aplikasi dan pengembangan konstruk teori

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernyataan Descartes (dalam Baird & Kaufmann,
2008), ”Cogito ergo sum!” menunjukkan aktivitas rasional
sebagai identitas manusia. Itulah sebabnya manusia terus
terdorong untuk mengembangkan seperangkat ilmu. Hal ini
bersumber pada kenyataan bahwa ia memerlukannya.
Manusia ditantang untuk menentukan sendiri bagaimana
bersikap terhadap prasyarat-prasyarat kehidupannya. Oleh
karena seluruh realitas secara potensial memengaruhinya,
manusia sedemikian membutuhkan pengetahuan yang
setepat-tepatnya

dan

seluruh realitas itu.

selengkap-lengkapnya

tentang


Ia hanya dapat hidup dengan baik

apabila ia menanggapi realitas itu sebagaimana adanya,
dan untuk itu ia harus tahu, mengerti, dan memahaminya.
Darihistorisitasnya,
menangani

“pengetahuan”

itu.

filsafatlah

yang

Selanjutnya,

pada


permulaan zaman modern, filsafat dibandingkan dengan
pohon yang meliputi seluruh ilmu (Descartes): akarakarnya adalah metafisika, dan ranting-rantingnya adalah
semua ilmu yang lain. Ilmu-ilmu tersebut satu per satu
memperoleh

otonominya,

berkembang

pesat,

dan

mengambil alih banyak tugas yang secara tradisional
dijalankan

filsafat.

Ilmu-ilmu


tersebut

meningkatkan

kuantitas dan kualitas pengetahuan manusia. Ilmu-ilmu itu
mengorganisasikan

pengetahuan

sistematis

efektif,

agar

dan

manusia

secara


mengembangkan

metodemetode untuk menambah, memperdalam, dan
membetulkannya.

Demi tujuan itu,

ilmu harus membatasi diri pada bidang-bidang tertentu
1

dan mengembangkan metode-metode setepat mungkin
untuk bidangnya masing-masing. Namun, pengkhususuan
([super-]spesialisasi)

ilmu-ilmu―berkat

positivisme―menjadi hal yang mendasari sukses pesatnya
ilmu-ilmu


itu,

sekaligus

merupakan

keterbatasannya.

Pertanyaan yang lebih umum, yang menyangkut beberapa
bidang

atau

hubungan

interdisipliner,

pertanyaan

mengenai realitas sebagai keseluruhan, mengenai manusia

dalam keutuhannya, tidak dapat ditangani oleh ilmu-ilmu
itu karena ilmu-ilmu itu tidak memiliki sarana teoretis
untuk mambahasnya. Justru dalam hal ini diperlukan
filsafat ilmu, untuk menangani pertanyaan-pertanyaan
mahapenting yang di luar kemampuan metodis ilmu-ilmu
spesial itu, secara metodis, sistematis, kritis dan berdasar.
B. Rumusan masalah
1.
2.
3.

Apa pengertian teori ilmu, konsep dan definisi?
Bagaimana pendekatan dan pengembangan struktur teori ?
Apa yang dimaksud dengan kronstruksi teori modek korespondesnsi,
koherensi dan paradikma ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori ilmu, konsep dan definisi.
2. Untuk menegtahui pendekatan dan pengembangan struktur teori.
3. Untuk mengetahui kronstruksi teori modek korespondesnsi, koherensi

dan paradikma.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Ilmu, Konsep Dan Definisi
1. Teori Ilmu
Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup
bermakna ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena
itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang harus menegaskan
sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang dimaksud. Menurut
cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk
menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu
kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu
seumumnya (science-ingeneral). Arti yang kedua dari ilmu menunjuk
pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari
sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang
ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geografi, atau
sosiologi. Istilah inggris ‘science’ kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu

khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis
mengenai dunia fisis atau material(systematic knowledgeof the physical
or material word). Istilah Ilmu pengetahuan di ambil dari bahasa arab;
“alima, ya’lamu, ‘ilman” yang berarti mengerti atau memahami benarbenar. Dalam bahasa inggris istilah ilmu berasal dari kata science, yang
berasal dari bahasa latin scienta dari bentuk kata kerja scire, yang berarti
mempelajari dan mengetahui (susanto, 2011:76). Menurut sumarna
(2006: 153), dalam susanto: ilmu di hasilkan dari pengetahuan ilmiah,
yang berangkat dari perpaduan proses berpikir dedektif (rasional) dan
induktif (empiris). Jadi proses berpikir inilah yang membedakan ilmu dan

