HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI DAN SUAMI DI USIA AWAL PERNIKAHAN DI KOTA BANDUNG.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI DAN SUAMI DI USIA AWAL PERNIKAHAN DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Departemen Psikologi

Oleh:

Ulya Nurul Muslihah NIM. 1001514

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Istri dan Suami di Usia Awal Pernikahan

Di Kota Bandung

Oleh

Ulya Nurul Muslihah NIM. 1001514

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi

© Ulya Nurul Muslihah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ULYA NURUL MUSLIHAH 1001514

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI DAN SUAMI DI USIA AWAL PERNIKAHAN DI KOTA BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing 1

Drs. H. M. Engkos Kosasih, M.Pd. NIP. 19611002 198403 1 004

Pembimbing II

Helli Ihsan, S.Ag., M.Si. NIP. 19750912 200604 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi

Helli Ihsan S.Ag., M.Si. NIP. 19750912 200604 1 002


(4)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 8

A. Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 8

1. Definisi Komunikasi Interpersonal ... 8

2. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ... 8

3. Aspek Komunikasi Interpersonal ... 10

4. Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 11

5. Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 13

B. Kepuasan Pernikahan ... 13

1. Definisi Pernikahan ... 13

2. Alasan Menikah ... 14

3. Fungsi Pernikahan ... 15


(5)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Aspek Kepuasan Pernikahan ... 17

6. Komponen Kepuasan Pernikahan ... 19

7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pernikahan... 20

8. Perbedaan Kepuasan Pernikahan Laki-laki dan Perempuan .... 21

9. Mengukur Kepuasan Pernikahan ... 22

C. Kerangka Pemikiran ... 23

D. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 26

1. Lokasi Penelitian ... 26

2. Subyek Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian... 27

C. Definisi Operasional... 28

1. Definisi Operasional Kemampuan Komunikasi Interpersonal 28 2. Definisi Operasional Kepuasan Pernikahan ... 29

D. Instrumen Penelitian... 29

1. Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 29

2. Instrumen Kepuasan Pernikahan ... 30

3. Teknik Skoring ... 31

4. Kategorisasi Skala ... 32

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 32

1. Validitas ... 32

2. Pemilihan Item yang Layak ... 33

a. Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 33

b. Instrumen Kepuasan Pernikahan ... 34

3. Reliablitias ... 35

a. Reliabilitas Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 36


(6)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 36

1. Uji Korelasi ... 36

2. Uji Komparasi ... 37

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 38

1. Tahap Persiapan ... 38

2. Tahap Pelaksanaan ... 38

3. Tahap Pelaporan ... 38

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil ... 39

1. Deskripsi Demografi Subjek Penelitian ... 39

2. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 41

a. Dimensi Keterbukaan ... 42

b. Dimensi Empati ... 43

c. Dimensi Sikap Mendukung ... 44

d. Dimensi Sikap Positif ... 45

e. Dimensi Kesetaraan ... 46

3. Deskripsi Kepuasan Pernikahan ... 47

a. Dimensi Dyadic Satisfaction ... 48

b. Dimensi Dyadic Consensus ... 49

c. Dimensi Dyadic Cohesion... 50

d. Dimensi Affectional Expression ... 51

4. Korelasi Kemampuan Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Pernikahan ... 52

5. Komparasi Kepuasan Pernikahan antara Laki-Laki dan Perempuan ... 53

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66


(7)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ... 74


(8)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Istri dan Suami di Usia Awal Pernikahan Di Kota Bandung” seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataaan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika kelimuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2014 Yang membuat Pernyataan,

Ulya Nurul Muslihah NIM. 1001514


(9)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Ulya Nurul Muslihah (1001514). Hubungan Antara Kemampuan Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan Pernikahan pada Istri dan Suami di Usia Awal Pernikahan di Kota Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi. UPI. Bandung (2014). Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada suami dan istri di usia awal pernikahan serta mencari perbedaan kepuasan pernikahan antara laki-laki dan perempuan di usia awal pernikahan di kota Bandung. Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah total 100 subjek (50 suami dan 50 istri) yang ada di kota Bandung. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif serta signifikan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.572 dengan kontribusi sebesar 32.7%. Sementara itu, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan antara laki-laki dan perempuan.


(10)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Ulya Nurul Muslihah (1001514). The Relationships between Interpersonal Communication Skills with Marital Satisfaction of Wife and Husband in the Early Age of Marriage in Bandung. Undergraduate Thesis. Department of Psychology. Indonesia University of Education. Bandung (2014)

The purpose of this research was to determine the relationship between the interpersonal communication skills and marital satisfaction of husbands and wives in the early age of marriage and to compare the marital satisfaction between men and women at the early age of marriage in Bandung. This quantitative research used purposive sampling technique, with a total of 100 subjects (50 husbands and 50 wives) that live in Bandung. The results of this reasearch indicate that there is a positive and significant relationship between interpersonal communication skills with marital satisfaction on the husband and wife in the early age of marriage in Bandung with a correlation coefficient of 0.572 with a contribution of 32.7%. Meanwhile, there is no difference in marital satisfaction between men and women.


(11)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu tugas seorang individu yang berada pada tahap dewasa awal menurut Erikson (Desmita, 2005) adalah adanya keinginan untuk melakukan pembentukan hubungan intim dan akrab yang mengarah pada perkembangan hubungan seksual. Di berbagai masyarakat, hubungan seksual dan keintiman dapat diperoleh melalui lembaga pernikahan. Menurut Sarwono (2009), pernikahan merupakan sebuah komitmen yang diakui secara sosial untuk menjadi pasangan suami istri dengan mengadakan pesta pernikahan. Duvall dan Miller (Sarwono, 2009), juga menyatakan bahwa pernikahan adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial untuk dapat melakukan hubungan seksual, membesarkan anak, serta membagi peran di antara pasangan.

Pasangan yang telah menikah, memiliki keinginan untuk mendapatkan kepuasan di dalam pernikahannya. Kepuasan pernikahan menurut Hendrick dan Hendrick (Haseley, 2006) adalah pengalaman subjektif terhadap kebahagiaan dan kepuasan di dalam hubungan pernikahan. Menurut Snyder (Canel, 2013), kepuasan pernikahan berhubungan dengan ketidakpuasan pasangan pada pernikahan mereka, faktor-faktor yang menimbulkan stres, komunikasi pada pasangan, waktu yang dihabiskan bersama pasangan, masalah keuangan, dan orientasi pernikahan. Menurut Lefton, kepuasan pernikahan akan tercapai apabila kebutuhan individu, seperti kebutuhan ekonomi, kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan emosional terpenuhi (Vembry, 2012).

Kepuasan pernikahan diasosiasikan dengan banyak hal yang positif pada individu, keluarga, dan lingkungan sosial. Menurut Bui et al. (Carroll, Hill, Yorgason, Larson, & Sandberg, 2013), kepuasan pernikahan yang tinggi pada pernikahan membuat pernikahan menjadi lebih stabil. Tingkat kepuasan pernikahan berubah seiring berjalannya waktu. Rollins dan Cannon, Rollins dan


(12)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Feldman, Spanier, Lewis, dan Cole, (Vembry, 2012) menyimpulkan bahwa kepuasan pernikahan mengikuti kurva U, yaitu pada awal pernikahan sebelum


(13)

2

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fase bulan madu selesai dan saat anak-anak sudah beranjak dewasa, kepuasan pernikahan yang tinggi akan dirasakan oleh pasangan suami istri pada pernikahannya.

