TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERT

AGRIEKONOMIKA
JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015
AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang
memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan
kebijakan pertanian dalam arti umum.

Editor in Chief
Ihsannudin, MP

Editor Board
Dr. Elys Fauziyah
Dr. Andri K. Sunyigono
Slamet Widodo, M.Si
Dr. Teti Sugiarti
Suadi, Ph.D

UTM
UTM

UTM
UTM
UGM

Hadi Paramu, Ph.D
Dr. Joni Murti Mulyo Aji
Dr. Amzul Rifin
Dr. Mohammad Arief
Subejo, Ph.D

Unej
Unej
IPB
UTM
UGM

Lay Out
Taufik R.D.A Nugroho
Umar Khasan


Pelaksana Tata Usaha
Umar Khasan
Miellyza Kusuma Putri

Mitra Bestari
Agnes Quartina Pudjiastuti
Apri Kuntariningsih
Watermin
Ernoiz Antriandarti
I Ketut Arnawa

Universitas
Tribuana
Tunggadewi Malang
Pemerhati
Sosiologis
Pembangunan Pedesaan
Univ.
Muhammadiyah
Purwokerto

UNS
Univ.
Mahasaraswati
Denpasar

Gema W. Mukti

Unpad

Harisuddin

UNS

Jauhari

Lolit Sapi Grati

S. Rusdiana
Dedi Irwandi


Balitnak
BPTP
KALTENG

Alamat Redaksi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan
Telp. (031) 3013234 Fax. (031) 3011506
Surat elektronik: agriekonomika@gmail.com
Laman: http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika
AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah
diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada
bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk akan dievaluasi oleh editor board dan blind
reviewer.

AGRIEKONOMIKA
JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN

ISSN 2301-9948
e 2407-6260
VOLUME 4 NOMOR 2 OKTOBER 2015
DAFTAR ISI

SOCIAL QUALITY MASYARAKAT LAHAN PASIR PANTAI PADA
ASPEK SOCIAL EMPOWERMENT DI KECAMATAN PANJATAN
KABUPATEN KULONPROGO …………………………………………………….1-9
Kusumaningrum, Juliman Foor Z, Dalvi Mustafa
PREFERENSI KONSUMEN BERAS BERLABEL ……………………………10-21
Syahrir, Sitti Aida Adha Taridala, Bahari
PERKEMBANGAN
KONVERSI
LAHAN
PERTANIAN
DI
KABUPATEN JEMBER …………………………………………………………22-36
Aryo Fajar Sunartomo
CPUE DAN TINGKAT PEMANFAATAN PERIKANAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis) DI SEKITAR TELUK PALABUHANRATU,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT …………………………………...37-49
Dian Budiasih dan Dian A.N. Nurmala Dewi
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENGUATAN MODAL
KELEMBAGAAN PETANI DI KAWASAN AGROPOLITAN
KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG …………………………...50-58
Watemin, Sulistyani Budiningsih
KAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI
PADI SAWAH DI SERANG BANTEN ………………………………………...59-65
Resmayeti Purba
KAJIAN IDENTIFIKASI PANGAN POKOK BERBASIS KEARIFAN
LOKAL
PADA
RUMAH
TANGGA
PRA
SEJAHTERA
DI JAWA TENGAH ………………………………………………………………66-79
Erlyna Wida R, Heru Irianto dan Choirul Anam
PENINGKATAN
USAHA

TERNAK
DOMBA
MELALUI
DIVERSIFIKASI TANAMAN PANGAN: EKONOMI PENDAPATAN
PETANI …………………………………………………………………………...80-95
S. Rusdiana dan L. Praharani
STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA
PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN
PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH …………………………...96-105
Dedy Irwandi

INTENSI
KEWIRAUSAHAAN
MAHASISWA
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA ……………………………………………………...106-118
Ananda Ahda Vilathuvahna dan Taufik R D A Nugroho
SUBSIDI BUNGA MODAL YANG DITERIMA RUMAH TANGGA
PETERNAK SAPI BINAAN PROGRAM CSR (Corporate Social
Responsibilty) PETROCHINA JABUNG Ltd ………………………………124-133

Ardi Novra
KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DALAM PENYUSUNAN
RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS PADI PADA BKP5K
KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT ………………………..134-155
Elih Juhdi Muslihat, Azhar, Kusmiyati, Woro Indriatmi
GAMBARAN UMUM SEKTOR UNGGULAN DAN KONTRIBUSI
SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR (OLAH DATA
TABEL INPUT-OUTPUT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2010)………156-169
Azizatun Nurhayati1, Any Suryantini2
KERAGAAN USAHATANI DAN PEMASARAN BUAH NAGA
ORGANIK ……………………………………………………………………...170-186
Kustiawati Ningsih1, Herman Felani1, Halimatus Sakdiyah2
PENGEMBANGAN PASAR LELANG FORWARDKOMODITAS
BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PROVINSI SUMATERA
SELATAN ………………………………………………………………………187-199
Heri Rahman
SISTEM DINAMIS RANTAI PASOK INDUSTRIALISASI GULA
BERKELANJUTAN DI PULAU MADURA ………………………………….200-211
Akhmad Mahbubi
SEKTOR PERTANIAN MERUPAKAN SEKTOR UNGGULAN

