PENGARUH PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR.

(1)

PENGARUH PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI

TERHADAP HASIL BELAJAR

(STUDY EKPERIMEN KELAS XI SMAN 2 TANJUNGPINANG)

Oleh

RIANA MAGASING NIM : 1006967

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Hutan Mangrove sebagai sumber Pembelajaran Geografi Terhadap hasil belajar (Studi Quasi Ekperimen pada pembelajaran geografi Kelas XI IPS SMAN 2

Tanjungpinang)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini. Atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 8 November 2012 Yang membuat pernyataan.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Epon Ningrum, M.Pd

Pembimbing II

Prof. Dr. Darsiharjo, M.S

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. Dede Rohmat, M.T

NIP. 196406031989031001


(4)

SMAN 2 Tanjungpinang) Oleh Riana Magasing, NIM. 1006967

Pembimbing I : Dr. Epon Ningrum, M.Pd. Pembimbing II : Prof Dr. Darsiharjo, M.S

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimental research) dengan design

Non equivalent (Pre-tes and Post-test) control group design. Kelompok eksperimen

menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai sumber belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, observasi dan angket. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh peserta didik SMA Negeri 2 dan sampel berdasarkan pertimbangan hasil nilai, materi pelajaran dan jumlah jam pertemuan serta nilai rata-rata kelas yang relatif homogen. Dipilih dua kelas yaitu kelas XI IPS-1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen.

Analisis data dalam penelitian ini menghitung nilai pre-test dan post-test,

menghitung peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol, menganalisis kendala belajar menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan analisis data. Skor yang diperoleh pre-test kelompok eksperimen sebelum menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar mendapatkan nilai rata-rata adalah 4,97. Sedangkan nilai rata-rata dari hasil Post-Test setelah menggunakan lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar didapat 6,38. Disimpulkan bahwa pembelajaran di lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Skor yang diperoleh pre-test kelompok kontrol sebelum menggunakan media visual sebagai sumber belajar mendapatkan nilai rata-rata 5,21. Setelah pembelajaran dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar pada kelompok kontrol dapat meningkatkan hasil belajar, yang dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata post-test menjadi 6,00. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar dapat juga meningkatkan hasil belajar peserta didik. Disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan hasil nilai rata-rata setelah pembelajaran pada kelompok eksperimen sebesar 7,00 dan pada kelompok kontrol dengan hasil nilai rata-rata setelah pembelajaran sebesar 6,6. Berdasarkan uji statistik dapat diketahui bahwa To > Tt(5%). Karena To > Tt(5%) maka hipotesis nihil (Ho) yang diajukan ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar.

Direkomendasikan guru-guru dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar baik di luar lingkungan kelas maupun di dalam kelas. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumber belajar bagi siswa adalah waktu, ketertiban, lokasi, sumber atau buku-buku yang relevan.


(5)

(Quasi Experiment Study on geography learning class XI IPS SMAN 2 Tanjungpinang)

By Riana Magasing, NIM. 1006967

Counsellor I : Dr. Epon Ningrum, M. Pd. Counsellor II : Prof Dr. Darsiharjo, M. S

ABSTRAC

This research intent to know forest exploit influence mangrove as source of geography learning to usufruct studying. This research utilize pseudo experiment method( experimental quasi research ) with design Non equivalent ( Pre-tests and

Post-test ) control is design's group. Experiment group utilize mangrove's forest as

source of studying and control group utilize visual's media as source of studying. Instrument that is utilized in this research is test, observation and questionnaire. Population in observational it covers all participant be taught by SMA N 2 and sample bases result judgment assess, tutorial material and total meet hour and relative class average value homogeneous. Chosen two classes which is class XI IPS 1 as agglomerate as controls and class XI IPS 3 as experiments group.

Base observational result to be gotten difference pre-test and post-test on experiment group and control group. It proved by analysis. Acquired score pre-test experiment group before utilize mangrove's forest as source of studying gets average value be 4,97. Meanwhile average value of result Post-Test after utilizes environmentally mangrove's forest as source of studying is gotten 6,38. Concluded that learning at environmentally mangrove's forest as source of studying can increase participant studying result is taught. Acquired score pre-test group controls before utilize visual's media as source of studying gets average value 5,21. After learning by use of media visual as source of studying on control group gets to increase studying result, one that proved by average value step-up post is test as 6,00. Can be concluded that learning by use of media visual as source of studying can also increase participant studying result is taught. Concluded available result step-up studies on experiment group and control group. With afters average value result learning on experiment group as big as 7,00 and on group controls with afters average value result learning as big as 6,6. Base statistical test gets to be known that To> Tt (5%). Since To> Tt (5%) therefore naught hypothesis (Ho ) one that is proposed rejected. This matter exists distinctive significan one among usufructs studying on experiment group which utilize mangrove's forest as source of studying with control group which utilize visuil media as source of studying.

Recommended by teacher get to utilize environments as source of outdoor good studyings environmental classes and also at within class. Faced constraint in learning by utilizes mangrove's forest as source of studying for student is time, orderliness, location, source or relevant book. Meanwhile teacher constraint require time that long, observation, location, preparation and cost.


(6)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang Masalah ... 1

2. Rumusan Masalah ... 15

3. Tujuan Penelitian ... 15

4. Manfaat Penelitian ... 16

5. Definisi Operasional ... 17

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 22

A. Hakekat geografi dan Pembelajaran Geografi ... 22

1. Defenisi Pembelajaran dan Pembelajaran geografi ... 22

2. Komponen-Komponen Pembelajaran ... 24

3. Hakekat Pembelajaran Geografi ... 30

4. Tujuan Pembelajaran Geografi ... 31

5. Ruang Lingkup Pembelajaran Geografi ... 32

6. Karakteristik Pengajaran Geografi ... 33

7. Metode Pendekatan Geografi ... 33

B. Sumber Belajar ... 35

1. Pengertian Sumber Belajar ... 35

2. Jenis-jenis Sumber Belajar ... 36

3. Manfaat dan Fungsi Sumber Belajar ... 37

C. Hutan Mangrove sebagai Sumber Pembelajaran ... 38


(7)

D. Hasil Belajar ... 43

1. Pengertian dan Defenisi Hasil Belajar ... 43

2. Faktor-faktor yang berpengaruh ... 44

3. Komponen-Komponen Hasil Belajar ... 45

4. Cara Menilai Hasil Belajar ... 48

E. Metode Pembelajaran ... 50

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 50

2. Metode Karyawisata ... 51

3. Metode Penugasan ... 54

F. Kerangka Pemikiran ... 57

G. Hipotesis ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

1. Desain Penelitian ... 59

2. Populasi dan Sampel ... 60

3. Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

4. Variabel Penelitian ... 67

5. Instrumen Penelitian ... 67

6. Analisa Data ... 75

7. Teknik Pengolahan Data ... 77

8. Alur Penelitian ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Deskripsi Lokasi penelitian ... 79

1. Lokasi Sekolah... 80

2. Jumlah Peserta didik dan kelas ... 81

3. Jumlah Guru... 85

4. Sarana dan Prasarana ... 87


(8)

2. Data hasil Pre-test dan Post-test pada kelompok Kontrol ... 95

3. Hasil Belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ... 97

C. Analisis Data Penelitian ... 104

1. Uji Normalitas Data ... 104

2. Uji Homogenitas Data ... 108

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 111

4. Kendala Siswa ... 118

5. Kendala Guru ... 118

D. Pembahasan ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN ... 132


(9)