3

pengetahuan. Adapun pengertian pengetahuan itu sendiri, seperti yang di
kemukakan surajiyo (2007:62) dalam susanto, adalah hasil tahu manusia
terhadap sesuatu dan segala perbuatan manusia untuk memahami suatu
objek yang dihadapinnya. Namun, manusia tidak dapat menuntut bahwa
memperoleh sesuatu itu berarti sudah jelas kebenarannya,
Karena boleh jadi hanya kebetulan benar saja. Dari segi maknanya,
pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada
sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode.

Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti
pengetahuan (knowledge). Di antara para filosuf dari berbagai aliran
terdapat pemahaman umum.
Bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari
pengetahuan (any systematic body of knowledge). Charles singer
merumuskan, ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan, begitu juga
dengan John Warfield yang mengemukakan bahwa ilmu dipandang
sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu
perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian
besar dari ilmu sebagai suatu proses.
Oleh karena itu ilmu dapat dipandang sebagai satu bentuk aktivitas
manusia, maka dari makna ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk
sampai pada metode dari aktivitas itu. Dengan demikian pengertian ilmu
sebagai pengetahuan, aktivitas, atau metode itu apabila ditinjau lebih
mendalam, sesungguhnya tidak saling bertentangan. Bahkan sebaliknya,
ketiga hal itu merupakan satu kesatuan logis yang mesti ada secara
berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu
harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metode
itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Dalam literatur tentang
ilmu dan penelitian terdapat pendapat yang mengikuti pembedaan, James

Conant mengenai the dynamic view (pandangan dinamis) dan the static
view of science (pandangan statis tentang ilmu). Pandangan dinamis
mengenai ilmu membahas science sebagai suatu aktivitas, sedang
kebalikannya pandangan statis menguraikan ilmu sebagai systematized
information (keterangan yang disistematiskan)
2.

Konsep

4

Pengrtian Konsep adalah serangkaian pernyataan
yang saling berhubungan yang menjelaskan mengenai
sekelompok kejadian / peristiwa dan merupakan suatu
dasar atau petunjuk didalam melakukan suatu penelitian,
dimana teori dan konsep tersebut dapat memberikan
gambaran secara sistematis dari suatu fenomena.
Ciri ciri konsep:
1. Konsep itu mempunyai sifat abstrak dan merupakan
gambaran mental tentang benda, peristiwa ataupun

kegiatan.
2. Konsep ialah kumpulan dari benda-benda yang
mempunyai karakteristik ataupun kualitas secara
umum. Jadi yang ada di dalam konsep terdapat
beberapa hal yang bisa di satukan.
3. Konsep mempunyai sifat personal, pemahaman orang
mengenai konsep “kelompok” misalkan mungkin
berbeda dengan pemahaman orang lainnya.
4. Konsep dipelajari melalui sebuah pengalaman dengan
belajar.
5.

Konsep bukanlah persoalan arti dari sebuah kata
seperti yang ada di dalam kamus, kamus sendiri
memiliki makana lain yang lebih luas.

3.

Definisi
Definitio yang
"pembatasan".
keterangan

berarti

Sekarang

yang

"penentuan

ini, pengertian

merupakan

uraian

arti"

atau

definisi adalah

atau

penjelasan

tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi
makna suatu kata atau ungkapan tersebut. Kata atau
ungkapan

yang

hendak

disebut definiendum, sedangkan
5

bagian

dijelaskan
yang

menjelaskan definiendum itu

disebut definiens. Definisi

dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni definisi
nominal (verbal) dan definisi real. Definisi nominal terdiri
atas definisi nominal umum dan definisi nominal khusus.
Defenisi real terdiri atas definisi real esensial dan definisi
real deskriptif. Definisi real esensial dapat dibagi lagi
menjadi definisi real esensial fisik dan definisi real esensial
metafisik. Definisi real deskriptif dapat dibagi lagi menjadi
definisi real deskriptif kausal, definisi real genetik, dan
definisi

real

deskriptif

aksidental.

telah

diklasifikasin

definisi yang

Ada

beberapa jenis

oleh

para ahli

logika seperti yang telah disebutkan di atas berikut ini
penjelasannya:
a. Definisi nominal atau definisi verbal: Definisi nominal
atau

definisi

verbal

adalah

definisi

yang

paling

sederhana dan bersifat sementara karena hanya
memberi penjelasan etimologis atau memberi sinonim
kepada

istilah

yang

hendak

dijelaskan.

