KAJIAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI ANAK AUTISME DI SDIT AMALIA KABUPATEN BOGO.

(1)

i

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KAJIAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAGI ANAK AUTISME DI SDIT AMALIA KABUPATEN BOGOR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

DENI HAMDANI NIM : 1104506

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

ii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2013

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S2

========================================================== KAJIAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAGI ANAK AUTISME DI SDIT AMALIA KABUPATEN BOGOR

Oleh Deni Hamdani UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Deni Hamdani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

iii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN DENI HAMDANI

1104506

KAJIAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI ANAK AUTISME DI SDIT AMALIA KABUPATEN BOGOR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Menyetujui

Pembimbing Akademik ttd

Dr. Zaenal Alimin, M.Ed NIP. 195903241984031002

Mengetahui,


(4)

iv

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah Pascasarjana ttd

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP. 195904141985031005


(5)

xii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Deni Hamdani / Judul Tesis: “Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi

Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor”. Prodi PKKh SPs UPI.

Penelitian ini tentang kajian pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor dengan fokus dukungan sistem sekolah, ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran dalan seting pendidikan inklusif, kolaborasi sekolah dengan stakeholder dan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif yang selanjutnya dirumuskan sebuah desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Data diolah dengan analisis deskriptif dengan model Miles dan Hubermen melalui proses data reduction yaitu memfokuskan data-data yang menjadi fokus penelitian, data display yaitu data yang sudah direduksi disajikan dalam bentuk narasi, dan verification yaitu menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia sudah berjalan. Pada prakteknya pelaksanaan pendidikan inklusif memerlukan dukungan sistem sekolah untuk pengembangan staf berupa kegiatan pendidikan dan pelatihan, ada program layanan khusus dan lingkungan fisik yang diadaptasikan untuk ABK, tersusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang diadaptasikan untuk ABK dan program pembelajaran indipidual (PPI), perlu berkolaborasi dengan stakeholder, dan perlu adanya rumusan desain rancangan program pendidikan inklusif meliputi: a) penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK), b) data dan informasi mengenai PDBK, c) Desain Program pendidikan Inklusif, d) penyiapan sumber daya manusia; Kepala sekolah, guru, TU, komite dan Rekrutmen guru pembimbing khusus (GPK), e) penyiapan sumber daya fisik yang diadaftasikan untuk ABK, f) Penyiapan daya dukung; pedomaan inplementasi pendidikan inklusif di sekolah, pedoman asesmen dan penilaian, pedoman layanan khusus ABK, pedoman sosialisasi dan kolaborasi sekolah, dukungan sistem sekolah penyusunan kebijakan implementasi pendidikan inklusif di sekolah, g) Indikator hasil pembelajaran, h) pembelajaran seting inklusif: penyusunan RPP yang diadaptasikan untuk ABK, Penyusunan PPI/IEP, h) monitoring dan evaluasi, i) education for all, ramah dan bermutu.


(6)

xiii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci : Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif, Autisme, dan SDIT Amalia

ABSTRACT

Deni Hamdani / Thesis Title: "Study of the Implementation of Inclusive Education for Children Autism in Bogor regency SDIT Amalia". Prodi PKKh UPI SPs.

This research on the study of inclusive education for children with autism in SDIT Amalia Bogor regency. The purpose of this study to get an overview of the implementation of inclusive education for children with autism in Bogor regency SDIT Amalia with a focus on support for the school system, the availability of specialized services and adaptation to the physical environment, instructional role in inclusive education settings, schools collaboration with stakeholders and design programs that further the implementation of inclusive education formulated a program design implementation of inclusive education for children with autism. The approach used in this study is descriptive qualitative. The data were processed with descriptive analysis with Miles and Hubermen models through data reduction process that focuses the data are the focus of the study, the data display is already reduced data presented in narrative form, and verification is concluded. The results showed that the implementation of inclusive education for children with autism in SDIT Amalia already running. In practice, the implementation of inclusive education requires school systems to support staff development activities such as education and training, there are special programs and services are adapted to the physical environment ABK, structured lesson plan (RPP) which is adapted for the crew and learning programs indipidual (PPI), should collaborate with stakeholders, and the need for the formulation of the draft design of inclusive programs include: a) the admission of students with special needs (PDBK), b) Data and information regarding PDBK, c) Inclusive Education Program Design, d) preparation of human resources; Head of School , teacher, TU, committees and special teachers recruitment (GPK), e) preparation of physical resources diadaftasikan for ABK, f) Preparation of carrying capacity; Guiding inplementasi


(7)

xiv

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inclusive education in schools, assessment guidelines and assessment, special services ABK guidelines, guidelines socialization and collaboration of schools, school systems support the implementation of inclusive education policy in schools, g) Indicators of learning outcomes, h) inclusive setting learning: preparation of lesson plans adapted to ABK, Preparation PPI / IEP, h) monitoring and evaluation, i) education for all, friendly and quality.

Keywords: Assessment Implementation of Inclusive Education, Autism, and Amalia SDIT


(8)

iv

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Hal. i

ABSTRAK ...……… ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR …….………... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ..….……… vii

DAFTAR TABEL ….………..………... xi

DAFTAR GAMBAR …..………..………... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ….……….………. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ………... 8

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ………. 9

E. Metode Penelitian ………... 10

1. Pendekatan Penelitian ………... 10

2. Tempat Penelitian ………... 11

3. Subjek Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Inklusif ... 12


(9)

v

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Pendidikan Inklusif …...……….. 12

2. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif ...………. 15

3. Faktor-faktor Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif .………. 18

B. Hakekat Autisme ... 20

1. Pengertian Autisme ... ……….. 20

2. Klasifikasi Anak Autisme ...………... 23

3. Karakateristik Autisme …...………...……… 24

4. Prevalensi Anak Autisme …...……….. 25

C. Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi anak Autisme ... 26

1. Dukungan Sistem Sekolah Dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ………...… 27

2. Ketersediaan Layanan Khusus dan Adaptasi Lingkungan Fisik …... 29

3. Pembelajaran Dalam Seting Pendidikan Inklusif ……... 34

4. Kolaborasi Sekolah Dengan Stakeholder Dalam Seting Pendidikan Inklusif ... 39

5. Desaian Program Pendidikan Inklusif …...………... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 43

B. Definisi Konsep ... 44

C. Eksplorasi Kondisi Objektif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor .. 46

1. Tempat Penelitian Penelitian …...……….. 46

2. Subjek Penelitian ………. 47

3. Teknik Pengumpulan Data …...……… 47

4. Instrumen Penelitian ...……….. 49


(10)

vi

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Pengujian Kredibilitas Data ... 57

D. Proses Validasi Rumusan Program Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 58

1. Tempat Penelitian ……….... 58

2. Subjek Penelitian ………. 59

3. Instrumen Penelitian ... ……….. 59

4. Teknik Pengumpulan Data ... 59

5. Teknik Analisis Data ………... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………...…… 61

1. Dukungan Sistem Sekolah Dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 61

2. Ketersediaan Layanan Khusus dan Adaptasi Lingkungan Fisik Dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 69

3. Pembelajaran Dalam Seting Pendidikan Inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 73

4. Kolaborasi Sekolah Dengan Stakeholder Dalam Seting Pendidikan Inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 82

5. Program Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 85

B. Pembahasan ………... 90 1. Pembahasan Tentang Dukungan Sistem Sekolah Dalam


(11)

vii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 90

2. Pembahasan Ketersediaan Layanan Khusus dan Adaptasi Lingkungan Fisik Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 93

