Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulag

Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulaga di Provinsi Bali
Raisa Khoiriana
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetaahuan Alam
Universitas Indonesia
Depok, Indonesia
[email protected]
Abstrak. Kapulaga (Amomum cardomomum) merupakan tanaman yang dapat tumbuh
dengan baik di beberapa tempat di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali. Karena Bali
merupakan destinasi liburan sempurna dan rehat sejenak dari kepenatan aktivitas perkotaan.
Beragam kegiatan bisa dilakukan, salah satunya adalah meremajakan dan memanjakan tubuh
dengan perawatan tubuh dan kesehatan tradisional khas Bali, yaitu boreh. Dan kapulga adalah
bahan utama dari pembuatan boreh itu sendiri. Untuk memperluasnya dibutuhkan suatu
analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) sehingga dapat diketahui
wilayah yang paling sesuai untuk ditanami kapulaga di Provinsi Bali. Penelitian ini
menggunakan analisis overlay dengan variabel ketinggian, suhu, curah hujan, dan ordo tanah,
yang pada akhirnya akan menghasilkan Peta Wilayah Kesesuaian Lahan Tanaman Kapulaga
di Provinsi Bali.
Keywords: Analisis spasial, Kapulaga, Provinsi Bali, SIG.

1


Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat menimbulkan masalah yang kompleks,
akhir-akhir ini. Peningkatan jumlah penduduk diikuti oleh peningkatan kebutuhan pangan,
sandang, obat-obatan, perumahan dan lain-lain [1]. Salah satunya adalah tanaman kapulaga yang
berfungsi sebagai obat-obatan (jamu), rempah-rempah, dan pengharum nafas.
Tanaman kapulaga di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu jenis lokal (Amomum
cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang berasal dari India. Kapulaga
merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun seperti tumbuhan jahe yang ketinggiannya
dapat mencapai 2 - 3 m. Kapulaga lokal merupakan tanaman dataran rendah yang dapat tumbuh
dengan baik di ketinggian mulai dari 0 - 700 mdpl. Sedangkan, kapulaga sabrang dapat tumbuh
dengan baik di dataran tinggi mulai dari 700 - 1.500 mdpl [2].
Provinsi Bali merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang memanjang dari barat ke
timur. Di antara pegunungan itu terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung
(3.142 mdpl) dan Gunung Batur (1.717 mdpl). Beberapa gunung yang tidak aktif lainnya mencapai
ketinggian antara 1.000 - 2.000 mdpl. Ditinjau dari kemiringan lerengnya, Pulau Bali sebagian
besar terdiri atas lahan dengan kemiringan antara 0 - 2 % sampai dengan 15 - 40 %. Selebihnya
adalah lahan dengan kemiringan di atas 40 %. [3].
Bali merupakan surganya liburan sempurna dan rehat sejenak dari kepenatan aktivitas

perkotaan. Beragam kegiatan bisa dilakukan, salah satunya adalah meremajakan dan memanjakan
tubuh dengan perawatan tubuh dan kesehatan tradisional khas Bali, yaitu boreh. Istilah boreh
sendiri sebenarnya mengacu pada ramuan herbal yang digunakan untuk melulur dengan dioleskan
atau meboreh. Bahan-bahan yang digunakan diantaranya kapulaga, kayu manis, cabai, kelapa
parut, jahe, lengkuas, bubuk cendana, cengkeh, biji ketumbar, kunyit, dan masih banyak lagi.
Bahan utama dari boreh sendiri adalah kapulaga [4].
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Dimana saja wilayah yang sesuai untuk menanam
kapulga di Provinsi Bali sehingga dapat memperluas penanaman kapulaga?
1.3
Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah kesesuaian lahan tanaman
kapulaga di Provinsi Bali.

1.4
Batasan Penelitian
Batasan pada penelitian ini adalah batas administrasi tanaman kapulaga di Provinsi Bali. Batasan
materi yang dikaji adalah variabel yang digunakan untuk mengetahui kesesuaian lahan tanaman
kapulaga, yaitu ketinggian, suhu, curah hujan, dan ordo tanah.