Definisi

nominal tidak memberi pengertian yang hakiki tentang
sesuatu yang dijelaskan itu.
b. Definisi nominal umum: Definisi nominal umum adalah
definisi yang pada umumnya diterima oleh semua
orang, yang memberi penjelasan tentang suatu kata
atau ungkapan dengan sesuatu yang sesuai dengan
c.

pemahaman umum.
Defenisi nominal khusus: Defenisi nominal khusus
adalah definisi yang bersifat relatif dan seringkali juga
subjektif. Oleh karena itu, tidak berlaku umum, atau
kendatipun dikenal umum, kata atau ungkapan itu

memiliki arti yang berbeda-beda.
d. Defenisi Real: Defenisi real dianggap searti dengan
definisi analitis atau definisi eksplikatif. Definisi real
dapat dibagi menjadi definisi esensial dan definisi
deskriptif.
e. Definisi Esensial: Definisi esensial adalah definisi yang
benar-benar sanggup memberi pengertian yang hakiki
6

tentang sesuatu yang hendak dijelaskan. Definisi
esensial adalah penjelasan lewat uraian bagian-bagian
yang

esensial

penyusunan

tentang

definisi

differentiam, yakni

sesuatu

esensial

penyusunan

tersebut.

Prinsip

ialah pergenus
definisi

et

dari genus

proximum (proximate genus) dan differentia specifica.
Definisi esensial dapat dibedakan lagi atas definisi
f.

esensial fisik dan definisi esensial metafisik.
Definisi Esensial Fisik: Definisi esensial fisik adalah
penjelasan yang mengacu pada uraian bagian-bagian
yang

mewujudkan

esensi

sesuatu

yang

menjadi definiendum.
g. Definisi Esensial Metafisik: Definisi Esensial Metafisik
adalah definisi yang paling ideal, yang benar-benar
terdiri atas genus proximum dan differentia specifica.
h. Definisi Deskriptif: Definisi deskriptif adalah penjelasan
yang mengacu pada uraian tentang ciri-ciri khusus
yang dimiliki oleh sesuatu yang dijelaskan itu. Definisi
deskriptif dapat dibedakan lagi atas definisi kausal,
i.

definisi genetik, dan definisi aksidental.
Definisi Kausal: Definisi kausal ialah definisi yang
menjelaskan

j.

sebab-akibat

sesuatu

yang

menjadi definiendum.
Definisi Genetik: Definisi genetik adalah definisi yang
memberi

penjelasan

tentang

asal

usul

atau

menguraikan bagaimana sesuatu itu terjadi.
k. Definisi Aksidental: Definisi aksidental adalah definisi
yang disusun dari genus proximum dan accidentia.
Jadi, definisi aksidental ialah definisi yang menyebut
semua

ciri-ciri

aksidental

dari

sesuatu

yang

menjadi definiendum itu.

B. Pendekatan Dan Pengembangan Struktur Teori
Peter R Senn
Suriasumantri)

dalam Ilmu Dalam Perspektif (Jujun

meskipun

tidak
7

secara

gamblang

ia

menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangunan struktur Van
Peursen menggambarakan lebih tegas bahwa “Ilmu itu
bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau
unsur dasar tersebut tidak pernah langsung di dapat di alam
sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan
sehingga dapat dipakai kemudian digolongkan menurut
kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Upaya ini
tidak

dilakukan

dengan

sewenang

wenang,

melainkan

merupakan hasil petunjuk yang menyertai susunan limas
ilmu yang menyeluruh akan makin jelas bahwa teori secara
berbeda-

beda

Nataatmaja

meresap

sampai

menggambarkan

dasar

dalam

ilmu.

Hidayat

bahasanya

sendiri

mengenai hal tersebut di atas bahwa “ilmu memiliki struktur
dan struktur ilmu itu beberapa lapis. Beliau membagi lapisan
ilmu ke dalam 2 golongan/ kategori yaitu lapisan yang
bersifat terapan dan lapisan yang bersifat paradigmatik.
Kedua kategori memiliki karakter sendiri-sendiri. Lapisan
terapan besifat praktikal dan lapisan paradigmatik bersifat
asumtif

spekulatif.

