Studi Eksperimental Pemantauan Kondisi dan Penilaian Analisa Kinematik Pengereman Pada Mobil Sebelum dan Sesudah Dilakukan Perbaikan

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Sistem Rem
Sistem rem adalah sistem yang berada pada kendaraan dan merupakan

sistem yang sangat penting perannya bagi kendaraan, disebut penting karena sistem
rem merupakan sistem vital yang menjaga kendaraan dari kerusakan yang
diakibatkan oleh benturan atau tabrakan pada saat kendaraan melaju (Agung
Maulana, Yahan Nurhadi, 2010). Semakin tinggi kecepatan kendaraan melaju maka
akan semakin buruk dampak kerusakan yang terjadi pada kendaraan jika tidak
menggunakan sistem rem. Dampak buruk yang terjadi tidak hanya pada produk
kendaraan itu tapi juga pada penumpang yang berada pada kendaraan tersebut, dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Fungsi dari sistem rem yaitu untuk mengatur kecepatan laju kendaraan
dengan memanfaatkan perlambatan yang dilakukan pada roda kendaraan. Selain
untuk mengatur kecepatan pada kendaraan sistem rem juga berfungsi untuk

menghentikan laju kendaraan, sehingga dengan sistem rem maka pengemudi dapat
mengatur dimana dan kapan kendaraan akan berhenti (Ryan Bagas Wicaksono,
Ranto, Yuyun Estrianto, 2000). Ditinjau dari fungsinya maka sistem rem
merupakan sistem berfungsi sebagai sistem pengaman yang mencegah hal yang
merugikan terjadi pada kendaraan.
Prinsip kerja sistem rem adalah dengan memanfaatkan gesekan antara dua
permukaan benda yang menyebabkan perlambatan pada benda/objek yang berputar,
dalam hal ini adalah roda. Prinsip kerja sistem rem berawal dari gaya yang diberikan
pada pedal rem kemudian gaya diteruskan melalui media penghantar menurut jenis
sistem rem itu sendiri, pada mekanik maka digunakan batang penghantar gaya pada
hidrolik digunakan fluida cair, dan pada sistem rem pneumatik digunakan fluida
gas. Setelah gaya tersebut diteruskan maka pad/kampas rem akan terdorong dan
menekan disk atau tromol untuk bergesekan sehingga menghasilkan perlambatan
kecepatan pada kendaraan (Ryan Bagas Wicaksono, Ranto, Yuyun Estrianto,
2000).

Universitas Sumatera Utara

6


Parameter yang ada pada sistem rem dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
paremeter input dan parameter output. Parameter yang terdapat pada input sistem
rem yaitu : gaya yang diberikan pada pedal rem dan kecepatan kendaraan saat
melaju. Kemudian parameter yang terdapat pada output sistem rem yaitu jarak
pengereman. Untuk menghitung parameter yang terdapat pada sistem rem maka
akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab selanjutnya.
Seiring dengan perkembangan zaman dalam berbagai bidang maka
teknologi mau tidak mau juga harus berkembang mengikuti kebutuhan dan tuntutan
kehidupan yang dari tahun ke tahun terus bertambah. Begitu juga yang terjadi pada
sistem rem kendaraan dari tahun ke tahun sistem rem terus berkembang sebagai
sistem yang dinilai sangat penting keberadaannya pada kendaraan.
Dengan berdasarkan pengalaman dan penelitian yang terus dikembangkan
pada sistem kendali rem kendaraan maka ada beberapa jenis sistem rem
berdasarkan sistem kendali/kontrol, yaitu : sistem rem konvensional, sistem rem
ABS (antilock brake system), sistem rem fitur EBD (electrical brake distribution),
sistem rem fitur BA/EBA ( brake asistent/emergency brake asistent ). Yang akan
dijelaskan lebih lanjut pada subbab selanjutnya. Berikut adalah gambar skema
sistem rem (Agung Maulana, Yahan Nurhadi, 2010)

Gambar 2.1 Skema sistem rem


Universitas Sumatera Utara

7

2.2.

Jenis – Jenis Sistem Rem
Dengan banyaknya variasi kendaraan yang digunakan pada saat ini maka

sistem rem juga harus disesuaikan dengan kondisi dari kendaraan yang ada,
misalnya saja sistem rem yang ada pada kendaraan minibus tidaklah sama dengan
sistem rem yang ada pada kendaraan seperti bus, hal ini disebabkan karena torsi
yang dihasilkan oleh bus jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan minibus
sehingga digunakan sistem rem yang berbeda pada kedua kendaraan tersebut.
Begitu juga kendaraan lainnya sistem rem yang digunakan haruslah sesuai dengan
karateristik dari setiap kendaraan (Afif Ahmad, 2015). berikut adalah jenis jenis
sistem rem dibedakan menurut prinsip kerjanya, yaitu :

2.2.1. Jenis - Jenis Sistem Rem Berdasarkan Prinsip Kerjanya

1.

Sistem Rem Mekanik
Sistem Rem Mekanik ini merupakan Sistem Rem yang paling sederhana dan

tidak terlalu banyak memakai komponen. Sistem Rem ini umumnya digunakan
untuk kendaraan kecil dan kendaraan lama, juga digunakan pada rem tangan (hand
brake). Komponen Terpenting dalam Sistem Rem jenis mekanik ini yaitu sepatu
rem, tuas dan kawat/seling (Afif Ahmad, 2015). Sistem Rem Mekanik lebih
mudah dalam perawatan dan perbaikan karena kontruksi yang sederhana. Berikut
adalah gambar sistem rem mekanik (Afif Ahmad, 2015)

Gambar 2.2 Sistem rem mekanik

Universitas Sumatera Utara

8

2.


Sistem Rem Hidrolik
Sistem Rem Hidrolik merupakan sistem rem yang menggunakan media

fluida cair sebagai media penghantar/ penyalur gerakan. Sistem rem hidrolik ini
perlu perawatan yang berkala karena komponen-komponen rawan terhadap
kerusakan, apabila terjadi kerusakan/ kebocoran pada selang atau sambungansambungan penyalur fluida maka akan mengganggu siklus aliran atau kerja dari
sistem rem hirolik. Komponen terpenting dalam sistem rem hidrolik yaitu sepatu
rem, master silinder, actuactor cylinder, dan tuas (Afif Ahmad, 2015).
Sistem rem hidrolik ini bekerja yaitu apabila tuas pedal rem diinjak maka
tuas akan meneruskan gerakan ke master silinder, didalam master silindder terjadi
perubahan dari energi kinetik menjadi tekanan pada minyak rem yang kemudian
diteruskan menuju actuactor cylinder melewati selang/pipa-pipa tekanan tinggi,
setelah tekanan sampai di actuactor cylinder kemudian gaya tekan dirubah
kembali menjadi gerakan/kinetik oleh actuactor cylinder untuk menggerakkan
sepatu rem yang kemudian menekan tromol / disk agar terjadi proses pengereman.
Berikut adalah gambar sistem rem hidrolik (Afif Ahmad, 2015)

Gambar 2.3 Sistem rem hidrolik
3.


