Prosiding Konferensi Nasional Ikatan Psikologi Klinis III.

IMPLEMENTASI NILAI KEARIFAN LOKAL TAT TWAM ASI
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI PANTI ASUHAN
Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Email: pandeary@yahoo.com
ABSTRAK
Pertumbuhan, perkembangan, dan pengalaman sejak masa kanak-kanak akan membentuk
anak memiliki karakter tertentu. Nilai kearifan lokal sebagai salah satu keunggulan budaya
masyarakat turut menjadi dasar dalam membentuk karakter individu. Untuk itu, penelitian ini
berfokus pada implementasi nilai kearifan lokal Bali tat twam asi dalam membentuk karakter
anak di panti asuhan yang berlatar belakang budaya Bali. Tat twam asi mengandung makna
kamu adalah aku dan aku adalah kamu dimana semua makhluk adalah sama sehingga bila kita
menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Metode pengambilan data menggunakan: (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) dokumentasi.
Responden penelitian adalah ketua, pengurus, dan anak-anak panti asuhan. Analisis data
menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang meliputi, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
nilai kearifan lokal tat twam asi terwujud dalam bentuk perilaku keseharian anak-anak panti
asuhan antara lain (1) rasa kekeluargaan yaitu semua adalah saudara walaupun tidak satu ikatan
darah, (2) berbagi dalam bentuk tanggung jawab tugas, suka dan duka, serta (3) tidak iri hati
kepada orang lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi nilai kearifan lokal Bali

yaitu tat twam asi menjadi perilaku keseharian anak-anak penghuni panti asuhan dalam setiap
aktivitas yang dilakukan.
Kata Kunci: Implementasi, Nilai Kearifan Lokal Tat Twam Asi, Membentuk Karakter

THE IMPLEMENTATION OF THE BALINESE LOCAL WISDOM TAT TWAM ASI
VALUES IN SHAPING CHILDREN’S CHARACTER IN
ORPHANAGE
Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Psychology Departement, Faculty of Medicine, Udayana University
Email: pandeary@yahoo.com
ABSTRACT
Growths, developments, and experiences since childhood will form a child with a specific
character. Local wisdom values as one of the community's cultural advantages becoming the
basis in forming the individual’s character. Therefore, this study focuses on the implementation
of the Balinese local wisdom values tat twam asi in shaping the character of children in a
balinese cultural backgrounds orphanage. Tat twam asi means you are me and I am you where all
beings are equal so that when we help others means also we are helping ourselves.
Data were collected by using: (1) interview, (2) observation, and (3) documentation.
Respondents of this research were the chairman, the board, and the children of orphanage. The
data were analyzed by using descriptive-qualitative technique which contains data collection,

data reduction, data presentation, and conclusion. The result shows that the implementation of
Balinese local values, tat twam asi shows as a form of the orphans’ daily behavior such as : (1) a
sense of kinship, which means everyone is a family, although not from a same blood-bond, (2)
sharing in responsibilities, tasks, joys, and sorrows, and (3) not being envy to each others. The
conclusion of this research is the implementation of the tat twam asi, it is the value of Bali’s
local wisdom, which become daily behavior of children in orphanage in their activities.
Keywords: Implementation, Local Wisdom Value Tat Twam Asi, Character Shaping
PENDAHULUAN

yang menuntun individu untuk melakukan

Masa kanak-kanak merupakan salah
satu fase pertumbuhan dan perkembangan
yang

memiliki

peran

penting


dalam

suatu perilaku baik atau melakukan suatu
perilaku tidak baik.
Ohoitmur

(dalam

Rataq

dan

kehidupan individu, termasuk salah satunya

Korompis, 2011), menyebutkan karakter

dalam

Menurut


terdiri dari dua unsur, yaitu karakter bawaan

Berkowitz, dkk (2009), karakter merupakan

dan karakter binaan. Karakter bawaan

kumpulan karakteristik psikologis individual

merupakan karakter yang secara hereditas

yang mempengaruhi bakat seseorang dan

menjadi ciri khas kepribadian seseorang

kecenderungan

sedangkan

dengan


membentuk

untuk

moralitas.

karakter.

bertindak
Dengan

sesuai

demikian,

karakter terdiri dari karakteristik-karakteristik

karakter
pembinaan

sistematis.

