PENDAHULUAN Penanganan Anak Hiperaktif Melalui Terapi Bermain (Studi Kasus di TK Al-Hidayah V Ngasinan Kwarasan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012).

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar. Pada
usia tersebut anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa
khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia
emas maka pada masa itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Salah
satunya adalah perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif merupakan hal yang sangat penting bagi anak
usia dini. Dijelaskan oleh Sukamti (2010:2) bahwa perkembangan kognitif
anak perlu dibina sejak dini, sebab anak yang sejak dini diberi pengetahuan
akan meningkatkan perkembangan kognitifnya. Gamayanti (dalam Rohmah
dan Widuri, 2010: 3) menyatakan bahwa pada anak usia dini, karakteristik
perkembangan yang perlu menjadi perhatian adalah terjadinya masa “over
activity”, masa yang menunjukkan terjadinya aktivitas yang berlebihan pada
anak. Aktivitas yang berlebihan membuat pemikiran anak tidak fokus dalam
menyelesaikan aktivitasnya, sehingga anak mengalami gangguan kognitifnya.
Anak yang mengalami gangguan kognitif dalam pemusatan perhatian

mempengaruhi kemampuan anak dalam memusatkan perhatian. Menurut
Rohmah dan Widuri (2010: 3) bahwa kurang pemusatan perhatian
menunjukkan adanya gejala hiperaktif yang berkaitan dengan gangguan

1

2

tingkah

laku,

aktivitas

kognitif,

mengingat,

berpikir,


menggambar,

merangkum dan mengorganisasikan.
Anak hiperaktif yang tidak mampu memusatkan perhatiannya
berpengaruh terhadap perkembangan anak, khususnya pada emosionalnya
sehingga membuat anak merasa minder, frustasi dan tidak dihargai serta
bereaksi dengan penolakan terhadap lingkungan sekitar melalui perilaku yang
tidak diharapkan seperti: bandel, pemarah, melawan dan membangkang,
sehingga menghambar sosialisasi anak di lingkungan. Apabila masalah ini
tidak segera ditangani dengan baik, maka akan berdampak pada
perkembangan anak dan munculnya perilaku-perilaku yang tidak diharapkan.
Salah satu cara untuk mengurangi hiperaktivitas anak yang kurang
mampu memusatkan perhatian yaitu dengan terapi. Terapi adalah sarana,
program pelayanan serta rangkaian proses yang diberikan kepada seseorang
yang membutuhkan terapi. Widyawati (dalam Ratnadewi, 2009) menyatakan
tiga macam terapi yang digunakan untuk penanganan anak hiperaktif, yaitu
terapi wicara, perilaku, bermain, dan terapi sensory Integration. Terapi
Wicara adalah terapi untuk membantu anak berbicara lebih baik. Terapi
Perilaku adalah metode untuk membentuk perilaku positif pada anak. Terapi
Bermain adalah proses terapi psikologik pada anak, dimana alat permainan

menjadi sarana utama untuk mencapai tujuan. Terapi Sensory Integration
adalah pengorganisasian informasi melalui sensori-sensori (sentuhan,
gerakan,

keseimbangan,

pendengaran).

penciuman,

pengecapan,

penglihatan

dan

3

Hal tersebut dapat diketahui melalui keaktifan anak yang berlebihan.
Aktivitas yang berlebihan pada anak juga ditemui pada anak TK Al-Hidayah

V Ngasinan Kwarasan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Aktivitas
dalam gerak motorik yang berlebihan pada anak di TK Al-Hidayah V
Ngasinan Kwarasan, antara lain anak bersikap aktif bermain meskipun sedang
dijelaskan oleh guru, bahwa anak yang hiperaktivitas di kelas ditandai dengan
tindakan anak yang selalu melakukan kegiatan beresiko, berbuat tanpa
berpikir dahulu dan seolah-olah tidak sadar terhadap akibatnya, dan seolaholah tidak mendengar. Anak “ingin pergi” – sulit untuk diikuti, tidak pernah
dapat diam, bergoyang-goyang, mengetuk-ngetukkan jari-jari tangan atau
kaki, mengayun-ayunkan tungkai, memutar-mutar badan, naik turun, biasanya
mengerjakan beberapa hal sekaligus dan tidak pernah dapat duduk dengan
tenang. Anak mengalami hambatan dalam menfokuskan perhatiannya.
Dalam penelitian ini difokuskan pada terapi bermain. Terapi bermain
dipergunakan dalam penelitian ini dengan alasan karena masa anak adalah
masa bermain. Aliyah (2006) mengungkapkan bahwa penanganan siswa
hiperaktif dapat dilakukan dengan terapi permainan, dengan terapi permainan
dapat mengurangi hiperaktif anak. Terapi bermain dapat dilakukan untuk
membantu mengendalikan aktivitas yang berlebihan (hiperaktivitas), melatih
kemampuan mempertahankan perhatian pada objek tertentu, mengembangkan
ketrampilan menunggu giliran, dan mengendalikan tingkat agresivitas.
Bermain


merupakan

wahana

yang

memungkinkan

anak-anak

berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh

4

wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan
anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Kegiatan bermain bagi anak adalah bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi
dan menciptakan sesuatu.
Alat permainan yang dirancang dengan baik akan lebih menarik anak
daripada alat permainan yang tidak didesain dengan baik. Anak TK biasanya

