Manajemen Modal Kerja dan Pengaruhnya te

Ekspansi
Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan Akuntansi
Vol. 1, No. 1, Mei 2009, 67 - 83

MANAJEMEN MODAL KERJA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN
Mochamad Edman Syarief
Prodi Keuangan Perbankan Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Bandung
E-mail: [email protected]

Abstrak
Studi ini mempelajari bagaimana pengaruh dari keputusan penerapan strategi modal
kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan pada 14 perusahaan yang terdaftar
secara terus menerus pada indeks LQ45 periode Januari 2004-Januari 2008 karena
LQ45 adalah kumpulan 45 perusahaan yang memiliki likuiditas yang terbaik pada
bursa efek Indonesia. Bahan untuk penelitian ini adalah laporan keuangan yang
diunduh dari www.Reuters.com. Dengan menggunakan metoda analisis dekriptif
ternyata bahwa penerapan strategi modal kerja bervariasi antara satu perusahaan
dengan yang lain. Hubungan yang terjadi bertanda positif yang berarti bahwa kebijakan
manajemen aktiva lancar yang relative agresif akan diimbangi dengan kebijakan

manajemen pendanaan yang relatif konservatif. Dengan menggunakan uji ANOVA dan
Tukey’s HSD ternyata bahwa memang terdapat perbedaan penerapan strategi modal
kerja baik pada manajemen aktiva lancar maupun pasiva lancar. Selain itu, kebijakan
manajemen modal kerja juga berpengaruh nyata dan signifikan terhadap likuiditas dan
ukuran perusahaan. Hasil lainnya menunjukkan bahwa walaupun praktik manajemen
aktiva lancar yang ada cenderung bervariasi, manajemen pendanaan yang digunakan
cenderung konservatif untuk semua perusahaan yang diteliti pada periode Januari
2004-Januari 2008.
Kata Kunci : Manajemen Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan
PENDAHULUAN
Investasi pada modal kerja merupakan definisi tradisional yang digunakan perusahaan
untuk menyebutkan besarnya dana yang ditanamkan pada sisi aktiva lancar
perusahaan. Semakin besar aktiva lancar, semakin likuid perusahaan tersebut.
Besarnya jumlah modal kerja tidak terlepas dari motif yang biasanya mendasari
besarnya jumlah modal kerja yaitu motif transaksi, motif pencegahan dan motif
spekulasi (Levi Sarnat, 1994:185). Helfert berpendapat bahwa investasi pada modal
kerja sebaiknya dianggap sebagai komitmen jangka panjang (1997, 1997:63)
sementara Keown et all. menyatakan bahwa sebaiknya investasi pada modal kerja ini
dilakukan dengan prinsip hedging (2001:489).
LQ45 merupakan indeks yang memuat perusahaan-perusahaan publik yang dinilai

paling likuid dan mempunyai kapitalisasi pasar terbesar pada Bursa Efek Indonesia.
Sangat menarik bagi peneliti untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari
keputusan penerapan strategi manajemen modal kerja terhadap ukuran perusahaan
67

Ekspansi

dan likuiditas perusahaan yang diteliti terutama karena sampel yang diambil adalah
perusahaan atau emiten yang selalu ada pada daftar indeks LQ45 pada periode tahun
2004 – 2007.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana praktek manajemen modal
kerja pada perusahaan yang bertahan pada indeks LQ45 dan bagaimana
hubungannya dengan tingkat likuiditas perusahaan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan ditinjau pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan strategi kebijakan modal kerja pada perusahaan yang
ditinjau.
2. Bagaimana hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar dan
pasiva lancar pada perusahaan yang ditinjau.
3. Apakah terdapat perbedaan dalam penerapan strategi modal kerja pada

kelompok perusahaan tersebut.
4. Bagaimana pengaruh penerapan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran
perusahaan selama kurun waktu penelitian.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan strategi kebijakan modal kerja pada perusahaan
yang ditinjau.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar
dan pasiva lancar perusahaan yang ditinjau.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dalam penerapan strategi modal
kerja pada perusahaan yang ditinjau.
4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi kebijakan modal kerja
terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan selama kurun waktu penelitian.
Tinjauan Pustaka
Strategi modal kerja biasanya merefleksikan suatu usaha untuk mempertahankan
hubungan antara kelangsungan aset suatu perusahaan dan jatuh temponya hutang
yang digunakan untuk mendanai aset tersebut (Levi Sarnat, 1994:181). Pernyataan ini
menandakan adanya hubungan kausalitas antara aset dan kewajiban suatu
perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan untuk mencapai tujuan