Bagan

1.1. Alur sumber belajar ... 8

2.1. Hubungan tujuan pembelajaran dengan proses belajar mengajar dan hasil belajar ... 48

2.2. Kerangka Alur Pemikiran ... 57

3.1. Alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 63

3.2. Variabel Penelitian ... 67


(10)

Gambar

4.1. Hasil belajar Kelompok Eksperimen ... 98 4. 2. Hasil Belajar Kelompok Kontrol ... 100 4. 3. Perbandingan Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok


(11)

Lampiran

1. Peta Kota Tanjungpinang ... 132

2. Peta Sebaran Mangrove... 133

3. Silabus Pelaksanaan Pembelajaran ... 134

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ... 135

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelompok kontrol ... 140

6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelompok Eksperimen ... 145

7. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 148

8. Soal Pre-Test dan Post-Test ... 149

9. Angket Guru ... 150

10. Angket Peserta Didik ... 151

11. Dokumentasi Kegiatan Kelompok Eksperomen ... 152

12. Dokumentasi Kegiatan Kelompok Kontrol... 154

13. Hasil pre test kelas eksperimen ... 156

14. Hasil pre test kelas kontrol ... 157

15. Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 158

16. Hasil Belajar Kelas Kontrol ... 159

17. Hasil analisa Gain ternormalisasi kelompok eksperimen ... 160


(12)

Tabel

3.1. Desain Eksperimen... 59

3.2. Hasil belajar kelas XI IPS SMA N 2 Tanjungpinang ... 62

3.3. Kriteria pemilihan soal ... 71

4.1. Jumlah tamatan peserta didik dalam tiga tahun terakhir ... 81

4.2. Jumlah peserta didik yang mengulang pada tiga tahun terakhir ... 82

4.3. Jumlah penerimaan peserta didik selama tiga tahun terakhir... 82

4.4. Pencapaian prestasi peserta didik dua tahun terakhir ... 83

4.5. Jumlah peserta didik dan kelas tahun Pelajaran 2012/2013 ... 84

4.6. Daftar Pengurus Sekolah ... 85

4.7. Nama guru dan mata pelajaran ... 85

4.8. Sarana dan prasarana sekolah... 87

4.9. Luas Hutan Mangrove per kecamatan di Kota Tanjungpinang ... 92

4.10. Skor Hasil Pre Test kelompok Eksperimen ... 93

4.11. Skor Hasil Post Test kelompok Eksperimen ... 94

4.12. Skor Hasil Pre Test kelompok kontrol ... 95

4.13. Skor Hasil Post Test kelompok kontrol ... 96

4.14. Hasil Belajar pada kelompok eksperimen ... 97

4.15. Hasil Belajar pada kelompok kontrol ... 99

4.16. Hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol ... 101

4.17. Uji Gain Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol 103 4.18. Test Of Normality Pre Test Kelompok Eksperimen (SPSS) ... 105

4.19. Tabel Of Normality Post Tes Kelompok Eksperimen (SPSS) ... 105

4.20. Tabel Test Of Normality Pre Test Kelompok Kontrol... 106

4.21. Tabel test of Normality post test kelompok kontrol... 107

4.22. Tabel Test Of Homogeneity Of Variance Pre Test Kelompok Eksperimen ... 108

4.23. Tabel of Homogeneity Of Variance Post Test Kelompok Eksperimen ... 109


(13)

4.27. Tabel One Sample Test Metode Karya Wisata ... 113 4.28. Tabel One Sample Test Metode Penugasan ... 114 4.29. Tabel One Sample Test Metode Penugasan ... 115 4.30. Tabel Group Stastistik Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan

Kelompok Kontrol ... 116 4.31. Independent samples Tes hasil belajar kelompok kontrol dan kelompok


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Jadi, pendidikan ini berkaitan erat dengan belajar dan pembelajaran. Selintas kata belajar dan pembelajaran mungkin hampir sama, akan tetapi sesungguhnya keduanya ini berbeda, hanya antara belajar dan pembelajaran ini mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mempunyai pengaruh bukan merupakan sesuatu yang terpisah ataupun bertentangan. Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan pola perilaku individu untuk berusaha atau berlatih agar dapat memperoleh suatu pengetahuan, keterampilan, serta perilaku dengan cara mengolah bahan belajar. Jadi, artinya bahwa peserta didik yang mengalami proses belajar akan menimbulkan suatu perubahan perilaku dimana peserta didik yang semulanya belum tahu menjadi tahu. Hal ini terjadi karena mengalami suatu pengalaman maupun latihan.

Tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang RI No 29 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk itu pendidikan sangat diperlukan dan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi, karena pendidikan sangat membantu


(15)

peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang dimiliki sehingga dapat melahirkan manusia yang mempunyai kompetensi yang berbeda dan terwujudnya sumberdaya manusia yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan untuk bekerjasama secara efektif.

Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pikiran mereka. Dengan kata lain kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan sumber daya manusia sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu perlu diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk menciptakan lulusan yang benar-benar kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju melalui pemanfaatan sumber belajar untuk mengembangkan potensinya seara utuh dan optimal.

Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2006:3) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”.

Kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil belajar peserta didik itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hal ini sesuai dengan yang


(16)

dikemukakan oleh Ahmadi (1984:35) bahwa “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi

belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes”. Hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh melalui tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang positif. Jadi sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut misalnya dapat berupa dari tidak tahu sama sekali menjadi samar samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil, dari anak pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dari kurang taqwa menjadi lebih taqwa dan lain-lainnya. Jadi perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotor maupun afektif.

Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan kegiatan mengajar. Begitu eratnya kaitan itu sehingga keduanya sulit dipisahkan. Dalam percakapan sehari hari kita secara spontan sering mengucapkan istilah kegiatan belajar mengajar menjadi satu kesatuan. Bahwa kedua kegiatan tersebut berkaitan erat agar terjadi kegiatan belajar harus selalu ada orang yang mengajar, setiap kegiatan mengajar pasti selalu menghasilkan kegiatan belajar, Jawabannya belum tentu. Artinya


(17)

dalam setiap kegiatan belajar tidak harus selalu ada orang yang mengajar. Kegiatan belajar bisa saja terjadi walaupun tidak ada kegiatan mengajar. Begitu pula sebaliknya kegiatan mengajar tidak selalu dapat menghasilkan kegiatan belajar.

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh pembelajaran karena pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didiknya. guna untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dasar yang dimilikinya serta membangun kreatifitas berfikir peserta didik tersebut yang menekankan pada sumber belajar serta lingkungan yang ada di sekitarnya. Unsur pembelajaran yaitu dapat meliputi pendidik, peserta didik, sumber belajar serta lingkungan. Dari proses pembelajaran peserta didik akan memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi yaitu tindak belajar. Kegiatan pembelajaran ini lebih menekankan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga peserta didik tidak pasif agar melatih peserta didik untuk berfikir sesuai kemampuannya guna untuk memperoleh suatu pengetahuan. Belajar dan pembelajaran diarahkan dengan tujuan untuk membangun suatu kemampuan berfikir peserta didik serta menerima materi pelajaran yang ada dalam proses pembelajaran, dimana pengetahuan yang diperoleh peserta didik ini dapat diperoleh dari luar diri akan tetapi harus dikonstruksi atau dipupuk dari diri masing-masing peserta didik. Kegiatan belajar akan berhasil apabila proses pembelajaran yang terjadi berjalan dengan baik dan lancar. (Opini, 2011: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/ hubungan- antara-belajar-dan-pembelajaran/)

Sumber belajar adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar guru seharusnya memanfaatkan sumber belajar yang ada


(18)

disekitarnya karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar. Karena memanfaatkan sumber belajar dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar serta dapat memberikan pembelajaran yang nyata kepada peserta didik. Akhmad Sudrajat, (2012:http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/8/2/2012). Sumber belajar memiliki fungsi :

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.