karakter
yang
dan

binaan

merupakan

berkembang

melalui

pendidikan

secara

Anak


yang

dan

Secara etimologi, kearifan (wisdom) berarti

berkembang dalam lingkup panti asuhan

kemampuan individu dalam menggunakan

akan

memiliki

tumbuh

berbeda

akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu


dengan anak yang tumbuh dan berkembang

kejadian, obyek atau situasi, sedangkan

dalam pengasuhan orang tua. Anak yang

lokal menunjukkan ruang interaksi dimana

tinggal

peristiwa

atau

Secara

substansial,

di


membawa

karakter

panti

yang

asuhan

karakter

selain

hereditas

sudah
masing-

situasi


tersebut

terjadi.

kearifan

lokal

masing yang didapat dari pengasuhan

merupakan norma yang berlaku dalam

orang tua juga dibentuk dengan karakter

suatu

binaan

kebenarannya dan menjadi acuan dalam


dari

panti

asuhan

sehingga

terbentuk dengan karakter tertentu.

masyarakat

yang

diyakini

bertindak dan berperilaku sehari-hari. Oleh

Panti asuhan anak merupakan salah

karena itu, kearifan lokal merupakan entitas

satu panti sosial yang memiliki tugas

yang

memberikan bimbingan dan pelayanan bagi

martabat manusia

anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang

(Geertz, 1992).

kurang mampu ataupun terlantar agar

sangat

Panti

menentukan

harkat

dan

dalam komunitasnya

asuhan

tat

twam

asi

potensi dan kapasitas belajar pulih kembali

merupakan salah satu panti sosial anak

dan

wajar

yang berlatar belakang budaya Bali. Panti

(Depertemen Sosial Republik Indonesia,

asuhan tat twam asi didirikan oleh para

2004). Dengan kata lain, panti asuhan anak

pemerhati anak yang bernaung di bawah

bertugas menggantikan kewajiban keluarga

yayasan tat twam asi untuk membantu

termasuk melakukan pembinaan secara

anak-anak usia sekolah di Propinsi Bali

moral.

yang tidak dapat menempuh pendidikan

dapat

berkembang

secara

Anak yang tinggal di panti asuhan

sebagaimana mestinya. Adapun anak-anak

berasal dari latar belakang yang berbeda-

yang di berikan bantuan berasal dari

beda sehingga pengelola panti menerapkan

seluruh kabupaten dengan latar belakang

nilai-nilai tertentu yang sudah mengakar

keluarga

kuat sebagai sistem budaya dalam upaya

sekolah, yatim, piatu, maupun yatim piatu

melakukan

pembinaan.

namun masih memiliki motivasi kuat untuk

Salah satunya adalah nilai kearifan lokal

belajar dan meraih cita-cita. Secara teknis,

atau yang disebut local wisdom.

anak yang akan ditampung di panti asuhan

lokal

bimbingan

dan

administrasi dan mendapat rekomendasi

telah

melalui

putus

adalah

yang

harus

anak

tat

kebenaran

asi

mampu,

Menurut Gobyah (2003), kearifan
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.

twam

kurang

proses

dari kecamatan dan dinas sosial setempat

diri manusia dapat didamaikan dengan

dalam bentuk surat pengantar.

memandang semua manusia sama dan

Anak yang tinggal di panti asuhan
tat twam asi memiliki latar belakang yang

melihat manusia sebagai saudara.
kaya

parisudha;

berbeda-beda sehingga dalam melakukan

menjaga kesucian pikiran,

perkataan,

upaya bimbingan dan pembinaan, pengurus

dan perbuatan dalam kehidupan sehari-

panti asuhan menerapkan nilai-nilai kearifan

hari.

lokal Bali yang sudah mengakar kuat

2. Melaksanakan

3. Merasakan

tri

penderitaan

orang

lain;

sebagai sistem budaya. Salah satu nilai

mampu merasakan penderitaan orang

kearifan lokal Bali yang diterapkan adalah

lain

tat twam asi.

merupakan ukuran rasa kemanusiaan

Menurut Suastika (dalam

Redana, 2011), tat twam asi merupakan
kata-kata

dalam

mengajarkan

filsafat

kesusilaan

Hindu

penderitaan

pribadi

seseorang.

yang

Berbagai keadaan yang dirasakan

batas.