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI MALUKU ……......212-222
Esther Kembauw1, Aphrodite Milana Sahusilawane1, Lexy
Janzen Sinay2
KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN
PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG ………...223-236
Ati Kusmiati dan Devi Yulistia Nursamsiya
TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN
INDONESIA ……………………………………………………………………237-246
Dian Dwi Laksani1, Rizky Eka Putri2
PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS
LEMBAH PALU ……………………………………………………………….247-259
Rustam Abd. Rauf1, Saiful Darman1, dan Atik Andriana2

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

TARIF BEA MASUK OPTIMAL BAGI PRODUK PERTANIAN
INDONESIA

1

Dian Dwi Laksani, 2Rizky Eka Putri
Pusat Kebijakan Kerjasama Perdagangan Internasional, Badan Pengkajian dan
2
Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan-RI
dian.laksani@kemendag.go.id

1

ABSTRAK
Setiap negara berhak menentukan besaran Tarif Bea Masuk (TBM) yang
dikehendaki terhadap suatu produk atau komoditi. Kebijakan tarif bea masuk
untuk produk pertanian adalah menerapkan nilai serendah mungkin apabila
produk/komoditi yang bersangkutan tidak dapat diproduksi secara optimal di
dalam negeri. Studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh tarif bea masuk produk
impor pertanian terhadap produksi atau penjualan dari produk pertanian di
Indonesia serta menghitung besarnya tarif optimal untuk produk-produk
pertanian Indonesian dengan menggunakan panel data OLS. Hasil estimasi
memperlihatkan, jika pemerintah menaikkan tarif sebesar 1 persen, maka secara

langsung petani akan menikmati peningkatan pendapatan sebesar Rp. 1,62 juta
/hektar. Tarif juga memiliki pengaruh signifikan terhadap fluktuasi penjualan
produk-produk pertanian sebesar 54.73 persen. Buah-buahan merupakan
komoditas yang paling rentan terpengaruh oleh tarif, posisi kedua yaitu produk
padi dan palawija serta posisi ketiga yaitu sayuran.
Kata kunci: Tarif, Produk Pertanian, Panel Data, Perdagangan Internasional
OPTIMAL TARIFF RATE FOR INDONESIA’S AGRICULTURAL PRODUCT

ABSTRACT
Every country or economy has a right to determine their tariff rate for each
product or commodity. Tariff policy for agricultural product was aimed to establish
at the lowest level possible only if the product could not be optimally produced
domestically. This study was conducted to see the influence of import tariff rate
for agricultural product, to the production or selling prosess of agricultural product
in Indonesia, while also counting the optimum tariff rate for Indonesia’s
agricultural product through Ordinary Least Square Data Panel. The resulth show
that, if Government was increasing the tariff by 1 percent, then farmers would
directly benefited an increasing sales as Rp. 1,62 Million/ hectare. Tariff rate also
has significant impact to the fluctuation of sales of agricultural product by 54,73%.
Fruits is the most vulnerable commodity that will be influenced by tariff rate
changes, followed by rice, and vegetables in the last.
Key words: tariff, Agricultural Products, Data Panel, International Trade
PENDAHULUAN
Sebagai negara agraris, pertanian adalah sektor yang sangat penting
bagi perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa
sebesar 14,3% dari total Pendapatan Domestik Bruto di tahun 2104 datang dari
sektor pertanian. Tetapi hingga saat ini, tingkat kesejahteraan petani juga belum
mengalami peningkatan dengan baik. Menurut berita yang dikeluarkan dalam

237

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260

Oktober,
2015

Volume 4, Nomor 2

harian Kompas, tingkat kesejahteraan petani Indonesia berdasarkan Nilai Tukar
Petani (NTP) kian menurun sejak tahun 2012 sebesar 102,5% hingga menjadi
102% di tahun 2014 (Reinars & Sulaiman, 2015). NTP menunjukkan daya beli
dari petani, yang saat ini semakin menurun seiring dengan melambungnya
harga-harga barang kebutuhan pokok. Hal ini membuat produktivitas petani
menurun dan juga berakibat pada turunnya stok. Akibatnya, terjadilah impor
komoditi pertanian untuk menutupi kurangnya pasokan barang.
Hingga saat ini, ada beberapa hal yang mendasari mengapa pertanian
masih dan akan menjadi bagian penting bagi ekonomi Indonesia. Pertama,
besarnya potensi sumber daya alam Indonesia. Hampir setiap daerah di
Indonesia memiliki keragaman sumber daya alam yang berbeda. Kedua, pangsa
ekspor produk pertanian masih cukup besar.