(19)

6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran peserta didik.

Menurut Akhmad Sudrajat (2012:http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan–pembelajaran-siswa /8/2/2012). Ada berapa jenis sumber belajar Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, peserta didik, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) pendekatan/ metode/ teknik:


(20)

diskusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran peserta didik. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memelihara dan melestarikan alam.

Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang


(21)

kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas seperti menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Secara skematik prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur sumber belajar yang dijelaskan pada Bagan 1.1 dibawah ini.

Bagan 1. 1 Alur sumber belajar

Sumber: Akhmad Sudrajat (2012: http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa/8/2/2012)


(22)

Pada bagan 1.1 dijelaskan alur sumber belajar langkah pertama harus mempelajari kurikulum, langkah kedua menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, langkah yang ketiga memilih dan menentukan jenis dan sumber belajar, untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya yang kadang-kadang pada akhirnya akan membebani orang tua peserta didik untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Demikian pula dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar peserta didik. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.

Menurut Maryani (2007:931) Kurikulum pembelajaran geografi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan


(23)

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.

Pembelajaran geografi berbasis lingkungan mampu

menumbuhkembangkan cara berpikir, bersikap dan berprilaku yang bertanggungjawab selaku individual, warga masyarakat dan warga negara. Selain itu pembelajaran geografi juga bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi, baik menimpa dirinya maupun masyarakat. (Maryani,2010:872).

Menurut Maryani (2007:931) saat disekolahan ilmu geografi sering dianggap tidak menarik untuk di pelajari. Hal ini disebabkan beberapa faktor: (1) pelajaran geografi sering terjebak dalam aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau sejumlah fakta lainnya. (2). Ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan ilmu yang hanya mampu membuat peta, (3). Geografi hanya mengambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia dipermukaan bumi, (4). Proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media kongkrit dan teknologi mutakhir. (5). Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah yang berkembang saat ini.

Sapriya (2009:48) misi pembelajaran geografi mengembangkan: 1. Kompetensi Intelektual/akademik berupa cerdas dan berwawasan luas

2. Kompetensi personal dalam bentuk tanggungjawab, disiplin dan kepribadian unggul lainnya

3. Kompetensi sosial dalam bentuk kerjasama, menghargai hukum, norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.


(24)

4. Kompetensi vokasional dalam bentuk mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan sumberdaya atau potensi daerah.

Sumaatmaja (1997:12) mengemukakan bahwa:

Pengajaran geografi merupakan pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahan. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.

Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas seperti menayangkan fakta-fakta yang ada dilingkungan tempat tinggal melalui pembelajaran dengan media Visual. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.

Lingkungan hutan mangrove di Kota Tanjungpinang berfungsi sebagai tempat berkembangbiak ikan, penahan lumpur dan pencegah abrasi pantai. Kerusakan mangrove di Kota Tanjungpinang yang diakibatkan reklamasi dan pengembangan kawasan pemukiman, membuat Keberadaan hutan mangrove di Kota Tanjungpinang mulai terancam. Sedikit demi sedikit lahan mangrove mulai beralih fungsi. Padahal hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem air dan alam sekitarnya.

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni.


(25)

hutan mangrove Indonesia. (Blog hijau, 2012: http://farisyalwan. blogspot. com/html.)

Hernanda, Bisnis Indonesia (artikel 02/05/11) mengemukakan bahwa: Hutan mangrove di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) dinilai sangat potensial untuk dikembangkan menjadi hutan produksi dimasa mendatang. Tidak hanya untuk dimanfaatkan kayunya tetapi juga untuk pengembangan benih ikan laut.. Pelestarian hutan mangrove juga membantu mengatasi masalah erosi laut dan pengikisan daratan oleh ombak air laut. Kerusakan hutan mangrove diperkirakan telah mencapai belasan ribu hektare di Kepulauan Riau. Hal ini akibat pertambangan bauksit dan belasan ribu hektare lagi lahan penambangan dalam 10 tahun ini. Anehnya, para wali kota dan bupati memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan areal 100 hektare rata-rata bagi pengusaha, hanya berdasarkan Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengendalian Lingkungan (UPL) tanpa Amdal.

Menurut Santoso, F (2010: http://nasional.kompas.com/24/12/2010) dengan wawancaranya bersama Beny bahwa:

Kondisi Masyarakat Pesisir Semakin Terimpit karena ribuan ikan kerapu yang pernah dibudidaya di perairan Los Senggarang Tanjungpinang mati karena air laut tercemar. Pencemaran air laut itu diduga berasal dari area pertambangan bauksit yang berjarak sekitar 500 meter di sekitar lokasi budidaya ikan kerapu tersebut. Budidaya ikan kerapu sebenarnya dibuka sejak tahun 2007. Waktu itu, ia mengembangkan 74 petak tambak dengan jumlah bibit ikan kerapu 60.000 ekor, akan tetapi sejak akhir 2008 air laut tercemar. Akibatnya ribuan ikan kerapu yang dibudidaya pun mati mengambang. Area pertambangan yang muncul secara sporadis dibeberapa titik dapat mencemari sungai-sungai hutan mangrove dan air laut.

Hutan mangrove diangkat sebagai sumber pembelajaran di Kota Tanjungpinang dengan alasan karena keberadaan hutan mangrove secara ekonomi sangat dibutuhkan oleh manusia karena hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerja ke Tanjungpinang dan Bintan beberapa waktu lalu telah mengingatkan seluruh Kepala Pemerintahan di Pemprov Kepri termasuk Pemko


(26)

Tanjungpinang untuk memperhatikan tata ruang daerah mereka

masing-masing. “Pembangunan yang dilakukan di Kepri harus memperhatikan aspek kehidupan masyarakat untuk 10 tahun atau 20 tahun mendatang. Jangan sampai anak cucu kita sebagai generasi penerus bangsa menjadi sengsara akibat tindakan yang salah” (Tn, 2012: http://www. Haluan kepri. com. 20/1/2012)

Kerusakan hutan mangrove itu tidak saja berdampak pada kondisi ekologi atau daya dukung lingkungan tetapi lebih jauh lagi dengan kondisi sosial masyarakat Kepri dikemudian hari. Kawasan hutan mangrove merupakan kawasan lalu lintas umum seperti kawasan hutan mangrove yang berada di kecamatan bukit bestari jaraknya sangat dekat sekitar dua km dari sekolah menengah atas tempat dilakukan penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian huatan mangrove sebagai sumber belajar karena degradasi kawasan pesisir terutama hutan mangrove akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Rorogo (2005:111) :

Degradasi kawasan pesisir dan hutan mangrove diduga akan berpengaruh terhadap lingkungan hidup dan kehidupan masyarakat Kota Tanjungpinang di masa yang akan datang. Proses degradasi sumberdaya alam pesisir dan hutan mangrove ini perlu mendapatkan kajian mendalam supaya dapat memberikan antisipasi sejak dini agar tidak menimbulkan kerugian besar di masa yang akan datang.