oleh individu, baik senang maupun susah

Secara arti kata, tat twam asi terdiri dari tiga

akan mengenalkan individu pada rasa

kata, yaitu tat berarti itu (dia), twam berarti

kebersamaan sehingga se-berapa berat

kamu, dan asi berarti adalah. Jadi, tat twam

masalah yang dihadapi akan terasa ringan.

asi berarti itu atau dia adalah kamu atau

Pemahaman dan pengamalan terhadap

engkau,

dan

saya

tanpa

sebagai

kamu.

ajaran tat twam asi akan membuat individu

Implementasi dari nilai tat twam asi dapat

adalah

mampu merasakan berat dan ringan dalam

dilihat dalam perilaku sehari-hari individu.

menjalani kehidupan karena selalu ada dan

Tat twam asi mengandung makna kamu

berdampingan.

adalah saya, saya adalah kamu sehingga

hendaknya individu mampu selalu saling

bila kita menolong orang lain berarti juga

tolong-menolong,

menolong diri sendiri. Semua makhluk

sepenanggungan dalam kehidupan.

Dengan

demikian,

merasa

senasib

dan

adalah sama, yakni sama-sama ciptaan

Penerapan nilai kearifan lokal Bali

Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa

yaitu tat twam asi pada salah satu panti

(Redana, 2011).

asuhan

Aryasa

(dalam

Redana,

2011)

anak

yang

berlatar

belakang

budaya Bali dalam melakukan pembinaan

mengatakan ajaran tat twam asi tampak

kepada

dalam

membentuk munculnya karakter tertentu

perilaku

di

dalam

hidup

bermasyarakat antara lain:
1. Memandang semua manusia adalah
sama; keberadaan sifat-sifat buruk dalam

anak

penghuni

panti

akan

yang tampil dalam perilaku sehari-hari.
Berdasarkan
permasalahan

di

latar
atas

maka

belakang
tujuan

penelitian ini adalah ingin mengungkap dan

adalah ketua, pengurus, dan anak-anak

menggambarkan implementasi nilai kearifan

panti asuhan.

lokal Bali yaitu tat twam asi di panti asuhan
Pengumpulan data

dalam membentuk karakter anak asuh.

Pengumpulan data dalam penelitian
METODE

kualitatif harus dalam, jelas, dan spesifik.

Jenis penelitian

Untuk itu, peneliti menggunakan metode

Permasalahan
dengan

metode

deskriptif

penelitian
penelitian

yaitu

menyajikan

dikaji

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

kualitatif

Untuk mendapatkan gambaran bagaimana

data,

implementasi nilai kearifan lokal Bali yaitu

menginterprestasikan

tat twam asi di panti asuhan anak, peneliti

(Narbuko dan Achmadi, 2010). Penelitian

menggunakan metode wawancara yang

deskriptif

kualitatif

jenis

dilakukan kepada ketua dan pengurus panti

penelitian

yang

untuk

asuhan. Selain metode wawancara, peneliti

menganalisis

dan

menggambarkan

merupakan
dilakukan

suatu

variabel

secara

juga

menggunakan

metode

observasi

mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa

terhadap keseharian aktivitas anak-anak

membuat

atau

panti asuhan. Dokumentasi yang digunakan

menghubungkan variabel dengan variabel

berupa foto, gambar, atau data-data yang

lainnya. Data deskriptif dalam penelitian

didapat dari pihak panti asuhan.

perbandingan

kualitatif adalah berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari individu dan perilaku yang

Analisis data
Dalam uji validitas data, peneliti

diamati (Moleong, 2007).
Penelitian ini bertujuan mengungkap

menggunakan

triangulasi

dengan

bagaimana

mengecek data yang diperoleh dari hasil,

implementasi nilai kearifan lokal Bali, yaitu

wawancara, observasi dan dokumentasi.

tat twam asi pada salah satu panti asuhan

Analisis data meliputi tahapan-tahapan,

anak yang berlatar belakang budaya Bali.

yaitu pengkategorian data, menginterpretasi

dan

menggambarkan

data untuk kemudian mengkaitkan data
Informan penelitian
Teknik

dengan teori, memaparkan hasil penelitian
penentuan

informan

menggunakan purposive sampling dimana
kriteria

informan

telah

ditetapkan

sebelumnya. Informan dalam penelitian ini

dengan

membuat

menarik kesimpulan.

deskripsi,

kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN

sembilan

orang

perempuan.