2

Tinjauan Pustaka

2.1

Gambaran Umum Provinsi Bali
Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" Lintang Selatan dan
114°25'53" - 115°42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi Pulau Bali di tengah-tengah terbentang
pegunungan yang memanjang dari barat ke timur.
Provinsi Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Batas fisiknya adalah sebagai
berikut:

Sebelah Utara : Laut Bali

Sebelah Timur : Selat Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat)

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia


Sebelah Barat :Selat Bali (Propinsi Jawa Timur)
Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yaitu
Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan
Kota Denpasar yang juga merupakan ibukota provinsi. Selain Pulau Bali Provinsi Bali juga terdiri
dari pulau-pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan di
wilayah Kabupaten Klungkung, Pulau Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan
di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Provinsi Bali adalah 5.634,40 km 2 dengan panjang
pantai mencapai 529 km [3].
2.2

Pengertian Lahan
Lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi,
vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut
mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa
lampau maupun sekarang (FAO. 1975, dalam Arsyad, 1989) [6]. Dari pengertian lahan diatas jelas
bahwa lahan merupakan bentang alam yang berupa geosfer maupun atmosfer yang membentuk
suatu satuan dan saling mempengaruhi.
2.3

Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
FAO (1976) mengusulkan untuk negara–negara berkembang sangat bermanfaat dan disarankan
adanya pemisahan antara kesesuaian lahan sekarang (Current Suitability) dan kesesuaian lahan
potensial (Potensial Suitability) [7]. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan
data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan
masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang
dievaluasi.
Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila
dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan
tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman
yang lebih sesuai. Kesesuaian lahan potensial menunjukan kesesuaian penggunaan lahan pada
satuan lahan setelah adanya perbaikan kualitas lahan. Dalam hal ini perlu dilakukan analisis secara
rinci dari aspek sosial ekonomis untuk menduga biaya dan hasil yang akan diperoleh.
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes
(2007) adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut [8]:
1. Ordo (Order)
Ordo dapat menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum. Kesesuaian lahan pada
tingkat Ordo dibedakan menjadi Ordo S (sesuai) dan Ordo N (tidak sesuai).

2. Kelas (Class)
2 | S i s t e m   I n f o r m a s i   G e o g r a f i

3.
4.

Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan
tingkat kesesuaian dari suatu Ordo. Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka yang
ditulis dibelakang simbol Ordo yang menggambarkan tingkatan kelas yang semakin
menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 kelas dalam
Ordo S, yaitu S1(Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal) dan 2 kelas
dalam Ordo N yaitu N1 (Tidak Sesuai Saat Ini), dan N2 (Tidak Sesuai Selamanya).
Sub-Kelas
Sub-Kelas menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis
pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas.
Satuan (Unit)
Satuan menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan
kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

2.4


Kapulaga
Kapulaga merupakan tanaman herbal yang membentuk rumpun seperti tumbuhan jahe yang
ketinggiannya dapat mencapai 2 - 3 m. Tanaman kapulaga di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu
jenis lokal (Amomum cardomomum) dan kapulaga sabrang (Elettaria cardomomum) yang berasal
dari India.
Buah kapulaga berbentuk bulat telur, berbulu, dan berwarna kuning kelabu. Buahnya
berkumpul dalam tandan kecil dan pendek. Bila masak, buahnya akan pecah dan membelah
berdasarkan ruang-ruangnya. Di dalamnya terdapat biji yang berbentuk bulat telur memanjang.
Biji, akar, dan batang dari tanaman kapulaga dapat dimanfaatkan untuk bahan dasar obat-obatan,
antara lain: sebagai obat batuk, pengharum nafas, dan mencegah keropos tulang. Hasil panen
kapulaga dapat dijual dalam kondisi basah maupun kering. Kapulaga ini paling mudah dijual
kepada penampung dengan kisaran harga jual yang basah Rp. 8.000/kg, sedangkan yang kering
Rp. 40.000/kg [2].
2.5

