawah suhu optimum dapat mengurangi aktivitas yang
terjadi pada enzim sedangkan di atas suhu optimum maka dapat
menyebabkan denaturasi pada enzim dan mematikan kerja enzim. Semakin
tunggi suhu, kerja enzim juga akan meningkat. Pada umumnya enzim akan
bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 300–400C. Enzim dapat
bereaksi dengan baik pada suhu 300–400C dan dapat bereaksi lebih cepat
pada suhu lebih dari 500C. Namun pada suhu antara 600–700C, reaksi enzim
menurun.
Pada pengamatan yang dilakukan terlihat pada tabung I yang
disimpan di gelas kimia yang berisikan dengan es (00C) perubahan warna
terjadi pada uji benedict dengan bercampurnya larutan dan adanya
perubahan warna dari bening menjadi biru. Sedangkan pada uji iod larutan
tidak dapat bercampur karena enzim yang ada dalam keadaan suhu yang
rendah dan tidak terjadi proses hidrolisis pada reagen amilum sehingga tidak
terjadi perubahan warna yaitu tetap bening.

Pada tabung II yang disimpan pada suhu kamar kenaikan suhu
lingkungan akan meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi
tumbukan antara molekul enzim dan substrat yang menyebabkan keaktifan
pada enzim sehingga amilum dapat terhidrolisis sehingga terjadi perubahan
warna pada uji benedict yaitu dari bening menjadi biru sedangkan pada uji
iodium tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap bening karena amilum
tidak dapat terhidrolisis.
Pada tabung III yang dimasukkan ke genangan air yang memiki suhu
370-400C

terjadi perubahan warna pada uji benedict yaitu dari bening

menjadi biru yang disebabkan enzim memiliki suhu optimal 300-400C
sehingga pada suhu ini aktivitas enzim berjalan baik sehingga dapat
menghidrolisis amilum sedangkan pada uji iodium tidak terjadi perubahan
warna yaitu tetap warna bening karena karena tidak iodium tidak dapat
menhidrolisis amilum pada suhu ini.
Pada tabung IV dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air
bersuhu 750-800C dimana kedua uji ini terjadi perubahan warna menjadi
coklat untuk uji iodium dan biru tua untuk uji benedict karena enzim
mengalami denaturasi yang menaikkan kecepatan reaksi.
Pada tabung V yang dimasukkan ke dalam tabung berisi air
mendidih (1000C) diamana perubahan warna yang terjadi hanya pada uji
benedict dimana terjadi perubahan warna menjadi biru keunguan sedangkan
pada uji iodium warnanya tetap bening. Larutan iodin yang di gunakan
berfungsi sebagai indikator terhadap proses terjadinya reaksi yang di tandai
dengan adanya perubahan warna. Sedangkan uji benedict menunjukan kerja
enzim degan adanya perubahan warna. Dapat disimpulkan pada hasil
pengamatan dimana pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim bahwa saliva
tidak steril saat direaksikan dengan reagen iodium yang menghasilkan
warna bening karena adanya kandungan pati di dalamnya dan uji benedict
mengandung gula pereduksi yang memberikan warna biru keunguan.

E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukannya percobaan ini
yatitu sebagai berikut:
1. Dalam air ludah terdapat enzim yang berperan dalam pencernaan makanan
yaitu enzim amilase dan maltose.
2. Enzim bersifat spesifik karena hanya bekerja pada substrat tertentu saja jadi
satu enzim hanya berlaku untuk satu substrat saja.
3. Enzim bekerja di bawah suhu optimum dapat mengurangi aktivitas yang terjadi
pada enzim tersebut, sedangkan enzim yang bekerja di atas suhu optimum
maka dapat menyebabkan denaturasi pada enzim tersebut dan mematikan kerja
enzim. Semakin tunggi suhu, kerja enzim juga akan meningkat. Pada umumnya
enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara 300–400C. Enzim
dapat bereaksi dengan baik pada suhu 300–400C dan dapat bereaksi lebih cepat
pada suhu lebih dari 500C. Namun pada suhu antara 600–700C, reaksi enzim
menurun.

DAFTAR PUSTAKA
Cartono. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press, 2004.
Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.
Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo, 2007.