Secara

Gambaran Panti Asuhan

penempatan, anak laki-laki tinggal bersama

Panti asuhan tat twam asi didirikan

dengan beberapa orang pengelola yayasan

pada tahun 1987 dan bernaung di bawah

dan anak perempuan tinggal bersama

yayasan tat twam asi. Panti asuhan ini

pengurus di panti asuhan. Pembedaan

didirikan oleh beberapa wanita pemerhati

secara tempat tinggal dilakukan untuk

anak yang melihat kondisi banyak anak-

meminimalisir

anak usia sekolah di Bali yang tidak

diinginkan karena sebagian besar anak

mendapatkan

sedang memasuki masa pubertas. Anak-

mestinya.
adalah

pendidikan

Anak

asuh

anak-anak

sebagaimana

yang

ditampung

putus

sekolah,

kejadian

yang

tidak

anak penghuni panti asuhan yang berusia
sekitar

12-17

tahun

saat

ini

sedang

khususnya anak perempuan dari kalangan

menempuh pendidikan sekolah menengah

keluarga

pertama (SMP) dan sekolah menengah

miskin

maupun

yatim

piatu,

dengan usia minimal 6 tahun atau sudah

atas (SMA).

pernah duduk di sekolah dasar. Anak

Rutinitas

sehari-hari

anak

panti

penghuni panti diberi kesempatan untuk

asuhan sudah dimulai sejak pagi hingga

mengikuti

setingkat

menjelang malam hari dimana pada siang

sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah

pendidikan

formal

hari mereka belajar di sekolah (Lihat Tabel.

menengah atas (SMA) serta pendidikan non

1).

formal. Sebagian besar anak asuh berasal

Tabel 1. Rutinitas Anak Panti Asuhan

dari hampir seluruh kabupaten di Bali.

Jam
05.00 - 05.30

yang digunakan sebagai ruang kantor,

17.00 - 18.00

Aktivitas
Tugas rutin pagi; menyapu, ke
pasar, memasak, dan
menghaturkan sesajen
Mandi dan sembayang
Sarapan
Sekolah
Makan siang dan istirahat
Tugas rutin sore; menyapu,
membuat
canang,
dan
memasak.
Mandi

dapur yang menyatu dengan ruang makan,

18.00 - 18.30

Sembahyang bersama

serta ruang kegiatan anak yang menyatu

18.30 - 19.00

Makan malam

19.00 - 21.00

Belajar

21.00 - 21.30

Bebas

21.30 - 05.00

Tidur

Secara

sarana

dan

prasarana,

yayasan dan panti asuhan tat twam asi
menempati bangunan di atas tanah negara
seluas 1100 m2 yang merupakan bantuan
dari pemerintah Provinsi Bali dengan hak

05.30 - 06.00
06.00 - 06.30
06.30 - 14.00
14.00 - 15.00
16.00 - 17.00

guna pakai. Bangunan terdiri dari 3 unit

dengan ruang perawatan.
Panti asuhan tat twam asi memiliki
empat puluh satu orang anak asuh yang
terdiri dari 2 orang laki-laki dan tiga puluh

Dalam melakukan rutinitas sehari-

pembedaan

antar

yang

satu

lain.

teman

dengan

hari, anak panti asuhan tat twam asi di bagi

teman

Berdasarkan

menjadi beberapa regu piket yang terdiri

observasi terlihat bahwa setiap aktivitas di

dari 2-3 orang yang tergabung ke dalam 2

panti asuhan dilakukan oleh anak asuh

regu besar, yaitu regu yang bertugas dari

secara

pagi hari hingga sore hari dan regu yang

layaknya dalam sebuah keluarga. Menurut

bertugas dari sore hari hingga malam hari.

Aryasa

bersama-sama
(dalam

mengatakan

dalam

Redana,

bahwa

rasa

hasil

suasana

2011)

yang

kebersamaan

Implementasi Nilai Kearifan Lokal Bali

akan membuat masalah yang dihadapi

Tat Twam Asi

terasa lebih ringan.

