BAB III Pengaruh Ukuran Perusahaan dan K

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode

penelitian

adalah

prosedur

atau

langkah-langkah

dalam

mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Dalam hal ini peneliti akan

menjelaskan secara sistematis bagaimana langkah-langkah mengumpulkan data,
menyusun data, serta cara mengukur variabel yang terdapat dalam penelitian ini.

1.1

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berusaha mengumpulkan data serta informasi
yang relevan dengan masalah yang menjadi bahasan dalam penelitian ini.
Sugiyono (2012:5) menyatakan bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini merupakan penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang bersifat deduktif, objektif dan ilmiah, dimana
data yang diperoleh berupa angka. Sedangkan metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan data,
menganalisa secara kritis data tersebut dan menyimpulkan berdasarkan fakta.

1.2


Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekumpulan dari individu, yang mempunyai karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sampel adalah suatu bagian yang diambil dari sebuah populasi (elemenelemen dari populasi) untuk menentukan sifat, ciri, serta karakteristikn dari
populasi yang diambil oleh peneliti. Pengambilan sampel ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling yang merupakan bagian dari
nonprobability sampling, yaitu sample dipilih secara subjektif dari suatu populasi

dengan pertimbangan tertentu.
Perusahaan yang diambil sebagai sample adalah perusahaan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.

Perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri barang
konsumsi tersebut terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun
2010-2014.


2.

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terbuka (go public).

3.

Perusahaan tersebut telah menerapkan system c orporate governance.

4.

Perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang
konsumsi tersebut masuk dalam sub bidang makanan dan minuman.

5.

Menerbitkan laporan keuangan tahunan dari tahun 2010-2014 secara
lengkap dalam mata uang rupiah.

6.


Dalam laporan keuangan tahunan atau annual report, memuat data
mengenai komite audit yang lengkap, data jumlah aset, penjualan,
piutang, laba bersih, aliran kas dari aktiva operasi, sebagai alat ukur
menentukan ukuran perusahaan, dan sebagai data untuk menghitung
dicretionary accrual.

Dari kriteria diatas didapatkan 10 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia bidang industri barang sub bidang makanan dan minuman
yang terdapat di tahun 2010 - 2014.

Berikut ini daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sampai dengan tahun 2014.
Table 1.1
Sampel Perusahaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

Karakteristik Sample
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2010 -2014
Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang terbuka
(go public).
Perusahaan tersebut telah menerapkan system c orporate
governance.
Perusahaan manufaktur yang bukan termasuk di sektor
industri barang konsumsi dan tidak termasuk dalam sub
bidang makanan dan minuman.
Perusahaan manufaktur sub bidang makanan dan
minuman
Perusahaan manufaktur sub bidang makanan dan
minuman
yang melaporkan data laporan keuangan
tahunan periode 2010 -2014 tidak lengkap

Perusahaan
manufaktur sub bidang makanan dan
minuman
yang melaporkan data laporan keuangan
periode tahun 2010-2014 dengan rupiah dan secara
lengkap

Jumlah
Perusahaan
140
140
140
125
15
5

10

Sumber : Olah Data Penulis, 2016


Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat sepuluh perusahaan
manufaktur bidang industri barang konsumsi sub bidang makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010 sampai dengan 2014, yang
berarti dengan periode lima tahun, sehingga total data yang diolah adalah
sebanyak lima puluh.

Berikut daftar perusahaan manufaktur yang menjadi sample dalam penelitian ini,
yaitu :

No.
1

KODE
ADES

Table 1.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
Nama Perusahaan
PT Akasha Wira International, Tbk.


2

DLTA

PT Delta Djakarta, Tbk.

3

ICBP

PT Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk.

4

INDF

PT Indofood Sukses Makmur, Tbk

5


MLBI

PT Multi Bintang Indonesia, Tbk.

6

MYOR

PT Mayora Indah, Tbk.

7

PSDN

PT Prashida Aneka Niaga, Tbk.

8

ROTI


PT Nippon Indosari Corporindo, Tbk.

9

SKLT

PT Sekar Laut, Tbk.