Dalam

penerapannya,

ilmu

dapat

dibedakan atas berikut di bawah ini:
1. Ilmu Murni (pure science). Yang dimaksud dengan Ilmu
murni adalah ilmu tersebut hanya murni bermanfaat untuk
ilmu itu sendiri dan berorientasi pada teoritisasi, dalam arti
ilmu pengetahuan murni tersebut terutama bertujuan
untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan
secara abstrak yakni untuk mempertinggi mutunya.
2. Ilmu Praktis (applied science). Yang dimaksud dengan ilmu
praktis

adalah

ilmu

tersebut

praktis

langsung

dapt

diterapkan kepada masyarakat karena ilmu itu sendiri
bertujuan

untuk

mempergunakan

hal

ikhwal

ilmu

pengetahuan tersebut dalam masyarakat banyak.
3. Ilmu Campuran. Yang dimaksud dengan ilmu campuran
dalam hal ini adalah sesuatu ilmu yang selain termasuk
ilmu murni juga merupakan ilmu terapan yang praktis

8

karena dapat dipergunakan dalam kehidupan masyarakat
umum.
Sedangkan dalam fungsi kerjanya, ilmu juga dapat
dibedakan atas berikut ini:
1. Ilmu teoritis rasional. Ilmu teoritis rasional adalah ilmu
yang memakai cara berpikir dengan sangat dominan,
deduktif

dan

mempergunakan

silogisme,

misalnya

dogmatis hukum.
2. Ilmu empiris praktis. Ilmu empiris praktis adalah ilmu yang
cara penganalisaannya

induktif

saja, misalnya

dalam

pekerjaan social atau dalam mewujudkan kesejahteraan
umum dalam masyarakat.
3. Ilmu teoritis empiris. Ilmu teoritis empiris adalah ilmu yang
memakai cara gabungan berpikir, induktif-deduktif atau
sebaliknya deduktif-induktif.
Saat ini tampaknya sebagian besar para pakar
membagi ilmu atas ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu hukum
yang pada satu titik tertentu sangat sulit dibedakan, namun
pada titik yang lain sangat berbeda satu sama lain.Ilmu-ilmu
eksakta kesemuanya mempunyai objek fakta-fakta, dan
benda-benda alam serta hukum-hukumnya pasti dan tidak
dapat dipengaruhi oleh manusia.
Ilmu-ilmu
antara

lain yaitu

berbagai ilmu

permesinan

kapal,

petrokimia,

informatika,

industry,

nuklir,

pertambangan,

arsitektur,

pertanian,

eksakta

teknik

perminyakan,
computer,
kimia,

geodesi,

(seperti teknik
metalurgi,

planologi,

sipil,

meliputi

kelautan,

mesin,

geologi,

gas,

elektro,

geofisika,

dan

meteorologi), berbagai ilmu kedokteran (seperti kedokteran
gigi,

anak,

kebidanan,

penyakit

dalam,

bedah

mulut,

penyakit

khusus,

kesehatan

bedah,

masyarakat,

keperawatan, kelamin, dan penyakit mata), berbagai ilmu
alam (seperti geofisika, bumi, ruang angkasa, dan pesawat),
berbagai ilmu matematika (seperti ilmu ukur ruang, ilmu ukur
9

sudut dan aljabar), berbagai ilmu hewan (seperti kedokteran
hewan, biologi, lingkungan dan peternakan), berbagai ilmu
tumbuh-tumbuhan

(seperti

pertanian

dan

kehutanan),

berbagai ilmu kimia, ilmu tanah, ilmu komputer, farmasi,
agronomi, geografi dan statistik. Sedangkan ilmu-ilmu sosial
hukum-hukumnya relatif tidak sama dalam berbagai ruang
dan waktu, dibandingkan ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti)
dalam arti selalu ada perubahan yang tergantung pada
situasi dan kondisi dan lingkungan, bahkan bisa dipengaruhi
dan diatur (rekayasa) oleh manusia. Ilmu-ilmu social meliputi
antara lain berbagai ilmu administrasi (seperti administrasi
pembangunan,
perkantoran),

