EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh.

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KECAMATAN
JETIS KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi

Oleh:

HASNANI
NIRM : E 100120020

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

ii


EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KECAMATAN
JETIS KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH
Residential Land Suitability Evaluation Of Yogyakarta City Jetis Districts
Using Geographic Information Systems And Remote Sensing
by
Hasnani¹, Taryono² dan Jumadi3
¹Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
², 3Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102
e-mail: has_nany18@yahoo.com

ABSTRACT
This research is an application field of geographic information systems and remote
sensing . The purpose of this study was to determine the usefulness of geographic
information systems and remote sensing in intercepting physical information of land used
for the determination of the appropriate location for a settlement . Remote sensing data
used Quickbird image scale is 1 : 25,000 . study area is located in the district of
Yogyakarta city Jetis . Process analysis using GIS software application that is using

ArcGIS software version 9.3 . Besides, this software is used to convert maps from analog
maps to digital maps and attribute data processing at the same time . The analysis of the
process in getting the results of the land use maps , slope maps , maps of water table
depth , flood inundation maps , maps of soil bearing capacity , map distance to the main
street , surface drainage map . Based on the results of the land suitability mapping Jetis
residential district of Yogyakarta can obtain information about the level of compliance to
be made or built into the settlement area Jetis District is divided into 4 classes:
residential land suitability class is suitable ( S1 ) area of 46.1448 hectares ( 17.68 % ) is
an area that has a light barrier when used for residential location , quite appropriate
class ( S2 ) covering an area of 90.468 ha ( 25.13 % ) is land that has the barrier being
when used for the location of settlements , class marginally suitable ( S3 ) area of
26.43249 ha ( 40.11 % ) is land that has a heavy barrier when used for residential
location , and for classes that do not fit ( N1 ) area of 26.9864 hectares ( 17.08 % ) is
land that has very heavy barrier when used for location settlements .
Keywords: Evaluation of Land Settlement, Remote Sensing, SIG
.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan aplikasi bidang sistem informasi geografi dan penginderaan
jauh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegunaan sistem informasi
geografis dan penginderaan jauh dalam menyadap informasi fisik lahan yang digunakan

untuk penentuan lokasi yang sesuai untuk permukiman. Data penginderaan jauh yang
digunakan adalah Citra Quickbird skala 1 : 25.000. daerah penelitian berlokasi di
Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta. Proses analisis menggunakan software aplikasi SIG
yaitu menggunakan software ArcGIS versi 9.3. Selain itu software ini digunakan untuk
mengubah peta dari peta analog menjadi peta digital dan sekaligus pengolahan data
attribut. Dari proses analisis tersebut di dapatkan hasil yaitu peta penggunaan lahan,

1

peta lereng, peta kedalaman muka air tanah, peta genangan banjir, peta daya dukung
tanah, peta jarak terhadap jalan utama, peta drainase permukaan. Berdasarkan hasil
pembuatan peta kesesuaian lahan permukiman Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta dapat
diperoleh informasi tentang tingkat kesesuaian untuk dijadikan atau dibangun menjadi
kawasan permukiman Kecamatan Jetis dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas kesesuaian
lahan permukiman sangat sesuai (S1) seluas 46,1448 ha (17,68%) merupakan lahan yang
memiliki pembatas ringan bila digunakan untuk lokasi permukiman, kelas cukup sesuai
(S2) seluas 90,468 ha (25,13%) merupakan lahan yang memiliki pembatas sedang bila
digunakan untuk lokasi permukiman, kelas sesuai marginal (S3) seluas 26,43249 ha
(40,11%) merupakan lahan yang memiliki pembatas berat bila digunakan untuk lokasi
permukiman, dan untuk kelas yang tidak sesuai (N1) seluas 26,9864 ha (17,08%)

merupakan lahan yang memiliki pembatas sangat berat apabila digunakan untuk lokasi
permukiman.
Kata kunci: Evaluasi Lahan Permukiman, Penginderaan Jaiuh, SIG.

PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk di dunia
cenderung meningkat dari tahun
ketahun. Sebagai contoh jumlah
penduduk di Kota Yogyakarta pada
tahun 1990 tercatat 439.528 jiwa,
sedangkan pada tahun 2000 tercatat
493.902 jiwa. Maka selama selang
waktu
sepuluh
tahun
terjadi
pertambahan
penduduk
sebesar
54.374 jiwa (BPS, 2000 dalam

Setyowati 2002). Hal ini mungkin
juga disebabkan karena semakin
banyak berdirinya gedung–gedung
sekolah/kampus baru yang nantinya
akan berpengaruh juga terhadap
jumlah penduduk serta kebutuhan
akan tempat tinggal. Apabila pada
tiap tahunnya terjadi penambahan
jumlah penduduk maka tidak akan
menutup
kemungkinan
bahwa
kebutuhan lahan akan semakin besar
(untuk sebagai kepentingan) sehingga
banyak beberapa penggunaan lahan
lain seperti sawah misalnya berubah
menjadi lahan permukiman.

Permukiman
merupakan

suatu
bentukan artifisial maupun natural
dengan segala kelengkapannya yang
digunakan oleh manusia secara
individu maupun kelompok untuk
bertempat tinggal sementara maupun
menetap
dalam
rangka
menyelenggarakan
kehidupannya.
Untuk
menentukan
lokasi
permukiman
diperlukan
adanya
evaluasi
kesesuaian
lahan

permukiman.
Dengan
evaluasi
kesesuaian lahan ini maka diharapkan
dapat digunakan untuk menentukan
lahan yang cukup potensial digunakan
untuk permukiman. Dalam evaluasi
kesesuaian lahan permukiman hal
yang perlu di perhatikan adalah
kondisi fisik lahan. Ini dapat
diperoleh dengan cara terestrial dan
penginderaan jauh. Namun dengan
terestrial akan membutuhkan waktu
yang lama, biaya maupun tenaga yang
cukup besar sehingga dirasa tidak
efisien. Oleh karena itu digunakan

2

teknis Penginderaan Jauh dan Sistem

Informasi Geografi.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Jetis Kota Yogyakarta dengan luas
wilayah 170 (Ha), dan dilalui dengan
Sungai Winongo dan Sungai Code.
Wilayahnya
merupakan
daerah
permukiman,
perkantoran,
dan
pertokoan. Kecamatan Jetis terbagi
menjadi
tiga
kelurahan
yaitu
Kelurahan
Bumijo,
Kelurahan
Gowongan,

Kelurahan
Cokrodiningratan. Jumlah penduduk
di Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
pada tahun 2008 adalah 37.812 jiwa
dengan penduduk laki – laki sebesar
19.574
jiwa,
dan
penduduk

perempuan sebesar 18.238 jiwa.
Adapun jumlah penduduk terbesar
berada di Kelurahan Bumijo yakni
13.650
jiwa
dan
mempunyai
kepadatan 23.534 jiwa/ km2, dan
jumlah penduduk terkecil berada di
Kelurahan Gowongan yaitu sebesar

10.590 jiwa dengan kepadatan 23.022
jiwa/
km2.
Dengan
tekhnik
penginderaan jauh ini maka obyek–
obyek pada permukaan bumi dapat
terekam dan dapat ditampilkan
dengan bentuk dan letak yang mirip
dengan aslinya pada permukaan bumi.
Biasanya data yang digambarkan
akan lebih lengkap dan akurat seperti
aslinya.

Sumber: hasil analisis
Gambar 1. Daerah Penelitian Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
3

Data-data yang digunakan dalam
menentukan

kesesuaian
lahan
permukiman perlu disimpan/diolah
serta dianalisa. Oleh karena itu
pengolahan datanya dilakukan dengan
menggunakan
sistem
informasi
geografi (SIG) dimana merupakan
sistem
yang
dasar
kerjanya
menggunakan komputer. SIG itu
sendiri pada dasarnya dibagi menjadi
tiga bagian pokok yaitu input data,
pemrosesan data dan output data.
Input data itu sendiri terdiri dari dua
komponen yaitu data grafis dan data
atribut, sedangkan outputnya berupa
peta digital. Sistem Informasi
Geografis ini mempunyai kemampuan
untuk menghasilkan informasi baru
dengan cepat dan mudah. Kunci
kemampuan suatu SIG adalah analisis
data untuk menghasilkan informasi
baru.