68

Mochamad Edman Syarief

yang sudah ditetapkan, dalam hal ini adalah meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham yang diwakili oleh naiknya harga saham suatu perusahaan.
Modal kerja terdiri dari dua konsep utama yaitu modal kerja bersih dan modal kerja
kotor. Disebut sebagai modal kerja kotor adalah semua akun yang termasuk di dalam
aktiva lancar, dalam hal ini adalah kas dan setara kas, persediaan dan piutang. Modal
kerja bersih, dilain pihak adalah selisih antara aktiva lancar dengan pasiva lancar (Van
Horne, 1995:204; Levi Sarnat, 1994:180). Sebagai bagian dari aktiva lancar, modal
kerja dapat dikatakan relatif likuid dan mempunyai karakteristik sebagai berikut (Levi
Sarnat, 1994:180-181):
1. Berjangka waktu pendek, biasanya kurang dari satu tahun,
2. Mudah diubah ke dalam bentuk aktiva lancar yang lain.
3. Jumlah modal kerja tergantung dari sinkronisasi antara produksi, penjualan dan
penagihan produk.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka kebutuhan modal kerja biasanya dibiayai
dengan sumber dana jangka pendek. Ada tiga pola umum dalam pendanaan modal

kerja ini, yaitu pertama kebijakan agresif pada aktiva dan pasiva dengan karakteristik
level aktiva lancar rendah dan level pasiva lancar tinggi yang berakibat tingginya
tingkat profit serta risiko yang menyertainya (Gitman, 1981:186, Van Horne, 1994:208211). Strategi yang lain adalah strategi konservatif pada aktiva dan pasiva lancar
dengan karakteristik level aktiva lancar yang tinggi dan level pasiva lancar rendah yang
berakibat profit dan risiko yang ada menjadi lebih rendah (Gitman, 1982:186, Van
Horne, 1994:208-211). Strategi yang terakhir adalah strategi maturitas dengan
karakteristik level aktiva lancar dan pasiva lancar berimbang (Gitman, 1981:186; Van
Horne, 1994:208-211; Keown, 2001:489). Helfert berpendapat bahwa sebaiknya
investasi pada modal kerja dianggap sebagai komitmen jangka panjang (1997:63)
yang mengisyaratkan bahwa modal kerja sebaiknya dibiayai dengan sumber dana
jangka panjang.

69

Jumlah

Ekspansi

Jumlah


Gambar 1 Prinsip Maturitas (Sumber: Van Horne, 1994:209)

Jumlah

Gambar 2 Strategi Agresif (Sumber: Van Horne, 1994:212)

Gambar 3 Strategi Konservatif (Sumber: Van Horne, 1994:211)

70

Mochamad Edman Syarief

Penerapan strategi modal kerja tersebut di atas berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek perusahaan. Hal ini tidak
terlepas dari tingkat aktiva lancar perusahaan dimana semakin tinggi aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan semakin mudah baginya untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Dengan kata lain, apabila tingkat modal kerja perusahaan
meningkat, risiko perusahaan terhadap likuiditasnya menjadi lebih kecil dan tentu saja,
merupakan daya tarik yang sangat bagus bagi para pemberi pinjaman jangka pendek.
Sebaliknya, apabila pasiva lancar semakin besar, akan menaikkan tingkat risiko

perusahaan terhadap likuditasnya. Berdasarkan hal ini maka perusahaan harus
berupaya untuk dapat menentukan tingkat modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dan tentu saja berhubungan dengan investasi yang dilakukan pada aktiva
lancar.
Penelitian Terdahulu
Filbeck dan Krueger (2005) menggarisbawahi pentingnya manajemen modal kerja
yang efisien dengan meneliti kebijakan manajemen modal kerja pada 32 industri nonfinansial di USA. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antar industri dalam penerapan modal kerja. Selain itu, penerapan modal kerja antar
industri ini juga berubah secara signifikan pada waktu penelitian. Studi yang serupa
dilakukan oleh Gombola dan Ketz (1983), Soenen (1993), Maxwell et al. (1998), dan
Long et al. (1993).
Weinraub dan Visscher (1998) mendiskusikan agresif konservatifnya kebijakan
manajemen modal kerja dengan menggunakan data per kuartal untuk periode tahun
1984-1993 pada perusahan di Amerika. Studi ini mempelajari 10 kelompok industri
yang berbeda dalam penerapan kebijakan modal kerja agresif atau konservatif.
Weinraub dan Visscher berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dan
signifikan dalam penerapan kebijakan modal kerja ini dan berlaku stabil selama
periode penelitian. Studi ini juga menunjukkan adanya korelasi negatif dan signifikan
antara kebijakan asset dan pendanaan dan penerapan kebijakan manajemen aset
yang relatif agresif diimbangi dengan kebijakan pendanaan yang relatif konservatif.