35.00

32.17

30.00
billion USD

25.00
20.00
15.00
10.00

32.55

31.10

25.31
19.86
11.05
8.80

13.48
11.83

17.15
15.02

16.4016.16

16.73
14.37

2011

2012

2013

5.00
-

2009

2010

Ekspor produk pertanian

Impor produk pertanian

Trade Balance

Sumber: Trade Map diolah, 2015
Gambar 1
Perdagangan Produk pertanian Indonesia ke Dunia
Seperti yang tertera dalam Gambar 1, ekspor produk pertanian Indonesia
selama tahun 2009-2013 bernilai sebesar 3 kali nilai impor, yang mana hal ini
merupakan pertanda baik bagi pertumbuhan ekonomi domestik. Negara tujuan
ekspor tertinggi sebagaimana yang terlihat di Tabel 1 adalah India, disusul oleh
RRT, Amerika Serikat, Belanda dan Malaysia. Komoditi utama dalam sektor
pertanian yang menjadi unggulan Indonesia adalah karet dan produk karet,
kelapa sawit dan turunan sawit, kakao dan kopi. Sementara komoditas pertanian
yang diimpor oleh Indonesia didominasi oleh beras, gula, jagung, kedelai, cabe,
dan bawang merah (Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, Kementerian Pertanian, 2014).

238

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

Tabel 1
Ekspor Sektor Pertanian ke Negara-negara di Dunia
Nilai : Miliar USD
No
Importir
2009
2010
2011
2012
1
India
3,68
4,70
5,64
5,29
2
RRT
2,22
2,80
3,65
4,17
3
USA
1,72
1,81
2,08
2,17
4
Belanda
1,34
1,65
1,99
2,18
5
Malasyia
1,89
2,99
3,60
2,88
6
Singapura
0,97
1,23
1,52
1,69
7
Jepang
0,84
0,96
1,18
1,18
8
Italia
0,54
0,65
0,75
0,77
9
Pakistan
0,23
0,20
0,43
0,85
10
Bangladesh
0,55
0,67
0,97
0,79
11
Mesir
0,39
0,49
0,94
0,56
12
Vietnam
0,35
0,52
0,58
0,66
13
Spanyol
0,30
0,36
0,52
0,37
14
Jerman
0,53
0,57
0,53
0,52
15
Filipina
0,23
0,39
0,52
0,58
Sub Total
15,77
19,99
24,91
24,67
Lainnya
4,08
5,32
7,26
7,89
Total
19,86
25,,31
32,17
32,55
Sumber: Trade Map diolah, 2015

2013
4,89
3,22
2,54
1,90
1,84
1,41
1,15
0,98
0,96
0,68
0,66
0,63
0,60
0,58
0,56
22,59
8,51
31,10

Tabel 2
Perbandingan Tarif Produk Pertanian Indonesia dengan Negara ASEAN
(tahun 2012)
MFN applied
Negara ASEAN
(%)
Brunei Darrussalam
0,1
Kamboja
15,2
Indonesia
7,9
Lao PDR
0
Malaysia
11,2
Myanmar
8,5
Filipina
9,8
Singapura
1,4
Thailand
21,8
Vietnam
16,1
Sumber: Trade Map diolah, 2015
Alasan lain yang membuat pentingnya sektor pertanian di Indonesia
adalah masih banyak penduduk di Indonesia yang menggantungkan hidupnya di
sektor pertanian dan bagaimana pertanian menjadi basis penggerak utama di
daerah pedesaan. Oleh karena itu, riset di bidang kebijakan pengembangan
sektor pertanian masih sangat diperlukan dalam mengeksplorasi bidang ini lebih
lanjut. Salah satu kebijakan pertanian yang menarik untuk dikaji adalah
mengenai tarif bea masuk yang optimal bagi produk pertanian. Pengenaan tarif
bea masuk berdampak langsung terhadap tingkat profitabilitas petani, yang pada

239

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

akhirnya berhubungan dengan tingkat kesejahteraan petani dan keseluruhan
pekerja.
Seperti yang terlihat dalam Tabel 2, rata-rata tarif produk pertanian di
negara ASEAN adalah sebesar 9,2. Tarif Indonesia masih sebesar 7,9 dan
berada dibawah nilai rata-rata. Besaran nilai tarif ini dapat berarti baik maupun
buruk. Tingginya nilai tarif domestik berarti menekan tingkat kompetisi antar
petani terutama dari negara lain. Sedangkan tarif yang rendah berarti
mengurangi tingkat profitabilitas petani sekaligus memperbesar pintu persaingan
antar petani. Oleh karena itulah besaran nilai tarif yang optimal diperlukan
supaya kita dapat menghitung besaran tarif yang akan memberikan nilai tambah
yang paling optimal bagi petani. Selain itu kita diharapkan dapat
memproyeksikan berapa penambahan atau pengurangan pendapatan petani
setiap perubahan nilai tarif. Studi yang mendasari penelitian ini adalah
Izadmehr, et al.,(2014) yang menganalisis mengenai pengaruh tarif impor, tingkat
inflasi dan nilai tukar terhadap pendapatan industri dengan menggunakan
metode Generalized Least Square (GLS). Hasilnya adalah tarif impor
memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan industri,
sedangkan tingkat inflasi dan nilai tukar berpengaruh positif. Penurunan tarif
impor akan menaikkan pendapatan industri dan sebaliknya.
Studi lainnya yaitu Pudjiastuti (2014) menganalisis perubahan neraca
perdagangan Indonesia sebagai akibat penghapusan tarif impor gula, di dalam
studinya dijelaskan bahwa variabel kebijakan perdagangan seperti tarif, relatif
mudah dimanipulasi oleh pemerintah dan memiliki keuntungan politik. Selain itu,
penerapan kebijakan tarif dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan
pemerintah dan sebagai alat untuk melindungi sektor- sektor domestik. Dari hasil
studinya bahwa penghapusan tarif impor gula di Indonesia berdampak pada
output domestik, ekspor, impor dan neraca perdagangannya. Di sektor pertanian,
output domestik dan impornya meningkat, ekspornya turun, tetapi neraca
perdagangannya masih surplus. Ini berarti pemerintah.Indonesia dapat dikatakan
belum siap menghadapi liberalisasi gula,sehingga perlu melakukan negosiasi
ulang perdagangan bebas dengan negara-negara anggota FTA dan menata
perekonomian domestik terlebih dahulu. Tarif juga sering digunakan sebagai
variabel untuk melihat hambatan perdagangan salah satunya studi dari Harrison
e Hanson (1990) melihat hubungan tarif dengan pertumbuhan ekonomi, hasilnya
yaitu adanya hubungan negatif antara tarif impor dan pertumbuhan ekonomi.
Semakin
rendah tarif maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Ini
dikarenakan industri mendapat bahan baku yang murah dengan mengimpor
untuk kemudian memakainya menjadi barang jadi untuk di ekspor kembali.
METODE PENELITIAN
Tarif domestik memiliki hubungan yang erat dengan profit, terutama
berkaitan dengan badan usaha yang memiliki orientasi ekspor atau impor. Baggs
dan Brander (2006) dalam studinya menganalisis mengenai efek perubahan tarif
karena melakukan Free Trade Agreement (FTA) terhadap pendapatan dalam hal
ini pendapatan industri di Kanada dengan menggunakan Mode Regresi. Model
yang digunakan yaitu :
ln(