menyukai alat permainan dengan bentuk yang sederhana dan tidak rumit dan
berwarna terang. Andang (2006:118) menjelaskan bahwa fungsi permainan
difungsikan untuk meningkatkan gerak motorik, merangsang kreativitas, dan
kognitif. Jenis permainan untuk meningkatkan gerak motorik, seperti bermain
petak umpet, sepak bola, kejar-kejaran, senam, menggambar, dan bermain air.
Permainan untuk meningkatkan kreativitas, seperti kertas lipat warna-warni,
puzzel, lego, boneka tangan, boneka, dan topeng. Permainan yang dapat
meningkatkan kognitif yaitu ular tangga, puzzle, dan terowongan tikustikusan.
Jenis permainan puzzle digunakan dalam penelitian ini, karena puzzle
dapat meningkatkan daya pikir anak. Dijelaskan oleh Andang (2006: 120)
bahwa permainan puzzle termasuk permainan multifungsi, yaitu permainan
yang mengandung banyak fungsi atau manfaat. Selain itu, perminan puzzle
termasuk permainan yang dapat meningkatkan daya kognitif, karena anak
akan bermain dengan cara menfokuskan perhatiannya ke permainan. Dari
pendapat Andang tersebut, permainan puzzle dipilih sebagai bentuk terapi

5

permainan, karena anak yang bermain puzzle memusatkan perhatiannya ke
permainan dan mengurangi kegiatan lainnya.

Berdasarkan permasalahan yang ada peneliti merasa tertarik untuk
menerapkan permainan edukatif berupa puzzle untuk meningkatkan daya
pikir anak. Puzzle dapat diimplementasikan pada pembelajaran daya pikir
anak karena pada dasarnya anak-anak sangatlah menyukai permainanpermainan, salah satunya puzzle. Melalui puzzle anak akan dapat
mempelajari sesuatu yang rumit serta anak akan berpikir bagaimana puzzle
ini dapat tersusun dengan rapi. Kognitif merupakan suatu proses dan produk
pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktifitas mental seperti
mengingat,

mensimbolkan,

mengkategorikan,

memecahkan

masalah,

menciptakan dan berfantasi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dipilih judul
yaitu ” PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF MELALUI TERAPI

BERMAIN (Studi Kasus Di TK Al-Hidayah V Ngasinan Kwarasan
Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012).

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang
yang telah dijelskan, sebagai berikut:
1. Masih terdapat anak yang hiperaktif dan kurang mampu dalam
memusatkan perhatian, sehingga mengganggu proses pembelajaran guru di
dalam kelas.

6

2. Terapi bermain puzzle belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, sehingga
keaslian dalam penelitian yang membahas tentang penanganan anak
hiperaktif melalui terapi bermain puzzle dapat dipertanggung jawabkan

C. Pembatasan Masalah
Guna menfokuskan permasalahan yang dikaji dalam penelitiannya ini,
maka permasalahan perlu dibatasi. Adapun pembatasan masalah dalam
penelitian ini, yaitu:

Masalah yang diteliti yaitu penanganan anak hiperaktif melalui
terapi bermain puzzle.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di
atas, agar permasalahan dapat dibahas secara optimal, maka penulis
merumuskan permasalahan, sebagai berikut:
“Bagaimanakah penanganan anak hiperaktif melalui terapi bermain puzzle di
TK Al-Hidayah V Ngasinan Kwarasan Kecamatan

Grogol Kabupaten

Sukoharjo?”

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan urutan tentang berbagai masalah yang telah di rumuskan,
maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

7


Untuk mengetahui  bagaimana  penanganan anak hiperaktif melalui
terapi bermain puzzle di TK Al-Hidayah V Ngasinan Kwarasan Kecamatan
Grogol Kabupaten Sukoharjo

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam konteks
kehidupan manusia. Adapun manfaat itu dapat penulis rumuskan sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
dalam memberikan terapi permainan puzzle terhadap anak hiperaktif
anak TK.
b. Memperkaya kajian pemberian terapi pada anak TK pada umumnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
1) Memberikan masukan positif terhadap pelaksanaan terapi pada anak
hiperaktif.
2) Memberikan solusi kepada guru yang menemui kesulitan dalam
menangani anak TK yang hiperaktif.

3) Meningkatkan kinerja guru TK, sehingga kualitas pembelajaran pada
anak TK semakin meningkat.

8

b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai salah
satu cara untuk mengatasi permasalahan pada anak TK yang hiperaktif
melalui terapi permainan.

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kemampuan Konsentrasi pada Anak Autis melalui Terapi Bermain

0 22 2

Hubungan antara Penggunaan Media Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Anak Usia Dini di TK PGRI Desa Sepanjang Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi Tahun Ajaran 2012-2013

3 41 3

Hubungan Stimulasi Bermain dari Keluarga dengan Tingkat Perkembangan Anak Usia Toddler di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Tahun 2011

0 7 17

Hubungan Stimulasi Bermain dengan Interpersonal Intelligence Pada Anak Usia Prasekolah di TK Al-Amien Kecamatan Patrang Kabupaten Jember

0 21 150

KAJIAN POLA KEMITRAAN DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG HIBRIDA (Studi Kasus di Desa Gambyok Kecamatan Grogol Kabupaten Kediri)

0 8 94

Pengaruh Bermain Puzzle Geometri terhadap Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Al-Hidayah

0 0 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B Usia 5-6 Tahun Melalui Digital Storytelling di TK Apple Kids Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 201

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B Usia 5-6 Tahun Melalui Digital Storytelling di TK Apple Kids Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B Usia 5-6 Tahun Melalui Digital Storytelling di TK Apple Kids Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 38

Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan

0 1 20