Sistem Rem Pneumatik
Sistem Rem Pneumatic merupakan sistem rem yang menggunakan media

fluida gas sebagai penghantar / penyalur gerakan. Dalam Sistem ini kontruksi
tidak terlalu rumit karena sistem rem hidrolik ini merupakan sistem rem tambahan
untuk membantu sistem rem kendaraan. Sistem rem hidrolik ini umumnya

Universitas Sumatera Utara

9

dipasang pada kendaraan berat dan besar karena membutuhkan daya pengereman
yang besar juga. Komponen terpenting dalam sistem rem ini adalah kompresor,
selang tekanan tinggi, dan katup pengatur (Afif Ahmad, 2015). Berikut adalah
gambar sistem rem pneumatik (Afif Ahmad, 2015)

Gambar 2.4 Sistem rem pneumatik
Dari uraian ketiga jenis sistem rem berdasarkan prinsip kerja di atas maka
dapat diambil kesimpulan keunggulan dan kelemahan masing – masing sistem
rem (Afif Ahmad, 2015) yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Perbandingan keunggulan dan kelemahan jenis – jenis sistem rem
berdasarkan prinsip kerjanya
No
1

Sistem Rem
Mekanik

Keunggulan

Kekurangan

1. Dibandingkan dengan

1. Sistem rem mekanik

sistem rem lain,

hanya dapat


sistem rem mekanik

digunakan pada

lebih sederhana

kendaraan dengan

sehingga

kecepatan rendah saja

Universitas Sumatera Utara

10
Lanjutan Tabel 2.1
No
Sistem Rem

Keunggulan

tidak memiliki

Kekurangan
2. Tenaga yang

banyak komponen

dibutuhkan pada

dalam

sistem rem mekanik

penggunaannya

lebih besar

2. Sistem rem mekanik

dibandingkan dengan


lebih mudah dalam

jenis sistem rem

perawatan dan

lainnya

perbaikan

3. Tingkat keamanan

3. Biaya dalam

komponen (part

penggunaan sistem

savety) yang terdapat


rem mekanik lebih

pada sistem rem

rendah dibandingkan

mekanik rendah

dengan sistem rem
lainnya
2

Hidrolik

1. Pada pengoperasian

1. Memiliki banyak

sistem rem hidrolik

komponen sehingga

tenaga yang

perawatannya lebih

digunakan relatif

rumit dibandingkan

lebih sedikit

dengan sistem rem

2. Tingkat keamanan
yang lebih tinggi

lainnya
2. Biaya yang

dibandingkan dengan

dibutuhkan dalam

sistem rem lainya

penggunaan sistem

3. Sistem hidrolik dapat

rem hidrolik lebih

digunakan pada

tinggi jika

kendaraan dengan

dibandingkan dengan

kecepatan rendah

sistem rem mekanik

maupun tinggi

Universitas Sumatera Utara

11
Lanjutan Tabel 2.1
No Sistem Rem

Keunggulan

Kekurangan

4. Umur komponen
relatif lebih panjang
dibandingkan dengan
sistem rem mekanik
dan sistem pneumatik
3

Pneumatik

1. Tekanan yang

1. Memiliki banyak

terdapat pada

komponen

pad/kanvas rem

dibandingkan dengan

sangat besar sehingga

sistem rem mekanik

mampu

dan hidrolik

memperlambat

perawatannya lebih

kendaraan dengan

rumit

beban sangat berat

2. Biaya yang

hingga pesawat

dibutuhkan dalam

terbang

penggunaan sistem

2. Gaya yang diperlukan

rem pneumatik jauh

untuk pengoperasian

lebih tinggi

rem pneumatik sangat

dibandingkan dengan

kecil sehingga

sistem rem hidrolik

pengemudi dapat

dan mekanik

menghemat banyak

3. Tingkat keamanan

tenaga dalam

komponen (part

berkendara

savety) lebih rendah

3. Sistem rem hidrolik

dibandingkan dengan

dapat digunakan pada

sistem rem lainnya

kendaraan dengan

karena memiliki

tingkat kecepatan

banyak komponen

tinggi dan beban yang

kritikal sehingga

berat

rentan terjadinya
(mall function)

Universitas Sumatera Utara

12
2.2.2. Jenis – Jenis Sistem Rem Berdasarkan Sistem Kendali/Kontrol
Jika dilihat dari teknologi yang digunakan saat ini sistem rem memiliki
beberapa jenis teknologi yang dikembangkan hingga saat ini, teknologi terbaru
dari sistem rem hidrolik adalah teknologi ABS (antilock brake system), EDB
(electronic brake distribution) tekonologi yang lebih maju dibandingkan dengan
ABS dan telah digunakan hampir seluruh pengguna kendaraan pada saat sekarang
ini, berikut adalah beberapa macam sistem rem berdasarkan tekonologinya, yaitu
sebagai berikut :
1.

ABS (Antilock Brake System)
Menurut Mohamed Watany (2014) sistem rem hidrolik ABS (antilock brake

system) adalah sistem rem yang terdiri dari komponen rem secara umum pada
sistem hidrolik dan dibantu dengan bantuan komputasi untuk mengatur tekanan
yang diberikan pada kaliper sehingga mendapatkan tekanan kaliper yang berirama
pada piringan cakram.
ABS (Anti-lock Braking System) adalah system yang terkontrol secara
otomatis untuk mencegah rem terkunci sehingga menyebabkan roda tergelincir
dan tidak tentu arahnya sehingga mobil tidak terkendali. Macam – macam rem
ABS Sistem pengereman anti-lock menggunakan skema yang berbeda tergantung
pada jenis rem yang digunakan. Mereka dapat dibedakan dengan jumlah saluran
yaitu : berapa banyak katup yang dikendalikan secara individual dan jumlah
sensor kecepatan (Mohamed Watany, 2014), yaitu :
a.

Empat - saluran, empat - sensor ABS
Ada sensor kecepatan pada keempat roda dan katup yang terpisah untuk

semua empat roda, setiap roda secara individual untuk memastikan itu mencapai
kekuatan pengereman yang maksimal.
b.

Tiga - saluran, empat – sensor ABS
Ada sensor kecepatan pada keempat roda dan katup yang terpisah untuk

masing-masing roda depan, tetapi hanya satu katup untuk kedua roda belakang.
c.