3. Pembahasan Pembelajaran Dalam Seting Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 99

4. Pembahasan Kolaborasi Sekolah Dengan Stakeholder Dalam Seting Pendidikan Inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 105

5. Pembahasan Desain Program Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ….………...……….……… 109

B. Rekomendasi ………...………. 111

DAFTAR PUSTAKA ……….. 113

LAMPIRAN A. Hasil Wawancara Dengan Direktur, Kepala Sekolah, dan Koordinator ABK ... 116

B. Hasil Wawancara Guru ... 141

C. Hasil Observasi ... 152

D. Hasil Studi Dokumentasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ... 154

E. Hasil Validasi Rancangan Desain Program Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ... 157


(12)

viii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pedoman Wawancara Kepada Direktur, Kepala Sekolah,

Koordinator ABK ... 159

G. Pedoman Wawancara Untuk Guru ... 168

H. Pedoman Observasi Kepada Guru ... 173

I. Pedoman Studi Dokumentasi ... 175

J. SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis …...…… 177

K. Permohonan izin melakukan studi lapangan/ obeservasi ... 179

L. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitan ... 180

M. Contoh Hasil Wawancara Kepala Sekolah ………....…… 181

N. Contoh Hasil Wawancara Kepada Guru ………....…… 187

O. Riwayat Hidup Peneliti ... 191

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kreteria DSM-IV Untuk Anak Autisme ……….. 22

Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajarn Kelas Tradisional dengan Kelas Inklusif ………..… 35


(13)

ix

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Uraian Teknik Pengumpulan Data Penelitian ……… 48 Tabel 3.3 Kisi-kisi wawancara kepada Direktur, Kepala Sekolah .... 51 Tabel 3.4 Kisi-kisi wawancara kepada Guru ………. 55 Tabel 3.5 Kisi-kisi Pedoman Observasi Kepada Guru Tentang

Pembelajaran dalam Seting Pendidikan Inklusif ………… 56


(14)

x

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 2.1 Faktor-faktor Implementasi Inklusif ………. 19 Gambar 2.2 Karakteristik Lingkungan Inklusif dan Pembelajaran


(15)

xi

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Desain Program Pendidikan Inklusif di SDIT Amalia


(16)

xii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Dengan Direktur,Kepala Sekolah, dan

Koordinator ABK ... 116

Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru ... 141

Lampiran 3 Hasil Observasi Pembelajaran di Kelas ... 152

Lampiran 4 Hasil Studi Dokumentasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ... 154

Lampiran 5 Hasil Validasi Rancangan Desain Program Pelaksanaan Pendidikan Inklusif ... 157

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Kepada Direktur, Kepala Sekolah, Koordinator ABK ... 159

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Untuk Guru ... 168

Lampiran 8 Pedoman Observasi Kepada Guru ... 173

Lampiran 9 Pedoman Studi Dokumentasi ... 175

Lamoiran 10 SK Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis ………… 177


(17)

xiii

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitan ... 180 Lampiran 13 Contoh Hasil Wawancara Kepala Sekolah ………..……. 181 Lampiran 14 Contoh Hasil Wawancara Guru ………. 187 Lampiran 15 Riwayat Hidup Peneliti ... 191


(18)

1

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pengembangan dan peningkatan Pendidikan Kebutuhan Khusus beberapa waktu ini telah banyak disosialisasikan paradigma inklusif dalam memberikan layanan pendidikan bagi Anak-anak berkebutuhan khusus. Paradigma inklusif ini didasarkan pada beberapa dokumen internasional seperti Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia tahun 1948, Konvensi Hak anak (1989), Deklarasi tentang Pendidikan Untuk Semua (Education For All/EFA) dalam konferensi dunia di Jomtien Thailand tahun 1990 dan Salamca Statemen and Framework for Action on Special Needs Education tahun 1994.

Di Indonesia kebijakan nasional yang menjadi landasan yuridis pendidikan inklusif diantaranya : Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen) pasal 31 ayat (1) dan (2) yang berbunyi “(1) setiap warga negera berhak mendapat pengajaran, (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayayinya. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Kemudian Undang-Undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Pasal 51 yang berbunyi “anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”. Selain itu pendidikan inklusif tertuang juga dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa, Pasal 1 menyebutkan bahwa:


(19)

2

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pendidikan inklusif, mendidik anak berkebutuhan khusus bersama– sama anak lainnya (reguler) untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak reguler dan anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak reguler untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat (Depdiknas, 2007).

Inklusif adalah perubahan praktis yang bisa dilakukan sehingga peserta didik dengan berbagai latar belakang dan kemampuan bisa sukses. Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang memberi kesempatan bagi semua peserta didik tanpa terkecuali termasuk anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti pembelajaran pada satuan pendidikan umum melalui proses pembelajaran yang ramah disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan peserta didik sehingga mereka dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin agar mampu menyesuaikan dan menghadapi tantangan kehidupan kini dan masa depan yang selalu berubah. Pendidikan inklusif dipandang sebagai upaya memberdayakan individu yang memiliki keragaman, dimana anak tidak lagi dibedakan berdasarkan karakteristik tertentu dan tidak ada diskriminasi antara anak yang satu dengan yang lainnya. Semua anak berada dalam satu sistem pendidikan yang sama (Alimin, 2010).

Perubahan paradigma tersebut menunjukkan adanya pengakuan dan penghargaan akan adanya keberagaman dan perbedaan setiap individu


(20)

3

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termasuk anak berkebutuhan khusus. Pengakuan keberagaman dan perbedaan setiap individu berimplikasi terhadap perubahan model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, dari special education (pendidikan khusus) bergeser ke special needs education (pendidikan kebutuhan khusus).

Model layanan special education (pendidikan khusus) bermakna layanan pendidikan pada anak penyandang cacat didasarkan pada label kecacatan secara segregasi (sekolah khusus/SLB) dan layanan pendidikan integrasi (medical model), sedangkan konsep pendidikan kebutuhan khusus (special needs education) melihat kebutuhan anak dari spektrum yang sangat luas, yaitu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang bersifat khusus dan memamdang anak termasuk anak penyandang cacat sebagai individu yang khas dan utuh, keragaman dan perbedaan individu sangat dihormati. Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan kebutuhan khusus adalah social model (Alimin, 2010). Dengan demikian Pendidikan inklusif berarti memandang eksistensi anak agar tumbuh dan berkembang secara alami dan optimal sesuai dengan potensi masing-masing anak. Pendidikan inklusif dipandang sebagai upaya memberdayakan individu yang memiliki keragaman, dimana anak tidak lagi dibedakan berdasarkan karakteristik tertentu dan tidak ada diskriminasi antara anak yang satu dengan yang lainnya. Semua anak berada dalam satu sistem pendidikan yang sama (Alimin, 2010).

Agar dalam pelaksanaan pendidikan inklusif dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka seluruh komponen yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan inklusif perlu memiliki kesamaan visi dan misi maupun acuan strategi pola pelayanan. Skjorten dalam Tarsidi (2003:50) mengemukakan proses menuju inklusi itu panjang dan, antara lain membutuhkan :

 Perubahan hati dan sikap

 Reorintasi yang berkaitan dengan asesmen, metode pengajaran dan manajemen kelas termasuk penyesuaian lingkungan.