Raheman (2006) menyelidiki tentang pengaruh manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada 94 perusahaan di Pakistan yang terdaftar pada Islamabad Stock
Exchange (ISE). Studi ini mempelajari pengaruh beberapa variabel yang berbeda pada
manajemen modal kerja termasuk periode penagihan piutang dan Siklus perputaran
kas terhadap Laba bersih operasi perusahaan.

Raheman menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan negatif yang kuat antara rasio modal kerja dan profitabilitas
perusahaan. Sebagai tambahan, manajer dapat menciptakan nilai positif untuk para
71

Ekspansi

pemegang saham dengan mengurangi siklus perputaran kas sampai mencapai tingkat
optimal. Studi yang serupa dilakukan oleh Smith dan Begemann (1997), Howorth &
Westhead (2003), Ghosh & Maji (2004), Eljelly (2004), serta Lazaridis & Tryfonidis
(2006).
Afza & Nazir (2007) menyelidiki tentang hubungan antara kebijakan agresif/konservatif
pada modal kerja untuk 17 kelompok industri dengan sampel yang terdiri dari 263

perusahaan publik terbatas yang terdaftar pada Karachi Stock Exchange untuk periode
1998-2003. Dengan menggunakan uji ANOVA dan LSD , studi ini menemukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara investasi pada modal kerja dan kebijakan
pendanaan antar kelompok industri yang berbeda. Selanjutnya dengan menggunakan
korelasi Rank-order terdapat bukti bahwa perbedaan ini berlaku stabil pada periode
penelitian. Akhirnya, dengan menggunakan analisis regresi OLS terdapat temuan
bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara tingkat profitabilitas dan derajat
agresifitas manajemen modal kerja.
Penelitian ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Nazir (2007) dan
mencoba untuk melihat bagaimana penerapan modal kerja pada perusahaan yang
terdaftar pada indeks LQ45 dengan melihat pengaruhnya terhadap likuiditas dan
ukuran perusahaan.
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Objek dan Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tercantum selama 8 periode
pengumuman emiten yang paling likuid dan berkapitalisasi pasar terbesar yang
termasuk dalam indeks LQ45 pada kurun waktu Januari 2004 sampai dengan Januari
2008. Total perusahaan yang termasuk dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan,
diluar dua perusahaan yang


berbentuk lembaga keuangan karena sifatnya yang

khusus. Data yang diteliti adalah data yang berasal dari laporan keuangan yang
diunduh dari www.Reuters.com pada tanggal 14 dan 15 Mei 2009.
Operasionalisasi variabel
Penelitian ini menitikberatkan pada ada tidaknya hubungan antara penerapan
kebijakan modal kerja terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel yang
digunakan adalah :
1. CATA, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan total aktiva yang mewakili
agresifitas modal kerja. Semakin kecil nilai rasio yang didapat berarti semakin

72

Mochamad Edman Syarief

agresif kebijakan yang diterapkan pada aktiva lancar perusahaan dan
merupakan komponen penggunaan dana perusahaan.
2. CLTA, yaitu perbandingan antara pasiva lancar dan total aktiva yang mewakili
agresifitas pendanaan perusahaan dimana semakin kecil nilai rasionya berarti
semakin konservatif kebijakan pendanaan yang diterapkan oleh perusahaan

tersebut.
3. CR, perbandingan antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan, mewakili
likuiditas perusahaan, dimana semakin besar nilainya, semakin likuid
perusahaan tersebut.
4. TA, merupakan total aset yang dimiliki oleh perusahaan, mewakili ukuran
perusahaan
Uji Hipotesis
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui praktik penerapan kebijakan modal kerja
dan untuk melihat hubungan antara kebijakan modal kerja serta pengaruhnya terhadap
likuiditas perusahaan. Untuk itu dibentuk beberapa hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kemungkinan terdapat hubungan antara kebijakan modal kerja pada aktiva lancar
dan pasiva lancar.
H2 : Ada perbedaan dalam penerapan kebijakan strategi modal kerja paling tidak pada
satu atau lebih perusahaan.
H3 : Penerapan strategi modal kerja berpengaruh signifikan pada tingkat likuiditas
perusahaan.
H4 : Penerapan Strategi Modal Kerja berpengaruh signifikan pada ukuran perusahaan.
Metoda Analisis
Metoda analisis yang dilakukan adalah metoda analisis deskriftif dengan mencari ratarata hitung untuk CATA dan CLTA bagi masing-masing perusahaan dalam kurun waktu
2004-2007, dan menganalisa hasilnya untuk mengetahui penerapan kebijakan modal
kerja yang dilakukan.
Untuk membuktikan hipotesis pertama dilakukan uji korelasi Pearson’s dan untuk
hipotesis kedua digunakan uji One Way Anova dan Tukey’s HSD, baik terhadap rasio
CATA maupun rasio CLTA untuk semua perusahaan yang menjadi objek penelitian
Untuk meneliti ada tidaknya pengaruh penerapan kebijakan modal kerja terhadap
likuiditas dan ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi
berganda. Rumus yang digunakan adalah:

73

Ekspansi

Dimana:
Y = LogCR; LnTA
x1 = Kebijakan aktiva lancar perusahaan (CATA)
x2 = Kebijakan pasiva lancar perusahaan (CLTA)

= konstanta persamaan regresi
1, 2 = koefisien regresi
= error term
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Penerapan Kebijakan Modal Kerja
Pada tabel 1 disajikan rata-rata hitung terhadap rasio CATA dan CLTA selama periode
waktu 2004-2007, rata-rata ini kemudian disusun berdasarkan tingkat agresifitas modal
kerja pada aktiva lancar yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dimana semakin
kecil nilai rasio CATA berarti semakin agresif strategi yang dilakukan pada manajemen
aktiva lancar perusahaan. Dapat kita lihat bahwa INKP menjalankan kebijakan modal
kerja yang sangat agresif pada manajemen aktiva lancarnya dimana nilai rasio CATA
yang dimiliki berada diatas rata-rata rasio CATA untuk manajemen aktiva lancar semua
perusahaan yang ditinjau. Agresifitas pada manajemen aktiva lancar didukung oleh
manajemen pasiva lancar atau pendanaan yang sangat konservatif, dimana nilai rasio
CLTA hanya 0,07 yang berarti bahwa pembiayaan aktiva lancar perusahaan banyak
yang berasal dari sumber dana jangka panjang.
Pada urutan kedua terdapat SMCB dengan nilai rasio CATA 0,159 dan rasio CLTA
0,09 yang juga menganut kebijakan manajemen aktiva lancar yang sangat agresif dan
diimbangi pula dengan manajemen pendanaan yang juga konservatif. PTBA dan KLBF
merupakan dua buah perusahaan yang mempraktikkan manajemen aktiva lancar yang
konservatif, tetapi manajemen pasiva lancar yang dilakukan ternyata juga sangat
konservatif. Perusahaan yang cenderung melakukan manajemen pasiva lancar yang
relatif lebih agresif adalah ASII, BUMI, INDF dan UNTR dimana nilai rasio CLTA
masing –masing perusahaan ini berada diatas rata-rata rasio CLTA semua perusahaan
yang diteliti. Sementara manajemen aktiva lancar yang diterapkan bervariasi.

74

Mochamad Edman Syarief

Tabel 1 Rata-rata dan Standar Deviasi CATA dan CLTA
CATA

CLTA

Emiten
INKP

Mean

Std. Deviation

Mean

Std. Deviation

,140995

,0196612

,070583

,0252671

SMCB

,159896

,0335271

,093601

,0651054

TLKM

,177392

,0150750

,237484

,0305949

ISAT

,217292

,0347100

,166136

,0905440

BNBR

,228473

,0828202

,194457

,0511590

AALI

,257808

,1001171

,196217

,0764916

ASII

,298470

,0399349

,343086

,0119257

INCO

,331733

,0684718

,106936

,0269615

BUMI

,370171

,0676562

,400897

,0638105

INDF

,427080

,0290086

,349135

,0741093

ANTM

,485585

,1413282

,112009

,0667422

UNTR

,526231

,0328865

,350902

,0423425

PTBA

,740576

,0408880

,165115

,0191960

KLBF
Rata-rata

,743941
,364689

,0369308
,2010346

,187448
,212429

,0606811
,1158479

Sumber : Hasil Perhitungan

Berikut ini adalah grafik yang menyajikan hubungan antara rasio CATA dan CLTA.

Gambar 4 Grafik CATA vs CLTA

Dari grafik terlihat bahwa data yang ada tidak mengisyaratkan adanya hubungan linier
antara penerapan manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar dalam arti bahwa tidak
selalu manajemen aktiva lancar yang agresif akan diimbangi oleh manajemen pasiva
lancar yang konservatif atau sebaliknya. Hal ini terlihat dari praktik yang dilakukan oleh
BUMI dan INDF dimana manajemen aktiva lancar cenderung konservatif sementara
manajemen pendanaan yang dilakukan cenderung agresif. Dilain pihak UNTR dan
PTBA yang menerapkan manajemen aktiva lancar yang konservatif, ternyata juga

75

Ekspansi

melakukan manajemen pendanaan yang j konservatif.

Berikut ini adalah hasil uji

korelasi Spearman’s rho untuk rasio CATA dan CLTA.

Tabel 2 Korelasi Spearman's rho
Spearman's rho

CATA

CLTA

Koefisien Korelasi

CATA
1,000

CLTA
,311(*)

Sig. (2-tailed)

.