Menurut Davila, usia awal pernikahan memainkan peranan penting untuk dijadikan acuan kehidupan orang dewasa dan memiliki efek yang lama terhadap hubungan pernikahan (Toomey, 2002). VanLaningham, Johnson, dan Amato (Strong, DeVault, & Cohen, 2011), menyatakan bahwa kepuasan pernikahan menururn di tahun-tahun awal pernikahan setelah pasangan melewati fase bulan madu, karena pasangan akan menjadi lebih akrab dan menilai satu sama lain, sehingga membuat hubungan mereka menjadi lebih realistis.

Penelitan yang dilakukan oleh Amato et al., Kurdek, Mackey dan O’Brien (Hyun dan Shin, 2009) juga menyatakan bahwa kepuasan pernikahan menurun di usia awal pernikahan karena pasangan yang menikah harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimana mereka harus memiliki tanggung jawab dan menghadapi kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Hal ini didukung juga oleh pernyataan menurut Huston, Caughlin, Houts, Smith & George, Karney, Bradbury, & Johnson (Toomey, 2002) bahwa pasangan yang baru menikah berada pada periode transisi. Selama periode transisi, akan muncul berbagai masalah yang harus dihadapi. Cara mengatasi masalah dan perbedaan diantara dua individu ini akan memiliki dampak pada kelangsungan pernikahan. Selama masa transisi ini, pasangan harus menyesuaikan diri dengan peran, posisi, harapan-harapan dan perkembangan yang berbeda.

Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan gender juga berpengaruh pada kepuasan pernikahan. Dua penelitian dari tahun 1980 dan 2000, menemukan bahwa para istri memiliki kepuasan pada pernikahan yang rendah dibandingkan dengan suaminya (Hyun dan Shin, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Mackey

dan O’Brien, Park, Guo, Huang et al. (Hyun dan Shin, 2009) juga mendukung

pernyataan bahwa para suami lebih memiliki kepuasan di dalam pernikahan dibandingkan dengan para istri. Hasil survei di Amerika Serikat menemukan


(14)

3

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa para istri cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang lebih rendah (56%) dibandingkan dengan para suami (60%) (Pujiastuti dan Retnowati, 2004).

Menurut Canel (2013), masalah yang paling umum yang terkait dengan pernikahan adalah komunikasi, selain masalah uang, seksualitas, dan keluarga. Hal ini berarti, komunikasi memegang peranan yang penting di dalam pernikahan. Dengan adanya komunikasi, rasa saling mengerti, rasa saling sayang dapat terbentuk. Komunikasi juga merupakan salah satu faktor yang dapat membuat kualitas suatu hubungan meningkat ke arah yang lebih baik, dan juga penting bagi kebahagiaan hidup (Rakhmat, 2012).

Salah satu jenis komunikasi yang memiliki frekuensi cukup tinggi adalah komunikasi interpersonal, karena menurut Devito (1991), di dalam komunikasi interpersonal penyampaian pesan yang dilakukan dapat memiliki dampak dan peluang untuk memberikan respon secara langsung. Salah satu penyebab dari beberapa peristiwa pertengkaran, perselisihan, perdebatan, perkelahian, dan sebagainya adalah karena adanya kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Bradbury dan Greef (Haseley, 2006), juga menyatakan bahwa komunikasi dan proses interpersonal turut berpengaruh dalam kepuasan pernikahan.

Pentingnya komunikasi di dalam kepuasan pernikahan, dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Macky dan O’Brien (Haseley, 2006) kepada 120 pasangan yang diwawancarai mengenai komponen penting di dalam kepuasan pernikahan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat lima komponen penting di dalam kepuasan pernikaham yaitu tingkatan konflik, pengambilan keputusan, komunikasi, penilaian terhadap hubungan dan keintiman. Pasangan yang memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi menunjukkan komunikasi yang positif dan merasa mereka mampu berbicara dengan pasangan mereka tentang berbagai macam hal.

Diana Rahmawati (Sarwono 2009) juga melakukan penelitian mengenai pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan seorang istri yang menjalani hubungan jarak jauh dengan suaminya. Komponen keintiman pada saat istri


(15)

4

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berada jauh dengan pasangan, tergambarkan melalui komunikasi di antara semua subjek penelitian dengan pasangannya. Melalui sarana komunikasi, semua subjek penelitian dapat mengutarakan masalah yang dihadapi pada pasangannya dan juga dapat saling memberikan dukungan emosional dan penghargaan pada pasangan.

Hubungan pernikahan tidak jarang diakhiri dengan perpisahan, bahkan perceraian. Menurut Konselor Badan Penasihat Pembinaan Pelestarian Pernikahan (BP4) Kantor Kementrian Agama Kota Depok Frida, kurangnya komunikasi antar pasangan merupakan salah satu faktor perceraian, selain karena tuntutan ekonomi pada kalangan menengah ke bawah (Purnama, 2013).

Sebagian besar penyebab perceraian hasil rekapitulasi BPA pada tahun 2010 adalah karana masalah ketidakharmonisan (perselingkuhan, masalah komunikasi) sebanyak 285.184 kasus, tidak bertanggungjawab sebanyak 78.407 kasus, dan masalah ekonomi sebanyak 67.891 kasus. Dari kasus perceraian yang terjadi, 70% diantaranya perceraian diajukan oleh istri dan 80% penyumbang terbesar perceraian adalah pasangan dengan usia di awal pernikahan yaitu usia dibawah 5 tahun (Musdalifah, 2012).

Berdasarkan data dari Pengadilan Tinggi (PT) tahun 2010, Bandung menempati urutan pertama dimana angka perceraiannya mencapai 84.084 perkara. Angka tersebut naik 100 persen lebih dibanding tahun sebelumnya (Putra, 2012). Data dari Pengadilan Agama Kota Bandung pada tahun 2011, menunjukkan bahwa jumlah perceraian terbanyak berasal dari pasangan yang memiliki usia pernikahan 1-5 tahun, hal ini menunjukkan bahwa usia di awal pernikahan merupakan usia yang rentan akan perceraian (Latifa, 2013). Jacobson, Kephart, dan Monahan (Ihromi, 1999) juga menyatakan bahwa perceraian paling banyak terjadi pada kelompok usia pernikahan lima tahun ke bawah. Dari kelompok ini, tingkat perceraian tertinggi adalah pada usia pernikahan tiga tahun. Lebih jauh, Kephart menemukan bahwa perceraian pasangan suami istri lebih banyak terjadi pada awal-awal tahun pernikahan, yaitu tahun ke-2 dan ke-4 pernikahan.

Kreider dan Kurdek (Markey, 2005), juga menyatakan statistik perceraian yang menunjukkan bahwa sebagian besar perceraian terjadi pada pasangan yang


(16)

5

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menikah kurang dari lima tahun. Karakteristik pada masa awal pernikahan adalah pembentukan sistem pernikahan, masa transisi dari masa lajang pada masa memiliki pasangan hidup, masa untuk menata hubungan dengan keluarga besar dan teman-teman untuk menyertakan pasangan, masa untuk menyesuaikan keputusan karir untuk kehidupan pernikahan, dan merupakan masa yang berhubungan dengan isu-isu dalam perubahan waktu, seks, dan uang. Hal tersebut didukung pendapat Awe (Animasahun dan Oladeni, 2012), bahwa pasangan di dalam pernikahan menghabiskan lima tahun pertama di dalam pernikahannya untuk melakukan penyesuaian pada perbedaan yang dimiliki oleh pasangannya dan berbagai faktor eksternal yang memengaruhi pernikahan. Tahun pertama sampai dengan tahun kelima merupakan masa yang paling kritis di dalam pernikahan.