(21)

4

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Redefinisi peran guru dan realokasi sumber daya manusia

 Redefinisi peran SLB yang ada, misalnya dapatkah sekolah-sekolah ini secara bertahaf mulai mulai berfungsi sebagai pusat sumber yang ektensif.  Penyediaan bantuan profesional bagi para guru dalam bentuk pelatihan

dalam jabatan dan penataran guru, Kepala Sekolah dan guru kelas, sehingga mereka juga akan dapat memberikan kontribusi terhadap proses menuju inklusi dan bersikap fleksibel jika diperlukan.

 Pembentukan, peningkatan, dan pengembangan kemitraan antara guru, dan orang tua, demi saling reorientasi dan melakukan peningkatan serta pertukaran pengalaman, bantuan dan nasihat.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, ini menunjukan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan inklusif perlu adanya kerjasama dengan barbagai pihak baik orang tua, guru, maupun pengambil kebijakan sehingga inklusi dapat terinternalisasi dalam diri individu yang akan mengembangkannya. Banyak faktor yang menjadi penentu keberhasilan pendidikan inklusif, menurut the Council for Exceptional Children (Tarsidi, 2007) sejumlah penelitian menunjukkan bahwa :

Inklusi siswa penyandang cacat (dari bermacam-macam kategori kecacatan dengan berbagai tingkat keparahannya) ke dalam kelas reguler berhasil dengan baik bila didukung oleh faktor-faktor berikut ini:

a. Sikap dan keyakinan yang positif:

- Guru reguler yakin bahwa siswa penyandang cacat akan berhasil. - Kepala sekolah merasa bertanggung jawab atas hasil belajar siswa

penyandang cacat.

- Seluruh staf dan siswa sekolah yang bersangkutan telah dipersiapkan untuk menerima kehadiran siswa penyandang cacat. - Orang tua anak penyandang cacat terinformasi dan mendukung

tercapainya tujuan program.

- Guru pembimbing khusus memiliki komitmen untuk berkolaborasi di dalam kelas reguler.

b. Tersedia layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik dan peralatan: Tersedia layanan khusus yang dibutuhkan oleh siswa penyandang cacat (misalnya layanan orientasi bagi siswa tunanetra, terapi fisik bagi siswa


(22)

5

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tunadaksa, terapi ujaran bagi siswa tunarungu), yang dikoordinasikan oleh guru pembimbing khusus.

Adaptasi/modifikasi lingkungan fisik dan peralatan sekolah agar dapat memenuhi kebutuhan semua siswa (termasuk barang-barang mainan, fasilitas bangunan dan lahan bermain, bahan pelajaran dalam format yang aksesibel, peralatan asistif).

c. Dukungan sistem:

- Kepala sekolah memahami kebutuhan khusus siswa penyandang cacat.

- Tersedia personel dengan jumlah yang cukup, termasuk tenaga guru pembimbing khusus dan guru bantu (teacher’s aid).

- Ada upaya pengembangan staf dan pemberian bantuan teknis yang didasarkan pada kebutuhan personel sekolah (misalnya pemberian informasi yang tepat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kecacatan, metode pengajaran, kegiatan kampanye kesadaran dan penerimaan bagi para siswa, dan latihan keterampilan kerja tim). - Terdapat kebijakan dan prosedur yang tepat untuk memonitor

kemajuan setiap siswa penyandang cacat, termasuk untuk asesmen dan evaluasi.

d. Kolaborasi:

- Guru pembimbing khusus menyiapkan program pengajaran individualisasi (individualized educational program) bagi siswa penyandang cacat, dan merupakan bagian dari tim pengajar di kelas regular. Pendekatan tim dipergunakan untuk pemecahan masalah dan implementasi program.

- Guru reguler, guru pembimbing khusus dan spesialis lainnya berkolaborasi (misalnya dalam co-teaching, team teaching, teacher assistance teams).

e. Metode pengajaran:

- Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memilih dan mengadaptasikan materi pelajaran dan metode pengajaran menurut kebutuhan khusus setiap siswa.

- Dipergunakan berbagai strategi pengelolaan kelas (misalnya team teaching, cross-grade grouping, peer tutoring, teacher assistance teams).

- Guru menciptakan lingkungan belajar kooperatif dan mempromosikan sosialisasi bagi semua siswanya.

f. Dukungan masyarakat:

- Masyarakat lingkungan anak menyadari bahwa anak penyandang cacat merupakan bagian integral dari masyarakat tersebut.

- Terdapat organisasi penyandang cacat yang aktif melakukan advokasi dan kampanye kesadaran masyarakat, dan berfungsi sebagai wahana untuk mempertemukan anak dengan orang dewasa


(23)

6

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penyandang cacat sebagai model guna memperkuat motivasi belajarnya.

Realita di lapangan layanan pendidikan inklusif di sekolah-sekolah masih belum menunjukkan harapan sesuai dengan tujuan pendidikan inklusif. Layanan pendidikan untuk ABK di sekolah inklusif masih belum optimal baik dari segi metode, kurikulum, pemahaman tentang ABK, sarana prasarana maupun dukungan stakeholder.

Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan inklusif dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian, seperti hasil penelitian Juang Sunanto, dkk (2009). Dalam penelitiannya berjudul “Profil Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Kota Bandung” menunjukkan bahwa indeks inklusi (index for inclusion) perolehan yang dibandingkan dengan indeks inklusi ideal yang dikembangkan oleh Centre for Studies on Inclusive Education, Sekolah Dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Bandung menunjukkan derajat inklusivitas yang masih belum optimal. Ini artinya gambaran proses pembelajaran di kelas masih belum optimal ditinjau dari jumlah guru yang mengajar dan pengalaman guru mengikuti pelatihan. Selanjutnya, Irwanto Paerunan (2011) dalam tesisnya berjudul “ Implementasi Pendidikan Inklusif di sekolah Dasar X, Y, Dan Z Kota Jayapura”, memberikan saran untuk peneliti selanjutnya bahwa dalam penyelenggaraan Pendidikan Inklusif perlu dipertimbangkan hal-hal seperti; faktor pendukung pendidikan inklusif dan faktor penghambat pendidikan inklusif. Kemudian, Umi Saeful Ummah (2011) dalam tesisnya berjudul “Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif”, merekomendasikan sekolah perlu memberikan layanan pendukung di Sekolah selain pembelajaran akademik. Deden Saeful Hidayat (2005) dalam tesisnya berjudul “Pengelolaan Kelas Inklusif di Sekolah Dasar Reguler” memberikan rekomendasi perlunya ada penelitian lanjutan


(24)

7

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengenai perumusan mengenai pemahaman dan perumusan strategi pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus.

Pelaksanaan pendidikan inklusif akan bermakna bila sistem penyelenggaran pendidikan inklusif mampu mengembangkan proses pembelajaran dan pengajaran sesuai dengan perbedaan kebutuhan individu serta mampu mengembangkan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan keberagaman dan kebutuhan-kebutuhan siswa termasuk bila di dalam kelas tersebut terdapat anak autisme. Dari beberapa sekolah yang ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif yang ada di Kabupaten Bogor Anak autisme dan anak berkesulitan belajar merupakan Anak berkebutuhan khusus yang lebih banyak dijumpai di sekolah. Ini menunjukkan bahwa sekolah reguler relatif lebih siap menangani anak autisme dan anak berkesulitan belajar dibandingkan dengan anak berkebutuhan khusus lainnya. Namun demikian pelaksanaan pendidikan inklusif perkembangannya belum memuaskan baik dukungan sistem, kurikulum , ketersediaaan layanan khusus dan lingkungan fisik serta kolaborasi pelaksanaan pendidikan inklusif tentunya bagi anak autisme pun demikian.