)=

+

+

+

+

(1)

Dimana
merupakan pendapatan,
tarif impor,
tarif ekspor, C
variabel pengontrol dan merupakan variabel eror. Hasilnya yaitu ketika tarif

240

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

domestik turun, maka profit juga akan ikut menurun. Hal ini disebabkan pintu
impor terbuka lebih lebar karena turunnya tarif memicu adanya lonjakan impor.
Begitu juga dengan penurunan tarif bea masuk di luar negeri diasosiasikan
dengan kenaikan profit terutama untuk badan usaha dengan orientasi ekspor.
Salah satu tujuan dasar yang ingin dicapai dari adanya kerjasama
perdagangan bebas antar negara (FTA) adalah pengurangan tarif bea masuk.
tarif akan bertindak layaknya biaya tambahan atau pajak yang harus ditanggung
dalam impor barang. Sehingga, penurunan tarif suatu negara dapat juga dilihat
sebagai pengurangan biaya bagi barang impor yang masuk di negara tersebut.
Penurunan tarif, selain menjadi insentif bagi importir juga menjadi dorongan bagi
pengusaha di dalam negeri untuk dapat lebih bersaing dengan barang impor,
yang pada akhirnya jikalau tidak pandai dalam bersaing dapat mengurangi profit
mereka.
Studi ini menggunakan Panel Data Ordinary Least Square (OLS). Gujarati
(1995) mengatakan bahwa model dapat dikatakan baik jika hasil regresi yang
telah didapat kemudian diuji melalui uji ekonometrika dan uji statistik. Uji
ekonometrika diantaranya uji autokorelasi, uji multikolinear dan uji
heteroskedastisitas. Uji statistik digunakan pada model penduga melalui uji F,
sedangkan parameter-parameter regresi dapat diuji melalui uji t, serta uji
koefisien determinasi. Model estimasi panel data yang digunakan dalam studi ini
adalah sebagai berikut :

SALESit = b

0

+ b 1TARIFFit + b 2 LINCPTit + b 3 LHARGAit +e

it

(2)

Dimana β 0 adalah Intersep, β 1, β 2 ......, β 3 adalah parameter masingmasing variabel yang akan diuji secara statistik dan ekonometrik, t adalah (1,
.........., T) mulai tahun 1993 sampai dengan 2011, i adalah (1, ...., N) jenis produk
pertanian yaitu padi palawija, buah-buahan, sayur-sayuran, TARIFF adalah tarif
barang import (persentase), LINCPT adalah pendapatan perkapita (dalam bentuk
natural logarima), dan LHARGA adalah harga jual produk pertanian (dalam
bentuk natural logarima). Sedangkan variabel dependen yaitu penjualan
maksimum yang dapat diperoleh oleh petani. Data ini merupakan data Produksi
(ton/ha) dikalikan dengan harga (ton). Model estimasi panel digunakan untuk
melihat pengaruh tarif bea masuk produk impor pertanian terhadap produksi atau
penjualan dari produk pertanian di Indonesia. Selain melihat pengaruh dari tarif,
studi ini juga menghitung besarnya tarif optimal untuk produk-produk pertanian
Indonesia. Hasil dari estimasi panel data kemudian dihitung dengan
menggunakan model optimal tarif untuk mendapatkan besaran tarif optimal dan
batas tarif (threshold) yang masih bisa diterima oleh produk-produk pertanian
Indonesia. Sumber data berasal dari data sekunder, yang meliputi data kuantitatif
tahunan pada rentang waktu 1993-2011. Produk pertanian yang dimaksud dalam
studi ini adalah padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (library research), berupa
dokumen atau arsip yang di dapat dari World Bank, Badan Pusat Statistik (BPS)
serta data perdagangan yang diambil dari TradeMap.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tarif Bea Masuk (TBM) adalah sejumlah nilai yang dibebankan terhadap
adanya importasi suatu barang/komoditi kedalam suatu negara. Setiap Negara
sebenarnya berhak menentukan besaran TBM yang dikehendaki terhadap suatu