Tiga - channel, tiga - sensor ABS
Skema ini, biasanya ditemukan pada empat roda ABS yang memiliki

kecepatan sensor dan sebuah katup untuk masing-masing roda depan, dengan satu
katup dan satu sensor untuk kedua roda belakang. Sensor kecepatan untuk roda

Universitas Sumatera Utara

13

belakang terletak di poros belakang. Sistem ini menyediakan kendali individu
roda depan, sehingga mereka dapat keduanya mencapai gaya pengereman
maksimum.
Roda belakang bagaimanapun dipantau bersama. Kedua roda harus mulai
mengunci sebelum ABS akan mengaktifkan di bagian belakang. Dengan sistem
ini mungkin salah satu roda belakang akan mengunci selama berhenti hingga
mengurangi efektivitas rem. Sistem ini mudah untuk mengidentifikasi, karena
tidak ada sensor kecepatan individu untuk roda belakang.
d.

Satu - saluran, satu - sensor ABS
Sistem ini umumnya ditemukan pada kendaraan dengan roda belakang

ABS. Sistem ini memiliki satu katup, yang mengendalikan kedua roda belakang,
dan satu sensor kecepatan, yang terletak di poros belakang. Sistem ini beroperasi
sama seperti bagian belakang sistem tiga-saluran.
Roda belakang dipantau bersama dan kedua roda harus mulai untuk
mengunci sebelum ABS masuk. Dalam sistem ini juga mungkin bahwa salah satu
roda belakang akan mengunci, mengurangi efektivitas rem. Sistem ini juga mudah
untuk mengidentifikasi karena tidak ada sensor kecepatan individu untuk setiap
roda. Berikut adalah gambar sistem rem hidrolik ABS dengan wheel sensor
(Mohammed Watany, 2014) dan sistem rem hidrolik ABS dengan wear indicator
(Mohammed Watany, 2014)

Gambar 2.5 Sistem rem hidrolik ABS dengan wheel sensor

Universitas Sumatera Utara

14

Gambar 2.6 Sistem rem hidrolik ABS dengan wear indicator

2.

Sistem Rem fitur EBD
EBD (Electronic Brake Distribution) merupakan fitur pengaturan distribusi

tekanan rem secara elektronik, komponen EBD ini berfungsi untuk mengatur
tekanan rem sesuai dengan beban dan kecepatan masig – masing roda sehingga
dengan teknologi EBD seluruh pengereman dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan. Sehingga EBD dapat dikatakan sebagai fitur yang berfungsi untuk
penyeimbang tekanan rem pada masing – masing roda (Bambang Nurcahyono,
2012).
Fitur EBD dibuat sebagai pendukung fitur sistem rem ABS karena dengan
perkembangan teknologi pengereman sistem rem ABS dianggap belum
mencukupi kondisi ideal, sehingga kemudian dikembangkan fitur EBD untuk
mendukung sistem rem ABS pada proses pengereman hingga kendaraan berhenti.
EBD menggunakan sensor yang ada pada setiap roda kendaraan, dengan
mekanisme kerja jika pengemudi menginjak pedal rem maka sensor membaca
beban yang diterima pada setiap roda kemudian komputer memerintahkan kanvas
rem untuk menekan piringan rem atau tromol sesuai dengan beban masing –
masing roda sehingga pengereman menjadi seimbang. Sehingga jarak
pengereman menjadi lebih pendek dan efektif.

Universitas Sumatera Utara

15

3.

Sistem Rem BA / EBA ( Brake Asistant / Emergency Brake Asistant)
BA merupakan fitur yang berfungsi untuk membantu proses pengereman,

BA dan EBA bukanlah fitur yang terpisah tapi merupakan fitur yang sama. Fitur
ini berfungsi untuk meningkatkan tekanan rem dalam kondisi darurat (Bambang
Nurcahyono, 2012). fitur ini diciptakan dikarenakan banyak kecelakaan dan
tabrakan terjadi akibat pengemudi menginjak rem kurang dalam pada kondisi
darurat karena panik sedangkan objek tabrakan dengan kendaraan jaraknya terlalu
dekat.
Mekanisme kerja BA/EBA dengan sensor yang memonitor kecepatan roda
dan kekuatan injakan pada pedal rem oleh pengemudi saat pengereman mendadak.
Komputer secara otomatis memerintahkan penambahan tekanan pada kanvas rem
jika pengemudi menginjak rem tidak terlalu kuat pada kondisi pengereman
mendadak, fitur ini sangat efisien dengan dapat mengurangi jarak henti hingga
20% jika dibandingkan dengan tidak menggunakan fitur ini. Pada kendaran yang
dipakai saat zaman canggih seperti sekarang ini fitur BA / EBA di kombinasikan
dengan fitur ABS / EBD.
2.3. Tipe – Tipe Rem
2.3.1. Rem Cakram (Disk Brake)
Rem cakram adalah perangkat pengereman yang digunakan pada
kendaraan modern. Rem ini bekerja dengan menjepit cakram yang dipasang pada
roda kendaraan, untuk menjepit cakram digunakan caliper yang digerakkan oleh
piston untuk mendorong sepatu rem (brake pad) ke cakram. Rem jenis ini juga
digunakan pada kereta api, sepeda motor, sepeda. Pada mobil balap bahan yang
digunakan biasanya dari keramik agar lebih tahan terhadap panas yang
ditimbulkan selama proses pengereman (Afif Ahmad, 2015).
Prinsip kerja sistem rem adalah mengubah tenaga kinetik menjadi panas
dengan cara menggesekan dua buah logam pada benda yang berputar sehingga
putarannya akan melambat. Oleh sebab itu komponen rem yang bergesekan ini
harus tahan terhadap gesekan (tidak mudah aus), tahan panas dan tidak mudah
berubah bentuk pada saat bekerja dalam suhu tinggi.
Berikut adalah komponen– komponen pada tipe rem cakram, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

16

1. Backing plate
2. Silinder penyetel sepatu rem
3. Sepatu rem
4. Pegas pembalik
5. Kanvas rem
6. Silinder roda
Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambar rem cakram (Afif Ahmad,
2015), yaitu :

Gambar 2.7 Rem cakram
2.3.2. Rem Tromol (Drum Brake)
Rem Tromol pada umumnya dibuat dari besi tuang. Drum rem ini
dipasangkan hanya diberi sedikit renggang dengan sepatu rem dan drum yang
berputar bersama roda. Bila rem ditekan maka kanvas rem akan menekan terhadap
permukaan dalam drum (Afif Ahmad, 2015).
Karena itu, untuk mencegah drum ini menjadi terlalu panas ada semacam
drum yang di sekeliling bagian luarnya diberi sirip yang terbuat dari paduan
alumunium yang mempunyai daya hantar panas yang tinggi. Permukaan drum rem
dapat menjadi tergores ataupun cacat, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan jalan
dibubut bila goresan itu tidak terlalu dalam. Berikut adalah gambar rem tromol
(Afif Ahmad, 2015).