Merupakan suatu realitas bahwa terdapat peserta didik yang mengalami hambatan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran diantaranya adalah anak yang termasuk autisme. Mereka lahir dengan berbagai persolan yang melingkupinya. Anak autisme sama halnya dengan anak pada umumnya, mereka membutuhkan bimbingan dan dukungan orang tua dan lingkungannya supaya tumbuh dan berkembang mencapai kemandirian.

Kondisi autisme merupakan suatu hambatan yang bermanisfestasi pada gangguan konsentrasi, komunikasi, interaksi sosial dan ganggunan terhadap stabilitas sampai kehilangan interes. Setiap individu autisme adalah unik, dengan gejala dalam kualitas dan kuantitas yang berbeda. Secara umum terdapat kesamaan diantara individu autistik, tetapi keunikan masing-masing


(25)

8

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih menonjol. Keunikan –keunikan dalam diri individu autistik bukan hanya karakteristik dirinya, melainkan juga potensi-potensi yang dimikinya. Potensi tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan pembelajaran.

Penanganan autisme membutuhkan peranan dan partisipasi aktif dari berbagai pihak seperti kepala sekolah, guru, orang tua dan ahli. Oleh kerenanya perlu dibangun suatu sistem yang baik dalam penangan anak autis di sekolah reguler. Anak autistme perlu diajarkan bermain secara benar, berinteraksi dengan teman-temannya, dan mengungkapkan emosi-emosinya. Mereka perlu juga dipenuhi akan kasih sayang, perhatian, penerimaan, bimbingan dan penghargaan dari orang lain. Bila anak autisme merasa bahwa lingkungan memahami dan menerima keterbatasan yang mereka miliki, maka mereka akan lebih tertarik untuk untuk berinteraksi. Sebaliknya bila mereka merasa lingkungan tidak menghargai keunikannya, maka mereka akan merasa tertekan dan menutup diri.

Apabila kerjasama dengan berbagai pihak terkait dilakukan dengan baik, maka akan berdampak positif pada kemajuan dan perkembangan anak autisme dalam mencapai kemandirian, begitu pun untuk anak autisme di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) yang ada di Kabupaten Bogor. Dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji tentang “pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.”

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka fokus penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

Merujuk kepada fokus masalah di atas, maka pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana dukungan sistem sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor?


(26)

9

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor?

4. Bagaimana kolaborasi yang dibangun sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor? 5. Bagaimana desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak

autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Dengan mendasarkan pada permasalahan-permasalahan penelitian yang ada, maka secara umum tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan gambaran bagaimana dukungan sistem sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

2. Mendapatkan gambaran bagaimana ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

3. Mendapatkan gambaran bagaimana pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.


(27)

10

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mendapatkan gambaran bagaimana kolaborasi yang dibangun sekolah dalam pelaksanaan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

5. Membuat desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian dalam pengembangan keilmuan pendidikan secara umum dan lebih khusus pendidikan inklusif.

b. Manfaat praktis

Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Dengan terungkapnya hasil penelitian tentang kajian pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme, maka hasil penelitian dapat dipergunakan sekolah sebagai bahan kajian meningkatkan kualitas layanan pendidikan inklusif dalam hal kegiatan pendidikan pelatihan yang dibutuhkan, pengembangan program layanan khusus, program pembelajaran yang adaptif untuk anak berkebutuhan khusus, kolaborasi dengan stakeholder dan desain progam program pendidikan inklusif di sekolah.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriptif


(28)

11

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menurut Silalahi (2006:26) dengan mengutif dari Mely G Tan bertujuan menggambarkan secara tepat, sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, mengutamakan proses bagaimana data tersebut dapat diperoleh sehinggga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakan dalam penelitian.

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemuan di lapangan dan untuk kemudian dapat dikonstruksi menjadi hipotesis atau teori (Sugiyono, 2007:3).

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SDIT Amalia yang beralamat di Jl. KH. Syamsuri, Kp. Kandang No.14 RT. 02/06 Desa Pakan Sari Cibinong Kabupaten Bogor. Yang menjadi pertimbangan adalah 1) SDIT Amalia ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif oleh Dinas pendidikan Kabupaten Bogor, 2) di SDIT Amalia terdapat anak autisme.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Direktur, Kepala Sekolah dan guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Amalia Kabupaten Bogor.


(29)

12

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(30)

43

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yang bersifat deskriftif menurut Silalahi (2006:26) dengan mengutif dari Mely G Tan bertujuan menggambarkan secara tepat, sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan, mengutamakan proses bagaimana data tersebut dapat diperoleh sehinggga data tersebut menjadi akurat dan layak digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemuan di lapangan dan untuk kemudian dapat dikonstruksi menjadi hipotesis atau teori (Sugiyono, 2007:3).

Pada tahap pendahuluan penelitian ini berusaha untuk memahami keadaan lapangan serta untuk memperoleh fakta (fact finding) tentang pelaksanaan pendidikan inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor. Pada tahap pendahuluan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang berusaha untuk mengeksplorasi dan atau memotret pelaksanaan pendidikan inklusif dan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif. Peneliti juga memperkenalkan dan mengkaji konsep-konsep pelaksanaan pendidikan inklusif yang telah peneliti susun berdasarkan teori, yaitu konsep tentang dukungan sistem, ketersediaan layanan


(31)

44

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, kolaborasi dan desain pelaksanaan pendidikan inklusif.

Pada tahap Eksplorasi, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif berusaha untuk memotret dan mengeksplorasi pelaksanaan pendidikan inklusif dan permasalahan yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif berdasarkan instrumen Penelitian yang lebih lengkap tentang dukungan sistem, Ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran, kolaborasi dan program pelaksanaan pendidikan inklusif. Subjek penelitian juga dilakukan lebih lengkap selain dengan Direktur, kepala sekolah, guru juga anak autisme.

Pada tahap Validasi, diawali dengan merumuskan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme yang dianalisis berdasarkan kepada fakta-fakta yang diperoleh di lapangan dipadukan dengan kajian literatur. Setelah diperoleh draf desain program tersebut kemudian dilakukan validasi oleh Direkur, Kepala Sekolah dan guru terhadap setiap item yang dibuat. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan untuk menganalisis hasil validasi dari draf tersebut sehingga diharapkan dapat menghasilkan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

B. Definisi Konsep

Konsep merupakan Istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Konsep apa yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini mengambil judul: “kajian pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor”. Dari judul terebut


(32)

45

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti menetapkan konsep yang perlu dipelajari adalah kajian pelaksanaan pendidikan inklusif. Menurut peneliti yang dimaksud konsep kajian pelaksanaan pendidikan inklusif adalah proses mengkaji pelaksanaan suatu sistem pendidikan yang memberi kesempatan kepada semua anak tanpa memandang kelainan atau hambatan yang mungkin ada pada diri anak untuk secara bersama-sama mengikuti pembelajaran dalan satu lingkungan pendidikan.