Berdasar pada latar belakang diatas
maka penulis mencoba untuk
menggandakan penelitian dengan
judul: ” Evaluasi Kesesuaian Lahan
Permukiman Kecamatan Jetis Kota
Yogyakarta Dengan Menggunakan
Sistem Informasi Geografis Dan
Penginderaan Jauh”
METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan dibedakan
menjadi 2 macam yaitu data primer
dan data sekunder. Data primernya
diperoleh dari hasil interpretasi citra
Quickbird. Pada penelitian ini citra
Quickbird yang digunakan data
terbaru. Sedang data sekundernya
diperoleh dari instansi yang terkait.
Dalam penentuan kesesuaian lahan
untuk permukiman dilakukan dengan
cara pengharkatan (skoring).

Tabel 1. Faktor pembobot parameter kesesuaian lahan untuk permukiman.
No

Parameter – Parameter

Penimbang

1

Kemiringan lereng

1

2

Drainase permukaan

1

3

Jarak terhadap jalan utama

3

4

Penggunaan lahan

3

5

Daya dukung tanah

2

6

Kedalaman muka air tanah

3

7

Lama penggenangan banjir

2

Sumber : Suharyadi (1996, dengan modifikasi dalam Martati 2002)

4

Formula yang digunakan dalam
proses overlay (tumpang susun)
adalah sebagai berikut :
Skortotal = (A x 3) + (B x 1) + (C x
1) + (D x 2) + (E x 3) +
(F x 2) + (G x 3).
Keterangan :
A = Harkat penggunaan lahan
B = Harkat kemiringan lereng
C = Harkat darinase permukaan
D = Harkat daya dukung tanah
E
= Harkat jarak terhadap jalan
utama
F
= Harkat lama penggenangan
banjir

G = Harkat kedalaman muka air tanah
dangkal
Untuk menentukan kelas kesesuaian
lahan permukimannya dungan cara
mengurangkan nilai tertinggi dengan
nilai terendah dibagi jumlah kelas.
Nilai tertingginya 75 yang diperoleh
dari harkat tertinggi dikalikan jumlah
faktor
penimbang,
dan
nilai
terendahnya 15 yang diperoleh dari
harkat terendah dikalikan dengan
jumlah faktor penimbang. Kelas
interval
kesesuaian
lahan
permukiman adalah : interval kelas =
(75 – 15)/4 = 15. Kelas kesesuaian
lahan permukimannya ada 4 kelas, hal
ini menurut FAO, 1976.

Tabel 2. Kesesuaian lahan untuk permukiman.
No

Kelas Kesesuaian Lahan

Harkat
Total

Keterangan

1

Sangat sesuai (S1)

60 – 75

Lahan memiliki pembatas ringan bila
digunakan untuk lokasi permukiman.

2

Cukup sesuai (S2)

45 – 60

3

Sesuai Marginal (S3)

30 – 45

Lahan mempunyai pembatas sedang
bila
digunakan
untuk
lokasi
permukiman.
Lahan memiliki pembatas berat bila
digunakan untuk lahan permukiman.

4

Tidak sesuai (N1)

15 – 30

Lahan dengan pembatas sangat berat
namun masih bisa dibatasi hanya tidak
dapat dibatasi dengan pengetahuan
sekarang dan biaya yang rasional.