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 2.8 Rem tromol
Tabel 2.2 Keunggulan dan kelemahan tipe rem tromol dan rem cakram menurut
Afif Ahmad (2015)
No
1

Tipe Rem
Rem Cakram

Keunggulan
1. Cepat menghentikan

Kekurangan
1. Rentan terhadap

laju roda/pakem,

kerusakan dan mudah

disebabkan kaliper

terkontaminasi kotoran

menjepit piringan

karena disebabkan

cakram (disk brake)

piringan cakram berada

2. Penggunana rem
cakram lebih stabil

di ruang terbuka pada
sistem rem

dan konsisten dalam

2. Hasil pengereman

takaran pengereman

menggunakan rem

3. Secara visual dengan

cakram lebih kasar

menggunakan rem

dibandingkan dengan

cakram dapat

rem tromol

memperindah

3. Tingkat resiko ban
tergelincir besar pada

Universitas Sumatera Utara

18
Lanjutan Tabel 2.2
No
Tipe Rem

2

Rem Tromol

Keunggulan

Kekurangan

penampilan

sistem rem cakram yang

kendaraan

tidak menggunakan

dibandingkan dengan

sistem kontrol ABS

rem tromol

(Antilock Brake System)

1. Tidak mudah

1. Rem tidak terlalu pakem

terkontaminasi

jika dibandingkan

kotoran dan debu

dengan rem cakram

karena letaknya yang

2. jika dibandingkan

berada di ruang

dengan rem cakram rem

tertutup

tromol tidak indah secara

2. Biaya yang
diperlukan untuk
menggunakan sistem

visual dari segi
penampilan
3. material kanvas yang

rem tromol lebih

lebih cepat aus

murah dibandingkan

dibandingkan pada

dengan rem cakram

kanvas rem cakram

selain itu penggunaan
sistem remnya juga
mudah
3. Kinerja pengereman
yang lembut,
disebabkan karena
sistem rem
memanfaatkan gaya
gesek antara kanvas
dan drum/tromol

2.4.

Komponen Sistem Rem
Untuk lebih memahami sistem brake/rem yang terdapat pada kendaraan,

berikut adalah tabel komponen - komponen yang digunakan pada sistem brake/rem,
beserta fungsinya (Hadi Suprapto, 2006), yaitu :

Universitas Sumatera Utara

19

Tabel 2.3 Komponen komponen sistem rem dan fungsinya
No
1

Komponen
Pedal rem

Fungsi
Fungsi dari pedal rem adalah sebagai titik
kontrol pengemudi dalam melakukan proses
pengereman, disebut titik kontrol karena
saat melakukan pengereman maka pedal
rem haruslah diinjak oleh pengemudi.

2

Booster rem

Fungsi dari booster rem adalah meneruskan
tekanan yang diterima oleh pedal rem ke
master silinder yang kemudian menekan
fluida yang terdapat pada master silinder.

3

Master silinder

Master silinder berfungsi untuk mengubah
gerak pedal rem ke dalam tekanan hidolis

4

Katup Propotioning (Katup Fungsi dari katup Propotioning atau katup
Penyeimbang)

penyeimbang adalah untuk menambah gaya
pengereman yang ada pada roda depan
kendaraan

5

Flexible hose / selang

Adalah komponen yang berfungsi untuk

fleksibel

menghubungkan pipa rem dan rem roda
untuk mengimbangi gerakan suspensi.

6

Tuas rem parkir / rem

Tuas rem parkir adalah komponen yang

tangan

berfungsi untuk mengeremm roda
kendaraan belaknag secara mekanis melalui
batang penghubung dan kabel.

7

Kaliper

Kaliper berfungsi untuk meneruskan
tekanan yang di tranfer melalui selang
fleksibel dan kemudian menggerakan piston
pada kaliper mendorong pad rem unutk
menjepit / menggesek piringan dan drum
pada rem

Universitas Sumatera Utara

20
Lanjutan Tabel 2.3
No
Komponen
8

Pad rem / Kanvas rem

Fungsi
Fungsi dari Pad rem / kanvas rem adalah
sebagai media yang akan bergesekan
dengan piringan cakram ataupun drum rem
untuk menghentikan laju putaran pada roda.

9

Piringan Cakram

Fungsi dari piringan cakram adalah sebagai
media yang terdapat pada rotor / roda untuk
menciptakan gesekan yang akan
menghentikan laju putaran dari rem.
(Sumber : Hadi Suprapto, 2006)

Untuk lebih jelasnya mengenai komponen yang terdapat pada sistem rem
kendaraan maka berikut adalah penjelasan komponen – komponen sistem rem pada
kendaraan.
1.

Pedal Rem
Pedal rem adalah komponen pada sistem rem yang dimanfaatkan oleh

pengemudi untuk melakukan pengereman (Hadi Suprapto, 2006). Fungsi pedal
rem memegang peranan yang penting didalam sistem rem. Tinggi pedal harus
dalam tinggi yang ditentukan. Jika terlalu tinggi, diperlukan waktu yang lebih
banyak bagi pengemudi untuk menggerakkan dari pedal gas ke pedal rem, yang
mengakibatkan pengereman akan terlambat. Sebaliknya jika tinggi pedal terlalu
rendah, akan membuat jarak cadangan yang kurang yang akan mengakibatkan
gaya pengereman yang tidak cukup.
Pedal Rem juga harus mempunyai gerak bebas yang cukup. Tanpa gerak
bebas ini, piston master silinder akan selalu terdorong keluar dimana
mengakibatkan rem akan bekerja terus dikarenakan adanya tekanan hidrolis yang
terjadi pada sistem rem. Disamping itu, harus terdapat jarak cadangan pedal yang
cukup pada waktu pedal rem ditekan. Berikut adalah gambar pedal rem (Hadi
Suprapto, 2006)

Universitas Sumatera Utara

21

Gambar 2.9 Pedal rem
2.

Booster Rem
Booster rem merupakan satu komponen pada sistem yang dipasangkan

menjadi satu dengan master silinder dan setelah pedal rem, yang berfungsi untuk
mengurangi tenaga yang diperlukan pengemudi dalam pengereman, booster rem
ini merangkap antara pedal rem dan mater silinder (Abigain Pakpahan, 2009).
Booster rem berfungsi untuk meneruskan tekanan yang diterima oleh pedal
rem ke master silinder yang kemudian menekan fluida yang terdapat pada master
silinder, saat sekarang ini mater rem sudah banyak tidak dugunakan dikarenakan
komponenya yag memiliki banyak bagian sehingga membutuhkan perwatan yang
lebih, Komponen – komponen yang terdapat pada booster rem yaitu :
1. Piston
2. Diafragma spring
3. Push rod
4. Diafragma
5. Air cleaner element
6. Vakum
Untuk lebih jelasnya mengenai booster rem maka berikut adalah gambar
booster rem (Abigain Pakpahan, 2009)

Universitas Sumatera Utara

22

Gambar 2.10 Booster rem
3.