241

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

produk/komoditi, berbagai kerjasama bilateral membatasi besaran tersebut tidak
lebih dari nilai tertinggi yang disepakati (binding rate). Untuk komoditas pertanian,
besarnya TBM telah disepakati dengan instansi terkait serta pelaku usaha di
bidang pertanian.
Kebijakan tarif bea masuk untuk produk pertanian adalah menerapkan
nilai serendah mungkin apabila produk/komoditi yang bersangkutan tidak dapat
diproduksi secara optimal di dalam negeri. Sebaliknya untuk produk pertanian
yang perlu diperkuat daya saingnya di dalam negeri, dikenakan tariff bea masuk
yang tinggi sesuai dengan aturan WTO. Oleh karena itu diperlukan suatu
kebijakan tarif optimal untuk produk pertanian.
Dalam studi ini dilakukan studi empiris untuk melihat pengaruh tarif bea
masuk produk impor pertanian terhadap produksi atau penjualan dari produk
pertanian di Indonesia. Selain melihat pengaruh dari tarif, studi ini juga
menghitung besarnya tarif optimal untuk produk-produk pertanian Indonesia.
Hasil estimasi model adalah sebagai berikut:
SALES = 1.620.000 TARIFF + 80.200.000 LINCPT + 26.100.000 LHARGA (2)
T-ratio
(4.11)
(6.60)
(7.96)
F (3)
R2

:
:

325,58
88,00%

Berdasarkan hasil estimasi, terlihat bahwa tarif dapat mempengaruhi nilai
penjualan (sales) petani. Penjualan petani di sektor pertanian akan terpengaruh
oleh seberapa besar tarif yang diterapkan oleh pemerintah. Jika pemerintah
meningkatkan level tarif, maka secara langsung penjualan produk pertanian di
level petani juga akan meningkat. Dari hasil estimasi diperoleh koefisien estimasi
sebesar 1,62 juta. Hal Ini berarti jika pemerintah menaikkan tarif sebesar 1
persen, maka secara langsung akan menikmati peningkatan pendapatan
sebesar Rp. 1,62 juta /hektar. Sebaliknya jika pemerintah hendak menurunkan
tarif, petani juga akan langsung merasakan dampak berupa penurunan
penjualan. Jika pemerintah menurunkan tarif sebesar 1 persen, maka petani juga
akan mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 1,62 Juta /hektar.
Secara riil, kondisi ini bisa terjadi karena produk-produk pertanian
domestik cenderung kurang kompetitif. Jika dihadapkan pada persaingan
langsung dengan produk-produk asing, maka umumnya produk-produk domestik
akan kalah bersaing. Semakin besar pemerintah menurunkan tarif berarti
semakin besar pemerintah menghadapkan petani pada persaingan bebas.
Semakin besar level tarif yang diturunkan berarti semakin besar petani akan
kehilangan pendapatannya. Konsumen akan cenderung beralih pada produkproduk impor yang umumnya memiliki kualitas lebih baik, sehingga petani
domestik akan kehilangan pembeli. Secara langsung, pengurangan pendapatan
ini tentunya akan berimbas pada penurunan kesejahteraan petani.
Selain pengaruh dari kebijakan tarif, hasil estimasi menunjukkan bahwa
penurunan penjualan petani juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi
Indonesia (LINCPT) dimana pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi
terhadap penjualan ternyata lebih besar dibandingkan pengaruh yang diberikan
tarif terhadap penjualan. Oleh karena itu penting bagi pemerintah agar menjaga
kesinambungan pertumbuhan ekonomi dalam rangka menjaga level penjualan di
tingkat petani. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, dinamis, dan terus tumbuh

242

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
O
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2
2015
Volume 4, Nomor 2