Sumber : Pengolahan data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi Sistem Informasi Geografis
dan Penginderaan Jauh untuk
Evaluasi
Kesesuaian
Lahan

Permukiman Kecamatan Jetis Kota
Yogyakarta. Disamping itu, peta-peta
parameter penentu kesesuaian lahan

5

antara yaitu peta bentuklahan, peta
jenis tanah, peta satuan lahan, peta
penggunaan lahan, peta kemiringan
lereng, peta jarak terhadap jalan
utama, peta lama penggenangan
banjir, peta kedalaman muka air
tanah, peta daya dukung tanah, dan
peta
drainase
permukaan
di
Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta.
Sebagai salah satu kecamatan di Kota
Yogyakarta,
Kecamatan
Jetis
mempunyai fasilitas kota seperti :
pusat perdagangan, perkantoran,
bank,
pasar,
pendidikan,
dan
sebagainya. Kecematan Jetis terletak
sebelah barat laut dari Kota
Yogyakarta,
sehingga
pola
permukiman didaerah ini cenderung
mengelompok didaerah yang lebih
dekat dengan pusat Kota Yogyakarta.
Hal ini dapat dilihat dari kepadatan
penduduk
dan
bangunannya,
tingginya
kegiatan
ekonominya.
Misalnya berdasarkan kepadatan
penduduk dari ketiga kelurahan yang
ada di Kecamatan Jetis, kepadatan
penduduk tertinggi adalah Kelurahan
Bumijo yaitu 23534 jiwa/
km2,
kemudian Kelurahan Gowongan
dengan kepadatan penduduk 23022
jiwa/ km2. Kedua kelurahan tersebut
merupakan wilayah yang lebih dekat
dengan pusat Kota Yogyakarta
disbanding
dengan
kelurahaan
lainnya,
yaitu
Kelurahan
Cokrodiningratan
kepadatan
penduduk sebesar 20564 jiwa/ km2.
Penginderaan Jauh merupakan salah
satu cara yang cukup efektif dan

efisien dalam menurunkan informasi
spasial berdasarkan citra hasil
perekaman kondisi di permukaan
bumi. Sebelum digunakan, citra
tersebut dipotong terlebuh dahulu
berdasarkan
batas
administrasi
Kecamatan
Jetis.
Pemotongan
dilakukan dengan menggunakan
software
ArcGis.
Quickbird
merupakan citra resolusi tinggi,
sehingga dalam aplikasinya citra
tersebut
mampu
menyajikan
kenampakan dan informasi tentang
obyek dari wilayah yang dikaji
dengan variasi komplek, sehingga
semua data fisik yang berhubungan
dengan penentuan kelas kesesuaian
lahan permukiman dapat terpenuhi
dengan baik.
Teknologi Sistem Informasi Geografi
dalam penelitian ini digunakan dalam
pengolahan datanya mulai dari input
data, pemrosesan dan analisis data/
parameter
yang
mempengaruhi
tingkat kesesuaian lahan permukiman,
yaitu proses skoring dan overlay dari
masing-masing parameter, dioverlay
sampai dengan klasifikasi dan
penyajian hasil akhir peta berdasarkan
kels-kelas
kesesuaian
lahan
permukiman. Informasi mengenai
kesesuaian
lahan
permukiman
didaerah penelitian berupa model
kelas kesesuaian lahan permukiman
di Kecamatan Jetis dapat dihasilkan
dengan
memanfaatkan
citra
Quickbird dan teknologi Sistem
Informasi Geografi (SIG) dalam
pengolahan
datanya
setelah