Mengkaji bagaimana pelaksanaan pendidikan inklusif dapat dilihat dari beberapa faktor pendukung baik yang terkait dengan sikap, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan sarana prasarana, kebijakan, kurikulum maupun hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian inklusif. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut :

1. Dukungan sistem sekolah

Dukungan sistem sekolah berarti dukungan unsur- unsur yang ada di sekolah untuk mengkondisikan dan mempersiapkan anak autisme mengikuti pembelajaran dengan anak reguler.

2. Ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik

Ketersediaan layanan khusus dimaknai sebagai ketersediaan program atau kegiatan-kegiatan khusus dalam pelayanan pendidikan bagi anak autisme. Adaptasi secara sederhana diartikan penyesuaian. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat hidup, yang akan mempengaruhi pada individu tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Adaptasi lingkungan fisik sekolah berarti penyesuaian semua keadan di sekolah tempat anak belajar yang berpengaruh pada anak tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Adaptasi ini dimaksudkan bagi anak autisme.


(33)

46

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif. Yang dimaksud Pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang diadaptasikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya anak autisme, mulai dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau program pembelajaran individual (PPI), penilaian pembelajaran dan pengaturan atmosfir kelas.

4. Kolaborasi yang dibangun sekolah

Kolaborasi berarti (perbuatan) kerja sama. Kolaborasi yang dibangun sekolah berarti kerjasama yang dibangun sekolah baik di dalam sekolah maupun kolaborasi dengan luar sekolah. Di dalam sekolah seperti kolaborasi guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah, atau kolaborasi antar unit di sekolah. Dengan luar sekolah seperti sekolah tersebut dengan sekolah lain, sekolah dengan dinas atau sekolah dengan lembaga lain. 5. Desain pelaksanaan pendidikan inklusif

Desain pelaksanaan pendidikan inklusif dalam penelitian ini adalah berupa rancangan program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi secara ilustratif. Desain program pelaksanaan pendidikan inklusif ini bukan dalam konteks kelas tetapi dalam konteks sekolah mulai dari penerimaan siswa baru, proses layanan pendidikan sampai evaluasi dan monitoring.

C. Eksplorasi Kondisi Objektif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor

Pada tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk melihat kondisi objektif pelaksanaan pendidikan inklusif dan permasalahan yang dihadapi sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif tentang dukungan sistem sekolah, Ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, kolaborasi dan program pelaksanaan pendidikan inklusif.


(34)

47

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitian ini adalah Sekolah Dasar swasta yang ada di Kabupaten Bogor yaitu : Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Amalia. Pertimbangan yang diambil bahwa: 1) di Sekolah Dasar tersebut terdapat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Autis, 2) Sekolah Dasar tersebut telah merencanakan untuk menerima ABK di setiap penerimaan siswa baru, 3) Sekolah Dasar tersebut telah diajukan untuk ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif atas prakarsa sendiri.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Direktur, Kepala Sekolah dan guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Amalia Kabupaten Bogor. Adapun gambaran subjek penelitian yang dijadikan informan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Nama Sekolah L/P Jabatan di Sekolah

1 Gn SDIT Amalia L Direktur

2 NH SDIT Amalia P Kepala Sekolah

3 SF SDIT Amalia P Koordinator ABK

4 SDj SDIT Amalia P Guru

5 LS SDIT Amalia P Guru

6 Hd SDIT Amalia L Guru

7 HP SDIT Amalia P Guru


(35)

48

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data ini digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi, sehingga diperoleh informasi-informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2007:74). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada direktur, kepala sekolah dan guru.

Observasi atau pengamatan adalah upaya mendapatkan data penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan. Marshall dalam Sugiyono (2007:64) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah pedoman observasi dan catatan lapangan. Dalam penelitian ini Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung seperti apa pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi data-data dan informasi dokumen administratif dari wawancara dan observasi. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,2007:82).

Adapun uraian dari teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Uraian Teknik Pengumpulanm Data Penelitian


(36)

49

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Dukungan sistem sekolah pendidikan inklusif anak Autisme

Wawancara Dokumentasi

Pedoman Wawancara Pedoman Dokumentasi 2 Ketersediaan layanan

khusus dan adaptasi lingkungan fisik

Wawancara dokumentasi

Pedoman Wawancara Pedoman Dokumentasi 3 Pembelajaran dalam seting

pendidikan inklusif Wawancara Observasi Dokumentasi Pedoman Wawancara Pedoman Observasi Pedoman Dokumentasi 4 Kolaborasi yang dibangun

Sekolah

Wawancara dokumentasi

Pedoman Wawancara Pedoman Dokumentasi

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono,2007:59-60). Selanjutnya Nasution (1988) dalam Sugiyono, 2007:60) menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti, masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Karena instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus mempunyai kesiapan ketika melakukan


(37)

50

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian, mulai dari tahap persiapan sebelum ke lokasi penelitian dan segala sesuatu yang dibutuhkan ketika kegiatan penelitian. Sebagai pedoman dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah :

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini disusun sebelum melakukan wawancara. Pedoman wawancara merupakan acuan yang digunakan ketika melakukan wawancara yang berisi pokok-pokok masalah yang menjadi bahan pembicaraan dan menetapkan pihak-pihak yang akan diwawancarai.

Pedoman wawancara disusun setelah terlebih dahulu dibuatkan kisi-kisi wawancara kepada Direktur / kepala sekolah (lihat tabel 3.3) dan guru (lihat tabel 3.4) yang menyangkut aspek dukungan sistem sekolah, ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, Pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, kolabarosi yang dibangun sekolah dan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif.

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan sebagai acuan dalam melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap kasus, sehingga akan diperoleh aspek-aspek yang diteliti secara langsung berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan. Kisi-kisi pedoman observasi ini dibuat untuk guru dengan fokus observasi tentang pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif (lihat tabel 3.5)

c. Pedoman Studi Dokumentasi

Pedoman observasi digunakan ketika melakukan studi dokumentasi berisi data dokumen yang diperlukan kaitannya dengan pertanyaan penelitian. Dukumen-dokumen tersebut diantaranya ; data siswa berkebutuhan khusus, data pendidik tenaga kependidikan, data


(38)

51

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sarana dan prasarana yang diadaptasikan untuk ABK, Perencanaan pengajaran, jadwal atau agenda rapat terkait keberadaan ABK, poto-poto dan dokumen lain yang berhubungan dengan kerjasama sekolah terkait keberadaan ABK.

Landasan penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian adalah the Council for Exceptional Children (Tarsidi, 2007) diuraikan sebagai berikut:


(39)

52

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA DIREKTUR/ KEPALA SEKOLAH

No Aspek Ruang Lingkup Indikator Instrumen Pertanyaan

1 Dukungan Sistem Sekolah

Penerimaan ABK dan Pemahaman tentang kebutuhan

khusus Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK)

Mendeskripsikan tentang penerimaan dan pemahaman ABK di SDIT Amalia

a. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang Pendidikan Inklusif ? b. Bagiamanakah mekanisme penerimaan peserta didik

berkebutuhan khusus?

c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi bahan pertimbangan penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus?