Menurut William, Sawyer, & Wahlstrom (Laura, 2013), pasangan muda di tahap awal pernikahan akan mengalami banyak perubahan, terutama dalam mengurus anak, bekerja, dan rumah tangga, sehingga kepuasan pernikahan menurun. Pasangan suami istri biasanya harus melakukan penyesuaian pernikahan terutama pada tahap awal pernikahan atau awal tahun pernikahan. Pada tahun pertama, suami dan istri harus saling belajar untuk saling mengenal dengan peran barunya sebagai suami, istri, atau orang tua. Tahap ini berlangsung antara usia pernikahan nol hingga 10 tahun (Rachmawati & Mastuti, 2013).

Menurut Hurlock, pentingnya penyesuaian sebagai suami atau istri dalam sebuah pernikahan akan berdampak pada keberhasilan hidup berumah tangga yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan pernikahan, mencegah kekecewaan dan perasaan bingung, dan memudahkan seseorang untuk menysuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami atau istri dan kehidupan lain di luar rumah tangga (Rachmawati & Mastuti, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, usia di awal pernikahan merupakan usia yang penting karena merupakan masa penyesuaian pasangan suami istri di dalam pernikahannya, namun di sisi lain usia awal pernikahan juga merupakan penyumbang terbesar dari perceraian yang terjadi. Salah satu alasan pasangan


(17)

6

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

suami istri bercerai adalah adanya masalah di komunikasi, sehingga dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami yang menikah di usia awal pernikahan di kota Bandung.

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung?;

2. Apakah terdapat perbedaan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung; dan

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami. Lebih khususnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi ilmiah di bidang psikologi, khususnya Psikologi Sosial, serta dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan komunikasi interpersonal dalam kepuasan pernikahan.


(18)

7

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Praktis

Bagi istri dan suami, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kemampuan dalam komunikasi interpersonal dengan pasangan, dapat membantu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal, meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal, dan untuk dapat meningkatkan kepuasan di dalam pernikahan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I merupakan pendahuluan, yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi teori-teori mengenai teori komunikasi interpersonal, yaitu definisi komuniksi interpersonal, karakteristik komunikasi interpersonal, aspek komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi interpersonal, dan faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi interpersonal. Selain itu, dibahas juga mengenai teori-teori kepuasan pernikahan, yaitu definisi pernikahan, alasan menikah, fungsi pernikahan, definisi kepuasan pernikahan, aspek kepuasan pernikahan, komponen kepuasan pernikahan, dan faktor yang memengaruhi kepuasan pernikahan. Pada bab II juga dibahas mengenai kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang berisi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian kemampuan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan, proses pengemabangan instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan tahapan mengenai pelaksanaan penelitian.

Bab IV adalah hasil dari penelitian dan pembahasan penelitian yang dilakukan mengenai kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung.

Bab V berisi kesimpulan dari penelitian dan saran bagi pihak-pihak yang terkait.


(19)

8

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung


(20)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati urutan pertama dengan tingkat perceraian tertinggi (Putra, 2012).

2. Subyek Penelitian

Populasi adalah seluruh individu yang memiliki karakterisitik tertentu yang sesuai dengan keinginan penelitian (Cozby & Bates, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang sudah menikah dengan usia pernikahan awal di kota Bandung. Sampel adalah bagian dari populasi dengan kriteria khusus yang dijadikan sumber data penelitian (Cozby & Bates, 2011). Teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling. Jumlah populasi di dalam penelitian ini tidak diketahui dengan jelas, sehingga jenis sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan subjek penelitian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti (Cozby & Bates, 2011).

Berdasarkan hal tersebut, karaktersitik subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang menikah dengan usia pernikahan di awal pernikahan (6 bulan - 5 tahun) dan tinggal di wilayah kota Bandung.

Roscoe (Sekaran, 2010) menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak dijadikan responden pada setiap penelitian agar memenuhi perhitungan statistik, sehingga distribusi frekuensi mendekati populasi atau skor yang didapat mendekati kurva normal adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500. Selain itu, menurut Gay dan Diehl (Silalahi, 2012),


(21)

27

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jumlah sampel yang paling sedikit dalam penelitian korelasional adalah 30 sampel, dan jumlah yang paling sedikit dalam penelitian komparasi adalah masing-masing 30 sampel. Populasi dalam penelitian ini tidak diketahui, sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini adalah:

(Lemeshow, 1990) Keterangan:

n : jumlah sampel

: nilai standar normal, (jika α: 0,05, maka Z: 1,960) P(1-P) : estimasi proporsi pupulasi (jika P 0,5, maka P(1-P): 0.25) d : penyimpangan yang ditolerir (10%)

Sehingga,

.04

Berdasarkan pertimbangan dan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang, dengan jumlah subjek penelitian laki-laki 50 orang dan subjek penelitian perempuan 50 orang.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dan komparasi. Teknik korelasi bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan di antara dua variabel (Cozby & Bates, 2011), dalam penelitian ini


(22)

28

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan. Pada penelitian ini juga digunakan analisis demografi yaitu jenis kelamin untuk variabel kepuasan pernikahan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan variabel kepuasan pernikahan pada istri dan suami di kota Bandung.

C. Definisi Operasional

1. Definisi Operasional Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Definisi operasional variabel kemampuan komunikasi interpersonal dalam penelitian ini tergambarkan berdasarkan derajat skor dari kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan lima aspek kemampuan komunikasi interpersonal yang dikemukakan Devito (1991), yaitu:

a. Keterbukaan yaitu adanya kesediaan untuk membuka diri secara wajar, kesediaan memberikan respon yang jujur, dan adanya rasa tanggung jawab pada pikiran serta perasaan yang diungkapkan dalam proses komunikasi.

b. Empati yaitu adanya kemampuan untuk memahami apa yang sedang dialami oleh orang lain.

c. Sikap mendukung yaitu memiliki komitmen agar proses komunikasi menjadi sumber informasi bukan suatu penilaian, ketika individu memiliki pikiran yang terbuka dan memiliki keinginan untuk mendengarkan pendapat berbeda dari orang lain.

d. Sikap positif yaitu dapat menampilkan sikap dan perilaku positif serta dapat menghargai diri sendiri dan orang lain baik dalam bentuk perasaan maupun pikiran yang ditampilkan sesuai dengan tujuan komunikasi interpersonal.

e. Kesetaraan yaitu adanya pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, bernilai dan berharga, dan saling membutuhkan.