Dari uraian di atas maka perlu kiranya menjadikan lingkungan sebagai sumber pembelajaran Geografi disekolah karena lingkungan memberikan manfaat bagi manusia. Soerjani dkk (1987 : 13) mengemukakan sebagai berikut:

Hakekat pokok pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia itu adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas manusia semakin meningkat dan kualitas lingkungan semakin baik dan tidak mengalami kepunahan. Yang terpenting dalam pembelajaran berbasis lingkungan agar siswa mampu memelihara lingkungan bukan untuk dirinya sendiri


(27)

Pentingnya lingkungan sebagai bahan pengajaran disekolah sebagai bukti bahwa dipermukaan bumi terdapat interaksi baik manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat hasilnya sebagai media pengajaran disekolah sehingga proses pembelajaran dikelas bukan hanya bukti-bukti yang ada didalam buku saja atau alat peraga saja melainkan peserta didik diajak untuk berpikir dan membuktikan bahwa lingkungan tempat tinggal disekitar peserta didik dapat dijadikan sumber belajar dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran geografi disekolah. Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dan diukur setelah selesai pembelajaran dengan perolehan nilai berdasarkan tes.

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Abdurrahman (2003: 28) bahwa ”belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap”. Perubahan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti pembelajaran terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting untuk terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan belajar mengajar guru sewajarnya memanfaatkan sumber belajar karena pemanfaatan sumber


(28)

belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar. Oleh karena itu penulis merencanakan melakukan penelitian tentang pengaruh pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap hasil belajar peserta didik di Kota Tanjungpinang.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?

2. Apakah terdapat perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

4. Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?

5. Apa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran geografi terhadap


(29)

hasil belajar peserta didik di Kota Tanjungpinang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk membandingkan perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen yang menggunakan hutan sebagai mangrove sebagai sumber belajar?

2. Untuk membandingkan perbedaan pre-test dan post-test pada kelompok kontrol yang tidak menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

3. Untuk membedakan hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar?

4. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar.

5. Mendeskripsikan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar

4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah secara teoritis dapat memberikan sumbangan pembelajaran geografi dan pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber belajar. Secara praktis di harapkan dapat memberikan informasi mengenai variasi sumber belajar dalam pembelajaran geografi dan diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menghadapi masalah lingkungan akibat dari globalisasi.


(30)

1. Sebagai sumbangan pemikiran pada dinas pendidikan Propinsi Kepulauan Riau dalam mengembangkan Lingkungan sebagai sumber belajar dan mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan hasil belajar.

2. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

3. Untuk memperluas wawasan metode pembelajaran dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

4. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber pembelajaran pada mata pelajaran Geografi di Kota Tanjungpinang.

5. Mengetahui efektivitas hutan mangrove sebagai sumber belajar dalam meningkatkan hasil belajar.

5. Definisi Operasional

a. Sumber belajar

Sumber belajar adalah semua unsur yang bisa dipakai oleh peserta didik baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan peserta didik lainnya. Pengertian sumber belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun peserta didik dalam proses belajar mengajar geografi di sekolah.

b. Hutan Mangrove

Secara umum hutan mangrove atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut tepatnya didaerah pantai dan


(31)

penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Fungsi atau manfaat hutan mangrove dapat ditinjau dari sisi fisik, biologi maupun ekonomi. Fisiografi kepulauan mempengaruhi ekosistem-ekosistem yang terbentuk di kawasan Kepulauan Riau yang didominasi oleh ekosistem laut dangkal. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir Kepulauan Riau berturut-turut dari darat adalah perairan laut dangkal, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, mangrove dan pantai.

Ekosistem mangrove adalah salah satu ekosistem subur yang terdapat di Kepulauan Riau. Wilayah Kepulauan Riau memiliki ciri khas tersendiri yaitu terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan dan pertemuan antara laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Selat Karimata. Kepulauan Riau terdiri dari 1.062 buah pulau dan tidak kurang dari 345 buah diantaranya sudah berpenghuni sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni tapi sebagian pulau-pulau ini sebagian besar ditutupi oleh air laut.

c. Hasil Belajar

Evaluasi berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai atau kemajuan belajar peserta didik dan mengukur tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. Kegiatan evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengukur pencapaian hasil belajar yang ditujukan untuk pemberian nilai kepada peserta didik, karena nilai merupakan suatu yang amat penting karena nilai merupakan cermin dari suatu keberhasilan belajar-mengajar. Untuk mengukur hasil belajar maka tolak ukurnya adalah tujuan pembelajaran yang tertuang dalam RPP yaitu kognitif (pemahaman peserta didik),


(32)

psikomotor (keterampilan peserta didik), afektif (sikap peserta didik). Diukur dengan instrumen test dan tugas.

d. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah proses belajar mengajar peserta didik diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85):

Karya wisata bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah. teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab. Dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya agar nantinya dapat mengambil kesimpulan dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.

Menurut Roestiyah (2001:85) Kelebihan dan kekurangan metode karya wisata adalah kelebihan metode karya wisata yaitu karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak. Kekurangan metode karyawisata:

1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak. 2. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.


(33)

3. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.

4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.

5. Biayanya cukup mahal.

6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

e. Metode Penugasan

Pengertian metode pemberian tugas menurut Sagala (2006:219) “Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru”.

Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda– pembelajaran-diskusi-simulasi .html?m=1) tujuan penggunaan metode pemberian tugas adalah “Untuk memperdalam bahan ajar yang ada, untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari, untuk membuat siswa aktif belajar baik secara individu maupun kelompok”.

Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda– pembelajaran-diskusi-simulasi .html?m=1) Alasan penggunaan metode pemberian tugas adalah karena dengan metode tersebut 1) Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran 2) Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut. 3) Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang


(34)

dipelajari dari materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan haus ilmu pengetahuan 4) Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih memecahkan masalah.

Setiawan, D (2012: http://sdn2-ketro.blogspot.com/2011/02/metoda– pembelajaran -diskusi-simulasi .html?m=1) menyatakan bahwa:

Kelebihan dan kelemahan metode pemberian tugas adalah: Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik, melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari, siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri, metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa belajar. Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas dalam pembelajaran adalah: bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya meniru pekerjaan orang lain, ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak meperoleh hasil belajar apa-apa, jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan stress pada siswa, ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.

f. Kelompok Eksperimen

Kelompok eksperimen adalah kelompok yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar, diharapkan dengan metode pembelajaran ini peserta didik dapat memanfaatkan lingkungan sebagai tempat belajar dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

g. Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol adalah kelas yang melakukan kegiatan pembelajaran hutan mangrove dengan menggunakan media visual sebagai sumber belajar yaitu metode yang biasa digunakan oleh guru yang mengajar sehari-hari.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan dua variabel yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel). Jenis desain quasi eksperimen yang peneliti gunakan dalam kajian ini adalah desain non ekuivalen pre-test dan post-test control group. Menurut Campbell (1966:47):

One of the most wedespread eksperimental design in education research involves an experimental group and control group both given a pretest and a posttest, but in wich the control sampling equivalence. Rather, the group sonstitute naturally assembled collective such as classrooms, as similar as availability permits but yet not so similar that one can dispense with the pretest. The asigment of X to one group or the other is assumed to be random and under the experimenter’s control.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, bentuk desain eksperimen

yang digunakan adalah “Pre-test and Post-test Control Group Design”. Desain

eksperimen dijelaskan pada tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Eksperimen O1 X1 O1

Kontrol O2 X2 O2


(36)

Keterangan : O1 = Pre-test O2 = Post-test

X1= Pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar

X2= Pembelajaran menggunakan media visual sebagai sumber belajar

Desain ini digunakan khusus untuk penelitian yang ingin membandingkan dua perlakuan yang berbeda. Alasan digunakan desain ini karena adanya observasi awal yang menghasilkan data-data yang hampir sama dari setiap kelompok. Dengan kata lain, hasil observasi awal tidak menunjukkan perbedaan yang sangat berarti. Alasan ini juga menjadi alasan yang terkuat untuk melakukan tretmen yang berbeda sesuai dengan yang diungkap oleh Milan and Sally (1989:315) “Bahwa hampir tidak adanya perbedaan kondisi awal (usia, pengalaman pembelajaran, nilai rata-rata, atau komposisi kelas yang lain)”.