Master Silinder
Master silinder berfungsi untuk mengubah gerak pedal rem ke dalam

tekanan hidrolis. Master silinder terdiri dari resevoir tank yang beri minyak rem,
demikian juga piston dan siliner yang membangkitkan tekanan hidrolis,
keberadaan komponen master silinder sangatlah penting dalam sistem rem
disebabkan master silinderlah yang befungsi untuk menyediakan fluida dan juga
menekan fluida dengan piston ke selang hidrolik (Hadi Suprapto, 2006).
Didalam master rem memiliki banyak bagian yang sensitif terhadap gaya
dari pedal rem, selain itu master rem juga rentan terhadap kebocoran fluida yang
dapat menimbulkan masalah pada sistem rem, untuk itu dibutuhkan perawatan
yang berkala pada master rem kendaraan.
Master silinder ada 2 type yaitu :
1. Tipe Tunggal : Tipe plungger, Tipe konvensional dan tipe portles;
2. Tipe Ganda : Tipe ganda konvensional dan tipe double konvensional.
Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambar master silinder tipe ganda
konvesional dan master silinder konvensional ( Hadi Suprapto, 2006).

Universitas Sumatera Utara

23

A

B

Gambar 2.11 (A) Master silinder ganda konvesional, (B) Mater silinder konvensional
4.

Selang Fleksibel (Flexible Hose)
Selang fleksibel berfungsi untuk menghubungkan pipa rem dan kaliper

untuk mengimbangi gerakan suspensi. pipa rem berfungsi untuk menyalurkan
minyak rem dari master silinder ke ke rem (Hadi Suprapto, 2006). Dikatakan
fleksibel karena disebabkan selang yang digunakan untuk sistem rem haruslah
lentur dan fleksibel sehingga dapat mengimbangi pergerakan dari shock braker
dan tidak terjadi kerusakan pada selang fleksibel, apabila selang yang digunakan
pada sistem rem kaku maka dapat terjadi kebocoran pada selang yang diakibatkan
karena gerakan kejut yang terus menerus di alami oleh roda. Berikut adalah
gambar Selang fleksibel (Hadi Suprapto, 2006)

Gambar 2.12 Selang flexibel

Universitas Sumatera Utara

24

5.

Tuas Rem Parkir/Rem Tangan
Tuas rem parkir/rem tangan dan kabel rem tangan berfungsi untuk

mengerem roda roda belakang secara mekanis melalui batang penghubung dan
kabel. Tuas rem juga untuk parkir kendaraan pada jalan turun / mendaki, alasan
kenapa tuas rem parkir diciptakan karena pada saat parkir pengemudi tidak berada
didalam kendaraan sehingga tidak mungkin untuk menginjak pedal rem sehingga
diciptakan tuas rem parkir untuk menjaga agar kendaraan tetap berada pada posisi
yang sama pada saat ditinggal pergi (Hadi Suprapto, 2006). Selain dari pada itu
fungsi tuas rem sama halnya dengan fungsi pedal rem, hanya saja tuas rem tangan
dapat dikunci. Berikut adalah gambar tuas rem parkir (Hadi Suprapto, 2006)

Gambar 2.13 Tuas rem parkir
6.

Kaliper (Cylinder Body)
Kaliper atau disebut juga dengan cylinder body merupakan komponen yang

tidak bergerak dari rem cakram, kaliper ini memegang piston dan dilengkapi
dengan saluran dimana rem minyak disalurkan ke silinder (Hadi Suprapto, 2006).
Ketika rem diinjak atau dioperasikan maka minyak dari master silinder akan
menekan piston pada kaliper dan piston tersebut dakan terdorong dan menekan
pad / kanvas rem yang akhirnya akan bersentuhan dengan cakram (piringan rem).
Dan kemudian laju putaran pada roda akan berhenti.
Kaliper menurut jenis pemasangannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu : (1)
Tipe fixed Kaliper/double piston. (2) Tipe Floating Kaliper / single piston. Pada
kedua jenis kaliper ini mempunyai perbedaan yaitu dijumblah piston yang
digunakan pada kaliper. Berikut adalah gambar kaliper rem.

Universitas Sumatera Utara

25

Gambar 2.14 Kaliper rem
7.

Kampas Rem (Pad Brake)
Kampas rem (pad Brake) atau lebih dikenal dengan sebutan kampas rem

merupakan komponen pad rem cakram dan tromol yang berfungsi bersama sama
dengan piringan saling bergesekan untuk menghasilkan daya pengereman (Hadi
Suprapto, 2006). Pada umumnya pad ini dibuat dari campuran metalic fiber
ditambah sedikit serbuk besi, untuk pad jenis ini biasanya disebut dengan “Semi
Metallic Disc Pad”
Ada dua tipe pad, yaitu pad dengan celah dan pad tanpa celah. Celah pada
bagian tengah pad ini berfungsi sebagai indikator ketebalan pad yang diinjinkan,
sehingga ketika permukaan sudah rata ataupun dikatakan tidak terdapat celah lagi
maka pad haruslah diganti karena sudah aus (terkikis). Pada sebagian pad terdapat
komponen metallic plate atau anti squal shim yang di pasang dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya bunyi saat berlangsungnya proses pengereman. Untuk lebih
jelasnya mengenai kampas rem pada komponen sistem rem maka berikut adalah
gambar kampas rem yang digunakan pada kendaraan (Hadi Suprapto, 2006)

Universitas Sumatera Utara

26

Gambar 2.15 Kampas rem

8.

Piringan Cakram (Disk Brake)
Piringan / Cakram (disk brake) biasanya terbuat dari besi tuang. Menurut

Hadi Suprapto (2006) ada beberapa bentuk dari disc rotor ini yaitu : (1) tipe solid
(padat), (2) Tipe berlubang lubang (ventilasi) dan (3) Tipe solid dengan tambahan
tromol. Tipe ventilasi terdiri dari pasangan piringan yang berlubang lubang yang
berufungsi agar pendinginan pada rem cakram dapat maksimal, untuk mencegah
fading dan menjamin umur yang lebih panjang pada piringan cakram
Pada tipe solid / padat tipe ini adalah tipe yang umum yang digunakan pada
kendaraan roda empat, disebabkan biaya penggunaan yang lebih murah sehingga
lebih ekonomis. Untuk tipe kombinasi antara piringan cakram dan tromol
digunakan pada kendaraan dengan tipe beban berat sehingga membutuhkan
tenaga gesekan yang lebih besar untuk menghentikan laju roda. Pada tipe
kombinasi gaya pengereman yang dihasilkan menjadi dua kali lebih besar
sehingga roda menjadi lebih cepat berhenti. Berikut adalah gambar piringan
cakram rem yang digunakan pada komponen sistem rem kendaraan (Hadi
Suprapto, 2006).