Syarat Tumbuh Tanaman Kapulaga
Tanaman kapulaga tidak dapat tumbuh dan dibudidayakan di sembarang tempat. Tanaman
kapulaga memiliki persyaratan-persyaratan tertentu, terutama persyaratan ekologi (lingkungan).
Lingkungan yang harus diperhatikan untuk budi daya kapulaga yaitu tanah yang meliputi aspek

fisik maupun kimia, dan iklim yang meliputi ketinggian tempat, suhu udara, angin, curah hujan,
intensitas sinar matahari, dan kelembaban nisbi.
Ketinggian
Tanaman kapulaga lokal merupakan tanaman dataran rendah yang dapat tumbuh dengan
baik di ketinggian mulai dari 0 - 700 mdpl. Sedangkan, kapulaga sabrang dapat tumbuh dengan
baik di dataran tinggi mulai dari 700 - 1.500 mdpl [2].
Suhu
Suhu rata-rata yang dikehendaki berkisar antara 20 - 30 oC, sedangkan di dataran rendah
dengan pohon pelindung yang cukup rimbun suhunya 23 - 30 oC. Intensitas cahaya yang baik
untuk pertumbuhan kapulaga berkisar 30 - 70 persen [5].
Curah Hujan
Kapulaga tumbuh baik pada daerah-daerah yang bertipe iklim A, B, dan C (sistem schidt
dan ferguson). Curah hujan optimal 2.500 - 4.000 mm per tahun. Curah hujan yang terlalu
tinggi berpengaruh buruk sehingga tangkai bunganya pendek dan bunga banyak yang busuk.
Musim kemarau yang panjang mengakibatkan pembentukan anakan sedikit, sehingga bunga
yang dihasilkan berkurang. Pada daerah dengan rata-rata curah hujan 2.500 per tahun
diperlukan 136 hari hujan per tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan, bulan basah 8
bulan dan bulan lembab 1,5 bulan [5].
Jenis Tanah
Kapulaga dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang bertekstur lempung berliat atau

lempung berpasir [2]. Pada tanah bertekstur lempug berliat pertumbuhan kapulaga tidak
mengecewakan asal diadakan pengolahan tanah terlebih dahulu. Jenis tanah yang baik untuk
3 | S i s t e m   I n f o r m a s i   G e o g r a f i

pertumbuhan kapulaga lokal atau sabrang adalah latosol, andosol, alluvial, podsolik merah
kuning dan mediteran. Tanaman ini tidak menyukai air yang tergenang, bahan organik tanah
harus tinggi dan berdrainase baik dengan pH 5,6 - 6,8 [5]. Data jenis tanah yang tidak bisa
didapatkan diklasifikasikan kedalam ordo tanah (lihat pada Tabel 1.) [9].

3

Metodologi

3.1

Kajian Literatur
Sebelum menganalisis wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga diperlukan kajian
literatur yang bersumber dari jurnal maupun penelitian-penelitian terdahulu. Hal itu dimaksudkan
untuk mempermudah menentukan variabel-variabel yang digunakan dalam analisis wilayah
kesesuaian lahan tanaman kapulaga.

3.2
Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian yang dijadikan tempat untuk menganalisis wilayah kesesuaian tanaman
kapulaga adalah Provinsi Bali.
3.3
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan tanaman kapulaga adalah
ketinggian, suhu, curah hujan, dan ordo tanah.
4 | S i s t e m   I n f o r m a s i   G e o g r a f i

3.4

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk menganalisis wilayah kesesuain lahan tanaman kapulaga
merupakan data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung, yaitu dari instansi
terkait atau situs resmi instansi terkait. Data tersebut meliputi:
• Peta Administrasi Provinsi Bali yang dapat diperoleh dari Bakosurtanal atau sekarang
disebut dengan Badan Informasi Geospasial (BIG).
• Citra SRTM Provinsi Bali untuk mendapatkan data ketinggian
• Data raster suhu dan curah hujan didapatkan dari BMKG (Badan Meteorologi dan

Geofisika)
• Data ordo tanah yang dapat diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional (BPN).
3.5