Penelitian eksperimen ini melibatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sama-sama diberi pre test, setelah itu kedua kelompok ini diberi perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai sumber belajar.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Gay dalam Sevilla, et al, (1993: 160) mendefenisikan “Populasi sebagai kelompok tempat penelitian akan menggeneralisasikan hasil


(37)

generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari yang

kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh peserta didik SMA Negeri 2 Tanjungpinang semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah dari populasi ini adalah peserta didik kelas XI IPS yang terdiri dari dua kelas berjumlah 58 peserta didik.

b. Sampel

Menurut Sumaatmaja (1988:122) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan”, sedangkan menurut Fergusan dalam Sevila, et al (1993: 160), “Sampel beberapa bagian kecil atau cuplikan yang

ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi”.

Menurut Ali (1996:54) “Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi yang diambil menggunakan teknik tertentu”.

Kriteria sampel diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi dari populasi dan besarnya sampel belum ada ketentuan yang jelas tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat mewakili suatu populasi yang akan diteliti. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini yaitu probabilita yang diartikan sebagai suatu teknik penarikan sampel yang mendasarkan bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jenis dari teknik penarikan sampel probabilitas dalam penelitian ini yaitu teknik pengambilan sampling secara acak (random sampling).


(38)

Berdasarkan pertimbangan hasil nilai pada tabel 3.2 materi pelajaran dan jumlah jam pertemuan serta nilai rata-rata kelas yang relatif homogen. Maka dipilihlah dua kelas yaitu kelas XI IPS-1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen untuk dijadikan sampel penelitian, dengan cara melihat hasil rata-rata kelas semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Seperti yang dijelaskan pada tabel 3.2 berikut

Tabel 3.2

Hasil belajar kelas XI IPS SMA N 2 Tanjungpinang

No Kelas

Jumlah peserta didik

Nilai rata-rata

Nilai terendah

Nilai

tertinggi KKM

1 XI IPS-1 32 75 60 80 73

2 XI IPS-2 38 74 60 83 73

3 XI IPS-3 32 75 60 80 73

4 XI IPS-4 36 74 60 82 73

Sumber : Hasil belajar semester ganjil SMA N 2 Tanjungpinang tahun pelajaran 2012/2013

Dari data nilai yang diperoleh, bahwa dua kelas yang akan dijadikan sampel nilai rata-rata kelas tersebut mendekati dan relatif sama. Dua kelas inilah yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Selanjutnya dari kedua kelas ini dipilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara diundi.

Dengan melihat hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata kelas kelas XI IPS SMA Negeri 2 Tamjungpinang maka ditentukankan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, seperti yang terlihat pada bagan 3.1


(39)

Bagan 3.1

Alur penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Sumber: dikembangkan oleh peneliti

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana proses pembelajaran yang diamanatkan oleh standar proses meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian Kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar silabus dan RPP merupakan administrasi yang penting dalam pembelajaran, karena dapat memetakan program pembelajaran.

Tahap ini adalah tahap memberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas yang menjadi sampel penelitian. Sebelum melaksanakan proses

Melihat rata-rata kelas nilai UTS Geografi kelas XI semester Ganjil Tp. 2011/2012

Mencari dua kelas yang nilai rata-rata Kelasnya hampir sama/mendekati

Terpilih dua kelas

Dua kelas tersebut diundi


(40)

pembelajaran, peneliti dan guru baik di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendiskusikan tentang persiapan dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan selama proses perlakuan. Diskusi peneliti dengan guru di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara terpisah dan keduanya tidak pernah dipertemukan. hal ini untuk menghindari kesubjektivitasan dari kedua guru tersebut. Kedua guru mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan, juga mempelajari alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Khusus guru di kelompok eksperimen, peneliti memberikan model pembelajaran karya wisata dengan hutan magrove sebagai sumber belajar. Sedangkan dikelompok kontrol peneliti memberikan model pembelajaran penugasan dengan sumber belajar media visual. Pengamatan difokuskan pada peran guru dan bagaimana proses pembelajaran yang terjadi. Agar proses pembelajaran dapat terekam dengan baik, peneliti menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian penting selama proses pembelajaran.

a. Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen

Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok dengan pengelompokan yang bervasiasi berdasarkan kemampuan dan jenis kelamin.

2. Guru memberikan intruksi penggunaan lembar observasi


(41)

5. Kelompok memberikan laporan. 6. Guru merefleksi hasil kerja kelompok

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metoda karya wisata

1. Kegiatan pembukaan, kegiatan pembukaan ini dilaksanakan di sekolah sebelum berangkat kelokasi karya wisata. Kegiatan pembukaan meliputi : mengingatkan kembali pelajaran yang pernah diberikan, memotivasi peserta didik dengan membuat kaitan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat (yang hidup di sekitar hutan mangrove, kepada pengelola mangrove dan flora dan fauna yang hidup disekitar hutan mangrove) melalui pertanyaan-pertanyaan yang tertuang dalam lembar kerja, mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dipelajari dan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pelajaran tersebut selama karya wisata, mengemukakan tata tertib selama karya wisata 2. Kegiatan inti, melakukan oservasi terhadap objek sasaran belajar lalu

mendeskrepsikan dalam bentuk kalimat, mengambil gambarnya dan sebagainya, mewawancarai nara sumber (pengelola hutan mangrove, masyarakat yang hidup di sekitar hutan mangrove, flora dan fauna yang ada di sekitar hutan mangrove). Mencatat informasi yang disampaikan secara lisan oleh narasumber sesuai dengan skenario yang disiapkan guru yang tertuang dalam lembar observasi.

3. Kegiatan penutup, kegiatan mengakhiri karya wisata ini dilakukan ketika masih berada dilokasi wisata atau setelah kembali ke sekolah. Kegiatannya meliputi: menyuruh peserta didik melaporkan hasil karya wisata dan


(42)

membuat rangkuman, melakukan presentasi perwakilan kelompok dan evaluasi proses.

b. Pembelajaran pada Kelompok Kontrol

Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan media visual sebagai sumber belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembukaan, mengajukan pertanyaan apresepsi untuk mengingatkan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan, memotivasi peserta didik dengan mengemukakan cerita yang ada di masyarakat yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan, mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Kegiatan inti, guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan diajarkan, guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya, peserta didik mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru, guru meminta peserta didik melaporkan hasil penyelesaian tugasnya tepat waktu, guru memeriksa hasil penyelesaian tugas peserta didik.

3. Kegiatan penutup, guru menyuruh peserta didik merangkum materi yang diajarkan melalui kegiatan pemberian tugas itu, Kegiatannya meliputi: menyuruh peserta didik melaporkan hasil penugasan dan membuat rangkuman, melakukan presentasi perwakilan kelompok dan evaluasi proses.


