Prosiding Konferensi Nasional Ikatan Psikologi Klinis III.
IMPLEMENTASI NILAI KEARIFAN LOKAL TAT TWAM ASI
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI PANTI ASUHAN
Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Email: pandeary@yahoo.com
ABSTRAK
Pertumbuhan, perkembangan, dan pengalaman sejak masa kanak-kanak akan membentuk
anak memiliki karakter tertentu. Nilai kearifan lokal sebagai salah satu keunggulan budaya
masyarakat turut menjadi dasar dalam membentuk karakter individu. Untuk itu, penelitian ini
berfokus pada implementasi nilai kearifan lokal Bali tat twam asi dalam membentuk karakter
anak di panti asuhan yang berlatar belakang budaya Bali. Tat twam asi mengandung makna
kamu adalah aku dan aku adalah kamu dimana semua makhluk adalah sama sehingga bila kita
menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Metode pengambilan data menggunakan: (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) dokumentasi.
Responden penelitian adalah ketua, pengurus, dan anak-anak panti asuhan. Analisis data
menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang meliputi, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
nilai kearifan lokal tat twam asi terwujud dalam bentuk perilaku keseharian anak-anak panti
asuhan antara lain (1) rasa kekeluargaan yaitu semua adalah saudara walaupun tidak satu ikatan
darah, (2) berbagi dalam bentuk tanggung jawab tugas, suka dan duka, serta (3) tidak iri hati
kepada orang lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi nilai kearifan lokal Bali
yaitu tat twam asi menjadi perilaku keseharian anak-anak penghuni panti asuhan dalam setiap
aktivitas yang dilakukan.
Kata Kunci: Implementasi, Nilai Kearifan Lokal Tat Twam Asi, Membentuk Karakter
THE IMPLEMENTATION OF THE BALINESE LOCAL WISDOM TAT TWAM ASI
VALUES IN SHAPING CHILDREN’S CHARACTER IN
ORPHANAGE
Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Psychology Departement, Faculty of Medicine, Udayana University
Email: pandeary@yahoo.com
ABSTRACT
Growths, developments, and experiences since childhood will form a child with a specific
character. Local wisdom values as one of the community's cultural advantages becoming the
basis in forming the individual’s character. Therefore, this study focuses on the implementation
of the Balinese local wisdom values tat twam asi in shaping the character of children in a
balinese cultural backgrounds orphanage. Tat twam asi means you are me and I am you where all
beings are equal so that when we help others means also we are helping ourselves.
Data were collected by using: (1) interview, (2) observation, and (3) documentation.
Respondents of this research were the chairman, the board, and the children of orphanage. The
data were analyzed by using descriptive-qualitative technique which contains data collection,
data reduction, data presentation, and conclusion. The result shows that the implementation of
Balinese local values, tat twam asi shows as a form of the orphans’ daily behavior such as : (1) a
sense of kinship, which means everyone is a family, although not from a same blood-bond, (2)
sharing in responsibilities, tasks, joys, and sorrows, and (3) not being envy to each others. The
conclusion of this research is the implementation of the tat twam asi, it is the value of Bali’s
local wisdom, which become daily behavior of children in orphanage in their activities.
Keywords: Implementation, Local Wisdom Value Tat Twam Asi, Character Shaping
PENDAHULUAN
yang menuntun individu untuk melakukan
Masa kanak-kanak merupakan salah
satu fase pertumbuhan dan perkembangan
yang
memiliki
peran
penting
dalam
suatu perilaku baik atau melakukan suatu
perilaku tidak baik.