Pengolahan Data
Semua data yang telah diperoleh selanjutnya akan disusun dan diolah dalam sistem data
yang berbasis sistem informasi geografi menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1, dimana
semua data tersebut akan diinformasikan melalui visualisasi peta yang mengandung informasi
database spasial. Proses pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut.
Pembuatan Peta Tematik. Peta tematik yang dibutuhkan untuk analisis wilayah kesesuaian lahan
tanaman kapulaga meliputi:
• Peta Administrasi dibuat dari hasil digitasi wilayah Provinsi Bali.
• Peta Ketinggian diolah menggunakan Citra SRTM Provinsi Bali.
• Peta Suhu diolah menggunakan data raster Provinsi Bali.
• Peta Curah Hujan Rata-Rata Tahunan diolah menggunakan data raster Provinsi Bali.
• Peta Ordo Tanah diolah menggunakan data dari BPN.
Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Tahapan selanjutnya untuk melakukan analisis wilayah
kesesuaian lahan tanaman kapulaga adalah membuat klasifikasi kesesuaian lahan pada setiap
variabel. Klasifikasi tersebut dibagi menjadi dua kelas wilayah kesesuaian, yaitu sesuai dan tidak
sesuai.
a
Variabel Ketinggian
Ketinggian diklasifikasikan menjadi dua. Berdasarkan tingkat kesuaiannya ketinggian untuk
kapulaga lokal 0 - 700 mdpl sesuai, lebih dari 700 mdpl tidak sesuai; dan untuk kapulaga
sabrang ketinggian 700 - 1.500 mdpl sesuai, lebih dari 1.500 mdpl tidak sesuai [2].
b
Variabel Suhu
Berdasarkan sebaran suhu yang terdapat di Provinsi Bali maka dibuatlah kelas-kelas suhu
menjadi dua, yakni suhu yang sesuai berada pada rentang 20 oC - 30oC dan tidak sesuai berada
pada rentang suhu kurang dari 20oC dan lebih dari 30oC [5].
c
Variabel Curah Hujan
Berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan diklasifikasikan menjadi dua kategori, yakni
kategori sesuai terdapat pada wilayah yang memiliki curah hujan sebesar 2.500 - 4.000
mm/tahun, sedangkan yang tidak sesuai yaitu wilayah yang memiliki curah hujan sebesar
kurang dari 2.500 mm/tahun dan lebih dari 4.000 mm/tahun [5].
d
Variabel Ordo Tanah
Untuk jenis tanah penanaman kapulaga terdiri dari latosol, andosol, alluvial, podsolik merah
kuning dan mediteran [2]. Kelima jenis tanah tersebut diklasifikasikan kedalam ordo tanah,
yakni entisol, inseptisol, ultisol, dan vertisol [9]. Dari keempat ordo tanah tersebut
merupakan klasifikasi sesuai, sedangkan untuk klasifikasi tidak sesuai adalah diluar dari
keempat ordo tanah tersebut.

5 | S i s t e m   I n f o r m a s i   G e o g r a f i

Tabel 2. Matriks Wilayah Kesesuian Tanaman Kapulaga
Keterangan
Variabel
Sesuai
Tidak Sesuai
0 – 700
Ketinggian (mdpl)
>1.500
700 – 1.500
30
Curah Hujan
4.000
entisol, inseptisol,
Ordo Tanah
ultisol, dan vertisol
3.6

Analisis Data
Analisis yang digunakan untuk menentukan wilayah kesuaian lahan tanaman kapulaga
adalah dengan menggunakan metode analisis overlay. Setelah melakukan overlay maka
dimasukkan query untuk menghasilkan peta wilayah kesesuaian lahan tanaman kapulaga sesuai
dengan klasifikasi yang telah dibuat. Proses untuk melakukan analisis adalah sebagai berikut.
Model Builder. Model Builder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Model Builder
Modelling GIS. Modelling GIS dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
SRTM

Data Suhu

Data Curah Hujan

Reclassif
y

Reclassif
y

Reclassif
y

Peta Suhu

Peta Curah Hujan

Peta Ketinggian

Overla
y
Peta K­S­CH­T

Query

Peta Wilayah Kesesuian
Lahan Tanaman Kapulaga
6 | S i s t e m   I n f o r m a s i   G e o g r a f i

Data Ordo Tanah

Peta Ordo Tanah

Gambar 2. Modelling GIS
Query. Query yang dimasukan agar dihasilkan peta wilayah kesesuaian lahan adalah sebagai
berikut:
Sesuai
"tinggi" = '0 – 700' OR "tinggi" = '700 – 1.500' AND "CH" = '>2.500' AND "Suhu" = '20 –
25' OR "Suhu" = '>25' AND "ORDODOMI" = 'Entisols' OR "ORDODOMI" = 'Inceptisols'
OR "ORDODOMI" = 'Ultisols' OR "ORDODOMI" = 'Vertisols'
Tidak sesuai
"tinggi" = '>1.500' AND "CH" = '