Berdasarkan

telaah

dokumen,

2. Berbagi

hasilnya menunjukkan bahwa implementasi

Nilai berbagi tidak hanya terkait

nilai kearifan lokal tat twam asi tertuang

kondisi psikologis, suka maupun duka yang

dalam visi dan misi panti asuhan tat twam

dirasakan atau dialami namun juga yang

asi, yaitu memberikan pembinaan dan

tanggung jawab dalam tugas. Jika dilihat

kesempatan

pendidikan

dari rutinitas anak panti asuhan yang

formal kepada anak yang kurang mampu,

dilakukan secara bersama-sama, tampak

piatu, yatim, dan yatim piatu dengan

bahwa setiap orang dalam regu berbagi

membawa surat pengantar yang merupakan

dalam melakukan tugas mereka secara

rekomendasi dari kecamatan dan dinas

sungguh-sungguh.

sosial setempat. Hasil wawancara dengan

3. Tidak iri hati

mengenyam

pengurus panti asuhan didapatkan bahwa

Pengurus panti asuhan tat twam asi

dalam rutinitas keseharian membina dan

menanamkan agar anak asuh tidak saling iri

membimbing anak asuh, ada implementasi

hati satu sama kepada sesama teman yang

nilai kearifan tat twam asi yang dilakukan

sedang

dalam bentuk, yaitu:

Banyaknya kunjungan donatur ke panti

1. Rasa kekeluargaan

asuhan yang kadang tidak terduga dalam

mendapat

keberuntungan.

Latar belakang anak asuh yang

memberikan hadiah kecil ketika berkunjung

berbeda-beda dan berasal dari hampir

agar mampu diterima oleh setiap anak

seluruh

secara ikhlas.

kabupaten

di

Bali

membuat

pengurus panti menanamkan secara kuat

Sejalan dengan pendapat Pawarti

rasa kekeluargaan dengan sikap saling

(2012) yang mengatakan bahwa kearifan

peduli satu sama lain, semua adalah sama

lokal

dan

adalah

bersaudara,

dan tidak

melakukan

memiliki
secara

manfaat,

salah

satunya

sosial

yakni

adanya

kepatuhan pada tradisi, bertanggungjawab,
kebersamaan, saling berbagi dan jujur.

2. Mandiri
Adanya rasa kekeluargaan yang

nilai

melekat dalam kehidupan anak panti

kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari

asuhan tat twam asi, tetap membuat

membawa manfaat dalam berbagai aspek.

anak

Dengan

kata

lain,

implementasi

asuh

mampu

penyelesaian

terhadap

menunjukkan
suatu

tugas

Karakter Anak Panti Asuhan Tat Twam

secara mandiri tanpa harus tergantung

Asi

pada orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dan

“Anak-anak

di

panti

terbiasa

untuk

observasi yang dilakukan, implementasi

melakukan

nilai

mandiri...eee..mulai dari bangun pagi

kearifan

tat

twam

asi

mampu

tugas

secara

membentuk anak panti asuhan

sampai

memliki suatu karakter, yaitu:

tugasnya masing-masing. Kalo belajar

1. Toleransi

juga kenten (begitu), mereka ngatur

Anak panti asuhan tat twam asi

malam

hari

sesuai

dengan

sendiri” (Pengurus yayasan – B32)

mampu menampilkan sikap dan tindakan
menghargai perbedaan baik pendapat,

“Ya..anak-anak di panti harus dididik

sikap, maupun tindakan orang lain yang

untuk

berbeda dengan dirinya dalam perilaku

melakukan kegiatan atau tugas mereka

sehari-hari.

sehari-hari.

“Anak-anak di panti di didik untuk

bisa

sendiri

dengan

Yah...paling

menyelesaikan

sendiri

sadar

tidak

bisa

lah..eee..tidak

memiliki rasa saling menghargai satu

tergantung sama orang” (Ketua yayasan

sama lain. Niki (ini) karena latar belakang

– A28)

mereka yang berbeda sehingga konflik
pasti muncul.” (Ketua yayasan – A23)

3. Tanggung jawab
Nilai

“Sehari-hari nggih (ya) bu...anak-anak
driki

(disini)

diajarkan

menghargai..eee...toleransi

untuk

bisa

lah

sama

saling

berbagi

mampu

membentuk anak panti asuhan tampil
dengan sikap atau perilaku mampu
mengatasi

hambatan,

baik

rutinitas

temannya dan penghuni panti yang lain.”

