Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tindakan Tidak Aman

2.1.1

Definisi Tindakan Tidak Aman
Tindakan merupakan bagian dari prilaku. Dalam pengertian umum, prilaku

adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan mahluk hidup dan pada
dasarnya prilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Namun demikian tidak
berarti bahwa perilaku hanya dapt dilihat dari sikap dan tindakannya. Perilaku
juga bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi.
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(mahluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang

sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain bekerja.
(Notoadmodjo, 2013).
Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2013), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar), maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu :
A. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)
Perilaku tertutup terjadi bila respons stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam

8
Universitas Sumatera Utara

9

bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus
bersangkutan.
B. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

“observeable behaviour”. Benyamin Bloom (1908)

yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2013), seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga
ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor
(psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya berdasarkan pembagian domain
oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan
menjadi tingkat ranah perilaku sebagai berikut :
a. Pengetahuan (knowledge)
b. Sikap (attitude)
c. Tindakan (practice)
Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat
membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2013). Istilah-istilah perilaku berbahaya
(tindakan tidak aman) yang diterjemahkan oleh bebrapa ahli seperti dikutip
Winarsumu (2008), antara lain :
1.

Silalahi (1995) dari kata unsafe act.


2.

McCornick (1992) dan Tiffin (1974) menggunakan istilah unsafe behavior
dan juga hazardous behavior.

Universitas Sumatera Utara

10

Defenisi perilaku berbahaya (tindakan tidak aman) menurut beberapa ahli
yang juga dikutip dari Winarsunu (2008), Antara lain :
1.

Kavianian (1990) adalah kegagalan (human failure) dalam mengikuti
persaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan
terjadinya cidera.

2.


Ramsey, seperti yang dikutip oleh McCornick (1992) adalah suatu kesalahan
dalam tahap-tahap persepsi, mengenali, memutuskan, menghindari, dan
kemapuan menghindari bahaya.

3.

Lawton, (1998) mendefenisikan perilaku berbahaya(tindakan tidak aman)
adalah

kesalahan-kesalahan

(errors)

dan

pelanggaran-pelanggaran

(violations) dalam bekerja yang dapat menyebabkan kecelakan kerja.
2.1.2


Teori Tindakan Tidak Aman
Menurut Heinrich dalam Sumak’mur (2013), 88% Tindakan tidak aman

(unsafe act) berkontribusi terhadap kecelakaan kerja, 10% disebabkan oleh unsafe
conditions (kondisi tidak aman), dan 2% adalah anavoidable (hal yang tidak dapat
di hindari). Dengan demikian, accident lebih banyak disebabkan oleh tindakan
tidak aman manusia (man) yang meliputi faktor umur, pendidikan, masa kerja,
pengetahuan, pelatihan yang pernah di ikuti, serta faktor manajemen berupa
penggunaan APD saat bekerja.
Teori domino disebutkan oleh W. Heinrich terdiri dari 5 elemen, yaitu :
1.

Ancestry and social environment : karakter negatif dari seseorang untuk
berprilaku tidak aman, seperti ceroboh. Selain itu, pengaruh lingkungan sosial
juga dapat menyebabkan seseorang membuat kesalahan.

Universitas Sumatera Utara

11


2.

Fault of person : karakter negatif yang menyebabkan kesalahan pada
seseorang merupakan alasan untuk melakukan tindakan tidak aman.

3.

Unsafe act and/or mechanical or physical hazard : tindakan tidak aman
seseorang seperti masuk kedalam lobang tambang emas tanpa APD,
menyalakan mesin tanpa prosedur yang benar, bahaya mekanik dan fisik.

4.

Accident : kejadian, seperti jatuh, terkena benda yang menghasilkan penyebab
kecelakaan karena tindakan tidak aman.

5.

Injury : cidera yang merupakan awal dari tindakan tidak aman.
Tindakan tidak aman disebabkan oleh banyak faktor. Faktor yang


berkontribusi menyebabkan 4M, yaitu Manusia (man), Mesin (machine), Media,
dan Management.
1.

Faktor Manusia (man)
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya

terhadap Tindakan tidak aman karena berperan sebagai pemegang atau pengendali
machine, media dan managemen. Yang meliputi umur, pendidikan, masa kerja,
pengetahuan, pelatihan yang pernah di ikuti, dan lain-lain.
2.