Universitas Sumatera Utara

27

Gambar 2.16 Piringan cakram rem
2.5

Mekanisme Kerja Rem
Mekanisme kerja rem pada kendaraan dibagi menjadi beberapa mekanisme

kerja sesuai dengan sistem kerja yang digunakan pada kendaraan, berikut adalah
beberapa mekanisme kerja sistem rem berdasarkan sistem remnya (Ryan Bagas
Wicaksono, Ranto, Yuyun Estrianto, 2000), yaitu :
1.

Mekanisme kerja sistem rem mekanik
Sistem rem mekanik ini merupakan sistem rem yang paling sederhana dan

tidak terlalu banyak memakai komponen, sistem rem ini digunakan umumnya pada
kendaraan kecil dan kendaraan lama. Komponen terpenting dalam sistem rem jenis
mekanik adalah sepatu rem, tuas, dan kawat / seling (Ryan Bagas Wicaksono,
Ranto, Yuyun Estrianto, 2000).
Sistem rem mekanik lebih mudah dalam perawatan dan perbaikan karena
konstruksi yang sederhana. Gerakan dorong dari tuas akan diteruskan ke sepatu rem
dengan menggunakan kawat / seling semakin kuat / panjang tuas bergerak maka
semakin kuat sepatu rem menekan tromol atau lintasan.
2.

Mekanisme kerja sistem rem hidrolik
Sistem rem hidrolik merupakan sistem rem yang menggunakan media fluida

cair sebagai media penghantar / penyalur gerakan. Sistem rem hidrolik ini sangat
rumit dan perlu perawatan yang berkala karena komponen – komponen rawan
terhadap kerusakan, apabila terjadi kerusakan / kebocoran pada selang atau
sambungan – sambungan penyalur fluida maka akan mengganggu siklus aliran atau

Universitas Sumatera Utara

28

kerja dari sistem rem hidrolik. Komponen terpenting dari sistem rem hidrolik
adalah sepatu rem, master cylinder, Actuator Cylinder, dan tuas(Ryan Bagas
Wicaksono, Ranto, Yuyun Estrianto, 2000).
Sistem rem hidrolik ini bekerja ketika apabila tuas / pedal rem diinjak maka
tuas akan meneruskan gerakan ke master cylinder, di dalam master silinder terjadi
perubahan dari energi kinetik menjadi tekanan pada minyak rem yang kemudian
diteruskan menuju actuator cylinder melewati selang / pipa – pipa tekanan tinggi.
Setelah tekanan sampai di actuator cylinder kemudian gaya tekan dirubah kembali
menjadi gerakan / kinetik oleh actuator cylinder untuk menggerakan sepatu rem
untuk menekan tromol / disk sehingga terjadi proses pengereman pada roda
3.

Mekanisme kerja sistem rem pneumatik
Pada sistem rem pneumatik saat mesin hidup kompressor akan menyuplai

udara ke air tank sehingga tekanan udara di air tank meningkat, saat tekanan
melebihi batas maksimal (± 840 Kpa) secara otomatis air tank akan membuang
udara tersebut ke atmosfer. Saat udara pada tekanan dibawah 740 Kpa kompressor
kembali menyuplai udara ke air tank, begitulah seterusnya sehingga tekanan dalam
air tank stabil. Udara dalam air tank mengalir melalui selang – selang udara untuk
menunjang berbagai sistem. Dalam sistem rem udara mengalir ke selang rem(Ryan
Bagas Wicaksono, Ranto, Yuyun Estrianto, 2000).
Saat pedal diinjak piston akan mendorong plunger sehingga membuka
saluran menuju brake chamber dan menutup release valve. Pada brake chamber
tekanan angin diubah menjadi gerakan mekanis sehingga terjadi gesekan antara
brake linning dengan drum brake akibatnya kendaraan berhenti.
Saat pedal rem dilepas plunger terdorong keatas oleh return spring
akibatnya brake valve tertutup dan release valve terbuka, sehingga tekanan dari air
tank dihentikan dan tekanan didalam brake chamber berbalik ke release valve untuk
dibuang ke atmosfer, dengan bantuan return spring tuas brake chamber kembali
keposisi semula akibatnya rem menjadi bebas.

2.6

Kajian yang Dipilih Dalam Akademik
Objek kajian yang dipilih dalam akademik tentu haruslah memenuhi

standart layak dalam bidang studi yang diambil. Selain memenuhi standart layak

Universitas Sumatera Utara

29

dalam bidang studi maka mahasiswa haruslah menimbang dan mengukur seberapa
pentingkah kajian yang akan dilakukan didalam masyarakat nantinya. Ini akan
berdampak pada seberapa berguna suatu kajian yang telah dilakukan oleh
mahasiswa dalam kehidupan masyarakat. Menurut M. Sabri (2012) setelah
menentukan kajian yang akan dipilih maka dilakukan DOP (Desain Of Prosess)
pada kajian yang akan dilakukan.
Dalam DOP terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
menyusun kajian studi, yaitu : Mengidentifikasi kebutuhan konsumen, menentukan
spesifikasi, menciptakan konsep dari produk, memilih konsep produk, menguji
konsep produk, mengatur spesifikasi akhir, perkembangan dan perencanaan akhir,
untuk lebih jelasnya lihat diagram alur berikut (Muhammad Sabri) :

Gambar 2.17 diagram alur proses DOP (Design Of Process)
Maka pemilihan kajian dalam akademik dapat kita simpulkan menjadi :
1. Mengidentifikasi yang diperlukan oleh masyarakat
2. Membuat spesifikasi objek kajian
3. Membuat konsep produk secara umum
4. Memilih konsep produk
5. Menguji konsep produk

Universitas Sumatera Utara

30

6. Menentukan spesifikasi akhir
7. Perencanaan lanjutan
8. Melakukan penelitian
Dengan mengikuti langkah DOP maka mahasiswa diharuskan mampu
menentukan kajian yang bersifat fundamental ataupun terapan. Sehingga setiap
kajian yang dilakukan diharapkan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat saat ini.