Negara,
berbagai

fiskal,
ilmu

niaga,
ekonomi

kepegawaian
(seperti

dan

ekonomi

pertanian, mikro, makro, social, akuntansi dan keuangan),
berbagai ilmu hukum (seperti hukum perdata, hukum pidana,
hukum adat, hukum islam dan hukum waris), serta disiplin
ilmu social lainnya seperti ilmu politik, ilmu pemerintahan,
ilmu

jiwa

(psikologi),

sosiologi,

jurnalistik,

perhotelan,

kepariwisataan, sejarah, antropologi, arkeologi, komunikasi,
manajemen,

akuntansi,

perpustakaan,

hubungan

internasional dan ilmu negara
C. Kronstruksi Teori Model Korespondesnsi, Koherensi Dan Paradikma
Teori Korespondensi (The Correspondence Theory of Thruth)
memandang bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara pernya-taan tentang
sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri. Teori Koherensi/Konsistensi
(The Consistence/Coherence Theory of Truth) memandang bahwa kebenaran
ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan
lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar.
Teori Pragmatis (The Pragmatic Theory of Truth) memandang bahwa
“kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis”; dengan kata lain,
“suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia”. Kata kunci teori ini adalah: kegunaan
(utility), dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang
10

memuaskan (satisfactory consequencies). Kelima macam teori kebenaran
yang akan dibahas berikut ini adalah berbagai cara manusia memperoleh
kebenaran yang sifatnya relatif atau nisbi. Kebenaran absolut atau kebenaran
mutlak berasal dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui wahyu.
Alam dan kehidupan merupakan sumber kebenaran yang tersirat dari tuhan
untuk dipelajari dan diobservasi guna kebaikan umat manusia.
Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth) Teori
kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataanpernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau
pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut.
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah
benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya.
Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori
kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga
dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles
sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan
harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya.
Dua kesukaran utama yang didapatkan dari teori korespondensi
adalah:

Pertama,

teori

korespondensi

memberikan

gambaran

yang

menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita
menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan
seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan
dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing. Kedua, teori
korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu
kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah
pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu
bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit
untuk dilakukan. Ketiga, Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah
munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera
tidak normal lagi. Di samping itu teori kebenaran korespondensi tidak
berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai.
Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus
didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan

11

objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek.
Teori Koherensi (Coherence Theory of Truth) Teori kebenaran
koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren
atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan
komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis.
Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang
lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling
berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika. Teori
Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth)
memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui,
diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi itu
berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau
pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Dengan demikian suatu
putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian (pembenaran) oleh
putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,diterima dan
diakui benarnya. Karena sifatnya demikian, teori ini mengenal tingkat-tingkat
kebenaran. Disini derajar koherensi merupakan ukuran bagi derajat
kebenaran. Contoh: “Semua manusia akan mati. Si Fulan adalah seorang
manusia. Si Fulan pasti akan mati.” “Sukarno adalah ayahanda Megawati.
Sukarno mempunyai puteri. Megawati adalah puteri Sukarno”. Seorang
sarjana Barat A.C Ewing (1951:62) menulis tentang teori koherensi, ia
mengatakan bahwa koherensi yang sempurna merupakan suatu idel yang tak
dapat dicapai, akan tetapi pendapat-pendapat dapat dipertimbangkan menurut
jaraknya dari ideal tersebut. Sebagaimana pendekatan dalam aritmatik,
dimana

pernyataan-pernyataan

terjalin

sangat

teratur

sehingga

tiap

pernyataan timbul dengan sendirinya dari pernyataan tanpa berkontradiksi
dengan pernyataan-pernyataan lainnya. Jika kita menganggap bahwa 2+2=5,
maka tanpa melakukan kesalahan lebih lanjut, dapat ditarik kesimpulan yang
menyalahi tiap kebenaran aritmatik tentang angka apa saja. Teori koherensi,
pada kenyataannya kurang diterima secara luas dibandingkan teori
korespondensi. Teori ini punya banyak kelemahan dan mulai ditinggalkan.
Misalnya, astrologi mempunyai sistem yang sangat koheren, tetapi kita tidak
menganggap astrologi benar. Kebenaran tidak hanya terbentuk oleh hubungan
12