Ohoitmur
(dalam
Rataq
dan
kehidupan individu, termasuk salah satunya
Korompis, 2011), menyebutkan karakter
dalam
Menurut
terdiri dari dua unsur, yaitu karakter bawaan
Berkowitz, dkk (2009), karakter merupakan
dan karakter binaan. Karakter bawaan
kumpulan karakteristik psikologis individual
merupakan karakter yang secara hereditas
yang mempengaruhi bakat seseorang dan
menjadi ciri khas kepribadian seseorang
kecenderungan
sedangkan
dengan
membentuk
untuk
moralitas.
karakter.
bertindak
Dengan
sesuai
demikian,
karakter terdiri dari karakteristik-karakteristik
karakter
pembinaan
sistematis.
karakter
yang
dan
binaan
merupakan
berkembang
melalui
pendidikan
secara
Anak
yang
dan
Secara etimologi, kearifan (wisdom) berarti
berkembang dalam lingkup panti asuhan
kemampuan individu dalam menggunakan
akan
memiliki
tumbuh
berbeda
akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu
dengan anak yang tumbuh dan berkembang
kejadian, obyek atau situasi, sedangkan
dalam pengasuhan orang tua. Anak yang
lokal menunjukkan ruang interaksi dimana
tinggal
peristiwa
atau
Secara
substansial,
di
membawa
karakter
panti
yang
asuhan
karakter
selain
hereditas
sudah
masing-
situasi
tersebut
terjadi.
kearifan
lokal
masing yang didapat dari pengasuhan
merupakan norma yang berlaku dalam
orang tua juga dibentuk dengan karakter
suatu
binaan
kebenarannya dan menjadi acuan dalam
dari
panti
asuhan
sehingga
terbentuk dengan karakter tertentu.
masyarakat
yang
diyakini
bertindak dan berperilaku sehari-hari. Oleh
Panti asuhan anak merupakan salah
karena itu, kearifan lokal merupakan entitas
satu panti sosial yang memiliki tugas
yang
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi
martabat manusia
anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang
(Geertz, 1992).
kurang mampu ataupun terlantar agar
sangat
Panti
menentukan
harkat
dan
dalam komunitasnya
asuhan
tat
twam
asi
potensi dan kapasitas belajar pulih kembali
merupakan salah satu panti sosial anak
dan
wajar
yang berlatar belakang budaya Bali. Panti
(Depertemen Sosial Republik Indonesia,
asuhan tat twam asi didirikan oleh para
2004). Dengan kata lain, panti asuhan anak
pemerhati anak yang bernaung di bawah
bertugas menggantikan kewajiban keluarga
yayasan tat twam asi untuk membantu
termasuk melakukan pembinaan secara
anak-anak usia sekolah di Propinsi Bali
moral.
yang tidak dapat menempuh pendidikan
dapat
berkembang
secara
Anak yang tinggal di panti asuhan
sebagaimana mestinya. Adapun anak-anak
berasal dari latar belakang yang berbeda-
yang di berikan bantuan berasal dari
beda sehingga pengelola panti menerapkan
seluruh kabupaten dengan latar belakang
nilai-nilai tertentu yang sudah mengakar
keluarga
kuat sebagai sistem budaya dalam upaya
sekolah, yatim, piatu, maupun yatim piatu
melakukan
pembinaan.
namun masih memiliki motivasi kuat untuk
Salah satunya adalah nilai kearifan lokal
belajar dan meraih cita-cita. Secara teknis,
atau yang disebut local wisdom.
anak yang akan ditampung di panti asuhan
lokal
bimbingan
dan
administrasi dan mendapat rekomendasi
telah
melalui
putus
adalah
yang
harus
anak
tat
kebenaran
asi
mampu,
Menurut Gobyah (2003), kearifan
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
twam
kurang
proses
dari kecamatan dan dinas sosial setempat
diri manusia dapat didamaikan dengan
dalam bentuk surat pengantar.
memandang semua manusia sama dan
Anak yang tinggal di panti asuhan
tat twam asi memiliki latar belakang yang
melihat manusia sebagai saudara.
kaya
parisudha;
berbeda-beda sehingga dalam melakukan
menjaga kesucian pikiran,
perkataan,
upaya bimbingan dan pembinaan, pengurus
dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
panti asuhan menerapkan nilai-nilai kearifan
hari.
lokal Bali yang sudah mengakar kuat
2. Melaksanakan
3. Merasakan
tri
penderitaan
orang
lain;
sebagai sistem budaya. Salah satu nilai
mampu merasakan penderitaan orang
kearifan lokal Bali yang diterapkan adalah
lain
tat twam asi.