2.6.1. Pemilihan Sistem Rem Dalam Kajian Akademik
Sistem rem merupakan sistem yang ada pada kendaraan bermotor baik roda
empat maupun roda dua, sistem ini berfungsi untuk mengatur kecepatan
kendaraan hingga berhenti. Sistem rem sangat penting keberadaannya pada
kendaraan disebabkan karena laju yang tak terkendali pada kendaraan dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal pada kendaraan dan menyebabkan kematian
pada penumpang dalam kendaraan itu sendiri.
Kinematik adalah gerakan yang dialami pada kendaraan saat melaju dengan
tidak memperdulikan faktor yang mempengaruhinya. Saat ini banyak pengemudi
kendaraan roda empat yang tidak mengetahui dasar pemberian gaya pada pedal
rem yang diinjak saat pengereman dilakukan dan dampaknya terhadap
perlambatan yang dialami oleh kendaraan dengan jarak yang waktu yang relatif
berbeda. oleh karena itu kajian kinematik sistem rem dinilai penting dilakukan
sebagai kajian fundamental pada sistem rem yang seharusnya diketahui oleh setiap
pengendara kendaraan roda empat maupun roda dua

2.6.2. Parameter Kajian Kinematik Pada Pengereman
Untuk menentukan parameter pada kajian kinematik sistem rem maka
dilakukan identifikasi terhadap input dan output yang bekerja pada sistem rem
yang ada pada kendaraan. berdasarkan analisa kinematik yang terdapat pada
sistem rem kendaraan maka parameter yang terdapat pada sistem rem kendaraan
berdasarkan analisa kinematik adalah input (kecepatan dan gaya) output
(perlambatan, jarak, waktu, gaya tekan pada pad/kanvas rem pada disk/cakram.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara

31

PARAMETER
OUTPUT :

PARAMETER
INPUT :
PROSES

1.Jarak
2.Waktu

1.Kecepatan
2.gaya

Gambar 2.18 Parameter Kajian Kinematik Pada Pengereman

Berdasarkan jenis – jenis sistem rem yang digunakan maka parameter sistem
rem dapat dibagi kedalam faktor penyebabnya, lihat tabel berikut ini :

Tabel 2.4 Parameter input dan faktor penyebabnya
PARAMETER INPUT DAN FAKTOR PENYEBABNYA
NO

Parameter

Sistem mekanik

Sistem hidrolik

Sistem pneumatik

1

Kecepatan

transmisi

transmisi

transmisi

2

Gaya tekan

pengemudi

pengemudi

pengemudi

pada pedal

Tabel 2.5 Parameter output dan faktor penyebabnya
PARAMETER OUTPUT DAN FAKTOR PENYEBABNYA
NO

Parameter

1

2.7

Jarak

Sistem mekanik

Sistem hidrolik

Sistem pneumatik

Roda kendaraan

Roda Kendaran

Roda Kendaraan

Gerak Kinematik
Gerak adalah satu kata yang digunakan untuk menjelaskan aksi, dinamika,

atau terkadang gerakan dalam kehidupan sehari – hari. Suatu benda dikatakan
bergerak apabila kedudukannya berubah terhadap acuan / posisi tertentu. Konsep
mengenai gerak yang dirumuskan dan dipahami saat ini didasari pada kajian
Galileo dan Newton. Cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak disebut
mekanika. Mekanika terdiri dari kinematik dan dinamik (Sondang R Manurung,
2013).

Universitas Sumatera Utara

32

Kinematik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana gerak dapat terjadi
tanpa memperdulikan penyebab terjadinya gerak tersebut. Sedangkan dinamika
adalah ilmu yang mempelajari gerak dengan manganalisis seluruh penyebab yang
menyebabkan terjadinya gerak tersebut. Untuk contohnya kejadian yang
menyebabkan sebuah bulu ayam jatuh tidak bersamaan dengan kertas yang
diremas dengan massa yang sama, padahal menurut Galileo semua benda akan
jatuh bersamaan jika dijatuhkan pada kondisi ketinggian yang sama.
2.7.1 Tipe – Tipe pengereman
Pengereman merupakan tindakan untuk mengendalikan kendaraan yang
sedang dikendarai sehingga laju kecepatan dari kendaraan tersebut menjadi
terkendali. Menurut Poul Greibe (2007) berdasarkan kondisinya maka tipe – tipe
pengereman dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1.

Service/comfort Brake (pengereman kenyamanan)
Service/comfort brake adalah tipe pengereman yang mengutamakan

kenyamanan dalam proses pengereman. Gaya yang diberikan pada pedal rem
disesuaikan dengan kecepatan kendaraan saat kendaraan melaju sehingga
momen yang diakibatkan oleh proses pengereman yang terjadi sangat kecil.
Kondisi pengereman seperti ini selalu digunakan dalam berkendara sehari – hari
2.

Emergency Brake (pengereman tiba - tiba)
Emergency brake adalah tipe pengereman yang mengutamakan

keselamatan dalam proses pengereman. Gaya yang diberikan pada pedal rem
adalah semaksimalnya sehingga momen yang diakibatkan oleh proses
pengereman sangat besar. Tipe pengereman seperti ini dilakukan karena keadaan
yang darurat saat berkendara, apabila tidak dilakukan emergency brake maka
akan terjadi tabrakan/benturan pada kendaraan yang akan berakibat fatal.

2.7.2 Perbandingan Gaya Input dan Output Pada Sistem Rem Mobil
Untuk menghitung perbandingan gaya yang diberikan pengemudi
menuju tapak rem atau pad rem, maka digunakan rumus menurut Sularso dan
Kiyokatsu Suga (1997). Sebelum menuju tapak rem pada sistem rem maka gaya
yang diberikan oleh pengemudi ditranfer dan diubah menjadi berkazli lipat untuk

Universitas Sumatera Utara

33

menekan piringan cakram / tromol agar memperlambat laju dari kendaraan
(Purnama Putra, 2012). Berikut adalah rumus untuk menghitung distribusi gaya
tekan pada komponen – komponen sistem rem hidrolik yaitu :
1.

Perbandingan pedal rem
�=

Sularso dan Kiyokatsu Suga,

.............. (2.1)

Keterangan :
K = perbandingan jarak tuas pedal rem
= Perbandingan tuas pedal rem

Berikut adalah gambar perbandingan pedal rem pada kendaraan (Wisnu

Subrantas, Harus Laksana Guntur, 2013).

Gambar 2.19 Pedal rem
2. Gaya pada pedal rem
�� = �.

Sularso dan Kiyokatsu Suga,

............... (2.2)

Keterangan :
FK = gaya yang dihasilkan dari pedal rem (Kgf)
F = gaya yang menekan pedal rem (Kgf)

Universitas Sumatera Utara

34

= Perbandingan tuas pedal rem

Berikut adalah gambar gaya pada pedal rem kendaraan (Wisnu Subrantas,

Harus Laksana Guntur, 2013).