Faktor Mesin (machine)
Faktor mesin meliputi ukuran, bobot, bentuk, sumber energy, cara kerja,

tipe gerakan, dan bahan mesin itu sendiri.
3.

Faktor Media

Faktor media meliputi lingkungan kerja misalnya suhu, kebisingan,

getaran, gedung, jalan, ruang kerja, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

12

4.

Faktor Managemen
Faktor managemen adalah konteks dimana ketiga faktor berada dan di

jalankan, meliputi kebijakan (Pemakaian APD), gaya managemen, struktur
organisasi, komunikasi dan prosedur-prosedur lain yang dijalankan di organisasi
(Gros dalam Notoadmodjo, 2013).

MAN

MEDIA


MACHINE

Manageme
Gambar 2.1 Multiple Factors Theory
Dari keseluruhan defenisi yang dinyatakan oleh para ahli tersebut, perilaku
berbahaya adalah tindakan tidak aman yang sebagian besar disebabkan oleh faktor
manusia (man) yang meliputi umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan,
pelatihan yang pernah di ikuti, serta faktor managemen berupa pemakaian APD.
2.1.3

Jenis-jenis Tindakan Tidak Aman
Jenis-jenis Tindakan tidak aman menurut Bird dan Germain (1990) dalam

Saragih (2014) antara lain:
a.

Mengoperasikan peralatan tanpa otoritas.

b.


Gagal untuk mengingatkan.

Universitas Sumatera Utara

13

c.

Gagal untuk mengamankan.

d.

Pengoperasian dengan kecepatan yang tidak sesuai.

e.

Membuat peralatan safety menjadi tidak beroperasi.

f.


Memindahkan peralatan safety.

g.

Menggunakan peralatan yang rusak.

h.

Menggunakan peralatan secara tidak benar.

i.

Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).

j.

Laoding barang yang salah.

k.

Penempatan barang yang salah.

l.

Pengangkutan yang salah.

m. Memperbaiki peralatan saat operasi.
n.

Posisi yang salah dalam bekerja.

o.

Bercanda.

p.

Dibawah pengaruh alkohol dan atau obat-obatan.
Jenis-jenis Tindakan tidak aman menurut H.W Heinrich (1928) seperti

yang di kutip oleh Saragih (2014), antara lain:
a.

Mengoperasikan alat dengan kecepatan yang tidak sesuai.

b.

Mengoperasikan peralatan yang bukan haknya.

c.

Menggunakan peralatan yang tidak pantas.

d.

Menggunakan peralatan yang tidak benar.

e.

Membuat peralatan safety tidak berfungi.

f.

Kegagalan untuk memperingatkan karyawan lain.

g.

Kegagalan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD).

Universitas Sumatera Utara

14

h.

Beban, tempat, dan materi yang tidak layak dalam pengangkutan.

i.

Mengambil posisi yang salah.

j.

Mengangkat yang salah.

k.

Tidak disiplin dalam pekerjaan.

l.

Menservice peralatan yang sedang bergerak.

m. Meminum minuman yang beralkohol.
n.

Mengkonsumsi obat-obatan.

2.1.4

Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman
Banyak Tindakan tidak aman berdampak cidera yang sering terjadi

disebabkan oleh kesalahan manusia atau human error. Namun, human error
bukanlah satu-satunya penyebab Tindakan tidak aman. Penyebab laninnya yang
bersifat laten dan seakan-akan di anggap human error adalah organization error,
yakni error yang disebabkan oleh kebijakan organisasi ( Winarsunu, 2008).
Metodologi yang digunakan dalam jurnal “Evaluation of relationship
between Job Stress and Unsafe Acts With Occupational Accident Rates in a
Vehicle Manufacturing in Iran oleh Iraj Mohammad Fam, dkk” adalah safety
behaviorsampling techique dan kuesioner. Kuesioner digunakan untuk meneliti
job stress, sedangkan safety behavior sampling technique dilakukan dengan
mengamati perilaku pekerja, kemudian dibandingkan antara jumlah pekerja yang
melakukan unsafe acts dengan total jumlah pekerja yang diamati.
Penelitian dilakukan secara observational analitik dengan pendekatan case
control. Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan

Universitas Sumatera Utara

15

teknik purposive sampling dengan besar sampel sebanyak 40 orang kasus dan 40
orang control.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman tersebut
antara lain :
A. Umur
Umur memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yag diperolehnya semakin membaik. Umur adalah lamanya
hidup pekerja tambang emas yang dinyatakan dalam tahun. Disamping itu, umur
mempunyai hubungan yang saling terkait dengan Tindakan tidak aman oleh
seseorang pekerja, dengan bertambahnya usia akan berdampak terhadap
menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan
atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual (Saragih, 2014).
B. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang sekolah terakhir pendidikan formal yang dilalui
pekerja. Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi antara manusia
dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media
dalam memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti
supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi
manusia dewasa yang bertanggung jawab (Idris, 1992).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau

Universitas Sumatera Utara

16

latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Pendidikan nasional bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tingkat atau jenjang pendidikan (yang dimaksud dalam hal ini adalah
pendidikan formal atau akademis) di Indonesia meliputi :
1.

Pendidikan Usia Dini
Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini dapat berbentuk sekolah
playgroup atau taman kanak-kanak.
2.

Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)

tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah, yaitu meliputi Sekolah Dasar (SD) dan sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan sederajat.

Universitas Sumatera Utara

17

3.

Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan

dasar yang harus dilaksanakan yang meliputi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan sederajatnya.
4.

Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan
spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada
perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak
boleh terlepas dari pelajaran SMA.
C. Masa kerja
Masa kerja adalah lamanya pekerja bekerja sebagai penambang emas.
Tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih
produktif dari pada yang junior. Senioritas dalam masa kerja berkaitan secara
negatif dengan kemangkiran dan dengan tingkat kejenuhan yang bisa
mempengaruhi Tindakan tidak aman pekerja atau malah sebaliknya.
D. Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2013), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
terjadi setelah seseorang melakukan proses pengindraan terhadap objek yang
diamatinya. Menurut Bloom (1975) dalam Saragih (2014), pengetahuan dalah
pemberian bukti dari seseorang melalui proses pengingatan dan pengenalan
informasi dan ide yang sudah diperoleh sebelumnya. Berdasarkan penelitian

Universitas Sumatera Utara

18

Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2013), pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1.

Tahu ( know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
2.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3.

Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4.

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.

Sintesis (syinthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Universitas Sumatera Utara

19

6.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
E. Pelatihan
Pelatihan adalah sebuah program yang diharapkan memberikan respon
atau stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam
pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap
keseluruhan lingkungan kerja atau organisasi. Pelatihan ini bertujuan untuk
membina sumberdaya manusia dalam

meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan serta melatih kesiagaan karyawan dalam menghadapi keadaan
darurat. Pelatihan disini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerja
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan mengenai Pelatihan kerja yang tercantum dalam pasal :
1.

Pasal 9
Pelatihan

kerja

diselenggaran

dan

diarahkan

untuk

membekali,

meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan
kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan.
2.

Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan dan

atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya.

Universitas Sumatera Utara

20

3.

Pasal 13
a) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah
dan atau lembaga pelatihan swasta.
b) Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau di tempat
kerja.
c) Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(a) dalam menyelenggarakan pelatihan kerja dapat bekerja sama dengan
swasta.

4.

Pasal 15

Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :
a)

Tersedianya tenaga kepelatihan.

b) Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan.
c)

Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja.

d) Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggraan pelatihan
kerja.
Program pelatihan dengan sasaran para Pekerja Tambang Emas Desa
Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal antara lain :
1.

Pelatihan pelaksanaan instruksi kerja standard saat awal rekrutmen pegawai
atau pekerja.

2.

Pelatihan skill training satu kali setiap tahunnya. Pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan kerja para pekerja tambang emas secara
berkelanjutan.

Universitas Sumatera Utara

21

3.

Pelatihan tanggap kecelakaan kerja. Pelatihan ini biasanya dilaksanakan
sebanyak satu kali setiap lima tahun.

4.

Pelatihan cara menggunakan APD yang baik dan benar.

F. Pemakaian APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk melindungi
diri saat bekerja. Standar APD yang diperkenankan untuk dipakai pada pekerja
tambang emas didalam lubang yaitu :
1.

Helm
Fungsi helm pengaman sudah jelas, untuk melindungi kepala dari jatuhan

batu atau benda lainnya. Helm yang digunakan di dalam lubang agak berbeda
dengan yang dipermukaan. Helm pekerja tambang bawah tanah memiliki tepi
yang lebih melebar dengan cantelan di bagian depan untuk mengaitkan lampu
kepala.
2.

Lampu kepala
Malam dan siang hari di dalam lubang tak ada bedanya, sama-sama gelap.