positif akan berkontri
ntribusi secara langsung pada kontinuitas pe
penjualan produkproduk pertanian. Im
Imbasnya, hal ini akan terasa dalam wuju
ujud peningkatan
pendapatan dan kese
sejahteraan petani.
Kontinuitass pe
pertumbuhan ekonomi ini bisa dilakukan melal
lalui sejumlah hal.
Yang pertama, peme
erintah harus menjaga level konsumsi masya
syarakat. Menurut
Laporan Tahunan B
Bank Indonesia (2015), konsumsi masyara
rakat merupakan
pendorong utama pe
pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi se
sekitar 56 persen
dari total produk dom
omestik bruto (PDB), sehingga kontinuitass p
pertumbuhannya
akan berpengaruh sa
sangat signifikan terhadap pertumbuhan e
ekonomi secara
umum. Masyarakat
at harus didorong untuk melakukan konsu
nsumsi, terutama
konsumsi produk-pro
produk domestik milik petani. Kedua, pe
pemerintah bisa
mendorong lebih ban
anyak investasi. Lebih banyak investasi, baik
aik asing maupun
domestik, berarti aka
kan ada semakin banyak lapangan pekerjaan
aan yang tersedia
untuk masyarakat.. Ini berarti masyarakat akan memiliki se
semakin banyak
pendapatan, yang be
berarti semakin besar peluangnya untukk m
membeli produkproduk pertanian dom
omestik. Ketiga, pemerintah bisa menggunaka
kan konsumsinya
sendiri untuk mendoro
orong pertumbuhan. Hal ini bisa dilakukan den
engan melakukan
proyek-proyek strateg
tegis bidang pertanian seperti perbaikan infr
nfrastruktur dalam
rangka meningkatka
kan produktivitas petani dan memperlancar
car arus barang.
Keempat, pemerintah
tah bisa menjaga surplus neraca perdaganga
gan. Ekspor yang
lebih besar dari imp
por akan berkontribusi positif pada pertumb
mbuhan ekonomi
yang selanjutnya aka
kan berpengaruh pada peningkatan penjualan
lan petani. Hal ini
bisa terjadi dengan
n mendorong ekspor produk-produk pertania
nian Indonesia ke
luar negeri.

Sumber: Data Primer Diolah, 2015
Gambar 2
tribusi Tarif dalam Fluktuasi Penjualan Petan
Kontrib
tani
ada diagram diatas, terlihat pada tarif mem
Mengacu pad
emiliki pengaruh
fluktuasi penjualan produk-produk pertanian.
signifikan terhadap flu
n. Secara umum,
garuhi fluktuasi penjualan di level petani hin
tarif bisa mempenga
hingga mencapai
ngingat penetapan tarif merupakan wewena
54,73 persen. Meng
nang pemerintah,
di aktor yang paling berperan disini dalam h
pemerintah menjadi
hal menentukan
etani bisa melakukan penjualan hasil-hasil bum
seberapa banyak peta
uminya. Ini berarti

243

Oktober,
2015

Agriekonomi
konomika, ISSN 2301-9948
e ISSN
N2
2407-6260
Volume
e4
4, Nomor 2

pemerintah tidak bisa geg
egabah dalam menentukan persoalan tarifif d
dan harus
mengacu pada kondisi dom
omestik. Penentuan tarif tidak bisa semata-m
-mata hanya
onesia dalam perjanjian ekonomi internasional
nal, tapi juga
melibatkan komitmen Indon
an ekonomi domestik. Diagram ini menunjukk
kkan bahwa
harus melibatkan kesiapan
alah bisa berpengaruh sangat besar pada
a penjualan
penentuan tarif yang sala
n domestik. Imbasnya, petani akan m
merasakan
produk-produk pertanian
nd
dan level kesejahteraan.
pengurangan pendapatan
sebut, terlihat bahwa buah-buahan merupakan
n kkomoditas
Dari diagram terseb
engaruh oleh tarif. Pengaruh tarif terhadap
p penjualan
yang paling rentan terpen
mencapai level 69,04 persen atau jauh me
mengungguli
buah-buahan domestik me
roduk padi dan palawija berada di posisi kedu
dua, dimana
produk-produk lainnya. Pro
gga mencapai 54,98 persen terhadap
p fluktuasi
tarif berkontribusi hingg
iga ditempati oleh sayuran, dimana tarif mem
mpengaruhi
penjualannya. Posisi ketiga
besar 44,97 persen.
fluktuasi penjualannya sebe
sil e
estimasi tarif optimal, terlihat bahwa ambang
g batas tarif
Berdasarkan hasil
ao
oleh produk-produk pertanian Indonesia ber
erada pada
yang masih bisa diterima
Ambang batas tarif di sini maksudnya ad
adalah tarif
kisaran 7,8-9,6 persen. A
apkan oleh Pemerintah Indonesia agar produk
uk pertanian
terendah yang bisa diterapk
if. S
Sebagai contoh, tarif minimal yang bisa dib
dibuat untuk
domestik tetap kompetitif.
adalah sebesar 7,85 persen.
produk padi dan palawija ad

umber: Data Primer Diolah, 2015
Sum
Gambar 3
Tarif Maksimum Produk Pertanian
Levell Ta
dibuat lebih rendah dari ambang batas ini, ma
Apabila level tarif dib
aka produk
m negeri akan tergerus oleh produk-produk im
padi dan palawija di dalam
impor yang
nya produk padi dari Thailand dan Vietnam yan
membanjir masuk, misalnya
yang dikenal
terbesar pertama dan kedua di dunia. Di sisi lain, jika
sebagai eksportir beras ter
tarif yang lebih besar dari level tarif ini (m
(misalnya 9
pemerintah menerapkan ta
ya akan terasa di dalam negeri dalam wuju
jud produkpersen), maka dampaknya
kompetitif. Selanjutnya, kesejahteraan petani
ni padi dan
produk domestik yang kom
juga secara langsung akan meningkat.
palawija di dalam negeri jug