merupakan ukuran rasa kemanusiaan
Menurut Suastika (dalam
Redana, 2011), tat twam asi merupakan
kata-kata
dalam
mengajarkan
filsafat
kesusilaan
Hindu
penderitaan
pribadi
seseorang.
yang
Berbagai keadaan yang dirasakan
batas.
oleh individu, baik senang maupun susah
Secara arti kata, tat twam asi terdiri dari tiga
akan mengenalkan individu pada rasa
kata, yaitu tat berarti itu (dia), twam berarti
kebersamaan sehingga se-berapa berat
kamu, dan asi berarti adalah. Jadi, tat twam
masalah yang dihadapi akan terasa ringan.
asi berarti itu atau dia adalah kamu atau
Pemahaman dan pengamalan terhadap
engkau,
dan
saya
tanpa
sebagai
kamu.
ajaran tat twam asi akan membuat individu
Implementasi dari nilai tat twam asi dapat
adalah
mampu merasakan berat dan ringan dalam
dilihat dalam perilaku sehari-hari individu.
menjalani kehidupan karena selalu ada dan
Tat twam asi mengandung makna kamu
berdampingan.
adalah saya, saya adalah kamu sehingga
hendaknya individu mampu selalu saling
bila kita menolong orang lain berarti juga
tolong-menolong,
menolong diri sendiri. Semua makhluk
sepenanggungan dalam kehidupan.
Dengan
demikian,
merasa
senasib
dan
adalah sama, yakni sama-sama ciptaan
Penerapan nilai kearifan lokal Bali
Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yaitu tat twam asi pada salah satu panti
(Redana, 2011).
asuhan
Aryasa
(dalam
Redana,
2011)
anak
yang
berlatar
belakang
budaya Bali dalam melakukan pembinaan
mengatakan ajaran tat twam asi tampak
kepada
dalam
membentuk munculnya karakter tertentu
perilaku
di
dalam
hidup
bermasyarakat antara lain:
1. Memandang semua manusia adalah
sama; keberadaan sifat-sifat buruk dalam
anak
penghuni
panti
akan
yang tampil dalam perilaku sehari-hari.
Berdasarkan
permasalahan
di
latar
atas
maka
belakang
tujuan
penelitian ini adalah ingin mengungkap dan
adalah ketua, pengurus, dan anak-anak
menggambarkan implementasi nilai kearifan
panti asuhan.
lokal Bali yaitu tat twam asi di panti asuhan
Pengumpulan data
dalam membentuk karakter anak asuh.
Pengumpulan data dalam penelitian
METODE
kualitatif harus dalam, jelas, dan spesifik.
Jenis penelitian
Untuk itu, peneliti menggunakan metode
Permasalahan
dengan
metode
deskriptif
penelitian
penelitian
yaitu
menyajikan
dikaji
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
kualitatif
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana
data,
implementasi nilai kearifan lokal Bali yaitu
menginterprestasikan
tat twam asi di panti asuhan anak, peneliti
(Narbuko dan Achmadi, 2010). Penelitian
menggunakan metode wawancara yang
deskriptif
kualitatif
jenis
dilakukan kepada ketua dan pengurus panti
penelitian
yang
untuk
asuhan. Selain metode wawancara, peneliti
menganalisis
dan
menggambarkan
merupakan
dilakukan
suatu
variabel
secara
juga
menggunakan
metode
observasi
mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
terhadap keseharian aktivitas anak-anak
membuat
atau
panti asuhan. Dokumentasi yang digunakan
menghubungkan variabel dengan variabel
berupa foto, gambar, atau data-data yang
lainnya. Data deskriptif dalam penelitian
didapat dari pihak panti asuhan.
perbandingan
kualitatif adalah berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari individu dan perilaku yang
Analisis data
Dalam uji validitas data, peneliti
diamati (Moleong, 2007).