10

ULTJ

PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk

Sumber : Olah Data Penulis, 2016

1.3

Operasionalisasi Variabel


Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni, variabel
terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Sekaran
(2009:115) mendefinisikan variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau
membawa variasi pada nilai, dimana nilai dapat berbeda pada berbagai waktu
untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau
orang yang berbeda. Menurut Sekaran (2009:116-117) variabel terikat adalah
variabel yang menjadi perhatian utama peneliti, sedangkan variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel terikat baik secara positif maupun secara
negatif.
Variabel dependen atau disebut variabel Y dalam penelitian ini adalah
manajamen laba sedangkan variabel independen yang disebut variabel X adalah

ukuran perusahaan sebagai variabel independen satu (X1) dan komite audit
sebagai variabel independen dua (X2). Variabel independen satu (X1) yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran perusahaan yang menurut Arini
(2009) dan Ghozali (2006) ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural
(Ln) dari total aset. Sehingga secara secara sistematika penghitungan ukuran
perusahaan adalah sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Logaritma Natural Total Aktiva
Sumber : Ghozali (2006)

Sedangkan variabel independen dua (X2) dari penelitian ini adalah komite
audit dengan indikator frekuensi rapat komite audit dan jumlah anggota komite
audit. Melalui keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004, serta
KNKG (2006:15) yang menghimbau bahwa setidak-tidaknya komite audit
melakukan rapat minimal 4 (empat) kali dalam setahun atau kuartalan Variabel
frekuensi pertemuan komite audit dalam penelitian ini menggunakan himbauan
dari BAPEPAM dan KNKG bahwa setidak-tidaknya komite audit melakukan
rapat minimal 4 (empat) kali dalam setahun atau kuartalan, Apabila terdapat
pengaduan dugaan pelanggaran dalam kegiatan keuangan, maka komite audit juga
wajib melaksanakan rapat untuk pengumpulan data dan meneliti apakan dugaan
pelanggaran tersebut benar terjadi. Frekuensi rapat komite audit ini dapat dilihat
pada laporan tahunan (annual report) dari perusahaan. Sedangkan untuk jumlah
anggota dari komite audit mengacu pada SE Direksi BEJ No. Kep-339/BEJ/072001 tanggal 21 Juli 2001, yang mengemukakan bahwa jumlah anggota dari
komite audit berjumlah minimal 3 orang dalam suatu perusahaan. Jumlah anggota
komite audit ini dapat dilihat pada laporan tahunan ( annual report) dari
perusahaan.
Variabel terikat (Y) yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah
manajemen laba menurut Sulistyanto (2008:6) yang diartikan sebagai suatu
intervensi pihak manajemen terhadap informasi-informasi dalam laporan
keuangan. Manajemen laba ini diproksikan dengan discretionary accruals.
Discretionary accruals adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan

manajer, artinya manajer memberi intervensinya dalam proses pelaporan
akuntansi.
Menurut Sulistyanto (2008:215-216), discretionary accruals menggunakan
komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak
memerlukan bukti kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen
akrual tidak disertai kas yang diterima atau dikeluarkan. Pengukuran discretionary
accrual sebagai proksi kualitas laba (manajemen laba) menggunakan Model Jones

(1991) yang dimodifikasi oleh Dechow et al. (1995).
Menurut Siallagan dan Machfoedz (2006) model ini digunakan karena
dinilai merupakan model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba.
Menurut Sulistyanto (2008:224-225) untuk mendapatkan nilai discretionary accrual
dilakukan dengan menghitung langkah-langkah berikut ini :

1.

Menghitung nilai total akrual (TAC) yang merupakan selisih dari
pendapatan bersih (nett income) dengan arus kas operasi untuk setiap
perusahaan dan setiap tahun pengamatan. Dinyatakan dalam
sistimatika sebagai berikut:
TACT = NiT – CFOT
Sumber: Sulistyanto (2008:216)

Keterangan:
TACT

: Total accrual pada periode T

NiT

: Laba bersih operasi (operating income) periode T

CFOT

: Aliran kas dari aktiva operasi (cash flow from operating
activities) pada periode T.

2.