(23)

29

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Definisi Operasional Kepuasan Pernikahan

Definisi kepuasan pernikahan dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap komponen kepuasan pernikahan, yang tergambar dari derajat skor kuesioner yang disusun berdasarkan empat komponen kepuasan pernikahan yang dikemukakan Spanier (1976) yaitu:

a. Dyadic satisfaction adalah derajat kebahagiaan pasangan di dalam pernikahan dengan frekuensi terjadinya konflik di dalam pernikahan dan sejauh mana pasangan puas dengan hubungan.

b. Dyadic consensus adalah derajat kesepakatan pasangan dalam berbagai hal di dalam pernikahan, seperti pengaturan keuangan, pembuatan keputusan yang penting, hiburan, permasalahan keagamaan, pandangan-pandangan hidup, hubungan dengan keluarga besar, kesepakatan mengenai tujuan, pembagian tugas rumah tangga, waktu luang, dan masalah pekerjaan.

c. Dyadic cohesion adalah derajat kedekatan di dalam hubungan ketika pasangan terlibat di dalam kegiatan bersama-sama dan kepentingan bersama.

d. Affectional expression adalah derajat pengungkapan kasih sayang kepada pasangan di dalam pernikahan.

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Instrumen kemampuan komunikasi interpersonal di dalam penelitian ini disusun oleh peneliti menggunakan skala Likert berdasarkan lima aspek kemampuan komunikasi interpersonal dari DeVito (1991). Kisi-kisi instrumen kemampuan komunikasi interpersonal dapat dilihat pada tabel 3.1.


(24)

30

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel. 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

Fav Unfav

Keterbukaan Kesediaan untuk membuka diri secara wajar pada lawan bicara.

1, 12, 14 - 3

Kesediaan untuk memberikan respon yang jujur terhadap stimulus yang datang.

2, 4, 19 7 4

Bertanggung jawab atas apa yang telah diungkapkan.

13, 22 21 3

Empati Mampu memahami perilaku, sikap, yang sedang dialami oleh lawan bicara.

17, 30 - 2

Mampu untuk merasakan apa yang dirasakan lawan bicara.

16, 23 - 2

Sikap mendukung

Memberikan gagasan yang bersifat dekriptif bukan evaluatif.

15, 29 - 2

Memiliki keinginan untuk mendengar pendapat yang berbeda dari lawan bicara.

10, 27 - 2

Sikap Positif Menunjukkan sikap positif pada lawan bicara dan diri sendiri.

3, 18 - 2

Mampu menghargai lawan bicara.

24, 26 5 3

Kesetaraan Mampu menempatkan diri setara dengan lawan bicara.

9 11 2

Menyadari adanya kepentingan yang berbeda dengan lawan bicara.

6, 20 31 3

Tidak memaksakan kehendak diri sendiri.

8, 25 28 3

Jumlah 31


(25)

31

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen kepuasan pernikahan di dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan alat ukur dari Spanier (1976) yang sudah diadaptasi dan dimodifikasi oleh Qisthi (2010), dengan reliabilitas instrumen setelah di uji coba sebesar 0,827. Instrumen kepuasan pernikahan disusun menggunakan skala Likert. Kisi-kisi instrumen kepuasan pernikahan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kepuasan Pernikahan

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

Favorable Unfavorable

Dyadic satisfaction

Kebahagiaan pasangan di dalam pernikahan.

1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14

- 12

Dyadic consensus

Kesepakatan pasangan dalam berbagai hal di dalam pernikahan.

17, 18, 21, 28

15, 16, 19, 20

8

Dyadic cohesion

Kedekatan di dalam hubungan pernikahan.

22, 23, 24, 25

- 4

Affectional expression

Pengungkapan rasa kasih sayang dan perhatian pada pasangan.

3, 5 26, 27 4

Jumlah 22 6 28

3. Teknik Skoring

Skala yang digunakan di dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Pernikahan masing-masing terdiri dari 21 dan 27 item, yang terdiri dari item favorable dan item unfavorable. Item favorable adalah item yang menunjukkan kecenderungan perilaku kemampuan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan. Item unfavorable adalah item yang tidak menunjukkan kecenderungan perilaku kemampuan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan.

Di dalam skala kemampuan komunikasi interpersonal, terdapat empat alternatif pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden,


(26)

32

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Rentang skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu sampai dengan empat. Skala kepuasan pernikahan memiliki enam alternatif pilihan jawaban yang dianggap sesuai oleh responden. Rentang skor yang digunakan di dalam penelitian ini adalah satu sampai enam.

4. Kategorisasi Skala

Kategorisasi skala bertujuan untuk menempatkan individu pada kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinium berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013a). Skala di dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam lima level, rumus norma kategori yang digunakan adalah:

Tabel 3.3 Kategorisasi Skala

Rumus Kategori

T > (µ + 1,5σ) Sangat Tinggi

(µ + 0,5σ) < T ≤ (µ + 1,5σ) Tinggi (µ - 0,5σ) < T ≤ (µ + 0,5σ) Sedang (µ - 1,5σ) < T ≤ (µ - 0,5σ) Rendah

T ≤ (µ - 1,5σ) Sangat Rendah

(Ihsan, 2013)

Keterangan:

T : skor subjek µ : rata-rata baku

σ : deviasi standar baku

E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Validitas

Validitas menurut Bailey mengandung dua hal, pertama bahwa instrumen pengukuran mengukur secara aktual konsep dalam pertanyaan, kedua bahwa konsep dapat diukur secara akurat, sehingga instrumen yang


(27)

33

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

valid adalah yang dapat mengukur apa yang hendak diukur dan mampu mengungkap data mengenai karakteristik gejala yang diteliti secara tepat (Silalahi, 2012). Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi.

Validitas isi alat ukur ditentukan dari sejauh mana isi instrumen atau item pengukur dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka dari konsep (Silalahi, 2012). Validitas isi pada penelitian ini diuji menggunakan analisis rasional untuk melihat kesesuaian antara item yang telah dibuat dengan indikator perilaku yang ingin diukur (Silalahi, 2012). yang dilakukan oleh professional judgment, yaitu Helli Ihsan, S.Ag., M.Si (dosen Psikometri), M. Ariez Musthofa, S.Ag., M.Si (dosen Psikologi Sosial), dan M. Zein Permana, S.Psi., M.Si (dosen Psikologi Sosial).

2. Pemilihan Item yang Layak

Setelah item pada setiap instrumen dinilai oleh para ahli, peneliti melakukan uji coba instrumen kepada 140 suami dan istri di kota Bandung. Selanjutnya, peneliti melakukan pemilihan item yang layak dengan melihat korelasi item total. Menurut Cronbach (Azwar, 2013b), item yang memiliki koefisien yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik, sehingga item yang dipilih adalah item yang memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0,30. Hasil analisis item pada setiap instrumen adalah sebagai berikut:

a. Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Berdasarkan hasil analisis item pada instrumen kemampuan komunikasi interpersonal yang dilakukan pada 140 orang responden, dari 31 item yang diuji, terdapat 21 item yang layak yaitu item 1, 2, 3, 4, 9, 10, 12, 13, 14, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31. Adapun item yang tidak layak adalah item nomor 5, 6, 7, 8, 11, 15, 16, 20, 28, 30. Kisi-kisi instrumen kemampuan komunikasi interpersonal setelah dilakukan uji coba adalah sebagai berikut:


(28)

34

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal Setelah Uji Coba

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

Fav Unfav

Keterbukaan Kesediaan untuk membuka diri secara wajar pada lawan bicara.

1, 7, 9 - 3

Kesediaan untuk memberikan respon yang jujur terhadap stimulus yang datang.