sehari-hari maupun tugas belajar di

(Pengurus yayasan – A18)

sekolah.
“Semua kegiatan di panti dilakukan
bersama-sama..eee..apa
dikerjakan

bersama

yang

ada

mulai

dari

Comment [P1]: Akan lebih lengkap bila dapat
beberapa contoh kutipan langsung hasil wawancara
yang menunjukkan adanya karakter toleransi,
mandiri, tanggung jawab dan cinta damai.

mengerjakan tugas harian di panti

tindakan

sosial

sampai dengan berbagi makanan, saling

unggah

ungguh

meminjamkan.

ada

Demikian halnya pada karakter anak panti

membantu.”

asuhan tat twam asi yang muncul dalam

kesulitan,

Dan..eee...kalau

ya...saling

(Pengurus yayasan – B30)

sikap

dan

bermasyarakat,
dan

sopan

seperti
santun.

perilaku sehar-hari maupun

dalam interaksi sosial di masyarakat.
Dengan

4. Cinta damai

demikian,

berdasarkan

Karakter cinta damai tampil dalam

analisis di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap saling mencintai sesama walau

nilai kearifan lokal Bali, yaitu tat twam asi

berasal

mampu

dari

latar

belakang

yang

di-implementasikan

dalam

kehidupan panti asuhan tat twam asi dalam

berbeda.
“Anak-anak niki (ini) kan berasal dari

upaya membina dan membimbing sehingga

latar belakang berbeda...eee..jadi mereka

anak asuh terbentuk dengan sikap dan

di didik untuk saling mencintai seperti

tindakan yang mencirikan suatu karakter

keluarga. Kalau wenten (ada) masalah

sosial yang mampu ditampil dalam perilaku

mangde (supaya) bisa menyelesaikan

sehari-hari serta aktivitas yang dilakukan.
Sejalan dengan pendapat Wagiran

dengan baik-baik, ten wenten (tidak ada)
memusuhan (bermusuhan).” (Pengurus

(2012),

bahwa

implementasi

dari

nilai

yayasan – B25)

kearifan lokal akan mampu menyiapkan
manusia yang berkualitas dan memiliki

Karakter yang tampil pada anak

karakter yang mantap.

panti asuhan tat twam asi merupakan
karakter binaan yang berkembang melalui

Daftar Pustaka

pembinaan dan pendidikan selama tinggal
di panti asuhan tat twam asi. Namun tidak
menutup kemungkinan, anak asuh memiliki
juga karakter hereditas yang menjadi ciri
khas kepribadian individu.
Wagiran (2012) mengatakan bahwa
kearifan lokal muncul pada: (a). pemikiran,

Berkowitz, Marvin, W., & Mary, A. H. (2009).
Character Education and Gifted Children.
Journal of High Ability Studies. Vol. 120 N0.
2 December 2009, hal. 131 – 142.
Departemen Sosial RI. (2004). Acuan
Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti
Asuhan Anak. Jakarta: Departemen Sosial
RI.

(b). sikap, dan (c). perilaku yang hampir
sulit

dipisahkan

dalam

pelaksanaannya

Geertz, C. 1992. Kebudayaan dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius Press.

sehingga cakupan kearifan lokal salah
satunya meliputi pemikiran, sikap, dan

Gobyah. 2003. Pengenalan Kearifan Lokal
Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya
Offset. Bandung.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2010).
Metodelogi Penelitian. Jakarta. PT. Bumi
Aksara.
Pawarti, A., H. Purnaweni, & D.D Anggoro.
(2012). Nilai Pelestarian Lingkungan Dalam
Kearifan Lokal Lubuk Larangan Ngalau
Agung di Kampung Surau Kabupaten
Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Ratag, M. A. & Korompis, R. (2009).
Kurikulum Berbasis Kehidupan: Pandangan
Tentang Pendidikan Menurut Ronald
Korompis. Tomohon: Yayasan Pendidikan
Lokon.
Redana, D. N. (2011). Kode Genetik
(Kodon) Sebagai Bukti Dari Konsep Tat
Twam Asi (Suatu Kajian Lintas Domain).
Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 10. No. 3
April 2014, hal. 112-131.
Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter
Berbasis

Kearifan

Lokal

Hamemayu

Hayuning

Bawana.

Jurnal

Pendidikan

Karakter Tahun ke 2. No. 3 Oktober 2012.
hal. 329-339.