Kisah Sukses Pengusaha Penyandang Disabi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyandang disabilitas adalah orang-orang yang selalu terpinggirkan,
pelengkap kehidupan maupun hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang
didapatkan. Hal itulah yang selama ini kita lihat dalam keseharian. Sering
sekali kita berfikir jika ada suatu kabar berita atau cerita tentang penyandang
disabilitas yang sukses besar, itu hanya dalam cerita yang telah didramatisir.
Membangun

sebuah

persepsi

yang

benar

dalam


memahami

penyandang disabilitas bukan hal yang mudah. Dalam banyak hal,
penyandang disabilitas masih mendapatkan diskriminasi yang begitu
mencolok dikalangan masyarakat umum. Baik dalam pelayanan yang belum
aksesibel, penilaian yang salah terhadap penyandang disabilitas bahwa
disabilitas itu harus “dikasihani”, dan pemenuhan hak bagi mereka. Misalkan
dalam hak mendapatkan pekerjaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang
disabilitas yang berisi bahwa penyandang disabilitas berhak memperoleh
pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis derajat kecacatan,
pendidikan

dan

kemampuan.

Hal

itu


tertuang

dalam

kebijakan

Kemenakertrans yang ditujukan bagi setiap perusahaan yang mempekerjakan
100 karyawan wajib mempekerjakan minimal satu penyandang disabilitas.
Undang-Undang tersebut diperkuat Keputusan Menteri (Kepmen) Nomor 205
Tahun 1999 tentang pelatihan dan penempatan tenaga kerja penyandang
disabiltas.
Penyandang disabilitas yang akan kita angkat dalam makalah berikut
ini merupakan sosok yang luar biasa dan mempunyai mental baja.
Keterbatasan yang dimiliki sosok berikut ini tidak mampu menghalanginya
untuk mencapai kesuksesan. Beliau adalah pengusaha penyandang disabilitas
yang mempunyai karyawan berjumlah hampir 2.500 orang. Jumlah karyawan
yang sangat fantastis bagi kebanyakan orang normal lainnya. Bisa kita

1


bayangkan bagaimana kerja keras dan keuletan beliau dalam memimpin
perusahaannya mulai dari nol.
Tokoh penyandang disabilitas yang sukses ini wajib untuk diangkat
dan disejajarkan dengan kalangan pengusaha sukses di Indonesia karena kisah
perjalanan beliau yang begitu inspiratif dan semangat beliau yang patut kita
teladani. Selanjutnya, mari kita simak kisah perjalanan dan lika-liku tokoh
pengusaha sukses ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Dari penulisan makalah ini besar harapan kami, pembaca sekalian bisa
mengambil hikmah dari isi makalah ini.

2

BAB II
PEMBAHASAN

Profil Pengusaha
Irma Suryati lahir di Semarang, 1 Januari 1975. Sejak bayi, Irma
Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Meski

masih bisa berjalan normal sampai sekolah menengah atas (SMA), kaki Irma
mudah lemas. Sejak saat itu, sang ayah
menyuruh Irma, menggunakan tongkat untuk
berjalan hingga kini. Kondisi kaki itulah yang
mendorong Irma melakukan sesuatu yang
berarti bagi dirinya dan orang lain. Virus polio
boleh saja melayukan kaki-kaki Irma Suryati
sejak kecil. Nyatanya, kekurangan itu tak
dapat merenggut semangatnya untuk terus
berkarya. Setelah lulus dari SMAN 1 di Semarang, Irma mencoba membuat
keset dari kain perca, benda sederhana untuk membersihkan telapak kaki.
Kebetulan, di dekat rumahnya di Semarang terdapat banyak sisa kain industri
garmen. Kain sisa itu ia jahit menjadi aneka bentuk keset.
Awalnya, keset itu dibuat hanya untuk kebutuhan sendiri. Lambat laun,
karyanya mulai dilirik tetangga.
Pasar kecil pun mulai terbentuk.
Keputusan menjadi perajin keset
makin bulat ketika ia menikah
dengan


Agus

Priyanto,

penyandang cacat yang jago
melukis yang ia temui saat
menjadi pasien di RS Ortopedi
Solo. Pasangan itu berhasil membangun usaha kerajinan keset dengan modal
kain-kain sisa. Pasangan ini telah membuktikan bahwa seburam-buram
harapan, selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di masa