Penelitian ini bertujuan mengungkap
menggunakan
triangulasi
dengan
bagaimana
mengecek data yang diperoleh dari hasil,
implementasi nilai kearifan lokal Bali, yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi.
tat twam asi pada salah satu panti asuhan
Analisis data meliputi tahapan-tahapan,
anak yang berlatar belakang budaya Bali.
yaitu pengkategorian data, menginterpretasi
dan
menggambarkan
data untuk kemudian mengkaitkan data
Informan penelitian
Teknik
dengan teori, memaparkan hasil penelitian
penentuan
informan
menggunakan purposive sampling dimana
kriteria
informan
telah
ditetapkan
sebelumnya. Informan dalam penelitian ini
dengan
membuat
menarik kesimpulan.
deskripsi,
kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN
sembilan
orang
perempuan.
Secara
Gambaran Panti Asuhan
penempatan, anak laki-laki tinggal bersama
Panti asuhan tat twam asi didirikan
dengan beberapa orang pengelola yayasan
pada tahun 1987 dan bernaung di bawah
dan anak perempuan tinggal bersama
yayasan tat twam asi. Panti asuhan ini
pengurus di panti asuhan. Pembedaan
didirikan oleh beberapa wanita pemerhati
secara tempat tinggal dilakukan untuk
anak yang melihat kondisi banyak anak-
meminimalisir
anak usia sekolah di Bali yang tidak
diinginkan karena sebagian besar anak
mendapatkan
sedang memasuki masa pubertas. Anak-
mestinya.
adalah
pendidikan
Anak
asuh
anak-anak
sebagaimana
yang
ditampung
putus
sekolah,
kejadian
yang
tidak
anak penghuni panti asuhan yang berusia
sekitar
12-17
tahun
saat
ini
sedang
khususnya anak perempuan dari kalangan
menempuh pendidikan sekolah menengah
keluarga
pertama (SMP) dan sekolah menengah
miskin
maupun
yatim
piatu,
dengan usia minimal 6 tahun atau sudah
atas (SMA).
pernah duduk di sekolah dasar. Anak
Rutinitas
sehari-hari
anak
panti
penghuni panti diberi kesempatan untuk
asuhan sudah dimulai sejak pagi hingga
mengikuti
setingkat
menjelang malam hari dimana pada siang
sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah
pendidikan
formal
hari mereka belajar di sekolah (Lihat Tabel.
menengah atas (SMA) serta pendidikan non
1).
formal. Sebagian besar anak asuh berasal
Tabel 1. Rutinitas Anak Panti Asuhan
dari hampir seluruh kabupaten di Bali.
Jam
05.00 - 05.30
yang digunakan sebagai ruang kantor,
17.00 - 18.00
Aktivitas
Tugas rutin pagi; menyapu, ke
pasar, memasak, dan
menghaturkan sesajen
Mandi dan sembayang
Sarapan
Sekolah
Makan siang dan istirahat
Tugas rutin sore; menyapu,
membuat
canang,
dan
memasak.
Mandi
dapur yang menyatu dengan ruang makan,
18.00 - 18.30
Sembahyang bersama
serta ruang kegiatan anak yang menyatu
18.30 - 19.00
Makan malam
19.00 - 21.00
Belajar
21.00 - 21.30
Bebas
21.30 - 05.00
Tidur
Secara
sarana
dan
prasarana,
yayasan dan panti asuhan tat twam asi
menempati bangunan di atas tanah negara
seluas 1100 m2 yang merupakan bantuan
dari pemerintah Provinsi Bali dengan hak
05.30 - 06.00
06.00 - 06.30
06.30 - 14.00
14.00 - 15.00
16.00 - 17.00
guna pakai. Bangunan terdiri dari 3 unit
dengan ruang perawatan.
Panti asuhan tat twam asi memiliki
empat puluh satu orang anak asuh yang
terdiri dari 2 orang laki-laki dan tiga puluh
Dalam melakukan rutinitas sehari-
pembedaan
antar
yang
satu
lain.
teman
dengan
hari, anak panti asuhan tat twam asi di bagi
teman
Berdasarkan
menjadi beberapa regu piket yang terdiri
observasi terlihat bahwa setiap aktivitas di
dari 2-3 orang yang tergabung ke dalam 2
panti asuhan dilakukan oleh anak asuh
regu besar, yaitu regu yang bertugas dari
secara
pagi hari hingga sore hari dan regu yang
layaknya dalam sebuah keluarga. Menurut
bertugas dari sore hari hingga malam hari.