2, 4, 12 - 3

Bertanggung jawab atas apa yang telah diungkapkan.

8, 14 13 3

Empati Mampu memahami perilaku, sikap, yang sedang dialami oleh lawan bicara.

10 - 1

Mampu untuk merasakan apa yang dirasakan lawan bicara.

15 - 1

Sikap mendukung

Memberikan gagasan yang bersifat dekriptif bukan evaluatif.

20 - 1

Memiliki keinginan untuk mendengar pendapat yang berbeda dari lawan bicara.

6, 19 - 2

Sikap Positif Menunjukkan sikap positif pada lawan bicara dan diri sendiri.

3, 11 - 2

Mampu menghargai lawan bicara.

16, 18 - 2

Kesetaraan Mampu menempatkan diri setara dengan lawan bicara.

5 - 1

Menyadari adanya kepentingan yang berbeda dengan lawan bicara.

- 21 1

Tidak memaksakan kehendak diri sendiri.

17 - 1


(29)

35

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Instrumen Kepuasan Pernikahan

Hasil analisis item instrumen kepuasan pernikahan menunjukkan bahwa dari 28 item yang diuji, terdapat 27 item yang ditanyatakan layak yaitu item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, sedangkan item yang dinyatakan tidak layak adalah item nomor 8. Kisi-kisi instrumen kepuasan pernikahan setelah dilakukan uji coba dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

Favorabel Unfavorabel

Dyadic satisfaction

Kebahagiaan pasangan di dalam pernikahan.

1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13

- 11

Dyadic consensus

Kesepakatan

pasangan dalam berbagai hal di dalam pernikahan.

16, 17, 20, 27

14, 15, 18, 19

8

Dyadic cohesion

Kedekatan di dalam hubungan

pernikahan.

21, 22, 23, 24

- 4

Affectional expression

Pengungkapan rasa kasih sayang dan perhatian pada pasangan.

3, 5 25, 26 4

Jumlah 27

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keandalan, keterpercayaan, kemantapan, konsistensi, ketepatan atau akurasi dari suatu ukuran, sehingga uji reliabilitas adalah pengukuran mengenai sejauhmana pengukuran tersebut memiliki nilai yang konsisten dan memberikan hasil yang relatif sama apabila diukur berulang-ulang (Silalahi, 2012).


(30)

36

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis reliabilitas yang digunakan adalah dengan melihat koefisien Alpha Cronbach yang dihitung menggunakan software SPSS versi 20.00. Besarnya koefisien reliabilitas yang reliabel berada mulai dari angka 0 sampai dengan angka 1.0 (Azwar, 2013b). Hasil uji reliabilitas masing-masing instrumen adalah:

a. Reliabilitas Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Hasil uji reliabilitas pada instrumen kemampuan komunikasi interpersonal dengan menggunakan SPSS versi 20.00 adalah 0.861 dan termasuk pada kategori reliabilitas yang tinggi Guilford (Sugiyono, 2010), sedangkan koefisien reliabilitas ketika uji coba instrumen ialah 0.804.

b. Reliabilitas Instrumen Kepuasan Pernikahan

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen kepuasan pernikahan, koefisien reliabilitas yang diperoleh ialah sebesar 0.882. Menurut Guilford, nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen kepuasan pernikahan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi (Sugiyono, 2010). Adapun nilai koefisien reliabilitas ketika uji coba instrumen ialah 0.909.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti memberikan kuesioner secara langsung kepada responden agar tidak ada kebingungan ketika responden menjawab isi kuesioner yang diberikan. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang diberikan oleh peneliti untuk dijawab responden untuk mengukur suatu variabel yang diminati (Silalahi, 2012).


(31)

37

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 20.00. Tahapan dalam menganalisis data untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk menguji adanya hubungan antara variabel. Uji korelasi yang digunakan adalah Product Moment dari Pearson. Statistik yang menunjukkan kekuatan serta arah hubungan antara variabel adalah koefisien korelasi (Azwar, 2013b). Menurut Azwar (2013b), apabila nilai koefisien korelasi mendekati angka 1.0, hal tersebut menunjukkan hubungan yang kuat diantara variabel, sedangkan koefisien korelasi yang memiliki nilai mendekati angka 0, berarti memiliki hubungan yang lemah.

Setelah koefisien korelasi diketahui, langkah selanjutnya adalah memberikan interpretasi koefisien korelasi berdasarkan pedoman koefisien korelasi pada tabel 3.6.

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sugiyono, 2010)

Selanjutnya, peneliti melakukan uji koefisien determinasi untuk mengukur seberapa besar kontribusi dalam satu variabel ditentukan oleh vaiabel lain (Silalahi, 2012). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:


(32)

38

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KD = r2 x 100%

(Susetyo, 2012) Keterangan :

KD : koefisien determinasi r : koefsien korelasi

2. Uji Komparasi

Uji Komparasi digunakan untuk mengetahui perbedaan kepuasan pernikahan istri dan suami pada usia awal pernikahan di kota Bandung. Uji komparasi yang digunakan adalah Mann-Whitney U Test sampel indepeden.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan masalah yang akan diteliti berdasarkan fenomena di lingkungan sekitar.

b. Melakukan kajian literatur untuk mendapatkan teori yang mendukung dengan penelitian yang dilakukan.

c. Menyusun proposal penelitian dan dosen pembimbing skripsi. d. Mengajukan permohonan perizinan penelitian.

e. Melakukan penyusunan instrumen berdasarkan landasan teori. f. Melakukan expert judgment instrumen yang disusun kepada

professional judgment.

g. Melakukan uji coba instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan


(33)

39

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan penyebaran kuesioner pada suami dan istri yang usia pernikahannya berada pada usia awal pernikahan di kota Bandung. c. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

d. Melakukan pengolahan dan analisis data.

3. Tahap Pelaporan

a. Melakukan penyusunan laporan hasil dari penelitian dalam bentuk skripsi.


(34)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

A. Kesimpulan

Secara keseluruhan, kemampuan komunikasi interpersonal pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung berada pada kategori yang cukup atau sedang. Hal ini berarti, subjek sudah cukup memiliki kemampuan keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Pada variabel kepuasan pernikahan, istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung juga berada pada kategori yang cukup. Jadi, istri dan suami merasa cukup puas pada kedekatan dengan pasangan, cukup puas dengan kesepakatan mengenai berbagai hal dalam pernikahannya, serta cukup puas dengan pengungkapan kasih sayang dalam pernikahannya.

Hasil dari uji hipotesis yang dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil ialah terdapat hubungan yang positif serta signifikan pada variabel kemampuan komunikasi interpersonal dan kepuasan pernikahan pada suami dan istri di usia awal pernikahan di Kota Bandung, dengan koefisien korelasi sebesar 0.572 dan koefisien determinasi sebesar 32.7%. Jadi, semakin tinggi kemampuan komunikasi interpersonal, maka semakin tinggi kepuasan pernikahannya. Selain itu, kesimpulan dari hasil uji hipotesis yang kedua ialah tidak terdapat perbedaan kepuasan pernikahan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di usia awal pernikahan di kota Bandung. Apabila dilihat dari masing-masing dimensi, perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanya terdapat pada dimensi dyadic consensus dan dimensi dyadic cohesion.