3

depan. Mereka sepakat membuka usaha kecil pembuatan keset pada tahun
1999. Mereka mulai mengumpulkan para penyandang cacat yang kebetulan
adalah kawan-kawan semasa mengikuti pendidikan keterampilan di rumah
sakit. Kala itu, Irma dan Agus dibantu 5 karyawan.
Ketika usaha mereka mulai berkembang, Irma merasa tak leluasa lagi
menjalankan usaha di rumah orang tuanya. Pada 2002, pasangan muda ini
memutuskan pindah ke Kebumen, kampung halaman Agus. Mereka membeli

rumah di Jalan Karang Bolong kilometer 7, Desa Karangsari, Kecamatan
Buayan, Kebumen. Dari rumah itulah Irma mengendalikan usahanya.
Irma tak mau membuat usaha ecek-ecek. Ia membentuk usaha
berbadan hukum yang diberi nama Usaha Dagang Mutiara Equipment.
Perempuan itu juga membentuk Pusat Usaha Kecil Menengah Penyandang
Disabilitas. Awalnya Irma merasa susah sekali untuk mengorganisasi orang
banyak. Namun Irma adalah sosok yang tidak mau mengalah pada keadaan. Ia
mendatangi penduduk dari rumah ke rumah untuk mendorong ibu rumah
tangga menjadi produktif dengan mengajari mereka membuat keset. Irma
selalu menekankan kepada ibu rumah tangga disekitarnya bahwa seorang
perempuan sekarang harus berdaya secara ekonomi. Irma juga pernah
menanggung sinisme dan cibiran oleh orang-orang yang melihat usaha itu
dengan sebelah mata, apalagi ketika mereka melihat kaki Irma yang cacat, tapi
Irma tak patah semangat. Hasilnya pun mulai tampak. Ia berhasil mengajak
beberapa ibu rumah tangga belajar membuat keset. Ketika sudah terampil,
mereka mendapat pasokan bahan baku dan mesin jahit dari Irma.
Saat masyarakat mulai menyadari tentang manfaat keterampilan yang
diberikan Irma, minat menjadi pembuat keset pun tak terbendung. Irma
membuat koperasi simpan pinjam pada tahun 2003 untuk menampung
kegiatan ekonomi 1.600 pembuat keset hasil binaannya. Anggota koperasi

keset ini tersebar di 11 kecamatan di Kebumen. Irma juga menggunakan
jaringan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Akhirnya, usaha keset ini
merambah ke Banyumas dan Solo. Bahkan Irma menggandeng kelompok
waria dan pekerja seks komersial di Purwokerto. Hasilnya, 20 waria dan
pekerja seks komersial bisa membuka gerai di perumahan Limas Agung,

4

Purwokerto. Tiap bulan, perajin mendapat kiriman kain sisa sebagai bahan
baku. Irma mendatangkan 10 ton kain sisa dari Semarang setiap bulan. Omzet
bulanannya bisa mencapai Rp 40-50 juta. Untuk strategi pemasaran, Irma
mengandalkan 15 penjual. Selain itu, ia juga menitipkan barang produksinya
di beberapa gerai yang tersebar di banyak kota. Salah satunya adalah
di showroom milik Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta.
Usaha mereka kini sudah sampai ekspor ke beberapa negara, dan
mereka kini mempunyai binaan 60.000 orang diseluruh Indonesia dan ada 150
orang diantaranya adalah penyandang disabilitas. Tidak pernah berhenti
melakukan inovasi dan kreatifitas dalam memberikan pelayanan yang terbaik
bagi sesamanya. Dengan dorongan dan bantuan Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Jawa Timur, kembali Pimpinan Cabang Muhammadiyah

Krembangan mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat bekerjasama
dengan Mutiara Handycraft dari Kebumen Jawa Tengah yang dipimpin oleh
Irma Suryati. Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain
Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007),
Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan
dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat, penghargaan kick andy Metro TV,
Liputan6sctv award dan banyak lain penghargaan yang diterimanya.