6

ditumpangsusunkan peta (overlay)
untuk menghasilkan informasi baru
dari
tujuh
parameter
yang
mempengaruhi kesesuaian lahan
permukiman
Penilaian kesesuaian lahan untuk
permukiman
dilakukan
dengan
metode pengharkatan berjenjang
tertimbang
yaitu
dengan
menggunakan metode skoring dengan
faktor pembobot dan kemudian
dilakukan metode overlay peta-peta
variabel untuk kesesuaian lahan
permukiman. Cara yang paling efektif
dalam menyajikan informasi spasial
adalah dalam bentuk peta. Dengan
peta, pembaca akan lebih mudah
menangkap
informasi
yang
terkandung
didalamnya,
karena
penyajiannya secara spasial yaitu
sesuai dengan kondisi sebenarnya
dipermukaan bumi. Oleh karena itu
model spasial yang telah dihasilkan
tersebut dijadikan peta dengan layout
yang sesuai dengan kaidah kartografi,
yang dilengkapi dengan beberapa
elemen peta yaitu judul, skala, arah
orientasi, legenda, pembuat, sumber,
system proyeksi serta datum dan
sebagainya. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah
mengenai symbol, masing-masing
kelas kesesuaian lahan permukiman
diberi symbol dengan tipe tingkatan
atau gradasi warna karena kelas
kesesuaian lahan permukiman yang
satu dengan yang lainnya saling
berkait dalam satu kesatuan dan
memiliki sifat bertingkat.

Parameter
yang
mempengaruhi
tingkat kesesuaian lahan permukiman
adalah parameter peta bentuklahan,
peta jenis tanah, penggunaan lahan,
peta
kemiringan
lereng,
peta
kedalaman air muka tanah, peta lama
penggenangan banjir, peta daya
dukung tanah, peta jarak terhadap
jalan utama, dan peta drainase
permukaan di Kecamatan Jetis.
Masing-masing parameter tersebut
merupakan penurunan dari beberapa
variable/
objek
yang
mempengaruhinya, dimana variablevarriabel
tersebut
diperolehdari
sumber yang berbeda-beda yaitu
berupa data primer dan data sekunder.
Data
primer
diperoleh
dari
interpretasi
citra
dengan
mengidentifikasi berbagai macam
bentuk fenomena/ kenampakan fisik
dipermukaan bumi yang berhubungan
dengan penelitian, sedangkan data
sekunder diperoleh dari data statistik.
Penggunaan lahan adalah jenis
kenampakan uang ada dipermukaan
bumi yang berkaitan dengan kegiatan
manusia pada bidang lahan tertentu.
Pemetaan
penggunaan
lahan
diperoleh dari hasil interpretasi
penggunaan lahan dilakukan pada
citra Quickbird dengan cara digitasi
(on
screen
digitazing)
untuk
kenampakan-kenampakan
yang
berhubungan dengan penelitian.
Menurut
Verstappen
(1983)
kemiringan lereng dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi permukiman

7

karena pertimbangan biaya dalam
pembangunannya, sebab pada medan
yang miring dibutuhkan pekerjaan
tambahan gali dan urug (cut and fill)
untuk dapat meratakan lahan.
Semakin curam medan semakin
banyak pula tanah yang harus digali
pada bagian atas lereng untuk
ditimbunkan pada bagian bawah
lereng, sehingga semakin miring
suatu medan semakin jelek pula
nilainya sebagai lokasi permukiman.
Dari penelitian ini, perhitungan
kemiringan lereng dilakukan dengan
menggunaka liman kelas kemiringan
lereng yaitu datar dengan kemiringan
lereng 0 – 2 %, landai dengan
kemiringan 2 – 8 %, agak miring
dengan kemiringan 8 – 15 %, miring
dengan kemiringan 15 – 30 %, serta
terjal dengan kemiringan 30 %. Pada
perhitungan
kemiringan
lereng
didaerah penelitian tersebut hanya
terdapat kelas kemiringan lereng datar
0 – 2 % saja, karena daerah penelitian
tersebut berada pada kawasan
perkotaan.
Kedalaman
muka
air
tanah
merupakan salah asatu parameter
yang dipertimbangkan dalam analisis
kesesuaian lahan untuk permukiman,
karena air merupakan kebutuhan
pokok dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat kualitas air dan dan
kemudahan untuk mendapatkannya
menjadikan air sebagai variabel yang
sangat penting untuk suatu komunitas
permukiman untuk mendapatkan air
sebagai kebutuhan pokok didaerah