Menghitung nilai nondiscretionary accrual (NDA).
a. Melakukan regresi sederhana terhadap :
TACt
-------- = sebagai variabel dependen
TA t-1

1
Δ Sales
PPE
------- , ------------ , -------- = sebagai variabel independen
TA t-1
TA t-1 TA t-1
Sumber: Sulistyanto (2008:224)

b. Tahap selanjutnya adalah:
TACt
1
Δ REV
------- = ϐ0 -------- ,+ ϐ1 ----------TA t-1
TA t-1
TA t-1

PPE
+ ϐ2 -------TA t-1



Sumber: Sulistyanto (2008:224)
c. NDA dihitung dengan rumus sebagai berikut:

1
NDA t = ϐ0 ------ + ϐ1
TA t-1

Δ Sales – Δ TR
---------------------TA t-1

+ ϐ2

PPE
-------TA t-1

Sumber: Sulistyanto (2008:224)

Keterangan:
TAC ᴩᴛ

: Total Accrual pada periode

TA t-1

: Total Aktiva periode sebelumnya

Δ Sales

: Perubahan penjualan perusahaan i dikurangi tahun
sebelumnya.

Δ REV

: Perubahan pendapatan perusahaan i dikurangi tahun
sebelumnya.

PPEt

: Aktiva tetap (gross property, plant and equipment)
pada tahun periode.

Δ TR

: Perubahan piutang perusahaan i dikurangi piutang
tahun sebelumnya.

NDAt

: Nondiscretionary

Accrual tahun periode.

3.

Menghitung nilai discretionary accrual (DA) yaitu selisih antara total
akrual (TAC) dengan nondiscretionary accrual(NDA). Secara
sistematik perhitungannya adalah sebagai berikut:
TACPT
DACPT =

– NDAPT

TA t-1
Sumber: Nuryaman (2008)

Keterangan:
DAC ᴩᴛ

: Discretionary Accrual pada periode tes

TAC ᴩᴛ

: Total Accrual pada periode tes

NDAPT

: Nondiscretionary Accrual pada periode tes

Discretionary Accrual ini akan menghasilkan nilai negatif, positif serta

nol. Menurut Sulistyanto (2008:165), apabila nilai DAC (discretionary accrual)
negatif maka berarti perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara
menurunkan laba, apabila nilai DAC (discretionary accrual) positif maka
perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara menaikan laba, apabila nila
DAC (discretionary accrual) sama dengan nol, maka perusahaan melakukan
manajemen laba dengan cara perataan laba. Berikut beberapa ringkasan penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan ukuran perusahaan, komite audit, serta
manajemen laba.

Variabel
Variabel
Independen
(X1)
Ukuran
Perusahaan

Table 1.3
Operasionalisasi Variabel
Konsep
Indikator
Ukuran perusahaan
adalah suatu skala
dimana dapat di
klasifikasikan besar
kecilnya perusahaan, dan
penentuan skala besar
kecilnya perusahaan
dapat ditentukan
berdasarkan total aktiva,
penjualan, log size, nilai
pasar saham, kapitalisasi
pasar dan lain-lain yang
semuanya berkorelasi
tinggi.

Ln. Total Aktiva
Sumber:
- Panjaitan (2004)
- Yusuf dan Soraya (2004)
- Suwito dan Herawati
(2005),
- Nugraheni dan Hapsoro
(2007)
- Arini (2009)

Skala
Rasio

Sumber : Panjaitan
(2004)

Variabel
Independen
X2
Komite Audit

Komite Audit adalah
adalah sekelompok atau
beberapa orang yang
terdiri dari anggota
dewan komisaris yang
memiliki tanggung
jawab dalam membantu
auditor dalam
mempertahankan
independensinya dari
manajemen.
Sumber : Arens dkk,
(2008:86)

Variabel
Dependen
(Y)
Manajemen
Laba

Manajemen laba di
identifikasikan sebagai
suatu tindakan manajer
yang dilakukan melalui
pilihan kebijakan
akuntansi untuk
memperoleh tujuan
tertentu.
Sumber: Scott
(2009:403)