,020

N

56

56

Correlation Coefficient

,311(*)

1,000

Sig. (2-tailed)

,020

.

N

56

56

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari hasil korelasi yang dilakukan dengan N sebanyak 56 buah adalah sebesar 31,1%
yang signifikan pada

=5% yang berarti bahwa semakin rendah nilai rasio CATA

semakin rendah pula nilai rasio CLTA. Hal ini mengisyaratkan bahwa kecenderungan
agresifitas kebijakan manajemen aktiva lancar yang dilakukan akan diimbangi dengan
kebijakan manajemen pendanaan yang semakin konservatif.
Analisis Perbedaan Relatif Penerapan Strategi Modal Kerja
Hipotesis yang diberikan untuk pengujian ini adalah bahwa ada perbedaan dalam
penerapan kebijakan strategi modal kerja paling tidak pada satu atau lebih
perusahaan. Hasil yang didapat dari pengujian ANOVA (tabel 3) yang dilakukan
memberikan nilai F statistik sebesar 39,809 dan nilai signifikansi = 0,000 yang berarti
bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini menyatakan bahwa memang terdapat perbedaan
dalam penerapan manajemen aktiva lancar perusahaan yang diteliti. Hasil ini diperkuat
dengan hasil uji yang didapat dari Tukey’s HSD yang menunjukkan bahwa terdapat 50
perbandingan yang signifikan pada

=0,05 dari 91 perbandingan langsung yang

dilakukan. Hal yang menarik adalah ternyata bahwa perusahaan yang tergabung
dalam kelompok industri pertambangan seperti BUMI, INCO dan ANTM bersama-sama
mempunyai perbedaan dengan PTBA dalam penerapan manajemen aktiva lancarnya
sementara hal ini tidak berlaku untuk ketiga perusahaan tersebut. Hal ini patut
dicermati dari sisi penelitian yang lain yang variabelnya tidak tercakup pada penelitian
ini.
Untuk perbedaan dalam manajemen pendanaan, didapat hasil uji F statistic sebesar
15,166 dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti bahwa memang terdapat perbedaan
penerapan kebijakan pendanaan untuk satu atau lebih perusahaan yang diteliti. Hasil
perbandingan langsung dengan Tukey’s HSD menyatakan adanya 39 perbandingan
yang signifikan pada

=0,05. Dalam penerapan manajemen pendanaannya, INCO,
76

Mochamad Edman Syarief

ANTM dan PTBA secara bersama-sama berbeda dengan BUMI sementara untuk
ketiga perusahaan tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.
Tabel 3 Uji One Way Anova

CATA

CLTA

Between Groups

Sum
of
Squares
2,056

df
13

Mean Square
,158

Within Groups

,167

42

,004

Total

2,223

55

Between Groups

,609

13

,047

Within Groups

,130

42

,003

Total

,738

55

F
39,809

Sig.
,000

15,166

,000

Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa memang terdapat perbedaan yang
signifikan dalam penerapan strategi modal kerja baik pada manajemen aktiva lancar
maupun pada manajemen pendanaan untuk satu atau lebih perusahaan.
Analisis Pengaruh CATA dan CLTA terhadap Likuiditas
Untuk mengetahui pengaruh kebijakan modal kerja terhadap likuiditas digunakan
model regresi linier berganda. Dalam prosesnya, pengujian dilakukan sesuai dengan
urutan hipotesis dalam penelitian yaitu pertama kali menguji signifikansi pengaruh
kedua variabel bebas terhadap likuiditas (Uji F), lalu dilakukan uji signifikansi parsial
untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap likuiditas. Untuk
mendapatkan hasil uji statistik yang memenuhi asumsi normalitas data maka
digunakan variabel logCR, CATA dan CLTA. Hasil yang didapat adalah sebagai
berikut:
Tabel 4 Koefisien Determinasi

Mode l Summaryb
Model
1

R
,853a

R Square
,728

Adjusted
R Square
,718

Std. Error of
the Estimate
,19537

a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA
b. Dependent Variable: LogCR

Dari hasil perhitungan didapat nilai R sebesar 85,3% yang berarti bahwa terdapat
hubungan yang kuat pada variabel yang diuji, yaitu LogCR, CATA dan CLTA.
Koefisien determinasi dari model ini adalah sebesar 72,8% yang berarti bahwa
perubahan likuiditas yang terjadi dapat diterangkan oleh variabel CATA dan CLTA
sebesar 72,8%, sisanya sebesar 17,2% diterangkan oleh faktor lain yang tidak
tercakup pada penelitian ini.