pinggir
perkotaan.
Umumnya
permukiman dipinggir perkotaan
membuat sumur gali atau sumur bor
untuk mendapatkan air. Kedalaman
muka air tanah menjadi sangat
penting untuk pertimbangan dalam
menentukan kesesuaian lahan untuk
permukiman. Pada daerah penelitian
ini, daerah dengan topografi yang
relatif datar memiliki kedalaman
muka air tanah 1,5 - < 10 m dengan
luas area 1677,3 ha atau 51,8 % dari
luas keseluruhan wilayah Kecamatan
Jetis Kota Yogyakarta. Kedalaman
muka
air
tanah
ini
akan
mempengaruhi
ketersediaan
air
bersih.
Daya dukung tanah merupakan
kemampuan suatu bidang tanah untuk
menahan
beban
yang
berada
diatasnya. Informasi ini sangat
diperlukan dalam pengembangan
permukiman, karena tanah sangat
berperan dalam menentukan jenis
pondasi (dasar) bangunan. Pada
penelitian ini, informasi daya dukung
tanah diperolehdengan mengukur
langsung
dilapangan
dengan
mengambil sampel pada beberapa
titik disetiap satuan lahan, kemudian
diambil nilai rata-rata. Pada setiap
satuan lahan nilai daya dukung
tanahnya
diasumsikan
sama.
Pengukuran ini dilakukan dengan
menggunakan
alat
hand
penetrometer, yaitu dengan cara
menusukkannya pada lapisan tanah
pada kedalaman antara 30 sampai
dengan 60 cm dengan pertimbangan

8

bahwa pondasi pembangunan rumah
sederhana akan diletakkan pada
kedalaman tersebut, kemudian dilihat
nilai yang tercatat pada alat. Alat ini
bekerja berdasarkan gaya tekan yang
dialaminya. Gaya tekan yang dibaca
oleh alat, selanjutnya digunakan
untuk mengetahui besarnya daya
dukung tanah. Dari hasil pengukuran
lapangan maka didapatkan bahwa
didaerah penelitian dengan topografi
relatif datar mempunyai daya dukung
tanah > 1,4 kg/cm2 dengan luas area
1677,3 ha.
Jarak
terhadap
jalan
utama
merupakan salah satu parameter yang
digunakan dalam evaluasi kesesuaian
lahan untuk permukiman. Jalan utama
adalah jalan yang berfungsi sebagai
penghubung antara daerah suatu
daerah menuju keluar daerah tersebut
sebagai penghubung menuju pusat
kota dan daerah-daerah lain.
Berdasarkan hasil yang diperoleh,
terdapat lima kelas jarak terhadap
jalan utama pada daerah penelitian
yaitu jarak 0 – 200m yang menempati
area seluas 680,20 ha, jarak 200 –
250m dengan area seluas 489,50 ha,
jarak 250 – 300m dengan area seluas
356,458 ha, jarak 300 – 350m
menempati area seluas 357,34 ha, dan
jarak lebih dari 400m menempati area
terluas dengan yaitu seluas 1355,61
ha atau sekitar 41,8 % dari luas
keseluruhan wilayah. Drainase yang
jelek pada umumnya terjadi pada
daerah yang datar dengan penggunaan

lahan sawah sedangkan drainase yang
baik umumnya terjadi pada daerah
yang bergelombang sampai miring
karena akan lebih mudah untuk
meloloskan air.
Bentuklahan
merupakan
satuan
pewilayahan yang digunakan dalam
studi geomorfologi. Bentuklahan
adalah kenampakan suatu medan
yang dibentuk oleh proses-proses
alam yang mempunyai komposisi
serta rangkaian fisik dan visual dalam
julat tertentu dimana pun bentuklahan
tersebut dijumpai ( Van Zuidam dan
Concelado 1979, Muh Aribowo KD,
2003 dalam Esty Sekarningrum,
2007). Dilihat dari definisi tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam mempelajari geomorfologi
tidak terlepas dari bentuklahan,
proses, dan material penyusun.
Bentuklahan-bentuklahan yang ada di
daerah penelitian diklasifikasikan
menjadi satu satuan yang sama
berdasarkan struktur geologi dan
geomorfologi, proses geomorfologi
dan relief. Bentuklahan tersebut
adalah bentuklahan dataran alluvial
(F2), bentuklahan ini merupakan
bentukan asal proses fluvial.
Bentuklahan ini mempunyai relief
datar dengan kemiringan lereng
antara 0-2%. Proses geomorfologi
yang sering terjadi di dataran alluvial
adalah banjir pada saat musim
penghujan, dimana air meluap karena
melebihi daya tampung sungai yang
ada.