(43)

4. Variabel Penelitian

Sedangkan variabel penelitiannya terdiri dari dua variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hutan mangrove sebagai sumber belajar dan pembelajaran hutan mangrove dengan media visual. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta didik seperti yang dijelaskan pada bagan 3.2 dibawah ini.

Bagan 3.2 Variabel Penelitian

Variabel terikat

Variabel bebas

Sumber: Dikembangkan oleh peneliti

5. Intrumen Penelitian

Sesuai dengan jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah:

a. Test

Penyusunan test hasil belajar dimulai dengan menyusun kisi-kisi soal yang dikonsultasikan dengan pembimbing dan dilakukan uji coba test. Test diuji cobakan untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Alat test yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar

Hasil belajar peserta didik

 Test

 LKS

 Laporan kelompok Sumber belajar


(44)

dalam bentuk pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada peserta didik yang telah mempelajari materi yang sama. Dari hasil test tersebut kemudian di analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

Berikut rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas butir soal, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dengan menggunakan rumus: 1. Validitas butir soal

Untuk variabel hasil belajar, dihitung validitas butir soal dengan cara menghitung korelasi antara skor butir soal X dengan skor total Y dengan rumus korelasi produk moment sebagai berikut:

(Supranata, 2004:58) Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

N = cacah subyek uji coba

∑X = jumlah skor butir

∑Y = jumlah skor faktor

Kriteria penafsiran indeks korelasi product moment adalah:

Antara 0,800 - 1,000 Sangat Tinggi

Antara 0,600 - 1,799 Tinggi

Antara 0,400 - 0,599 Cukup

Antara 0,200 - 0,399 Rendah

Antara 0,000 - 0,199 Sangat Rendah

rxy = N∑XY – (∑X)(∑Y)


(45)

(Ridwan, 2007:98).

2. Reliabilitas Test

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus K-R.20, yaitu:

(Sugiono, 2007:278) Keterangan :

r11 = Reliabilitas internal seluruh instrumen

K = Jumlah item dalam instrumen

Pi = Proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

qi = 1 – Pi St2 = Varian total

Kriteria tingkat reabilitas adalah:

r11 = 0,00 Sempurna

0,80 ≤ r11 < 1,00 Sangat Tinggi

0,60 ≤ r11 < 0,80 Tinggi

0,40 ≤ r11 < 0,60 Sedang

0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah

0,00 < r11 < 0,20 Rendah Sekali r11 = 0,00 Tidak Berkorelasi 3. Daya pembeda

(Surapranata, 2004:31)

r

11

= k S

t 2

-

P

i

q

i

K

1 S

t 2

DP

= ∑A- ∑B nA nB


(46)

Keterangan:

DP = indeks daya pembeda

∑A = jumlah peserta test yang menjawab benar pada

kelompok atas

∑B = jumlah peserta test yang menjawab benar pada

kelompok bawah

nA = jumlah peserta test kelompok atas nB = jumlah peserta test kelompok bawah klasifikasi daya pembeda adalah:

DP ≤ 0,00 : sangat rendah

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : rendah

0,20 ≤ DP ≤ 0,40 : cukup/sedang

0,40 ≤ DP ≤ 0,70 : baik

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 : sangat baik

(Suherman, 2003:161) 4. Tingkat Kesukaran

(Surapranata, 2004:12) Keterangan :

P = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran

∑x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar

Sm = skor maksimum N = jumlah peserta test

Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

P < 0,3 Sukar

P = ∑x


(47)

0,3 ≤ p ≥ 0,7 Sedang

P > 0,7 Mudah

(Surapranata, 2004:21) 5. Kriteria Pemilihan Soal

Kriteria pemilihan soal yang digunakan adalah kriteria menurut Surapranata, (2004:47) yaitu tingkat kesukaran, dan daya pembeda, seperti yang dijelaskan pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3 Kriteria pemilihan soal

KRITERIA KOEFISIEN KEPUTUSAN

Tingkat kesukaran 0,30 s/d 0,70 0,10 s/d 0,29 Atau

0,70 s/d 0,90 <0,10 dan > 0,90

Diterima Direvisi

Ditolak Daya Pembeda >0,30

0,10 s/d 0,29 <0,10

Diterima Direvisi ditolak Proporsi jawaban >0,05

Sumber : Surapranata (2004:47) Berdasarkan kriteria pemilihan soal pilihan ganda dengan mengacu pada validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka dapat diambil 30 soal untuk di jadikan instrumen pre-test dan post-test.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Pengertian lembar kerja siswa dalam kamus bahasa Indonesia kata lembar berarti Helai, Kerja berarti melakukan kegiatan dan Siswa berarti peserta didik.


(48)

Jadi dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa berarti helai bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan baik kegiatan intra-kurikuler maupun kegiatan ko-kurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat. Menurut hasil perumusan lembar kerja siswa pada tanggal 18 Januari 1988, lembar kerja siswa mengandung pengertian yang mencakup (1). Rangkaian tugas individual dan kelompok, (2). Pencapaian materi secara sistematis, (3). Sebagai alat untuk menanamkan solidaritas anak, (4). Sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak untuk mendiskusikan materi, (5). Sebagai sarana untuk menanamkan konsep (Sartika, 2008:http://alliciakomputer. blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html?m=1).

Dari beberapa pengertian diatas Sartika (2008: http://alliciakomputer. blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam.html?m=1)

menyimpulkan bahwa “Lembar kerja siswa berarti lembaran duplikat yang berisi uraian singkat materi dan soal-soal yang disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematis yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sehingga mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat”.

Fungsi lembar kerja siswa menurut Ashar dalam Sartika (2008: http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam. html?m=1) dalam bukunya berjudul proses belajar mengajar pola CBSA, lembar kerja siswa berfungsi: “(1). Bagi guru untuk menuntun peserta didik akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya dan mempertimbangkannya pada diri peserta didik, (2). Bagi peserta didik, dengan menggunakan lembar peserta didik,


(49)

peserta didik dapat bekerja melakukan kegiatan-kegiatan yang menuju ke arah tujuan yang hendak dicapai”. Menurut Ahmad Buhari dkk dalam Sartika (2008: http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja-siswa-lks-dalam. html?m=1) “Lembar kerja peserta didik berfungsi sebagai sarana untuk mengaktifkan peserta didik, merangsang belajar peserta didik untuk menyampaikan informasi agar memahami dan menghayati suatu konsep, melatih keberanian mengemukakan pendapat secara sistematis serta melatih peserta didik mengambil kesimpulan sendiri”.

Tujuan penggunaan lembar kerja peserta didik oleh guru di kelas adalah : (1). Melatih para peserta didik lebih mendalami ilmu yang telah dipelajari untuk tercipta dasar pengetahuan yang lebih baik untuk belajar pada tahap berikutnya, (2). Melatih para peserta didik untuk bekerja sungguh-sungguh dengan cermat serta berpikir jujur, sistematis, rasional dalam sistem kerja yang praktis, (3). Melatih para peserta didik membuat laporan praktis percobaan, sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang persoalan yang sudah dipraktekkan. Dengan demikian fungsi dan tujuan lembar kerja peserta didik ini sesuai bagi para pengajaran yaitu peserta didik aktif berbuat dan berpikir dalam belajar. Repetisi dan menemukan sendiri jawaban dari pertanyaan dan permasalahan dan melatih keberanian mengemukakan pendapat secara tertulis.

c. Angket

Angket peserta didik berisi pernyataan untuk mengungkap kendala belajar dan pendapat tentang pembelajaran hutan mangrove sebagai sumber belajar serta pengaruhnya terhadap kegiatan belajar mengajar pada pelajaran geografi. Angket


(50)

guru berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar secara terencana, terarah, efektif, bermakna dan relevan dengan yang diajarkan sesuai kebutuhan peserta didik untuk mengenal lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Observasi

Observasi dilakukan oleh observer untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Yang bertindak sebagai observer adalah penulis dan dibantu oleh satu orang guru Geografi. Observasi dilakukan sejak awal pembelajaran sampai guru menutup pelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

e. Studi Dokumentasi

Menurut kamus bahasa Indonesia arti dari kata Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Menurut Burhan Bungin dalam Tn (2009:http://adzelgar .wordpressi.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian -kuantitatif/) bahan dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.