Staf sekolah (SDM) dan

pengembangannya

Mendeskripsikan tentang staf sekolah

(SDM) dan

pengembangannya

d. Bagaimana kesiapan personel sekolah (guru, TU, tenaga Ahli atau lainnya) terkait penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?

e. Upaya-upaya apa yang diperlukan dan sudah dilakukan sekolah dalam pengembangan personel terkait dengan adanya


(40)

53

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABK di Sekolah? Kebijakan sekolah

dan prosedur memonitor kemajuan ABK

Mendeskripsikan tentang kebijakan sekolah dan prosedur memonitor kemajuan ABK

f. Bagaimana kebijakan sekolah dan prosedur untuk memonitor kemajuan belajar ABK khususnya anak Autisme?

g. Bagaimanakah konsep asesmen diterapkan di sekolah Bapak/Ibu?

h. Bagaimanakah kerjasama di dalam maupun di luar Sekolah Bapak/Ibu terkait dengan adanya ABK khususnya anak Autisme di sekolah Bapak/Ibu ?

2 Ketersediaan layanan khusus dan Adaptasi lingkungan fisik

Program Khusus anak autisme

Mendeskripsikan tentang program khusus anak autisme

i. Menurut Bapak/Ibu hal –hal khusus apa yang diperlukan ABK khususnya anak autisme dalam layanan pendidikannya? j. Bagaimanakah layanan khusus tersebut diberikan di sekolah

Bapak/Ibu?

k. Bagaimanakah sistem penilaian layanan khusus yang diberikan di sekolah Bapak/Ibu ?


(41)

54

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adaptasi lingkungan fisik

Mendeskrifsikan tentang Adaptasi lingkungan fisik

l. Bagaimanakah pengaturan lingkungan fisik sekolah untuk menunjang pelaksanaan pendidikan inklusif bagi ABK khususnya anak autisme?

m. Bagaimanakah kendala dan solusinya dalam mengadaptasikan lingkungan fisik dan peralatan sekolah kepada ABK terutama anak autisme?

3 Kolaborasi Kolaborasi di dalam sekolah

Mendeskrifsikan tentang kolaborasi di dalam sekolah

n. Bagaimanakah bentuk kolaborasi antara guru atau staf sekolah dibangun di sekolah Bapak/Ibu dalam penangan ABK khususnya anak autisme?

o. Apakah ada Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam penanganan ABK khususnya anak autisme? Bagaimana bentuk kolaborasi GPK dengan yang lainnya?


(42)

55

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

luar sekolah tentang kolaborasi dengan luar sekolah

kolaborasi di sekolah dan dengan luar sekolah ? bagaimana solusinya?

4 Desain program pelaksanaan pendidikan inklusif

Perencanaan

program pendidikan inklusif

Mendeskripsikan program pendidikan inklusif dari aspek perencanaan

q. Bagaimanakah proses perencanaan yang dilakukan sekolah Bapak/Ibu terkait dengan pelaksanaan pendidikan inklusif?

Pelaksanaan

program pendidikan inklusif

Mendeskripsikan program pendidikan inklusif dari aspek pelaksanaan

r. Bagaimana pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah Bapak/Ibu dari sejak menerima ABK sampai sekarang?

Evaluasi program pendidikan inklusif

Mendeskripsikan program pendidikan inklusif dari aspek

s. Bagaimana evaluasi yang dilakukan sekolah Bapak/Ibu terkait dengan pelaksanaan pendidikan inklusif?


(43)

56

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

evaluasi program

Tabel 3.4

KISI-KISI WAWANCARA KEPADA GURU

No Aspek Ruang Lingkup Indikator Instrumen Pertanyaan

1 Pembelajaran dalam seting pendidikan

Pengelolaan kelas

Mendeskripsikan

tentang target keberhasilan

1. Bagaimanakah Bapak/Ibu menentukan target keberhasilan pengajaran untuk ABK khususnya anak autisme ?


(44)

57

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inklusif pengajaran, pengeloaan

kelas dan media sumber

dalam konteks

keberagaman

khususnya anak autis?

3. Bagaimanakah pengelolaan kelas Bapak/Ibu dalam hal media dan buku sumber untuk ABK khususnya anak autisme?

Strategi atau pendekatan yang digunakan

Mendeskripsikan

tentang metode atau strategi dalam pengajaran dalam konteks keberagaman

4. Bagaimanakah metode atau strategi yang digunakan dalam pengajaran Bapak/Ibu terkait dengan keberadaan ABK khusunya autisme bersama-sama anak reguler ?

Atmosfir kelas Mendeskripsikan

tentang penciptaan atmosfir kelas dalam konteks keberagaman

5. Bagiamana Bapak/Ibu menciptakan atmosfir kelas yang ramah dalam konteks keberagaman peserta didik yang didalamnya ada ABK khususnya anak autisme?


(45)

56

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.5

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI KEPADA GURU TENTANG PEMBELAJARAN DALAM SETING

PENDIDIKAN INKLUSIF

NO Ruang lingkup Fokus Observasi

1 Pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif

Penggunaan metode pengajaran yang di dalamnya ada anak autisme

evaluasi ketuntasan belajar anak autisme

Pengelolaan lingkungan kelas (fisik dan sosial) yang didalamnya ada autisme

Strategi dan pendekatan pembelajaran atmosfir kelas

5. Teknik Analisis Data

Teknik analis data, yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari lapangan yang dikumpulkan melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi untuk kemudian data tersebut dikembangkan dan dievaluasi. Menurut Sugiyono (2007:88) yang dikutif dari Bogdan menyatakan bahwa “ data analysis is the proscess of sytematically searching and arranging the interview trancrifs, fieldnotes, and other material that you acumulate to increase your own understanding of them and to the enable you to present what you have discovered to others.” Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasi wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.


(46)

57

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model Miles and Hubermen (Sugiyono, 2007:91-92). Analisis model ini dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification.

Tahap pertama dalam menganalisis data di lapangan yaitu dengan mereduksi data. Menurut Sugiyono (2007 : 92) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Hasil jawaban dari wawancara yang diperoleh dilapangan cukup banyak. Jawaban tersebut direkam didalam sebuah rekaman. Proses untuk mereduksi data yang dilakukan oleh peneliti adalah memutar ulang rekaman tersebut berkali-berkali, kemudian peneliti menuliskan kembali apa yang diingat dari hasil rekaman tersebut kedalam sebuah data display berbentuk matriks dan teks naratif.

Menurut Sugiyono (2007: 95) dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2007 : 95) menyarankan dalam melakukan display data, selain dengan teks naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

Setelah data di sajikan dalam bentuk matriks, kemudian peneliti akan membaca kembali berulang-ulang data display tersebut untuk mencari apakah data yang diperoleh tentang dukungan sistem, ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, dan kolaborasi pelaksanaan pendidikan inklusif dapat mendukung dalam penyusunan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif untuk anak autisme. Setelah itu baru dapat ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan itulah yang dianggap sebagai hasil penelitian.


(47)

58

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji kredibilitas data diperlukan agar data yang diperoleh bersifat ajeg dan dapat dipertanggungjawabkan. Uji kredibilitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu, dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono,2007:125).

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi sumber data dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber, dan triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (wawancara, observasi, dan studi dokumentasi).

D. Proses Validasi Rumusan Program Pelaksanaan Pendidikan Inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor

Setelah mendapatkan hasil dari penelitian pendahuluan yaitu eksplorasi kondisi objektif pelaksanaan pendidikan inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor tentang dukungan sistem, ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, kolaborasi dan program yang sudah berjalan dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, selanjutnya peneliti menggabungkan hasil eksplorasi kondisi objektif tersebut dan pendapat yang terdapat dalam literatur menjadi sebuah draf desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor. Proses selanjutnya adalah proses validasi terhadap draf desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.