9

Satuan Lahan
F2IGrPm

Sangat Sesuai ( S1 )

F2 I Gr Pm
Bentuklahan
Lereng
Tanah
Penggunaan Lahan

Cukup Sesuai ( S2 )
Sesuai Marginal ( S3 )
Tidak Sesuai Saat Ini ( N1 )

Sumber: hasil analisis
Gambar 2. Peta Satuan Lahan Dan Kesesuaian Lahan Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta

Satuan lahan yang ada didaerah
penelitian ini dengan satuan lahan
dasar klasifikasi yang digunakan
dalam satuan lahan
adalah
bentuklahan, kemiringan lereng, dan
penggunaan lahan. Selanjutnya dari
satuan-satuan lahan tersebut dapat
dapat dilihat pada peta satuan lahan
daerah penelitian. Di daerah peneliti
tersebut memiliki satuan lahan yaitu
(F2IgrP), dimana bentuklahan pada
satuan ini merupakan dataran alluvial
berbatuan kerikil pasir debu lanau
lempung dengan kemiringan lereng
datar yaitu antar 0-2%. Jenis tanah
pada satuan lahan ini adalah grumosol
coklat tua dengan penggunaan lahan
permukiman.
Berdasarkan
hasil
pembuatan Peta Kesesuaian Lahan
untuk Permukiman Kecamatan Jetis

Kota Yogyakarta dapat diperoleh
informasi tentang tingkat kelas
klasifikasikesesuaian lahan untuk
dijadikan atau dibangun menjadi
kawasan permukiman, jadi dapat
diketahui mana yang baik atau tidak
dibuat permukiman. (a) Sangat Sesuai
(S1), Pada kelas kesesuaian lahan ini,
lahan memiliki pembatas ringan
untuk lokasi permukiman. Lahan
dengan
kelas
sangat
sesuai
terdistribusi ditiga kelurahan yaitu
Kelurahan
Bumijo,
Kelurahan
cokrodiningratan,
Kelurahan
Gowongan dan mayoritas terletak
pada lokasi yang bertopografi relative
datar dengan aksesibilitas yang cukup
baik. (b) Cukup Sesuai (S2), Pada
kelas cukup sesuai, lahan memiliki
sedang bila digunakan untuk lokasi
10

permukiman. Lahan dengan kelas
cukup sesuai mempunyai luasan
terbesar didaerah penelitian yang
tersebar pada tiga kelurahan dan
mayoritas terletak pada daerah yang
relatif datar pula. (c) Sesuai Marginal
(S3), Lahan pada kelas ini
mempunyai pembatas yang berat
apabila digunakan untuk lokasi
permukiman. Faktor berat yang
ditemui antara lain penggunaan lahan,
daya dukung tanah aksesibilitas, dan
kedalaman muka air tanahnya. Lahan
dengaan kelas sesuai marginalini
tersebar di seluruh daerah penelitian
yang mayoritas terletak pada daerah
relative datar. (d) Tidak Sesuai (N1),
Lahan pada kelas ini memilki
pembatas dengan tingkat sangat berat
apabila digunakan untuk lokasi
permukiman,
tetapi
masih
memungkinkan untuk dibatasi hanya
saja tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengetahuan saat ini dengan
biaya yang rasional. Faktor pembatas
yang ditemui pada daerah penelitian
adalah berada pada daerah yang datar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah didapatkan maka disimpulkan
(1) Informasi fisik lahan yang dapat
disadap
dari
Citra
Quickbird
diantaranya adalah jalan, penggunaan
lahan, dengan ketelitian interpretasi
sebesar 77,49%; (2) Berdasarkan
hasil pembuatan peta kesesuaian