Aryasa
bersama-sama
(dalam
mengatakan
dalam
Redana,
bahwa
rasa
hasil
suasana
2011)
yang
kebersamaan
Implementasi Nilai Kearifan Lokal Bali
akan membuat masalah yang dihadapi
Tat Twam Asi
terasa lebih ringan.
Berdasarkan
telaah
dokumen,
2. Berbagi
hasilnya menunjukkan bahwa implementasi
Nilai berbagi tidak hanya terkait
nilai kearifan lokal tat twam asi tertuang
kondisi psikologis, suka maupun duka yang
dalam visi dan misi panti asuhan tat twam
dirasakan atau dialami namun juga yang
asi, yaitu memberikan pembinaan dan
tanggung jawab dalam tugas. Jika dilihat
kesempatan
pendidikan
dari rutinitas anak panti asuhan yang
formal kepada anak yang kurang mampu,
dilakukan secara bersama-sama, tampak
piatu, yatim, dan yatim piatu dengan
bahwa setiap orang dalam regu berbagi
membawa surat pengantar yang merupakan
dalam melakukan tugas mereka secara
rekomendasi dari kecamatan dan dinas
sungguh-sungguh.
sosial setempat. Hasil wawancara dengan
3. Tidak iri hati
mengenyam
pengurus panti asuhan didapatkan bahwa
Pengurus panti asuhan tat twam asi
dalam rutinitas keseharian membina dan
menanamkan agar anak asuh tidak saling iri
membimbing anak asuh, ada implementasi
hati satu sama kepada sesama teman yang
nilai kearifan tat twam asi yang dilakukan
sedang
dalam bentuk, yaitu:
Banyaknya kunjungan donatur ke panti
1. Rasa kekeluargaan
asuhan yang kadang tidak terduga dalam
mendapat
keberuntungan.
Latar belakang anak asuh yang
memberikan hadiah kecil ketika berkunjung
berbeda-beda dan berasal dari hampir
agar mampu diterima oleh setiap anak
seluruh
secara ikhlas.
kabupaten
di
Bali
membuat
pengurus panti menanamkan secara kuat
Sejalan dengan pendapat Pawarti
rasa kekeluargaan dengan sikap saling
(2012) yang mengatakan bahwa kearifan
peduli satu sama lain, semua adalah sama
lokal
dan
adalah
bersaudara,
dan tidak
melakukan
memiliki
secara
manfaat,
salah
satunya
sosial
yakni
adanya
kepatuhan pada tradisi, bertanggungjawab,
kebersamaan, saling berbagi dan jujur.
2. Mandiri
Adanya rasa kekeluargaan yang
nilai
melekat dalam kehidupan anak panti
kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari
asuhan tat twam asi, tetap membuat
membawa manfaat dalam berbagai aspek.
anak
Dengan
kata
lain,
implementasi
asuh
mampu
penyelesaian
terhadap
menunjukkan
suatu
tugas
Karakter Anak Panti Asuhan Tat Twam
secara mandiri tanpa harus tergantung
Asi
pada orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dan
“Anak-anak
di
panti
terbiasa
untuk
observasi yang dilakukan, implementasi
melakukan
nilai
mandiri...eee..mulai dari bangun pagi
kearifan
tat
twam
asi
mampu
tugas
secara
membentuk anak panti asuhan
sampai
memliki suatu karakter, yaitu:
tugasnya masing-masing. Kalo belajar
1. Toleransi
juga kenten (begitu), mereka ngatur
Anak panti asuhan tat twam asi
malam
hari
sesuai
dengan
sendiri” (Pengurus yayasan – B32)
mampu menampilkan sikap dan tindakan
menghargai perbedaan baik pendapat,
“Ya..anak-anak di panti harus dididik
sikap, maupun tindakan orang lain yang
untuk
berbeda dengan dirinya dalam perilaku
melakukan kegiatan atau tugas mereka
sehari-hari.
sehari-hari.