Teknik studi dokumentasi merupakan pengumpulan data sekunder. Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dari laporan orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu


(51)

Riana Magasing, 2013

Pengaruh Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Sumber Pembelajaran Geografi Terhadap Hasil Belajar

sesungguhnya adalah data yang asli. Data-data yang diperoleh berupa profil sekolah, jumlah peserta didik dan yang lainnya yang berhubungan dengan sekolah tempat penelitian.

6. Analisis Data

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:

a. Menghitung nilai pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

b. Menghitung peningkatan hasil belajar antara kelompok eksperimen yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar dan kelompok kontrol yang menggunakan media visual sebagai sumber belajar.

c. Menganalisis kendala belajar peserta didik dan guru yang menggunakan hutan mangrove sebagai sumber belajar .

Data yang dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis adalah hasil pre-test dan

post-test peserta didik baik dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok

kontrol. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, sebelum menganalisis data maka dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai pra syarat untuk menentukan analisis selanjutnya. Apakah akan menggunakan uji statistik parametrik atau non parametrik, berikut penjelasannya.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan uji Kai/Chi kuadrat (X2). Satu populasi dapat berdistribusi normal apabila harga X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel untuk df sebesar


(52)

(b-3) dan sebaliknya, berdistribusi tidak normal bila harga X2 hitung lebih besar dari X2 tabel. Rumus yang digunakan adalah :

(Sudjana, 1984:270) Rumusan hipotesis :

H 0 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H

i = sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Kaidah penetapan:

- Jika signifikan > 0,05, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

- Jika signifikan < 0,05, sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen.

Menguji homogenitas varian kedua kelompok dengan uji F

(Sugiyono, 2006:136-137) 3. Uji Hipotesis

Menguji hipoteis dengan menggunakan uji perbedaan dua rerata, setelah data diuji ternyata berdistribusi normal dan homogen. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji t dengan rumus :

Sb

2

(varian terbesar)

F =

S k

2

(varian terkecil )


(53)

(Sugiyono, 2002:228) Keterangan:

X 1 = rata-rata skore kelompok eksperimen X2 = rata-rata skor kelompok kontrol S12 = varians skor kelompok eksperimen S22 = varians skor kelompok kontrol

n1 = banyaknya subjek kelompok eksperimen n2 = banyaknya subjek kelompok kontrol

4. Mendeskripsikan kendala peserta didik yang menggunakan pembelajaran hutan mangrove sebagai sumber belajar

5. Mendeskripsikan kendala guru yang menggunakan pembelajaran hutan mangrove sebagai sumber belajar pada mata pelajaran geografi.

7. Teknik Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode test, dengan menggunakan instrumen yang berupa soal test yang sudah diuji. Selanjutnya Arikunto (2009:57) menyatakan bahwa “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang baik inilah yang akan mendukung kebenaran data dan memberi kesimpulan sesuai

dengan kenyataan”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil


(54)

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS. Prosedur pengolahannya datanya adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis hasil pre-test kelompok eksperimen. b. Menganalisis hasil pre-test kelompok kontrol.

c. Menganalisis hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. d. Kendala peserta didik

e. Kendala guru

f. Uji normalitas dan homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

g. Uji hipotesis penelitian.

8. Alur Penelitian

Bagan 3.3 menjelaskan kerangka alur penelitian yang akan dikerjakan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian, seperti yang terlihat pada pada bagan 3.3 berikut ini.

Bagan 3.3 Alur Penelitian


(55)

(1)

126

Riana Magasing, 2013 B. Rekomendasi

1. Berdasarkan hasil penelitian dengan memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumber belajar melalui penggunaan metode karya wisata menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Mengingat pentingnya penggunaan sumber belajar diharapkan sebaiknya guru-guru menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar pada materi dan mata pelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar. Untuk lebih baik lagi maka saran dari guru sangat dibutuhkan untuk pengembangan model-model pembelajaran.

2. Dengan memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumber belajar melalui penggunaan metode karya wisata dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik sebesar 0,37 (rata-rata Gain kelas eksperimen). Agar lebih baik seharusnya pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber belajar memerlukan persiapan yang matang dari segi waktu, perangkat pembelajaran dan diperlukan persentasi hasil pembelajaran sehingga pembelajaran memiliki arah dan tujuan yang jelas sesuai yang diharapkan oleh guru.

3. Pemanfaatan lingkungan hutan mangrove sebagai sumber belajar mempunyai kendala dari beberapa segi waktu, pengawasan, lokasi, persiapan dan biaya maka pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti menayangkan fakta-fakta yang ada dilingkungan tempat tinggal melalui pembelajaran dengan media visual.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

AECT, 1979. Defenisi teknologi pendidikan satuan tugas, defenisi terminologi. AECT terjemahan oleh Miarso, dkk, 1986, jakarta C.V Rajawali

Anita, S, ( 2008: 5-6), Media Pembelajaran, Surakarta: UNS Press

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

AECT, 1997. Asociation For Educational and Tehnology. The Definition of Educational Technology, Washington D.C

Bahri-Zain, J. 2006. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta Bungi, B. 2009. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group. Jakarta.

Bruce joyce, marsha Weil, Emily Calhoun 2009. Model of Teaching (model-model Pengajaran). Edisi ke delapan Pustaka Pelajar, Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta.

Campbell, T Donald. 1966. Experimental and Quasi Experimental Designs For Research. USA : Library of Congres Catalogue.

Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta.

Direktorat Geografi Sejarah, 2009. Pedoman kajian geografi Sejarah Indonesia. CV. Multi Prima, Jakarta.

Dekdikbud, 1993, kurikulum pendidikan dasar. Garis-garis besar program pengajaran SLTP. Mata Pelajaran Geografi, jakarta:Depdikbud.

Darsono, 1999. Penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Program Pasca Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung. Bandung.

Hamalik-Umar, 2003. Pendidikan guru berdasarkan pendekatan kompetensi. Jakarta :Bumi aksara.

Hamzah, B (2007). Model Pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta : Bumi Aksara.


(3)

128

Riana Magasing, 2013

Juariah, C. 2006. Hubungan antara pengetahuan geografi dan persepsi siswa tentang lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap lingkungan hidup pada SMP di Kota Bandung. Thesis Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kemp, Jerrold E, 1994, Proses Perancangan Pengajaran (Edisi terjemahan oleh Asril Marjohan I, Bandung: Penerbit ITB

Lorin W. Anderson, David R. Krathwohl. “A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing”, 2001. Copyright © 2001 by Addison Wesley Longman., Inc. United States.

Milan-Sally, M. 1989. Research in education a conceptual introduction. Secon edition USA: Harper Collins Publisher.

Muhadjir, N. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif . Rake Sarasin P.O BOX 83 Yogyakarta.