77

Ekspansi

Tabel 5 Uji F

ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
5,412
2,023
7,435

df
2
53
55

Mean Square
2,706
,038

F
70,895

Sig.
,000a

a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA
b. Dependent Variable: LogCR

Dari hasil Uji F, didapat F hitung sebesar 70,895 dengan nilai signifikansi = 0,000 yang
lebih kecil dari

= 0,05. Hal ini menyatakan bahwa, secara statistik, model ini dapat

dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi pertumbuhan atau perubahan
likuiditas pada perusahaan yang diteliti. Dengan kata lain bahwa kebijakan manajemen
aktiva lancar dan manajemen pendanaan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap perubahan likuiditas perusahaan yang diteliti.
Tabel 6 Nilai koefisien persamaan regresi

Coefficientsa

Model
1

Unstandardized
Coef f icients
B
Std. Error
,395
,068
1,023
,133
-2,366
,231

(Constant)
CATA
CLTA

Standardized
Coef f icients
Beta
,559
-,745

t
5,808
7,693
-10,255

Sig.
,000
,000
,000

a. Dependent Variable: LogCR

Dari hasil perhitungan model regresi, didapat hasil sebagai berikut:
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan likuiditas perusahaan dipengaruhi
secara positif oleh CATA dan secara negatif oleh CLTA. Hal ini berarti bahwa setiap
perubahan CATA sebesar 1 bagian akan membuat likuiditas bertambah sebesar 1,023
persen dan setiap perubahan pada CLTA sebesar 1 bagian akan membuat likuiditas
berkurang sebesar 2,366 persen. Terlihat bahwa pengaruh manajemen pendanaan
lebih besar daripada pengaruh manajemen aktiva lancar yang mengindikasikan bahwa
perusahaan

harus

lebih

berhati-hati

dalam

membuat

kebijakan

pendanaan

perusahaan.
Hasil uji t untuk masing-masing variabel pembentuk persamaan memberikan nilai t
hitung sebesar 7,693 untuk CATA dan -10,255 untuk CLTA dengan signifikansi 0,000
yang lebih kecil dari =0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak secara statistik

78

Mochamad Edman Syarief

atau bahwa memang terdapat pengaruh dari penerapan strategi modal kerja terhadap
perubahan likuiditas perusahaan.
Analisis Pengaruh CATA dan CLTA terhadap ukuran Perusahaan
Tabel 7 Koefisien Determinasi

Mode l Sum m ary
Model
1

R
,614a

R Square
,376

Adjusted
R Square
,353

Std. Error of
the Estimate
,81742

a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA

Dari hasil perhitungan didapat nilai R sebesar 61,4% yang berarti bahwa terdapat
hubungan yang kuat pada variabel yang diuji, yaitu LnTA, CATA dan CLTA. Koefisien
determinasi dari model ini adalah sebesar 37,6% yang berarti bahwa perubahan
ukuran perusahaan yang terjadi dapat diterangkan oleh variabel CATA dan CLTA
sebesar 37,6%, sisanya sebesar 62,4% diterangkan oleh faktor lain yang tidak
tercakup pada penelitian ini.
Tabel 8 Uji F

ANOVAb
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
21,384
35,413
56,797

df
2
53
55

Mean Square
10,692
,668

F
16,002

Sig.
,000a

a. Predictors: (Constant), CLTA, CATA
b. Dependent Variable: LnTA

Dari hasil Uji F, didapat F hitung sebesar 16,002 dengan nilai signifikansi = 0,000 yang
lebih kecil dari

= 0,05. Hal ini menyatakan bahwa, secara statistik, model ini dapat

dipakai untuk memperkirakan atau memprediksi pertumbuhan atau perubahan ukuran
perusahaan pada perusahaan yang diteliti. Dengan kata lain bahwa kebijakan
manajemen aktiva lancar dan manajemen pendanaan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap perubahan ukuran perusahaan yang diteliti.

79

Ekspansi

Tabel 9 Nilai Koefisien Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model
1