“Anak-anak di panti di didik untuk
bisa
sendiri
dengan
Yah...paling
menyelesaikan
sendiri
sadar
tidak
bisa
lah..eee..tidak
memiliki rasa saling menghargai satu
tergantung sama orang” (Ketua yayasan
sama lain. Niki (ini) karena latar belakang
– A28)
mereka yang berbeda sehingga konflik
pasti muncul.” (Ketua yayasan – A23)
3. Tanggung jawab
Nilai
“Sehari-hari nggih (ya) bu...anak-anak
driki
(disini)
diajarkan
menghargai..eee...toleransi
untuk
bisa
lah
sama
saling
berbagi
mampu
membentuk anak panti asuhan tampil
dengan sikap atau perilaku mampu
mengatasi
hambatan,
baik
rutinitas
temannya dan penghuni panti yang lain.”
sehari-hari maupun tugas belajar di
(Pengurus yayasan – A18)
sekolah.
“Semua kegiatan di panti dilakukan
bersama-sama..eee..apa
dikerjakan
bersama
yang
ada
mulai
dari
Comment [P1]: Akan lebih lengkap bila dapat
beberapa contoh kutipan langsung hasil wawancara
yang menunjukkan adanya karakter toleransi,
mandiri, tanggung jawab dan cinta damai.
mengerjakan tugas harian di panti
tindakan
sosial
sampai dengan berbagi makanan, saling
unggah
ungguh
meminjamkan.
ada
Demikian halnya pada karakter anak panti
membantu.”
asuhan tat twam asi yang muncul dalam
kesulitan,
Dan..eee...kalau
ya...saling
(Pengurus yayasan – B30)
sikap
dan
bermasyarakat,
dan
sopan
seperti
santun.
perilaku sehar-hari maupun
dalam interaksi sosial di masyarakat.
Dengan
4. Cinta damai
demikian,
berdasarkan
Karakter cinta damai tampil dalam
analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap saling mencintai sesama walau
nilai kearifan lokal Bali, yaitu tat twam asi
berasal
mampu
dari
latar
belakang
yang
di-implementasikan
dalam
kehidupan panti asuhan tat twam asi dalam
berbeda.
“Anak-anak niki (ini) kan berasal dari
upaya membina dan membimbing sehingga
latar belakang berbeda...eee..jadi mereka
anak asuh terbentuk dengan sikap dan
di didik untuk saling mencintai seperti
tindakan yang mencirikan suatu karakter
keluarga. Kalau wenten (ada) masalah
sosial yang mampu ditampil dalam perilaku
mangde (supaya) bisa menyelesaikan
sehari-hari serta aktivitas yang dilakukan.
Sejalan dengan pendapat Wagiran
dengan baik-baik, ten wenten (tidak ada)
memusuhan (bermusuhan).” (Pengurus
(2012),
bahwa
implementasi
dari
nilai
yayasan – B25)
kearifan lokal akan mampu menyiapkan
manusia yang berkualitas dan memiliki
Karakter yang tampil pada anak
karakter yang mantap.
panti asuhan tat twam asi merupakan
karakter binaan yang berkembang melalui
Daftar Pustaka
pembinaan dan pendidikan selama tinggal
di panti asuhan tat twam asi. Namun tidak
menutup kemungkinan, anak asuh memiliki
juga karakter hereditas yang menjadi ciri
khas kepribadian individu.
Wagiran (2012) mengatakan bahwa
kearifan lokal muncul pada: (a). pemikiran,
Berkowitz, Marvin, W., & Mary, A. H. (2009).
Character Education and Gifted Children.
Journal of High Ability Studies. Vol. 120 N0.
2 December 2009, hal. 131 – 142.
Departemen Sosial RI. (2004). Acuan
Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti
Asuhan Anak. Jakarta: Departemen Sosial
RI.
(b). sikap, dan (c). perilaku yang hampir
sulit
dipisahkan
dalam
pelaksanaannya
Geertz, C. 1992. Kebudayaan dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius Press.
sehingga cakupan kearifan lokal salah
satunya meliputi pemikiran, sikap, dan
Gobyah. 2003. Pengenalan Kearifan Lokal
Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya
Offset. Bandung.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2010).
Metodelogi Penelitian. Jakarta. PT. Bumi
Aksara.
Pawarti, A., H. Purnaweni, & D.D Anggoro.