244

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

Dari diagram tersebut, terlihat bahwa secara umum produk pertanian
Indonesia hanya mampu bersaing dengan produk-produk impor apabila
pemerintah memasang tarif umum sebesar 8,96 persen. Tarif padi dan palawija
terlihat mampu bersaing hingga ke level tarif 7,85 persen. Jika angka ini
dihubungkan dengan tarif produk pertanian Indonesia dengan Negara ASEAN
(tabel 2) yang sudah menerapkan sebesar 7,9 persen untuk produk pertanian
maka diharapkan Indonesia tidak menerapkan kebijakan penurunan tarif produk
pertanian di masa mendatang. Meski demikian, produk-produk yang paling
rentan terhadap persaingan asing adalah produk sayuran dan buah-buahan.
Produk sayuran domestik hanya kompetitif jika pemerintah memasang tarif
sebesar 9,38 persen. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga berlaku untuk produk
buah-buahan, dimana pemerintah harus memasang tarif 9,64 persen untuk
melindungi produsen buah-buahan di dalam negeri.
Produk-produk pertanian Indonesia belum cukup kompetitif untuk bisa
diajukan di dalam perundingan kerjasama internasional. Oleh karena itu,
tampaknya belum cukup waktu bagi Indonesia untuk membuat usulan tentang
penurunan tarif produk pertanian. Jauh lebih baik jika Indonesia mempersiapkan
diri agar produk-produk pertanian bisa lebih kompetitif di masa depan. Hal ini
akan lebih menyuarakan kepentingan produsen-produsen pertanian di dalam
negeri yang belum siap menerima persaingan dari negara lain. Indonesia tidak
perlu memaksakan diri untuk meliberalisasi sektor pertaniannya jika memang
secara riil belum siap.
PENUTUP
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diatas dapat kita
simpulkan bahwa besaran tarif berpengaruh pada nilai penjualan dari petani. Jika
pemerintah menaikkan level tarif, maka secara langsung penjualan produk
pertanian juga akan meningkat. Dari hasil estimasi model diperoleh bahwa
koefisien estimasi sebesar 1,62 juta. Hal Ini berarti jika pemerintah menaikkan
tarif sebesar 1 persen, maka secara langsung akan menikmati peningkatan
pendapatan sebesar Rp 1,62 juta/hektar. Sebaliknya jika pemerintah hendak
menurunkan tarif, petani juga akan langsung merasakan dampak berupa
penurunan penjualan. Jika pemerintah menurunkan tarif sebesar 1 persen, maka
petani akan kehilangan pendapatan sebesar Rp 1,62 juta/hektar. Untuk tarif
optimal, terlihat bahwa ambang batas tarifyang masih bisa diterima oleh produkproduk pertanian Indonesia berada pada kisaran 7,8-9,6 persen. Ambang batas
tarif ditujukan untuk menentukan di level tarif mana pertanian kita dapat tetap
kompetitif. Sebagai contoh, tarif minimal yang bisa dibuat untuk produk padi dan
palawija adalah sebesar 7,85 persen. Selain itu kontribusi tarif juga memikili
pengaruh signifikan terhadap fluktuasi penjualan produk-produk pertanian.
Secara umum, tarif bisa mempengaruhi fluktuasi penjualan di level petani hingga
mencapai 29,98 persen. Dari diagram tersebut, terlihat bahwa buah-buahan
merupakan komoditas yang paling rentan terpengaruh oleh tarif. Pengaruh tarif
terhadap penjualan buah-buahan domestik mencapai level 37,82 persen atau
jauh mengungguli produk-produk lainnya. Produk padi dan palawija berada di
posisi kedua, dimana tarif berkontribusi hingga mencapai 30,12 persen terhadap
fluktuasi penjualannya. Posisi ketiga ditempati oleh sayuran, dimana tarif
mempengaruhi fluktuasi penjualannya sebesar 24,63 persen.
Beberapa hal yang kami rekomendasikan adalah pertama,
mengupayakan secara sistematis dan struktural untuk meningkatkan daya saing

245

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

produk pertanian Indonesia terutama produktivitas dan kualitas. Kedua,
mempersiapkan dengan matang rencana atau tahapan agar pertanian kita dapat
menjadi produk yang kompetitif di masa mendatang, sehingga kita tidak terlalu
bergantung pada produk impor. Ketiga, menambahkan capacity building dalam
beberapa aspek. Capacity building yang perlu diangkat adalah: Capacity building
untuk melampaui hambatan non tarif yang disyaratkan oleh Negara-Negara Mitra
Indonesia; Capacity building sebaiknya menyentuh pembangunan kapasitas
institusi, pembangunan kapasitas SDM, dan pembangunan kapasitas
infrastruktur; Indonesia perlu menginventaris hambatan non tarif negara Mitra
dan mengidentifikasi capacity building yang cocok untuk produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto
Triwulanan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 20002014 (Persen). Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Baggs, J., and Brander, J. A. (2006). Trade Liberalization, Profitability, and
Fianncial Leverage. Journal of International Business Studies. 37(2):, 196211.
Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian
Pertanian. 2014. Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian 2001-2013.
Jurnal Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian. 1-39.
Gujarati, D. N. 1995. Basic Econometrics. McGraw-Hill. New York
Harrison, Ann / Hanson, Gordon (1999): Who gains from trade reform? Some
remaining puzzles,in: Journal of Development Economics, Volume 59, pp.
125-154.
Izadmehr, et.al. 2014. Research on The Effects of WTO Accession on Profitability
of Selected Industries in Tehran’s Stock Exchange. Indian Journal of
Fundamental and Applied Life Science ISSN: 2231-6345.
Laporan Tahunan Bank Indonesia. 2015. Departemen Komunikasi. Diambil dari
www.bi.go.id.
Pudjiastuti, Agnes Quartina. 2014. Perubahan Neraca Perdagangan Indonesia
Sebagai Akibat Penghapusan Tarif Impor Gula. Agriekonomika 3(2): 110120.
Reinars,
S.,
&
Sulaiman.
2015,
April
30.
Ekonomi/MAkro.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/26/113007926/Tingkat.K
esejahteraan.Petani.Makin.Menurun.Sejak.2012.