(Constant)
CATA
CLTA

Unstandardized
Coef f icients
B
Std. Error
16,965
,285
-2,968
,556
2,655
,965

Standardized
Coef f icients
Beta
-,587
,303

t
59,566
-5,336
2,750

Sig.
,000
,000
,008

a. Dependent Variable: LnTA

Dari hasil perhitungan model regresi, didapat hasil sebagai berikut:
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan ukuran perusahaan dipengaruhi secara
negatif oleh CATA dan secara positif oleh CLTA. Terlihat bahwa koefisien pengaruh
manajemen pendanaan sedikit lebih kecil daripada pengaruh manajemen aktiva lancar.
Hasil uji t untuk masing-masing variabel pembentuk persamaan memberikan nilai t
hitung sebesar -5,336 untuk CATA dan 2,750 untuk CLTA dengan signifikansi 0,000
yang lebih kecil dari =0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak secara statistik
atau bahwa memang terdapat pengaruh dari penerapan strategi modal kerja terhadap
perubahan ukuran perusahaan.
KESIMPULAN
Modal kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan usaha suatu
perusahaan terutama karena modal kerja digunakan untuk biaya operasi perusahaan
sehari-hari. Variabel yang digunakan pada studi ini sedapat mungkin bisa mewakili
keadaan modal kerja yang terjadi pada perusahaan yang diteliti. Untuk itu digunakan
rasio CATA yang mewakili manajemen aktiva lancar, rasio CLTA yang mewakili
manajemen pendanaan, CR mewakili likuiditas dan TA mewakili ukuran perusahaan.
Penerapan kebijakan modal kerja yang dipraktikkan pada perusahaan yang diteliti
secara signifikan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Dengan kata lain memang terdapat variasi penerapan agresif/konservatif manajemen
modal kerja baik pada aktiva lancar maupun pasiva lancar. Kebijakan manajemen
aktiva lancar yang relatif agresif diimbangi dengan dengan kebijakan manajemen
pendanaan yang relatif konservatif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Weinraub dan Visscher (1998) serta Afza dan Nazir (2007) dan sesuai dengan
pendapat Helfert (1997) yang menyatakan bahwa sebaiknya investasi pada modal
kerja menggunakan sumber dana jangka panjang. Selanjutnya, walaupun setiap
perusahaan mempunyai kebijakan manajemen modal kerja yang cenderung berbeda
80

Mochamad Edman Syarief

satu dengan lainnya, ternyata hampir semua perusahaan yang ada mempraktikkan
kebijakan pendanaan yang relatif konservatif.
Studi ini juga menemukan bahwa kebijakan manajemen aktiva lancar dan manajemen
pendanaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas dan ukuran
perusahaan. Manajemen aktiva lancar mempunyai pengaruh positif terhadap likuiditas
dan berpengaruh negatif terhadap ukuran perusahaan, sementara manajemen
pendanaan berpengaruh negatif terhadap likuiditas dan positif terhadap ukuran
perusahaan. Hal ini memperkuat pendapat bahwa sebaiknya perusahaan bisa
menjaga kondisi modal kerjanya sampai ke batas optimal, karena ternyata keputusan
yang diambil dalam manajemen modal kerja akan berdampak pada kondisi
perusahaan, dalam studi ini terutama terhadap likuiditas dan ukuran perusahaan.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa semua perusahaan yang diteliti mempunyai
kebijakan pendanaan yang relatif konservatif. Hal ini dapat menjadi bahan untuk
penelitian

selanjutnya

dengan

mencari

apakah

memang

perusahaan

yang

mempraktikkan manajemen pendanaan yang relative konservatif akan lebih likuid
dibandingkan yang tidak.
Daftar Pustaka

Afza T and MS Nazir (2007a). Working Capital Management Policies of Firms:
Empirical Evidence from Pakistan. In the Proceedings of 9th South Asian Management
Forum (SAMF) on February 24-25, North South University, Dhaka, Bangladesh.
Afza T and MS Nazir (2007b). Is it better to be Aggressive or Conservative in Managing
Working Capital? Presented at Singapore Economic Review Conference (SERC) 2007
on August 02-04, Singapore.
Eljelly AMA (2004). Liquidity-Profitability Tradeoff: An Empirical Investigation in an
Emerging Market. International Journal of Commerce and Management 14(2): 48-61.
Filbeck G and T Krueger (2005). Industry Related Differences in Working Capital
Management. Mid-American Journal of Business 20(2): 11-18.
Ghosh SK and SG Maji (2004). Working Capital Management Efficiency: A Study on
the Indian Cement Industry. The Management Accountant 39(5): 363-372.
Gitman, Lawrence J., Basic Managerial Finance, 1987, Harper & Row
Gombola MJ and JE Ketz (1983). Financial Ratio Patterns in Retail and Manufacturing
Organizations. Financial Management12 (2): 45-56.
Howorth C and P Westhead (2003). The Focus of Working Capital Management in UK
Small Firms. Management Accounting Research 14(2): 94-111.