Gambar 2.20 Gaya pada pedal rem

3.

Gaya tekan booster rem
�� = ��. 4 Purnama Putra,

........................ (2.3)

Keterangan :
FKb = gaya tekan yang dihasilkan booster (Kgf)
FK = gaya yang dihasilkan dari pedal rem
Berikut adalah gambar gaya tekan pada booster rem kendaraan (Wisnu
Subrantas, Harus Laksana Guntur, 2013).

Gambar 2.21 Gaya tekan booster rem

Universitas Sumatera Utara

35

4. Tekanan Hidrolik

� =

4

��

�. �

Sularso dan Kiyokatsu Suga,

................ (2.4)

Keterangan :
Pe = tekanan hidrolik ( Kg/cm2 )
FKb = gaya tekan yang dihasilkan oleh booster rem ( Kgf )
dm = diameter silinder pada master rem ( cm )
Berikut adalah gambar tekanan hidrolik pada sistem rem kendaraan
(Wisnu Subrantas, Harus Laksana Guntur, 2013).

Gambar 2.22 Tekanan hidrolik pada sistem rem

5. Gaya tekan pada kampas (pad) rem
� =� �


4

d Sularso dan Kiyokatsu Suga,

............. (2.5)

Keterangan :
Fp = gaya tekan pada pad rem (Kgf)
Pe = tekanan hidrolik (Kg/cm2)
d = diameter silinder kaliper (cm)

Universitas Sumatera Utara

36

Berikut adalah gambar gaya tekan pada kampas (pad) rem di sistem
rem kendaraan (Wisnu Subrantas, Harus Laksana Guntur, 2013)

Gambar 2.23 Gaya tekan pada kampas rem
2.7.3. Data Perhitungan Gaya Gesek Terhadap Proses Pengereman
Untuk menentukan jarak pengereman yang diperoleh oleh kendaraan maka
dapat dihitung secara teori mulai dari gaya gesek pengereman hingga
mendapatkan parameter akhir yaitu jarak pengereman (Ahmad Arifin, 2009).
berikut adalah perhitungan teoritis hubungan kecepatan kendaraan terhadap
parameter jarak pengereman, yaitu :
1.

Gaya Gesek Pengereman

Keterangan :

�� = �. �

Sularso dan Kiyokatsu Suga,

............ (2.6)

�� = Gaya gesek pengereman (N)

� = Koefisien gesek material kampas rem (0,3)
Fp = Gaya tekan pada kampas rem (N)

Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambar gaya gesek pengereman pada
komponen sistem rem kendaraan (Fajar Ayu Nurillah, 2015)

Universitas Sumatera Utara

37

Gambar 2.24 Gaya gesek kampas rem dan piringan rem

2.

Gaya Gesek Ban Terhadap Jalan
�� = �. � Ika Atmika,
�=



+

....................... (2.7)
�. ,
4



Keterangan :
�� = Gaya gesek ban terhadap jalan (N)





= Koefisien gesek ban dan jalan (0,7)

= Beban pada ban (N)
Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambar gaya gesek pengereman pada

komponen sistem rem kendaraan (Fajar Ayu Nurillah, 2015)

Gambar 2.25 Gaya gesek ban dan jalan

Universitas Sumatera Utara

38

2.8. Validasi Kuantitatif dan Kualitatif Data Jarak Pengereman
2.8.1 Validasi Kuantitatif
Validasi kuantitatif adalah membuktikan data hasil pengujian jarak
pengereman dengan data jarak pengereman kuantitatif Solarso dan Kiyokatsu
Suga (1997) sehingga tidak memiliki rentang dalam kategori keamanannya.
Jarak pengereman sendiri adalah jarak yang dicapai kendaraan (dengan
kecepatan tertentu) dari awal pengereman hingga kendaraan berhenti total yaitu
pada v = 0 Km/jam (Rohmad, Setiyon, 2015). Untuk menghitung jarak
pengereman pada kendaraan maka digunakan formula menurut Sularso dan
Kiyokatsu Suga (1997) :



=



. .�

Sularso dan Kiyokatsu Suga,

............ (2.10)

Keterangan :
s = Jarak pengereman (m)
v = kecepatan kendaraan saat melaju
e = koefisien gesek (0,7)
g = gravitasi ( 9,81)

2.8.2 Validasi Kualitatif
Validasi kualitatif adalah membuktikan data hasil pengujian jarak
pengereman dengan data jarak pengereman kualitatif sehingga memiliki rentang
dalam menentukan kategori keamanan jarak pengereman. Menurut Dhika
Munardi (2016) kategori keamanan jarak pengereman harus ditentukan untuk
menilai apakah jarak pengereman yang ada pada mobil tersebut harus dilakukan
perbaikan atau tidak. Kategori keamanan jarak pengereman dibagi menjadi tiga
yaitu :
1. Sempurna (sistem rem bekerja dengan sangat baik sebagaimana fungsinya)
2. Baik (sistem rem masih bekerja dengan baik tetapi sistem rem mengalami
penurunan performa dibandingkan dengan kondisi sempurna)

Universitas Sumatera Utara

39

3. Buruk (sistem rem tidak bekerja dengan baik sehingga perlu dilakukan
perbaikan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan)
Berikut adalah kategori keamanan jarak pengereman (Rugerri T.L, Diktat of
Savety, 2000). yaitu :

Tabel 2.6 Kategori keamanan jarak pengereman
No

Kecepatan

Jarak Pengereman, sr (m)

(Km/Jam)
1

10

Jarak Henti
≤ 0,50
> 0,50 dan < 1,50
> 1,50

2
20

≤ 2,20
> 2,20 dan < 3,70
> 3,70

3
30

≤5
>5 dan 7

4

40

≤8
> 8 dan < 10
> 10

5

50

Kategori Keamanan

≤ 10
> 10 dan < 16
> 16

Sempurna/sangat baik
Baik
Buruk/harus dilakukan
perbaikan
Sempurna/sangat baik
Baik
Buruk/harus dilakukan
perbaikan
Sempurna/sangat baik
Baik
Buruk/harus dilakukan
perbaikan
Sempurna/sangat baik
Baik
Buruk/harus dilakukan
perbaikan
Sempurna/sangat baik
Baik
Buruk/harus dilakukan
perbaikan

(Sumber : Rugerri T.L, Diktat of Savety, 2000)
Setelah mendapatkan data hasil validasi jarak pengereman maka untuk
mengetahui sistem rem layak digunakan atau tidak maka persentase data
memenuhi standart haruslah ≥ 90 % apabila < 90 % maka sistem rem pada

kendaraan harus dilakukan perbaikan (Dhika Munardi, 2016) untuk menunjang
keselamatan dalam berkendara.

Universitas Sumatera Utara