(48)

59

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tempat penelitian ini adalah Sekolah Dasar swasta yang ada di Kabupaten Bogor yaitu : Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Amalia. Pertimbangan yang diambil bahwa: 1) di Sekolah Dasar tersebut terdapat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Autis, 2) Sekolah Dasar tersebut telah merencanakan untuk menerima ABK di setiap penerimaan siswa baru, 3) Sekolah Dasar tersebut telah diajukan untuk ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif atas prakarsa sendiri.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Direktur, Kepala Sekolah dan guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu ( SDIT ) Amalia Kabupaten Bogor.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada tahap ini yaitu draf desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor.

4. Teknik Pengumpulan data

Draft desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di Sekolah Dasar tersebut kemudian divalidasi oleh pihak sekolah, yaitu direktur, kepala sekolah dan guru dengan memberikan penilaian ”setuju” ataupun ”tidak setuju” terhadap item-item yang terdapat didalam draft tersebut beserta dengan alasannya. Lembar validasi dijadikan instrumen penelitian pada proses validasi ini. Hasil validasi tersebut kemudian kembali diolah sehingga pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme.


(49)

60

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil dari validasi tersebut kemudian diolah secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase. Dari setiap item akan dibuat persentase yang menyetujui dan tidak terhadap item tersebut. Perlu mendapat perhatian jika terdapat item yang tidak disetujui oleh mayoritas subjek penelitian, sehingga perlu kiranya direvisi. Bahan untuk revisi didapatkan dari narasi-narasi tertulis yang diberikan subjek penelitian disetiap item yang dikomentari. Hasil komentar tersebut kemudian akan dianalisis, tahap pertama dalam menganalisis komentar tersebut yaitu dengan mereduksi data. Menurut Sugiyono (2007: 92) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Setelah itu, kemudian masuk ke tahapan kedua yaitu display data. Menurut Sugiyono (2007 : 95) dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2007 : 95) menyarankan dalam melakukan display data, selain dengan teks naratif juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

Setelah data di sajikan dalam bentuk matriks, kemudian peneliti akan membaca kembali berulang-ulang data display tersebut untuk mencari apakah data yang diperoleh tentang dukungan sistem, ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik, pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif, dan kolaborasi pelaksanaan pendidikan inklusif dapat mendukung dalam penyusunan desain program pelaksanaan pendidikan inklusif untuk anak autisme. Setelah itu baru dapat ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan itulah yang dianggap sebagai hasil penelitian.


(50)

61

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(51)

109

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang diformulasikan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab IV tentang kajian pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor. Kesimpulan di bawah ini sesuai dengan urutan butir pertanyaan pada bab sebelumnya:

1. Dukungan sistem sekolah dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor sudah berjalan. Kepala sekolah dan guru juga orang tua sudah memahami dan menyadari pentingnya pendidikan inklusif yang sudah dicanangkan pemerintah. Personel sekolah lengkap, yaitu Direktur (1 orang), kepala sekolah (1 orang), guru (30 orang), Tata Usaha (2 orang), penjaga sekolah (1 orang) dan tenaga kebersihan (5 orang). Jumlah guru cukup memadai karena di kelas masing-masing ada 18 sampai 22 siswa sudah termasuk ABK maksimal 2 orang. Meskipun belum mempunyai tenaga guru pembimbing khusus, namun sekolah mempunyai koordinator ABK. Dalam hal memonitor kemajuan siswa, sekolah mengambil kebijakan untuk ABK tidak mengutamakan aspek akademik terlebih dahulu, namun diutamakan pada aspek kematangan pribadi dan sosial. Dalam evaluasi sekolah membolehkan guru menyesuaikan dengan kemampaun anak dan bisa dilakukan secara individual. Sekolah juga menyadari dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah masih banyak yang harus dibenahi diantaranya pengembangan staf pengajar. Pengembangan staf pengajar tersebut terkait dengan masalah pembelajaran dalam perencanaan dan penilaian hasil belajar Anak berkebutuhan khusus (ABK), dan yang penting lagi adalah masalah asesmen.


(52)

110

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor belum ada. Hal ini karena pihak sekolah belum memahami layanan khusus untuk ABK (Autisme). Meskipun demikian sekolah berupaya untuk menghilangkan atau mengatasi permasalahan ABK diantaranya dengan adanya penambahan waktu dalam tugas atau jika ada penilaian, juga memperhatikan kebutuhan utama ABK di sekolah dengan memberikan pendidikian pada masalah kematangan pribadi dan sosial ABK.

3. Pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor pada dasarnya sudah menyentuh masalah kebutuhan belajar ABK, hal ini ditandai dengan atmosfir kelas yang ramah terhadap keberagaman dengan mengutamakan pembenahan ahlak. Selain itu dalam pembelajaran sudah ada kerjasama dengan guru lain dan orang tua dalam menangani ABK. Namun demikian pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif pengelolaannya masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengakomodir gambaran perencaanaan pembelajaran untuk ABK termasuk didalammnya tentang penilaian untuk ABK. RPP dibuat berdasarkan kurikulum tahun 2006 atau KTSP namun tidak ada perencanaan khusus terkait keberadaan ABK dikelas seperti Program Perencanaan Individual (PPI).

4. Kolaborasi sekolah dengan stakeholder dalam seting pendidikan inklusif di SDIT Amalia baik kolaborsi di dalam maupun di luar SDIT Amalia menunjukkan bahwa SDIT Amalia telah melakukan pendekatan tim untuk memecahkan masalah-masalah dan implementasi program sekolah hal ini


(1)

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ketersediaan layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik dalam pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor belum ada. Hal ini karena pihak sekolah belum memahami layanan khusus untuk ABK (Autisme). Meskipun demikian sekolah berupaya untuk menghilangkan atau mengatasi permasalahan ABK diantaranya dengan adanya penambahan waktu dalam tugas atau jika ada penilaian, juga memperhatikan kebutuhan utama ABK di sekolah dengan memberikan pendidikian pada masalah kematangan pribadi dan sosial ABK.

3. Pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor pada dasarnya sudah menyentuh masalah kebutuhan belajar ABK, hal ini ditandai dengan atmosfir kelas yang ramah terhadap keberagaman dengan mengutamakan pembenahan ahlak. Selain itu dalam pembelajaran sudah ada kerjasama dengan guru lain dan orang tua dalam menangani ABK. Namun demikian pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif pengelolaannya masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengakomodir gambaran perencaanaan pembelajaran untuk ABK termasuk didalammnya tentang penilaian untuk ABK. RPP dibuat berdasarkan kurikulum tahun 2006 atau KTSP namun tidak ada perencanaan khusus terkait keberadaan ABK dikelas seperti Program Perencanaan Individual (PPI).

4. Kolaborasi sekolah dengan stakeholder dalam seting pendidikan inklusif di SDIT Amalia baik kolaborsi di dalam maupun di luar SDIT Amalia menunjukkan bahwa SDIT Amalia telah melakukan pendekatan tim untuk memecahkan masalah-masalah dan implementasi program sekolah hal ini


(2)

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bisa dilihat dari adanya rapat koordinasi guru dalam tiap minggunya yaitu setiap hari Kamis. Guru –guru juga dipersilahkan untuk berkonsultasi baik dengan teman sejawat, pimpimpinan sekolah, orang tua, maupun pihak luar seperti psikolag. Namun demikian dalam kolaborasi ini belum ada kegiatan penyusunan program untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) seperti penyusunan program individual (PPI) bagi ABK. Di SDIT Amalia belum ada Guru Pembimbing Khusus (GPK) sehinga selama ini pembelajaran dan segala permasalahan tentang anak ditangani wali kelas dan guru pendamping dari rumah.