Ukuran Perusahaan =
Logaritma Natural Total
Aktiva
Sumber : Ghozali (2006)
1. Aktivitas komite audit,
yaitu frekuensi rapat
komite audit.
2. Jumlah anggota komite
Audit
Data diambil dalam laporan
tahunan (annual report)
perusahaan.
Sumber:
- Kep-339/BEJ/07-2001
- BAPEPAM No. Kep29/PM/2004
- KNKG (2006)
- Hermawan (2009)
Discretionary Accrual
Sumber:
Jones (1991)
Utami (2005)
Scott (2009)
Nuryaman (2008)
Sulistyanto (2008:218)
TACT = NiT – CFO T

TACt
-------- = dependen
TA t-1
1
Δ Sales
PPE
------ , ------------ , ------TA t-1 TA t-1
TA t-1
= independen
TACt
------- = ϐ0
TA t-1

1
-------TA t-1

Δ REV
PPE
+ ϐ1 ------------- + ϐ2 -------- + Σ
TA t-1
TA t-1

Nomi
nal

Rasio

1
NDA t = ϐ0 --------TA t-1
Δ Sales – Δ TR
PPE
+ ϐ1 ---------------------- + ϐ2 --------

TA t-1

TACPT
DACPT =

TA t-1

– NDAPT

TA t-1

Sumber : Olah Data Penulis, 2016

1.4

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik,
yaitu:
1.

Pengumpulan data sekunder
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data-data
sekunder yang diperoleh melalui situs internet www.idx.co.id yaitu
berupa annual report perusahaan manufaktur khususnya di bidang
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data, mempelajari serta menelaah data
sekunder yang berhubungan.

2.

Penelitian kepustakaan (library reseach)
Penelitian

kepustakaan

dimaksudkan

untuk

memperoleh

data

kepustakaan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa
buku, jurnal maupun makalah yang berkaitan dengan penelitian.
Kegunaan penelitian kepustakaan adalah untuk memperoleh dasardasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis dalam
menganalisa masalah yang diteliti sebagai pedoman untuk melakukan

studi dalam penelitian di lapangan.

1.5

Teknik Pengujian Data

Dalam penelitian ini terdapat dari satu variabel independen, sehingga
metode pengolahan data menggunakan koofisien Regresi Linier Berganda.
Sebelum dilakukan pengolahan data te maka terlebih dahulu harus dilakuka
pengujian data Tehnik pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji
asumsi

klasik

terdiri

dari

uji

normalitas,

uji

multikolinearitas,

uji

heteroskedastisitas, dan autokorelasi data, dan semua data harus sesuai dengan
ketentuan dari semua tahap dalam setiap tahap uji.
1.

Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:160) uji normalitas data bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah
data yang berdistribusi normal atau mendekati normal untuk
mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini menggunakan dua analisis statistik, yaitu :
a. Uji Grafik Normal Probability Plot
Pengambilan keputusan dalam Uji Grafik Normal Probability Plot
ini adalah sebagai berikut:
a. Data dikatakan berdistribusi normal apabila jika data menyebar
disekitas garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
b. Data dikatakan tidak berdistribusi normal apabila data menyebar
jauh dari arah garis atau tidak mengikuti diagonal.
b. Uji Non-parametik Kolmogorov-Smirnov
Dalam mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S :
a. Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih besar dari 0,1 maka
data terdistribusi secara normal.

b. Jika nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 0,1 maka
data tersebut tidak terdistribusi secara normal.
2.

Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013:105) uji ini bertujuan untuk menguji apakah di
dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
regresi adalah melihat tolerance value dan varian inflation factor
(VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah multikolonieritas
apabila mempunyai tolerance value > 0,10 dan nilai varian inflation
factor (VIF) < 10.

3.

Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas, penelitian ini menggunakan uji dengan grafik
Scatterplot. Melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dari titik menyebar secara acak serta

menyebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y.
4.

Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013:110) uji ini bertujuan untuk mendeteksi
apakah dalam model regresi linear yang digunakan terdapat korelasi
antara kesalahan pengganggu atau residual pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka model tersebut masih harus diperbaiki sehingga tidak terjadi
autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji Run Test dalam

mendeteksi autokorelasi dengan α sebesar 10%. Pengambilan
keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Apabila Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > dari 10% (0.1) maka tidak
terjadi autokorelasi
b. Apabila Nila Asymp. Sig. (2-tailed) < dari 10% (0.1) maka terjadi
autokorelasi.