(35)

67

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti menuliskan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, kemampuan komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan pernikahan, jadi dari hasil tersebut, sebaiknya suami maupun istri dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya, dengan lebih membuka diri pada pasangan, meningkatkan empati pada pasangan, memberikan dukungan serta menampilkan sikap positif ketika berkomunikasi dengan pasangan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, apabila tertarik untuk meneliti variabel yang sama, peneliti menyarankan untuk menambahkan aspek demografis yang lain, seperti kehadiran anak (jumlah anak yang dimiliki), etnis, pekerjaan, tempat tinggal (desa dan kota) dan lain-lain, dan untuk variabel kepuasan pernikahan, peneliti menyaranakan untuk tidak menggunakan alat ukur kepuasan pernikahan yang sama dengan penelitian ini.

3. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah istri dan suami yang tidak berpasangan, sehingga peneliti selanjutnya bisa menggunakan subjek penelitian istri dan suami yang berpasangan untuk dilihat perbedaan kepuasan pernikahan pada pasangan suami dan istri, menambahkan jumlah sampel agar hasilnya dapat digeneralisasi, dan ketika proses pengambilan data, lebih disarankan untuk dapat mendampingi responden ketika mengisi instrumen penelitian.


(36)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, K. & Hossein-abadi, Fateme, H. (2008). Religiosity, Marital Satisfaction and Child Rearing.Pastoral Psychol (2009) 57:211–221. DOI 10.1007/s11089-008-0176-4.

Animasahun, R.A& Oladeni, O.O. (2012). Effects of Assertiveness Training and Marital Communication SkillsIn Enhancing Marital Satisfaction among Baptist Couples in LagosState, Nigeria. Global Journal of Human Social Science Arts & Humanities Volume 12 Issue 14 Version 1.0 Year 2012. Anniza, N. (2008). Hubungan Perilaku Memaafkan (Forgiveness) Dan Kepuasan

Pernikahan Pada Pasangan Bekerja. Abstrak dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=39278&i dc=38

Azwar, S. (2013b). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2013a). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R.A. & Bayern, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Canel, A.N. (2013). The Development of the MaritalSatisfaction Scale (MSS) Marmara University. Diakses 7 Oktober 2013 dari http://www.academia.edu/3425296/The_Development_of_the_Marital_S atisfaction_Scale_MSS_.

Carrol, S.J., Hill, E.F., Yorgason, J.B., Larson, J.H., & Sandberg, J.G. (2013). Couple communicationas a mediator between work-family conflict and marital satisfaction. Contemp Fam Ther (2013) 35:530–545. DOI 10.1007/s10591-013-9237-7.

Cozby, P., & Bates, S. (2011). Methods in Behavioral Research. New York: McGraw-Hill.

DeGenova, M.K. (2008). Intimate Relationship, Marriages, and Families (7th ed). New York: McGraw-Hill.

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Devito, J.A. (1991). Human Communication: The Basic Course(5th ed). USA:


(37)

69

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Duvall, E. (1977). Marriage and Family Development (5th ed). Philadelphia: Lippincott.

Elliott, J. (2010). Linking Family Leisure And Family Function: A Literature Review. (Tesis). University Of Wisconsin-Stout, USA.

Erhabor, S.I & Neo, J.N. (2013). How Happy Are Married People? Psychological Indicators Of Marital Satisfaction Of Married Men And Women In Gauteng Province, South Africa. Gender & Behaviour 2013, 11(2), 5486-5498, Pp-5486-5498.

Gottman, J. (1994). Why Marriages Succeed or Fail. New York: Simon & Schuster.

Gunarsa, Y.S. & Gunarsa, S.D. (2012). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Libri. Hanifia, S.N. (2013). Meningkatkan Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi Antar

Teman Sebaya Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Johari Window. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang, Semarang. Dari : http://Lib.Unnes.Ac.Id/17314/1/1301408018.Pdf.

Hargie, O. (2011). Skilled Interpersonal Communication. USA: Routledge.

Haseley, J.L. (2006). Marital Satisfaction among Newly Married Couples: Associations with Religiousity and Romantic Attachment Style. Texas: University of North Texas.

Hess, J. (2008). Marital Satisfaction and Parental Stress. (Tesis) Utah State University, USA.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hyun, S., & Shin, H. (2009). Korean Pastors and Their Wives’ Marital

Satisfaction and Its Predicting Factors. Pastoral Psychol (2010) 59:495– 512. DOI 10.1007/s11089-009-0199-5.

Ihromi. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ihsan, Helli. (2013). Metode Skala Psikologi.Bandung : Tidak diterbitkan.

Knowles, S. (2002). Marital Satisfaction, Shared Leisure, And Leisure Satisfaction In Married Couples With Adolescents. (Tesis). Oklahoma Christian University, USA.


(38)

70

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kolibas, G. (2007). Perceived Differences in Marital Satisfaction within Couples of Returning Operation Iraqi Freedom (OIF) or Operation Enduring Freedom (OEF) veterans. (Tesis). Kean University, USA. Dari http://books.google.co.id/books?id=zbN2ASpGAh8C&printsec=frontcov er#v=onepage&q&f=false

Latifa, R. (2013, September). Marriage and The Problems. Handout Workshop Marriage Problems & Intervention Bina Karir. Bandung.

Laura, L. (2013). Peranan Waktu Luang Bersama Pasangan Dan Inisiasi Berhubungan Seksual dalam Memprediksi Kepuasan Pernikahan Pada Suami Dan Istri Dewasa Muda Bekerja Di Jakarta. (Skripsi). Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Lemeshow, S. (1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies. Inggris: John Wiley & Sons.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana.

Markey, B. (2005). The Lifecycle Stages Of A Marriage. Disajikan pada

“Promoting and Sustaining Marriage as a Community of Life and Love”

A Colloquium of Social Scientists and Theologians. 24-25 Oktober, 2005. Mcdonald, N.M. & Messinger, D.S. (t.t). The Development Of Empathy: How,

When, And Why. USA: University Of Miami dari: http://www.psy.miami.edu/faculty/dmessinger/c_c/rsrcs/rdgs/emot/McDo nald-Messinger_Empathy%20Development.pdf.

Montesino, M.L.C. dkk. (2013). Psychometric properties of the Dyadic Adjustment Scale (DAS) in a community sample of couples. Psicothema, Vol. 25, No. 4, 536-541.

Mottet, T. (2012). Your Interpersonal Communication. USA: Pearson.

Musdalifah. (2012). Menyelamatkan Keluarga Indonesia. Diakses 8 Oktober 2013, dari http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=12292.

Northcentral University, (t.t). Locke-Wallace Marital Adjustment Test. Diakses dari learners.ncu.edu/syllabus/download_file.asp?.

Olson, D.H., Defrain, J., & Skogrand, L. (2010). Marriages and Families: intimacy, diversity, and strengths (7th ed). New York: McGraw-Hill. Pearson, C.J. (2011). Human Communication. New York: Mcgraw-Hill.


(39)

71

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prawasti, D. (2007). Hubungan Antara Gejala-Gejala Menopause dan Kepuasan Pernikahan pada Wanita. Abstrak dari http://www.lontar.ui.ac.id/ file?file=digital/125615-305.4%20PRA%20h%20-%20Hubungan% 20Antara-Abstrak.pdf.