lahan
untuk
permukiman
di
Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta
dapat diperoleh informasi tentang
tingkat kesesuaian lahan untuk
dijadikan atau bangunan menjadi
kawasan permukiman yang dibagi
menjadi 4 kelas yaitu kelas
kesesuaian lahan permukiman sangat
sesuai (S1) seluas 46,1448 ha
(17,68%) merupakan lahan yang
memiliki pembatas ringan bila
digunakan untuk lokasi permukiman,
kelas cukup sesuai (S2) seluas 90,468
ha (25,13%) merupakan lahan yang
memiliki pembatas sedang bila
digunakan untuk lokasi permukiman,
kelas sesuai marginal (S3) seluas
26,43249 ha (40,11%) merupakan
lahan yang memiliki pembatas berat
bila
digunakan
untuk
lokasi
permukiman, dan untuk kelas yang
tidak sesuai (N1) seluas 26,9864 ha
(17,08%) merupakan lahan yang
memiliki pembatas sangat berat
apabila digunakan untuk lokasi
permukiman; (3) Pada kegiatan
penelitian selanjutnya diharapkan
lebih teliti untuk pemasukan datanya,
sehingga
nantinya
hasil
yang
diharapkan akan lebih baik dan dapat
pula digunakan oleh pengguna lain
yang berkepentingan; (4) Penanganan
data dan analisis dengan SIG untuk
kajian kualitas permukiman masih
perlu dikembangkan. Karena semakin
banyak software aplikasi Geografi
yang
semakin
canggih
untuk
penanganan data spasial dan attribut.

11

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Eko, 2002, Sistem Informasi Geografi menggunakan ArcView GIS,
Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
FAO, 1976, A Framework For Land Evaluation, FAO Soil Bulletin no 33,
Wegeningen : ILRI Publication.
Jamulya & Suratman Worosupardjo, 1983, “Pengantar Geografi Tanah”, Diktat
Kuliah, Yogyakarta: Fakultas Geografi UMS.
Lillesand, T.M. dan R.W Kiefer, 1979, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra,
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Malliengreau, J.P et all, 1982, A Land Cover and Land Use Classification For
Indonesia, The Indonesia Journal of Geography Vol 11 no 44,
Yogyakarta : PUSPIC Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Sekarningrum, Esty, 2005, Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Permukiman di
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah, Skripsi Sarjana (S-1).
Surakarta : Fakultas Geografi UMS.
Suharyadi, 1991, Tutorial Arc/Info, Fakultas geografi; Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Sutanto, 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
______, 1987, Penginderaan Jauh Jilid II, Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Sutarno, 2001, Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk
Evaluasi Lahan Permukiman Kasus Daerah Pedesaan di Pinggiran Barat
Kota Yogyakarta, Skripsi Sarjana (S-1). Yogyakarta : Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada.
Van Zuidam, and Cancelado, 1978, Terrain Analysis and Classification Using
Aerial Photograph. ITC Textbook of Photo Interpretation vol. VIII.
Enshede – The Netherland:ITC.

12

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Analisis Nilai Lahan Di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta Dengan Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

0 5 29

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KECAMATAN JETIS KOTA YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh.

0 2 13

PENDAHULUAN Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Kecamatan Jetis Kota Yogyakarta Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jauh.

0 4 41

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KECAMATAN CEPU Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Permukinan di Kecamatan Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah.

1 2 14

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERMUKIMAN DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Dengan Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahu

0 1 15

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DARI NON PERMUKIMAN KE PERMUKIMAN DENGAN APLIKASI Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dari Non Permukiman Ke Permukiman Dengan Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten

0 1 13

Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulag

0 4 12

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

0 1 9

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

2 14 8

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN ALPUKAT BERDASARKAN SISTEM LAHAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 6