Itu sebabnya, lampu kepala jadi wajib dikenakan. Lampu ini bisa bertenaga aki
(elemen basah) atau batere (elemen kering) yang diikat di kepala. Dibanding
batere, aki memiliki beberapa kelemahan. Selain ukuran dan bobot aki yang lebih
berat, cairan asam sulfat yang bocor dapat merusak pakaian.
3.

Kacamata keselamatan
Tidak hanya pekerja tambang bawah tanah, yang bekerja di permukaan

pun sebenarnya wajib mengenakan alat pelindung ini. Untuk orang berkacamata
minus atau plus, disediakan lensa khusus sesuai dengan kebutuhan yang

Universitas Sumatera Utara

22

bersangkutan. Yang pasti, lensa ini tidak boleh terbuat dari kaca, karena jika
terjadi benturan dan lensa pecah, serpihan kaca malah akan membahayakan
penggunanya.
4.

Respirator
Respirator atau masker berguna untuk melindungi jalur pernapasan para

pekerja. Respirator yang digunakan adalah respirator khusus, jadi tidak sekedar
kain kasa putih yang biasa digunakan untuk menangkal influenza. Respirator ini
mesti memiliki filter yang dapat diganti-ganti. Penggunaan filter harus
disesuaikan dengan keadaaan, apakah untuk menangkal debu atau gas berbahaya.
5.

Sabuk
Sabuk ini terutama digunakan sebagai cantelan berbagai alat keselamatan

lain. Setidaknya ada dua alat yang melekat setia pada sabuk, aki/ batere untuk
lampu kepala dan self resquer. Sabuk juga dilengkapi kait di bagian belakang
yang dapat digunakan untuk cantelan alat-alat tangan seperti palu atau senter.
6.

Self resquer
Dalam kondisi darurat akibat gas beracun, alat inilah yang dapat jadi

penyelamat para pekerja. Alat ini dirancang dapat memasok oksigen secara
mandiri kepada pekerja. Tidak lama memang, tapi ini diharapkan memberikan
cukup waktu bagi pekerja untuk mencari jalan keluar atau mencapai tempat
pengungsian yang lebih permanen.
7.

Safety vest
Safety vest adalah nama lain untuk rompi keselamatan. Rompi ini

diengkapi dengan iluminator, bahan yang dapat berpendar jika terkena cahaya.

Universitas Sumatera Utara

23

Bahan berpendar ini akan memudahkan dalam mengenali posisi pekerja ketika
berada di kegelapan lubang. Ini menjadi penting untuk menghindari tabrakan
antar pekerja saat bekerja di dalam lubang yang gelap.
8.

Sepatu boot
Dengan kondisi lubang yang kadang berlumpur, sepatu boot menjadi

kebutuhan pokok. Sepatu pendek hanya akan menyebabkan kaki terbenam dalam
lumpur. Sepatu boot ini juga mesti dilengkapi dengan sol berlapis logam dan
lapisan logam untuk melindungi jari kaki.
9.

Alat tambahan
Untuk bekerja di ketinggian seperti pekerja tambang emas yang mengantar

material tambang dengan cara dipundak yang melewati jalanan berlumpur diatas
bukit, pekerja memerlukan safety harness. Alat ini digunakan sebagai pelindung
jatuh, agar ketika terpeleset, pekerja tetap tertahan dan tidak berdebam.
2.2

Kecelakan Kerja

2.2.1

Definisi Kecelakan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena

ada penyebabnya, sebab kecelakan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya
dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya
preventif lebih lanjut kecelakaan serupa tidak berulang kembali.
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai
suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya,
sehingga menghasilkan cidera yang rill (nyata).

Universitas Sumatera Utara

24

Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja RI Nomor: 03/MEN/1998 tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan “bahwa yang dimaksud
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda”.
Benneth Silalahi (1995) dalam Saragih (2014) menyatakan kecelakaan
terjadi tanpa di sangka-sangka dan dalam sekejap mata, dan setiap kejadian
terdapat 4 (empat) faktor yang saling mempengaruhi yaitu Lingkungan, Bahaya,
Peralatan, dan Manusia.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses. Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda (Suma’mur, 2013).
Dengan demikian menurut defenisi tersebut ada 3 hak pokok yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1.

Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak diinginkan.

2.

Kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan kerusakan harta benda.

3.

Kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya kontak dengan sumber bahaya atau
energi yang melebihi ambang batas tubuh.