Pengadilan Tinggi Negeri Agama Bandung. (2013). Faktor Penyebab Perceraian. Diakses 1 Desember 2013 dari http://www.pta-bandung.go.id/faktor-penyebab-perceraian.html.

Pujiastuti, E & Retnowati, S. (2004). Kepuasan Pernikahan Dengan Depresi Pada Kelompok Wanita Menikah Yang Bekerja dan yang Tidak bekerja. Humanitas Indonesian Psychological Journal. Vol. 1. No.2.

Purnama, R. (2013). Mal Dituding Picu Tingginya Perceraian di Depok. Diakses 8 Oktober 2013, dari http://metro.sindonews.com/read/2013/10/03/31/ 790241/mal-dituding-picu-tingginya-perceraian-di-depok.

Putra, E.P. (2012). Tiga Daerah Paling Banyak Cerai Warganya. Diakses 7 Oktober 2013, dari http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/ 12/01/24/lya3j5-tiga-daerah-paling-banyak-cerai-warganya.

Qisthi, D.A. (2010). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Suami Istri Yang Beragama Islam. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rachmawati, D., & Mastuti, E. (2013). Perbedaan Tingkat Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Tingkat Peneysuaian Pernikahan pada Istri Brigif 1 Mairini TNI-AL yang Menjalani Long Distance Marriage.Universitas Airlangga Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, volume 02, no. 01, Februari 2013.

Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rangelov, B.B. (2012). A Study Of The Relationship Between Conflict

Management Styles And Marital Satisfaction Among Bulgarian-American Spouses. Dari Proquest UMI Disertation Publishing. (UMI 3570157) Rostami, A., Ghazinour, M., Nygren, L., Nojurni, M., & Richter, J. (2012).

Health-related Quality of Life, Marital Satisfaction, and Social Support in Medical Staff in Iran. Applied Research Quality Life (2013) 8:385– 402. DOI 10.1007/s11482-012-9190-x.

Rudman, L. A., & Glick, P. (2008). The social psychology of gender: How power and intimacy shape gender relations. New York, NY: Gulford Press.


(40)

72

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sari, T.N. (2013). Pengaruh Forgiveness Terhadap Kepuasan Pernikahan Pada Istri. Abstrak dari http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/ 3754044.

Sarwono, S.W. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sekaran, U. (2010). Research Methods for Business. New York: John Wiley & Sons.

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

South, S.C., Krueger, R.F., & Iacono, W.G. (2010). Factorial Invariance of the Dyadic Adjustment Scale across Gender. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Dari NIHPA Author Manuscripts. (NIHMS145381).

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Spanier, G. B. (1976). Measuring dyadic adjustment: New scales for assessing the quality of marriage and similar dyads. Journal of Marriage and the Family, 38, 15-28.

Spanier, G., & Cole, C. (1976). Toward a clarification and investigation of marital adjustment. International Journal of Sociology of the Family, 6, 121-146.

Strong, B., Devalut, O., & Cohen, T.F. (2011). The Marriage and Family Experience: Intimate Relationships in a Changing Society (11th ed). Canada: Nelson Education.

Stone, E.A. & Shackelfors, T.K. (2006). Encyclopedia Of Social Psychology. Thousand Oaks, Ca: Sage.

Stinnett, N. (1984). Relationships In Marriage And The Family. New York: Macmillan Publishing Co.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: C.V. Alfabeta. Suranto Aw. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Toomey, A.L. (2002). Typological Shift Among Newly Married Couples Following Completion Of A Marital Enrichment Program. (Skripsi). Oklahoma Baptist University, USA.


(41)

73

Ulya Nurul Muslihah , 2014

Hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada istri dan suami di usia awal pernikahan di kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Vembry, R. (2012). Kepuasan Pernikahan Pada Istri Dengan Suami Sebagai Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga. (Skripsi). Universitas Gunadarma, Jakarta. Dari http://library.gunadarma.ac.id/repository /view/353696/kepuasan-pernikahan-pada-istri-dengan-suami-sebagai-pelaku-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt.html/.

Wardhani, N.A.K. (2012). Self Disclosure dan Kepuasan Pernikahan pada istri di usia awal pernikahan. Calyptra: Jurnal Ilmuah Mahasiswa Universtas Surabaya Vol. 1 No. 1 (2012).


(1)

Ulya Nurul Muslihah , 2014

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, K. & Hossein-abadi, Fateme, H. (2008). Religiosity, Marital Satisfaction

and Child Rearing.Pastoral Psychol (2009) 57:211–221. DOI

10.1007/s11089-008-0176-4.

Animasahun, R.A& Oladeni, O.O. (2012). Effects of Assertiveness Training and Marital Communication SkillsIn Enhancing Marital Satisfaction among Baptist Couples in LagosState, Nigeria. Global Journal of Human Social Science Arts & Humanities Volume 12 Issue 14 Version 1.0 Year 2012. Anniza, N. (2008). Hubungan Perilaku Memaafkan (Forgiveness) Dan Kepuasan

Pernikahan Pada Pasangan Bekerja. Abstrak dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=39278&i dc=38

Azwar, S. (2013b). Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2013a). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R.A. & Bayern, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Canel, A.N. (2013). The Development of the MaritalSatisfaction Scale (MSS)

Marmara University. Diakses 7 Oktober 2013 dari

http://www.academia.edu/3425296/The_Development_of_the_Marital_S atisfaction_Scale_MSS_.

Carrol, S.J., Hill, E.F., Yorgason, J.B., Larson, J.H., & Sandberg, J.G. (2013). Couple communicationas a mediator between work-family conflict and

marital satisfaction. Contemp Fam Ther (2013) 35:530–545. DOI

10.1007/s10591-013-9237-7.

Cozby, P., & Bates, S. (2011). Methods in Behavioral Research. New York: McGraw-Hill.

DeGenova, M.K. (2008). Intimate Relationship, Marriages, and Families (7th ed).

New York: McGraw-Hill.

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Devito, J.A. (1991). Human Communication: The Basic Course(5th ed). USA:


(2)

Duvall, E. (1977). Marriage and Family Development (5th ed). Philadelphia: Lippincott.

Elliott, J. (2010). Linking Family Leisure And Family Function: A Literature Review. (Tesis). University Of Wisconsin-Stout, USA.

Erhabor, S.I & Neo, J.N. (2013). How Happy Are Married People? Psychological Indicators Of Marital Satisfaction Of Married Men And Women In Gauteng Province, South Africa. Gender & Behaviour 2013, 11(2), 5486-5498, Pp-5486-5498.

Gottman, J. (1994). Why Marriages Succeed or Fail. New York: Simon & Schuster.

Gunarsa, Y.S. & Gunarsa, S.D. (2012). Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: Libri. Hanifia, S.N. (2013). Meningkatkan Keterbukaan Diri Dalam Komunikasi Antar

Teman Sebaya Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Johari Window.

(Skripsi). Universitas Negeri Semarang, Semarang. Dari :

http://Lib.Unnes.Ac.Id/17314/1/1301408018.Pdf.

Hargie, O. (2011). Skilled Interpersonal Communication. USA: Routledge.

Haseley, J.L. (2006). Marital Satisfaction among Newly Married Couples: Associations with Religiousity and Romantic Attachment Style. Texas: University of North Texas.