Ekspor Produk
Selain memasarkan produk di dalam negeri, Irma juga memasarkannya
ke luar negeri, yakni Austarlia, Jerman, Jepang, dan Turki. Walaupun selama
ini Irma masih memakai jasa orang lain. Ke depannya Irma ingin
mengekspornya sendiri agar lebih untung. Irma mengadakan pertemuan tiap
tiga bulan sekali untuk menjaga kualitas produknya. Forum itu diikuti

5

koordinator tiap kecamatan. Selain membicarakan kualitas produk, ia juga
memperkenalkan inovasi baru kerajinan tangan. Saat ini, Irma memproduksi
42 macam keset. Ada yang berbentuk elips, binatang, atau bunga. Di pasaran,

keset-keset itu dijual Rp 15 ribu untuk konsumen dalam negeri, dan Rp 35
ribu untuk konsumen luar negeri.
Sukses membuat keset tak lantas membuat ibu lima anak ini ongkangongkang kaki. Ia dan kawan-kawannya terus mengembangkan kerajinan lain,
misalnya membuat kotak tisu dari lidi yang dipesan oleh konsumen asal
Turki. Kini Irma membuat desain sajadah dari tikar pandan. Kebetulan, di
Kebumen banyak perajin pandan yang belum mampu membuat kerajinan
dengan bahan baku anyaman pandan.
Rencana ke Depan
Sebagai penyandang disabilitas, Irma bukanlah orang yang cengeng.
Irma mengaku sering sedih melihat para penyandang disabilitas yang masih
terdiskriminasi, terutama yang ingin menjadi pegawai negeri sipil. Karena
itulah Irma memutuskan membuka lapangan kerja sendiri. Rencananya Irma
akan membangun pabrik di belakang rumah dengan ukuran sekitar 7 m x 9 m,
khusus untuk orang cacat. Meski tergolong kecil dan sederhana, tetapi rumah
yang hampir selesai tersebut akan dipakai untuk menampung para penyandang
cacat. Mereka bakal bekerja dan diberikan tempat menginap. Di tempat
tersebut akan dijadikan pusat usaha penyandang cacat. Irma memiliki niat
untuk memberdayakan penyandang disabilitas agar bisa lebih kreatif dan
mereka mampu mandiri. Itu secara langsung akan mengangkat martabat
penyandang cacat dan mengubah pandangan masyarakat kalau penyandang

cacat hanya bisa mengiba dengan menjadi seorang peminta-minta.

BAB III

6

PENUTUP
3.1 Simpulan
Keterbatasannya tidak menghalangi untuk mencapai kesuksesan. Irma
Suryati sudah menderita layu kaki. Penyebabnya adalah virus Polio. Irma
mencoba membuat keset dari kain perca, benda sederhana untuk
membersihkan telapak kaki. Awalnya, keset itu dibuat hanya untuk kebutuhan
sendiri. Lambat laun, karyanya mulai dilirik tetangga. Pasar kecil pun mulai
terbentuk. Keputusan menjadi perajin keset makin bulat ketika ia menikah
dengan Agus Priyanto. Pasangan ini telah membuktikan bahwa seburamburam harapan, selalu ada celah yang bisa membawa berkah dan peluang di
masa depan.
Irma membentuk usaha berbadan hukum yang diberi nama Usaha
Dagang Mutiara Equipment. Perempuan itu juga membentuk Pusat Usaha
Kecil Menengah Penyandang Disabilitas. Selain itu, Irma membuat koperasi
simpan pinjam pada tahun 2003 untuk menampung kegiatan ekonomi 1.600

pembuat keset hasil binaannya. Anggota koperasi keset ini tersebar di 11
kecamatan di Kebumen. Irma juga menggunakan jaringan pembinaan
kesejahteraan keluarga (PKK). Bahkan Irma menggandeng kelompok waria
dan pekerja seks komersial di Purwokerto.
Usaha mereka kini sudah sampai ekspor ke beberapa negara, dan
mereka kini mempunyai binaan 60.000 orang diseluruh Indonesia dan ada 150
orang diantaranya adalah penyandang disabilitas.

DAFTAR PUSTAKA

7

.
Bramesti.

2014.

Kisah

Sukses

Usaha

Rumahan.

http://bisnisrumahan19.blogspot.com. Di download 10 Desember 2014.
Nugraha. Abrianto.

2012.

10

Orang

Pengusaha

Cacat

yang

Sukses.

https://abriantonugraha.wordpress.com. Di download 10 Desember 2014.
Prima. 2012. Liputan 6 Awards. http://www.tribunnews.com. Di download 10
Desember 2014.
Putra. 2013. Irma Suryati: Entrepreneur Keset Berprestasi dari Kebumen.
http://forum.kompas.com. Di download 10 Desember 2014.
Suryati.

Irma.

2013.

Irma

Suryati

Penyemangat

Kaum

Difabel.

http://suryatiirma.blogspot.com. Di download 10 Desember 2014.
Suryati. Irma. 2013. Pelatihan Kerajinan Keset Bersama Irma Suryati.
http://suryatiirma.blogspot.com. Di download 10 Desember 2014.

8