2.2.2

Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional

(ILO, 1962) dalam Suma’mur (2013) adalah sebagi berikut :

Universitas Sumatera Utara

25

1.

2.

Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
1.

Terjatuh.

2.

Tertimpa benda jatuh.

3.

Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.

4.

Terjepit oleh benda.

5.

Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

6.

Pengaruh suhu tinggi.

7.

Terkena arus listrik.

8.

Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

9.

Jenis-jenis termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.

Klasifikasi menurut penyebab
A. Mesin
1.

Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.

2.

Mesin penyalur.

3.

Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.

4.

Mesin-mesin pengolah kayu.

5.

Mesin-mesin pertanian.

6.

Mesin-mesin pertambangan.

7.

Mesin-mesin yang tidak termasuk kalsifikasi tersebut.

B. Alat angkat dan angkut
1.

Mesin angkat dan peralatannya.

2.

Alat angkutan di atas rel.

3.

Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api.

Universitas Sumatera Utara

26

4.

Alat angkutan udara.

5.

Alat angkutan air.

6.

Alat-alat angkutan lain.

C. Peralatan lain
1.

Bejana bertekanan.

2.

Dapur pembakar dan pemanas.

3.

Instalasi pendingin.

4.

Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat
listrik (tangan).

5.

Alat-alat listrik (tangan).

6.

Alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat listrik.

7.

Tangga.

8.

Perancah.

9.

Peralatan lain yang belum termasuk kalsifikasi tersebut.

D. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
1.

Bahan peledak.

2.

Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.

3.

Benda-benda melayang.

4.

Radiasi.

5.

Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.

E. Lingkungan kerja
1.

Di luar bangunan.

2.

Di dalam bangunan.

Universitas Sumatera Utara

27

3.

Di bawah tanah.

F. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut

3.

4.

1.

Hewan.

2.

Penyebab lain.

Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
1.

Patah tulang.

2.

Dislokasi/ keseleo.

3.

Regang otot/ urat.

4.

Memar dan luka dalam yang lain.

5.

Amputasi.

6.

Luka-luka lain.

7.

Luka di permukaan.

8.

Gegar dan remuk.

9.

Luka bakar.

10.

Keracunan-keracunan mendadak (akut).

11.

Akibat cuaca dan lain-lain.

12.

Mati lemas.

13.

Pengaruh arus listrik.

14.

Pengaruh radiasi.

15.

Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

16.

Lain-lain.

Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
1.

Kepala.

Universitas Sumatera Utara

28

2.

Leher.

3.

Badan.

4.

Anggota atas.

5.

Anggota bawah.

6.

Banyak tempat.

7.

Kelainan umum.

8.

Letak lain yang tidak dimasukkan dalam klasifikasi tersebut.

2.2.3

Penyebab Kecelakaan Kerja
Santoso (2004), dalam buku manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

juga menyatakan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dan
selebihnya adalah karena kondisi tidak aman.
Menurut Ramli (2010), kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah
yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik
85% penyebab kecelakaan adalah tindakan tidak aman (unsafe act) dan 15%
disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition).
H.W Heinrich dalam teri domino menggolongkan faktor penyebab
kecelakaan mejadi dua, yaitu Kondisi tidak aman dan Tindakan tidak aman.
Kondisi tidak aman (unsafe condition) adalah kondisi lingkungan kerja baik alat,
material, atau lingkungan yang tidak aman dan membahayakan. Tindakan tidak
aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja itu
sendiri maupun orang lain yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Seperti umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, dan pelatihan.

Universitas Sumatera Utara

29

2.3

Kerangka Konsep
Variabel Independen
Umur
Pendidikan

Variabel Dependen

Masa Kerja

Tindakan Tidak Aman

Pengetahuan

Pelatihan
Pemakaian APD
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

2.4

Hipotesa
Ada hubungan antara Umur, Pendidikan, Masa Kerja, Pengetahuan, dan

Pelatihan dengan Tindakan Tidak Aman pada pekerja tambang emas Desa
Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

3 66 133

DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT TERHADAP SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DI DESA HUTABARGOT NAULI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL.

7 42 29

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 33

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

1 5 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Tambang Emas Desa Hutabargot Julu Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

0 1 17

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

0 0 28

1 Bab I Pendahuluan - Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

0 0 10

Tinjauan Sosial Dan Ekonomi Keluarga Penambang Emas Di Tambang Emas Rakyat di Desa Hutabargot Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal

0 1 13