Hess, J. (2008). Marital Satisfaction and Parental Stress. (Tesis) Utah State University, USA.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hyun, S., & Shin, H. (2009). Korean Pastors and Their Wives’ Marital

Satisfaction and Its Predicting Factors. Pastoral Psychol (2010) 59:495

512. DOI 10.1007/s11089-009-0199-5.

Ihromi. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ihsan, Helli. (2013). Metode Skala Psikologi.Bandung : Tidak diterbitkan.

Knowles, S. (2002). Marital Satisfaction, Shared Leisure, And Leisure Satisfaction In Married Couples With Adolescents. (Tesis). Oklahoma Christian University, USA.


(3)

Kolibas, G. (2007). Perceived Differences in Marital Satisfaction within Couples of Returning Operation Iraqi Freedom (OIF) or Operation Enduring Freedom (OEF) veterans. (Tesis). Kean University, USA. Dari http://books.google.co.id/books?id=zbN2ASpGAh8C&printsec=frontcov er#v=onepage&q&f=false

Latifa, R. (2013, September). Marriage and The Problems. Handout Workshop Marriage Problems & Intervention Bina Karir. Bandung.

Laura, L. (2013). Peranan Waktu Luang Bersama Pasangan Dan Inisiasi Berhubungan Seksual dalam Memprediksi Kepuasan Pernikahan Pada Suami Dan Istri Dewasa Muda Bekerja Di Jakarta. (Skripsi). Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Lemeshow, S. (1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies. Inggris: John Wiley & Sons.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana.

Markey, B. (2005). The Lifecycle Stages Of A Marriage. Disajikan pada

“Promoting and Sustaining Marriage as a Community of Life and Love”

A Colloquium of Social Scientists and Theologians. 24-25 Oktober, 2005. Mcdonald, N.M. & Messinger, D.S. (t.t). The Development Of Empathy: How,

When, And Why. USA: University Of Miami dari: http://www.psy.miami.edu/faculty/dmessinger/c_c/rsrcs/rdgs/emot/McDo nald-Messinger_Empathy%20Development.pdf.

Montesino, M.L.C. dkk. (2013). Psychometric properties of the Dyadic Adjustment Scale (DAS) in a community sample of couples. Psicothema, Vol. 25, No. 4, 536-541.

Mottet, T. (2012). Your Interpersonal Communication. USA: Pearson.

Musdalifah. (2012). Menyelamatkan Keluarga Indonesia. Diakses 8 Oktober

2013, dari http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=12292.

Northcentral University, (t.t). Locke-Wallace Marital Adjustment Test. Diakses dari learners.ncu.edu/syllabus/download_file.asp?.

Olson, D.H., Defrain, J., & Skogrand, L. (2010). Marriages and Families: intimacy, diversity, and strengths (7th ed). New York: McGraw-Hill. Pearson, C.J. (2011). Human Communication. New York: Mcgraw-Hill.


(4)

Prawasti, D. (2007). Hubungan Antara Gejala-Gejala Menopause dan Kepuasan Pernikahan pada Wanita. Abstrak dari http://www.lontar.ui.ac.id/ file?file=digital/125615-305.4%20PRA%20h%20-%20Hubungan% 20Antara-Abstrak.pdf.

Pengadilan Tinggi Negeri Agama Bandung. (2013). Faktor Penyebab Perceraian. Diakses 1 Desember 2013 dari

http://www.pta-bandung.go.id/faktor-penyebab-perceraian.html.

Pujiastuti, E & Retnowati, S. (2004). Kepuasan Pernikahan Dengan Depresi Pada Kelompok Wanita Menikah Yang Bekerja dan yang Tidak bekerja. Humanitas Indonesian Psychological Journal. Vol. 1. No.2.

Purnama, R. (2013). Mal Dituding Picu Tingginya Perceraian di Depok. Diakses 8 Oktober 2013, dari http://metro.sindonews.com/read/2013/10/03/31/

790241/mal-dituding-picu-tingginya-perceraian-di-depok.

Putra, E.P. (2012). Tiga Daerah Paling Banyak Cerai Warganya. Diakses 7 Oktober 2013, dari http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/

12/01/24/lya3j5-tiga-daerah-paling-banyak-cerai-warganya.

Qisthi, D.A. (2010). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kepuasan Pernikahan Pada Suami Istri Yang Beragama Islam. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rachmawati, D., & Mastuti, E. (2013). Perbedaan Tingkat Kepuasan Pernikahan Ditinjau dari Tingkat Peneysuaian Pernikahan pada Istri Brigif 1 Mairini TNI-AL yang Menjalani Long Distance Marriage.Universitas Airlangga Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, volume 02, no. 01, Februari 2013.

Rakhmat, J. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rangelov, B.B. (2012). A Study Of The Relationship Between Conflict

Management Styles And Marital Satisfaction Among Bulgarian-American Spouses. Dari Proquest UMI Disertation Publishing. (UMI 3570157) Rostami, A., Ghazinour, M., Nygren, L., Nojurni, M., & Richter, J. (2012).

Health-related Quality of Life, Marital Satisfaction, and Social Support

in Medical Staff in Iran. Applied Research Quality Life (2013) 8:385

402. DOI 10.1007/s11482-012-9190-x.

Rudman, L. A., & Glick, P. (2008). The social psychology of gender: How power and intimacy shape gender relations. New York, NY: Gulford Press.


(5)

Sari, T.N. (2013). Pengaruh Forgiveness Terhadap Kepuasan Pernikahan Pada

Istri. Abstrak dari http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/

3754044.

Sarwono, S.W. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sekaran, U. (2010). Research Methods for Business. New York: John Wiley & Sons.

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

South, S.C., Krueger, R.F., & Iacono, W.G. (2010). Factorial Invariance of the Dyadic Adjustment Scale across Gender. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Dari NIHPA Author Manuscripts. (NIHMS145381).

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Spanier, G. B. (1976). Measuring dyadic adjustment: New scales for assessing the quality of marriage and similar dyads. Journal of Marriage and the Family, 38, 15-28.

Spanier, G., & Cole, C. (1976). Toward a clarification and investigation of marital adjustment. International Journal of Sociology of the Family, 6, 121-146.

Strong, B., Devalut, O., & Cohen, T.F. (2011). The Marriage and Family Experience: Intimate Relationships in a Changing Society (11th ed). Canada: Nelson Education.

Stone, E.A. & Shackelfors, T.K. (2006). Encyclopedia Of Social Psychology. Thousand Oaks, Ca: Sage.

Stinnett, N. (1984). Relationships In Marriage And The Family. New York: Macmillan Publishing Co.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: C.V. Alfabeta. Suranto Aw. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Toomey, A.L. (2002). Typological Shift Among Newly Married Couples Following Completion Of A Marital Enrichment Program. (Skripsi). Oklahoma Baptist University, USA.


(6)

Vembry, R. (2012). Kepuasan Pernikahan Pada Istri Dengan Suami Sebagai Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga. (Skripsi). Universitas

Gunadarma, Jakarta. Dari http://library.gunadarma.ac.id/repository

/view/353696/kepuasan-pernikahan-pada-istri-dengan-suami-sebagai-pelaku-kekerasan-dalam-rumah-tangga-kdrt.html/.

Wardhani, N.A.K. (2012). Self Disclosure dan Kepuasan Pernikahan pada istri di usia awal pernikahan. Calyptra: Jurnal Ilmuah Mahasiswa Universtas Surabaya Vol. 1 No. 1 (2012).