246

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

PEDOMAN PENULISAN
AGRIEKONOMIKA
JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN
ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
KETENTUAN UMUM:
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format
yang ditentukan.
2. Penulis mengirim naskah ke alamat email agriekonomika@gmail.com.
3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan
bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan
di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani
oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon,
atau e-mail penulis dengan jelas.
4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis
melalui email.
FORMAT PENULISAN:
1. Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm
samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial
Ukuran 12 dengan panjang halaman 10-15 halaman.
2. Sistematika penulisan:
 SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN:
JUDUL BAHASA INDONESIA:
Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital
bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”,
“pengaruh”, “studi”.
NAMA PENULIS:
ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan
berbeda institusi
NAMA INSTITUSI:
ditulis lengkap
ALAMAT SURAT ELEKTRONIK:
ditulis lengkap
ABSTRAK:
Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris
125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian
matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya
temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
JUDUL BAHASA INGGRIS:
Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold

261

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

ABSTRACT:
Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa
inggris 125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat
uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan
pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang
dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.
METODE PENELITIAN
Sub bab
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sub bab
PENUTUP
Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam
paragraph.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang
membantu terselesaikannya penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin
diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)
 SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW:
JUDUL BAHASA INDONESIA:
Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital
bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata “analisis”,
“pengaruh”, “studi”.
NAMA PENULIS:
ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda
institusi
NAMA INSTITUSI:
ditulis lengkap
ALAMAT SURAT ELEKTRONIK:
ditulis lengkap
ABSTRAK:
Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris
125-150 kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian
matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya
temuan. Format 1 spasi arial 11 italic

262

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

JUDUL BAHASA INGGRIS:
Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold.
ABSTRACT:
Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris 125-150 kata
dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan
mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan.
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang
dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab.
METODE PENELITIAN
Sub bab
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sub bab
PENUTUP
Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam
paragraph.
UCAPAN TERIMA KASIH
Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang
membantu terselesaikannya penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin
diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen)

3. Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan
4.

paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat
risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko.
Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau pada lampiran
sesudah naskah harus diberi nomor urut.
a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas
tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar.
b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau
gambar.
c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis
bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah
kolom tidak dimunculkan.
d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang
representatif.

263

Oktober,
2015

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
e ISSN 2407-6260
Volume 4, Nomor 2

Contoh penyajian tabel:
Tabel 2
Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman
Kategori Luas Lahan (Ha)
Jumlah
Persentase (%)
3,1
4
8
Jumlah
50
100
Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha
Standar deviasi
0,95 Ha
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Contoh penyajian gambar:
Utilitas

U3
U2
U1
I1

I2

I3

Pendapatan

Sumber: Debertin, 1986
Gambar 1
Perilaku Menerima Risiko

5. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun

6.

7.
8.

264

pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses
(justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut.
Contoh:
wt = f (yt , kt , wt-1)
(1)
Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol
sama dengan (=), masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan
dengan koma.
Contoh:
dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah
intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya.
Penulisan rumus menggunakan menu “Equation”
Perujukan sumber acuan di dalam teks (body text) dengan menggunakan
nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu,
penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua.
Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama
pengarang aslinya.
Contoh:
• Hair (2007) berpendapat bahwa…
• Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya ….
• Ihsannudin dkk (2007) berkesimpulan bahwa….

Agriekonomika, ISSN 2301-9948
Oktober,
e ISSN 2407-6260 2015
Volume 4, Nomor 2

9. Penulisan Daftar Pustaka:
a. Pustaka Primer (Jurnal)
Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul
artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh:
Happy, S. dan Munawar. 2005. The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): 159-173.
b. Buku Teks
Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul
buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh:
Wiley, J. 2006. Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles.
c. Prosiding
Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama
prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh:
Rizal, Taufik. 2012. Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di
Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan
Bangkalan Surabaya: 119-159.
d. Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi,
sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh:
Subari, Slamet. 2008. Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten
Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
e. Internet
Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat e-mail (cetak miring),
tanggal akses. Contoh:
Zuhriyah, Amanatuz. 2011. Produktivitas Susu Peternak Rakyat.
http://agribisnis.trunojoyo.ac.id. Diakses tanggal 27 Januari 2012.
METODE REVIEW
Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra
Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind
review adalah:
1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi.
2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang
dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses
penyuntingan.
3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu
sesuai dengan saran penyunting.
4. Artikel tidak dapat dipublikasi.

265