Maryani, E. 2005. Pendidikan Geografi (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: UPI Perss.

Peraturan pemerintah Repoblik Indonesia, Nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan.

Riyanto, Y, 2010. Pradigma Baru Pembelajaran. Prenada Media Group. Jakarta. Rorogo, (2005). Reklamasi hutan mangrove sebagai pengembangan kawasan

pemukiman kota dalam perspektif pembangunan berkelanjutan (Studi Kasus Rekiamasi Hutan Mangrove di Kecamatan Bukit Bastin, Kota Tanjungpinang). Program Pasca Sarjana, Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. UNDIP, Semarang.

Sagala, S. 2006. Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta Sudjana, 1997. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung, P.T. Tarsito Bandung. Sudjana, 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung, P.T. Remaja

Rosda Karya.

Saifuddin, A. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Sardiman, 2004. Interaksi dan motifasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Soeharto, Karti, dkk. 2003. Teknologi Pembelajaran Surabaya: surabaya intelectual club


(4)

Surakhmad W, 2003. Pengantar interaksi mengajar belajar. Bandung Tarsito. Sugiono, 2006. Metode penelitian Administrasi, Bandung Alphabeta.

Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumaatmadja, N. 1984. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung : Alumni .

Sumaatmadja, N. 1988. Studi Geografi, Suatu Pendekatan Analisa Keruangan, Bandung : Alumni .

Sumaatmadja, N. 2005. Manusia dalam kontek sosial, budaya dan lingkungan hidup, Bandung : Alfabeta.

Suherman , E. (2003) Evaluasi pembelajaran amatematika untuk calon guru dan mahasiswa calon guru matematika. Bandung, jurusan pendidikan matematika FMIPA UPI

Susan, 2011. Pengaruh lingkungan sebagai sumber belajar terhadap pengembangan konsep keruangan dan hasil belajar. Studi eksperimen pada pembelajaran geografi di SMA Negeri Serang bagian barat Propinsi Maluku. Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahab, A. 2007. Metode dan model mengajar IPS, Bandung: alfabeta. Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Sumber Internet

Akhmad, S (2012). Sumber belajar untuk mengefektifkan pembelajaran siswa. (Online). Tersedia: (http://sumber-belajar-untuk-mengefektifkan– pembelajaran-siswa (8/02/2012)

Blog hijau (2012). Hutan bakau I. (Online) Tersedia: http://farisyalwan.blogspot.com/?m=0/ (17 Mei 2012).

Elsa. (2010). Ekosistem Mangrove.. (Online). Tersedia: http://elsafoceanology.blogspot.com /2010/12/ekosistem-mangrove.html. (12/12/2010)


(5)

130

Riana Magasing, 2013

Faiq, G (2007). Hutan mangrove sebagai tujuan wisata.. (Online) Tersedia: http://f4iqun.wordpress.com/2007/12/29/hutan-mangrove-sebagai-tujuan-wisata/

Farisyalwan (2009). Hutan Bakau. (Online) Tersedia: http://farisyalwan.blogspot.com/2009/05/hutan-bakau.html ( 19/05/ 2009) Hernanda, R (2011), Reklamasi Hutan Mangrove Sebagai Pengembangan

Kawasan Pemukiman Kota Dalam Perspektif Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Rekiamasi Hutan Mangrove Di Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang). Tersedia: Bisnis Indonesia (Artikel, 02/05/12)

Jufrimalino (2011). Upaya Pemeliharaan dan pelestarian ekosistem hutan

mangrove. (Online) Tersedia:

http://jufrimalino.blogspot.com/2011/12/pemeliharaan--pelestarian-mangrove.html?m=1 (15 oktober 2012)

Mardi, 2012. Gubernur menanam mangrove di pantai Dompak. (OnLine). Tersedia: http://ww.detikriau.net/index.php?option=com_content&

view=article&id=2945:gubernur-tanam-mangrove-di-pantai-dompak&catid=13:kepulauan-riau&Itemid=14

http://www.detikriau.net/index.php?option=com_content&view=article&i

d=2945:gubernur-tanam-mangrove-di-pantai-dompak&catid=13:kepulauan-riau&Itemid=14 (20 Januari 2012) Mohari, H. (2012). Banyan Tree Bintan Tanam Mangrove di Tanjungpinang.

(Online). Tersedia: http://kepri.antaranews.com/berita/19350/banyan-tree-bintan-tanam-mangrove-di-tanjungpinanghttp://kepri.antaranews.com /berita/19350/banyan-tree-bintan-tanam-mangrove-di-tanjungpinang (20 Januari 2012)

Opini, (2012). Jenis-jenis dokumentasi pembelajaran. (Online). Tersedia: http://pembelajaran guru.word press.com. 2008/05/22. Lesson study: jenis-jenis dokumentasi pembelajaran. (20 Januari 2012)

Opini, (2009). Macam-Macam Metode Pembelajaran. (Online) Tersedia: (http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-metode-pembelajaran/) (15 januari 2012)

Opini, (2011). Hubungan Antara Belajar dan Pembelajaran. (Online) Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/hubungan-antara-belajar-dan-pembelajaran/.( 8 februari 2012).


(6)

Sagita, A (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Ict Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika. (Online) Tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=30 &cad=rja&ved=0CFgQFjAJOBQ&url=http%3A%2F%2Fmarlina2.files.w

ordpress.com%2F2011%2F03%2Fproposal-anggit-rancage-sagita.docx&ei=WGaaULOvMorSrQfkk4H4Cw&usg=AFQjCNHuhnYAd Q1WjOx3Bx6-oI5w6cj95g (15 Oktober 2012).

Sartika, D. 2008. Peran Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam. (Online). Tersedia:

http://alliciakomputer.blogspot.com/2008/05/peran-lembar-kerja- siswa-lks-dalam.html?m=1 (20 Januari 2012)

Santoso, F (2010). Masyarakat Pesisir Semakin Terimpit. (Online) Tersedia: http://nasional.kompas.com/read/2010/12/04/0253352/ (20 januari 2012) Sirait. (2012). Pemko terima 50.000 bibit mangrove. (Online). Tersedia:

http://www.detiknusantara.com/index.php?option=com_content&view=art

icle&id=3138:pemko-terima-50-ribu-bibit-mangrove-dari-klh&catid=3:kepri&Itemid=45 (20 Januari 2012)

Setiawan, D, (2011). Metode kerja kelompok karya wisata. (Online)

http://sdn2-ketro.blokspot.com/2011/02metode-kerja- kelompok-karya-wisata (20 April 2012)

Topsy. (2012). Kondisi hutan mangrove di kota Tanjungpinang http://batamtoday.com/detail_berita.php?id=7833http://batamtoday.com/de tail_berita.php?id=7833 (20 Januari 2012)

Tanpa Nama (2012) Eksistensi Hutan Mangrove Terancam. (Online) Tersedia: http://www.haluankepri.com/fokus/9601-eksistensi-hutan-mangrove-terancam.html (20 januari 2012)

Tanpa Nama (2009). Studi dokumen dalam penelitian kuantitatif. (Online) Tersedia: http://adzelgar.wordpressi.com/2009/02/02/studi-dokumen-dalam-penelitian-kuantitatif/ (20 januari 2012)

Tanpa Nama, (2011). Hutan Mangrove Tanjungpinang terancam. (Online) Tersedia: http://www.haluankepri.com/news/tanjungpinang/9002-hutan-mangrove-tanjungpinang-teracam.html 26/02/2011 (20 Januari 2012)