1.6

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Koefesian Regresi
Linier Berganda untuk menganalisa data dan metode Koefisien Determinasi.
Koefisien Regresi Berganda digunakan karena variabel independen lebih dari satu
sedangkan koofisien determinasi digunakan untuk mengukur data supaya tidak
terjadi data yang bias.

1.6.1

Metode Koefesien Regresi Linear Berganda
Metode ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-

variabel independen terhadap variabel dependen. Model yang dikembangkan
dalam penelitian adalah sebagai berikut :
DA = a + b1 SIZE + b2 ACTV + b3 QUANT + e
Sumber: Sugiyono (1998:154)

Keterangan:
DA

= discretionary accrual (proksi dari manajemen laba)

a

= Konstanta

SIZE

= Ukuran Perusahaan

ACTV = Jumlah Rapat Komite Audit

QUANT= Jumlah Anggota Komite Audit
b1,2,3 = Koefisien Regresi
e

= kesalahan (error )

1.6.2

Koefisien Korelasi
Menurut Ghozali (2013:96) koefisien korelasi bertujuan untuk mengukur

kekuatan hubungan linier antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukan
hubungan fungsional atau dengan kata lain analisa korelasi tidak membedakan
antara variabel dependen dengan variabel dependen. Jadi dalam koefesien korelasi
ini yaitu apakah data sample yang ada menyediakan bukti yang cukup bahwa ada
kaitan antara variabel-variabel dalam populasi asal sampel, dan apabila ada
hubungan , seberapa kuat hubungan antar variabel tersebut.
Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan
antara variabel. Standar angka dalam koefisien korelasi ini adalah sebagai berikut:
Table 1.4
Kekuatan Koefisien Korelasi
Angka korelasi
Kekuatan Korelasi
0 – 0,25
Lemah
0,025 – 0,5
Cukup
0,5 – 0,75
Kuat
> 0.75
Sangat Kuat
Sumber: Nurhayati (2015:93)

1.6.3

Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi menunjukan seberapa besar kemampuan variabel
independen dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R-Squares menunjukan
model lemah atau kuat. Kelemahan mendasar menggunakan R-Squares adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan ke dalam model. Setiap

tambahan satu variabel independen, maka nila R-Squares pasti akan meningkat.
Sehingga diperlukan untuk menggunakan nilai adjusted R-Squares dalam
mengevaluasi koefisien Regresi. Nilai koefisiensi determinasi adalah antara nol
dan satu. Menurut Gozhali (2011:97), nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen sangat terbatas. Sedangkan apabila nila R2 yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
Rumus dari koefisiensi Determinasi adalah :

KD = R2 x 100%
Sumber : Nurhayati (2015:95)

1.7

Pengujian Hipotesis

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau
pemecahan persoalan untuk dasar penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini
Peneliti menggunaka dua teknik pengujian hipotesis, yaitu uji parsial (uji t) dan
uji simultan (uji F)

1.7.1

Uji Parsial (Uji Sig. t)

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji Parsial (Uji t).
Uji Sig. t dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
independen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan (t) hitung dengan (t) tabel

Adapun ketentuan adalah sebagai berikut :
Ho diterima jika (t) hitung < (t) tabel untuk α = 0.1
Ha diterima jika (t) hitung > (t) tabel untuk α = 0.1
Rumus untuk mencari t tabel adalah :

t tabel = (α / 2 ; n – k – 1)
Sumber : Ghozali (2006)

Keterangan :
α

: tingkat signifikasi ( 0,1)

n

: jumlah sample

k

: jumlah variabel independen

1.7.2

Uji Simultan (Uji F)

Menurut Ghozali (2006) Uji statistik F digunakan untuk mengetahui
apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model regresi

mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0.1, maka variabel independen
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Uji F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan
sudah tepat. Ketentuan yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:
a.

Jika F hitung > F tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (sig <
0,1), maka model penelitian dapat digunakan atau model tersebut
sudah tepat.

b.

Jika F hitung < F tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (sig >
0,1), maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model
tersebut tidak tepat.

Perhitungan dengan F tabel adalah sebagai berikut:
df1 = k – 1
df2 = n – k
Keterangan

: n : banyaknya sampel
k : banyaknya variabel (independen dan dependen)

Sumber: Ghozali (2006)