antara fakta atau realitas saja, tetapi juga hubungan antara pernyataanpernyataan itu sendiri. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah benar
apabila konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang terlebih dahulu kita
terima dan kita ketahui kebenarannya. Matematika adalah bentuk
pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori
koheren. Sistem matematika disusun diatas beberapa dasar pernyataan yang
dianggap benar (aksioma). Dengan mempergunakan beberapa aksioma, maka
disusun suatu teorema. Dan diatas teorema-lah, maka dikembangkan kaidahkaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang
konsisten. Salah satu dasar teori ini adalah hubungan logis dari suatu
proposisi dengan proposisi sebelumnya. Proposisi atau pernyataan adalah apa
yang dinyatakan, diungkapkan dan dikemukakan atau menunjuk pada
rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk
mengemukakan apa yang hendak dikemukakan. Proposisi menunjukkan
pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal dan merupakan
gabungan antara faktor kuantitas dan kualitas. Contohnya tentang hakikat
manusia, baru dikatakan utuh jika dilihat hubungan antara kepribadian, sifat,
karakter, pemahaman dan pengaruh lingkungan. Psikologi strukturalisme
berusaha mencari strukturasi sifat-sifat manusia dan hubungan-hubungan
yang tersembunyi dalam kepribadiannya. Dua masalah yang didapatkan dari
teori koherensi adalah: (1) Pernyataan yang tidak koheren (melekat satu sama
lain) secara otomatis tidak tergolong kepada suatu kebenaran, namun
pernyataan yang koheren juga tidak otomatis tergolong kepada suatu
kebenaran. Misalnya saja diantara pernyataan “anakku mengacak-acak
pekerjaanku” dan “anjingku mengacak-acak pekerjaanku” adalah sesuatu
yang sulit untuk diputuskan mana yang merupakan kebenaran, jika hanya
dipertimbangkan dari teori koherensi saja. Misalnya lagi, seseorang yang
berkata, “ Sundel Bolong telah mengacak-acak pekerjaan saya!”, akan
dianggap salah oleh saya karena tidak konsisten dengan kepercayaan saya.
(2) sama halnya dalam mengecek apakah setiap pernyataan berhubungan
dengan realitasnya, kita juga tidak akan mampu mengecek apakah ada
koherensi diantara semua pernyataan yang benar.
Teori Struktural Paradigmatik Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu
berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas
ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Banyak
13

sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian
fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah
tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah
diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut
paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang
dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan
kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang memiliki suatu
paradigma bersama. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh
karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok,
paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan
penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok
menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan
keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa
melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi
sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis.
Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut
dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah
bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam
memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu
paradigma akan menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena
hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan kompetisi akan mengalami
verifikasi. Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang sangat mirip
dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang kesesuaian
atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori. Perubahan dari paradigma lama
ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan.
Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif
suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang
pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan
berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan
sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan
sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan
berbagai masalah.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kenyataannya kini, kriteria kebenaran cenderung menekankan
satu atu lebih dati tiga pendekatan (1) yang benar adalah yang memuaskan
keinginan kita, (2) yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan
eksperimen, (3) yang benar adalah yang membantu dalam perjuangan hidup
biologis. Oleh karena teori-teori kebenaran (koresponden, koherensi, dan
pragmatisme) itu lebih bersifat saling menyempurnakan daripada saling
bertentangan, maka teori tersebut dapat digabungkan dalam suatu definisi
tentang

kebenaran.

kebenaran

adalah

persesuaian

yang

setia

dari

pertimbangan dan ide kita kepada fakta pengalaman atau kepada alam seperti
adanya. Akan tetapi karena kita dengan situasi yang sebenarnya, maka dapat
diujilah

pertimbangan

tersebut

dengan

konsistensinnya

dengan

pertimbangan-pertimbangan lain yang kita anggap sah dan benar, atau kita uji
dengan faidahnya dan akibat-akibatnya yang praktis. Uraian dan ulasan
mengenai berbagai teori kebenaran di atas telah menunjukkan kelebihan dan
kekurangan dari berbagai teori kebenaran.
Teori Kebenaran Kelebihan Kekurangan Korespondensi sesuai dengan
fakta dan empiris kumpulan fakta-fakta Koherensi bersifat rasional dan
Positivistik Mengabaikan hal-hal non fisik Pragmatis fungsional-praktis tidak
ada kebenaran mutlak Performatif Bila pemegang otoritas benar, pengikutnya
selamat Tidak kreatif, inovatif dan kurang inisiatif Konsensus Didukung teori

15

yang kuat dan masyarakat ilmiah Perlu waktu lama untuk menemukan
kebenaran.

16