5. Terumuskan rancangan program implementasi pendidikan inklusif di SDIT Amalia Kabupaten Bogor yang meliputi: a) penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK), b) data dan informasi mengenai PDBK, c) Desain Program pendidikan Inklusif, d) penyiapan sumber daya manusia; Kepala sekolah, guru, TU, komite dan Rekrutmen guru pembimbing khusus (GPK), e) penyiapan sumber daya fisik yang diadaftasikan untuk ABK, f) Penyiapan daya dukung; pedomaan inplementasi pendidikan inklusif di sekolah, pedoman asesmen dan penilaian, pedoman layanan khusus ABK, pedoman sosialisasi dan kolaborasi sekolah, dukungan sistem sekolah penyusunan kebijakan implementasi pendidikan inklusif di sekolah, g) Indikator hasil pembelajaran, h) pembelajaran seting inklusif: penyusunan RPP yang diadaptasikan untuk ABK, Penyusunan PPI/IEP, h) monitoring dan evaluasi, i) education for all, ramah dan bermutu.

B. Rekomendasi

Rekomendasi kajian pelaksanaan pendidikan inklusif bagi anak autisme di SDIT Amalia Kabupaten Bogor diantaranya adalah :


(3)

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat), seminar atau workshop bagi guru-guru dalam rangka pengembangan staf pengajar. Pengembangan staf pengajar tersebut terkait dengan masalah pembelajaran dalam perencanaan dan penilaian hasil belajar anak berkebutuhan khusus (ABK) dan asesmen.

2. Ada program layanan khusus untuk Anak Berkebutuhan khusus (ABK) untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhan khusus ABK. Selain itu perlu ada lingkungan fisik sekolah yang diadaptasikan untuk ABK yang ada di sekolah.

3. Wujud Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Program Perencanaan Individual (PPI) yang disusun setelah ada pembinaan dan kegiatan pelatihan untuk itu dari pihak terkait seperti psikolog atau dinas pendidikan.

4. Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti dinas pendidikan kabupaten/kota dalam rekrutmen Guru Pembimbing Khusus (GPK) atau inisiatif sekolah dalam pengadaannya. Kemudian berkolaborasi dengan stakeholder seperti psikolog, pengawas sekolah kabupaten/kota, pengawas provinsi, Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam penanganan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

5. Wujud desain program pelaksanaan pendidikan inklusif untuk mengilustrasikan keseluruhan pelaksanaan pendidikan inklusif dari perencanan, pelaksanaan hingga evaluasi. Setelah itu dilakukan uji validasi yang dilakukan oleh tenaga ahli yang berkompeten dalam bidang program pendidikan inklusif.


(4)

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. (2010). Menjangkau Anak-anak Yang Terabaikan Melalui Pendekatan Inklusif Dalam Pendidikan [Online].

Tersedia: http;/zaenalalimin.blogspot.com [23 Maret 2010]

Alimin, Z. (2010). Reorientasi Pendidikan Khusus/PLB (Special Education) ke Pendidikan Khusus (Special Need Education) Usaha mencapai Pendidikan Untuk Semua [Online].

Tersedia: http;/zaenalalimin.blogspot.com [30 April 2010]

Amuda, H. (2011). Buku Informasi PLB Informasi Grand Desain Pendidikan Inklusif. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Amuda, H. (2005). Pedoman Resource Center Untuk Anak Autis. Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Delphie, B. (2009). Pendidikan Anak Autistik. Klaten: Intan Sejati.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa. Jakarta:Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Jakarta:Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Jakarta:Depdiknas.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa. (2004). Buku1: Menjadikan Lingkungan Inklusif, Ramah Terhadap Pembelajaran (LIRP). Jakarta:Braillo Norway E.Darwis, W. (2003). “Teknik Perawatan Gigi Pada Anak dengan Gangguan

Autistik”. Makalah pada Konferensi Nasional Autisme-1, Jakarta.

Hakim, L (2011), Studi Kasus Pembelajaran dalam seting kelas Inklusif di SD X dan SD Y Kota Bandung. Tesis Master, Program Pascasarjana PKKh,UPI, Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ichsan, K (2010). Karakteristik Anak Autis [Online]

Tersedia:http://tunas63.wordpress.com/2010/08/02/karakteristik-anak-autis/ Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif.

Jakarta:Kemendiknas.

Munawar, M.,Wawan, Aziza Alfian, N. (2011). Model Pendidikan Inklusif Untuk Anak Autisme. Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Paerunan, I. (2011). Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar X, Y, Dan Z Kota Jayapura. Tesis Master, Program Pascasarjana PKKh,UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Rahman Munandar, D. (2008). Model Penyesuaian Kurikulum Pendidikan Inklusif di tingkat SD/MI. Bandung: Dinas Pendidikan Jawa Barat.

Saeful Hidayat, D. (2005). Pengelolaan kelas inklusif di sekolah dasar reguler (Studi kasus terhadap kegiatan pengelolaan kelas inklusif di sekolah reguler dengan anak berkebutuhan khusus).Tesis Master, Program Pascasarjana PKKh,UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Saeful Ummah, U. (2011). Manajemen Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Tesis Master, Program Pascasarjana PKKh,UPI, Bandung: tidak diterbitkan. Silalahi, U. (2006). Metode Penelitian Sosial .Bandung : Unpar Press

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J dkk. (2009). Profil pendidikan inklusif di Sekolah Dasar Kota Bandung. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarsidi, D. (2007). Pendidikan Inklusif Sebagai Satu Inovasi Untuk Mewujudkan Pendidikan Untuk Semua [Online].

Tersedia:http://d-tarsidi.blogspot.com [5 Juli 2007]

Tarsidi, D. (2007). Pernyataan Salamanca Dan Kerangka Aksi Mengenai Pendidikan Kebutuhan Khusus [Online].

Tersedia:http://d-tarsidi.blogspot.com [15 November 2007]

Tarsidi, D. (2003). Menuju Inklusi Buku No.1 Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung: Program Pascasarjana UPI


(6)

Deni Hamdani, 2013

Kajian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif Bagi Anak Autisme di SDT Amalia Kabupaten Bogor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarsidi,D. dan Alimin, Z. (2009). Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya [Online].

Tersedia: http;/zaenalalimin.blogspot.com [2 April 2009]

Wahyuni Muhtar, T (2011). Desain Program Vokasional Dan Bimbingan Karir Untuk Siswa SMALB . Tesis Master, Program Pascasarjana PKKh,UPI, Bandung: tidak diterbitkan.

Widyawati,S dkk. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta:Puspa Sehat.

----, (2010). Pengertian Sekolah inklusif menurut Para Ahli [Online]

Tersedia: http://ranietak5110050.blogspot.com/2010/12/pengertian-sekolah-inklusi-menurut-para.html

---, ( ---- ). Kurikulum Khusus Penyandang Autis [Online].

Tersedia. http://www.autis.info/indek.php/artikel-makalah/artikel163-kurikulum khusus-penyandang-autis