81

Ekspansi

Maxwell CE, LJ Gitman and SAM Smith (1998). Working Capital Management and
Financial-Service Consumption Preferences of US and Foreign Firms: A Comparison
of 1979 and 1996 Preferences. Financial Practice and Education 8(2): 46-52.
Keown, A. J., Martin, J. D., Petty, J. W. and Scott, D. F., (2001). Foundations of
Finance, 3rd ed., Pearson Education, New Jersey
Lazaridis I and D Tryfonidis (2006). Relationship between Working Capital
Management and Profitability of Listed Companies in the Athens Stock Exchange.
Journal of Financial Management and Analysis 19 (1): 26-35.
Levy, Haim and Sarnat, M., (1994), Capital Investment and Financial Decision,
Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall, Inc.
Long MS, IB Malitz, and SA Ravid (1993). Trade Credit, Quality Guarantees, and
Product Marketability. Financial Management 22: 117-127.
Rehman A (2006). Working Capital Management and Profitability: Case of Pakistani
Firms (Unpublished Dissertation). Pakistan: COMSATS Institute of Information
Technology Islamabad.
Smith MB and E Begemann (1997). Measuring Association between Working Capital
and Return on Investment. South Africa Journal of Business Management 28(1): 1-5
Soenen LA (1993). Cash conversion cycle & corporate profitability. Journal of Cash
Management 13(4): 53-58
Van Horne, James C. and Wachowicz, Jr, John M (1995), Fundamentals of Corporate
Finance. Prentice Hall, Inc. New Jersey.
Weinraub HJ and S Visscher (1998). Industry Practice Relating To Aggressive
Conservative Working Capital Policies. Journal of Financial and Strategic Decision
11(2): 11-18.

82

Mochamad Edman Syarief

Lampiran 1 Tukey's HSD untuk CATA
F statistic = 39,809; Sig. = 0,000
(J) Emiten
(I)
Emiten
ANTM
ASII
BUMI
BNBR
INCO
INDF
INKP
ISAT
KLBF
PTBA
SMCB
TLKM
UNTR

AALI

ANTM

ASII

BUMI

BNBR

INCO

INDF

INKP

ISAT

KLBF

PTBA

SMCB

TLKM

,227(*)
0,04
0,11
-0,03
0,07
,169(*)
-0,12
-0,04
,486(*)
,483(*)
-0,10
-0,08
,268(*)

-,187(*)
-0,12
-,257(*)
-0,15
-0,06
-,345(*)
-,268(*)
,258(*)
,255(*)
-,326(*)
-,308(*)
0,04

0,07
-0,07
0,03
0,13
-0,16
-0,08
,445(*)
,442(*)
-0,14
-0,12
,228(*)

-0,14
-0,04
0,06
-,229(*)
-0,15
,374(*)
,370(*)
-,210(*)
-,193(*)
0,16

0,10
,198(*)
-0,09
-0,01
,515(*)
,512(*)
-0,07
-0,05
,298(*)

0,10
-,191(*)
-0,11
,412(*)
,408(*)
-,172(*)
-0,15
,194(*)

-,286(*)
-,209(*)
,317(*)
,313(*)
-,267(*)
-,249(*)
0,10

0,08
,603(*)
,599(*)
0,02
0,04
,385(*)

,527(*)
,523(*)
-0,06
-0,04
,309(*)

0,00
-,584(*)
-,566(*)
-,218(*)

-,581(*)
-,563(*)
-,214(*)

0,02
,366(*)

,348(*)

*. The mean difference is significant at the .05 level.

83

Ekspansi

Lampiran 2 Tukey's HSD untuk CLTA
F statistic = 15,166; Sig. = 0,000
(J) Emiten
(I)
Emiten
ANTM
ASII
BUMI
BNBR
INCO
INDF
INKP
ISAT
KLBF
PTBA
SMCB
TLKM
UNTR

AALI

ANTM

ASII

BUMI

BNBR

INCO

INDF

INKP

ISAT

KLBF

PTBA

SMCB

TLKM

-0,08
,147(*)
,205(*)
0,00
-0,09
,153(*)
-0,13
-0,03
-0,01
-0,03
-0,10
0,04
,155(*)

,231(*)
,288(*)
0,08
-0,01
,237(*)
-0,04
0,05
0,08
0,05
-0,02
0,13
,239(*)

0,06
-,148(*)
-,236(*)
0,01
-,272(*)
-,177(*)
-,155(*)
-,178(*)
-,249(*)
-0,11
0,01

-,206(*)
-,294(*)
-0,05
-,330(*)
-,235(*)
-,213(*)
-,236(*)
-,307(*)
-,163(*)
-0,05

-0,09
,155(*)
-0,12
-0,03
-0,01
-0,03
-0,10
0,04
,156(*)

,242(*)
-0,04
0,06
0,08
0,06
-0,01
0,13
,244(*)

-,278(*)
-,183(*)
-,162(*)
-,184(*)
-,255(*)
-0,11
0,00

0,10
0,12
0,09
0,02
,167(*)
,280(*)

0,02
0,00
-0,07
0,07
,185(*)

-0,02
-0,09
0,05
,163(*)

-0,07
0,07
,186(*)

,144(*)
,257(*)

0,11

*. The mean difference is significant at the .05 level.

84

Mochamad Edman Syarief

85