(2012). Nilai Pelestarian Lingkungan Dalam
Kearifan Lokal Lubuk Larangan Ngalau
Agung di Kampung Surau Kabupaten
Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Ratag, M. A. & Korompis, R. (2009).
Kurikulum Berbasis Kehidupan: Pandangan
Tentang Pendidikan Menurut Ronald
Korompis. Tomohon: Yayasan Pendidikan
Lokon.
Redana, D. N. (2011). Kode Genetik
(Kodon) Sebagai Bukti Dari Konsep Tat
Twam Asi (Suatu Kajian Lintas Domain).
Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 10. No. 3
April 2014, hal. 112-131.
Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter
Berbasis
Kearifan
Lokal
Hamemayu
Hayuning
Bawana.
Jurnal
Pendidikan
Karakter Tahun ke 2. No. 3 Oktober 2012.
hal. 329-339.
DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI PANTI ASUHAN
Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Email: pandeary@yahoo.com
ABSTRAK
Pertumbuhan, perkembangan, dan pengalaman sejak masa kanak-kanak akan membentuk
anak memiliki karakter tertentu. Nilai kearifan lokal sebagai salah satu keunggulan budaya
masyarakat turut menjadi dasar dalam membentuk karakter individu. Untuk itu, penelitian ini
berfokus pada implementasi nilai kearifan lokal Bali tat twam asi dalam membentuk karakter
anak di panti asuhan yang berlatar belakang budaya Bali. Tat twam asi mengandung makna
kamu adalah aku dan aku adalah kamu dimana semua makhluk adalah sama sehingga bila kita
menolong orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri.
Metode pengambilan data menggunakan: (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) dokumentasi.
Responden penelitian adalah ketua, pengurus, dan anak-anak panti asuhan. Analisis data
menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang meliputi, yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
nilai kearifan lokal tat twam asi terwujud dalam bentuk perilaku keseharian anak-anak panti
asuhan antara lain (1) rasa kekeluargaan yaitu semua adalah saudara walaupun tidak satu ikatan
darah, (2) berbagi dalam bentuk tanggung jawab tugas, suka dan duka, serta (3) tidak iri hati
kepada orang lain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi nilai kearifan lokal Bali
yaitu tat twam asi menjadi perilaku keseharian anak-anak penghuni panti asuhan dalam setiap
aktivitas yang dilakukan.
Kata Kunci: Implementasi, Nilai Kearifan Lokal Tat Twam Asi, Membentuk Karakter
THE IMPLEMENTATION OF THE BALINESE LOCAL WISDOM TAT TWAM ASI
VALUES IN SHAPING CHILDREN’S CHARACTER IN
ORPHANAGE
Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Psychology Departement, Faculty of Medicine, Udayana University
Email: pandeary@yahoo.com
ABSTRACT
Growths, developments, and experiences since childhood will form a child with a specific
character. Local wisdom values as one of the community's cultural advantages becoming the
basis in forming the individual’s character. Therefore, this study focuses on the implementation
of the Balinese local wisdom values tat twam asi in shaping the character of children in a
balinese cultural backgrounds orphanage. Tat twam asi means you are me and I am you where all
beings are equal so that when we help others means also we are helping ourselves.
Data were collected by using: (1) interview, (2) observation, and (3) documentation.
Respondents of this research were the chairman, the board, and the children of orphanage. The
data were analyzed by using descriptive-qualitative technique which contains data collection,
data reduction, data presentation, and conclusion. The result shows that the implementation of
Balinese local values, tat twam asi shows as a form of the orphans’ daily behavior such as : (1) a
sense of kinship, which means everyone is a family, although not from a same blood-bond, (2)
sharing in responsibilities, tasks, joys, and sorrows, and (3) not being envy to each others. The
conclusion of this research is the implementation of the tat twam asi, it is the value of Bali’s
local wisdom, which become daily behavior of children in orphanage in their activities.
Keywords: Implementation, Local Wisdom Value Tat Twam Asi, Character Shaping
PENDAHULUAN
yang menuntun individu untuk melakukan
Masa kanak-kanak merupakan salah
satu fase pertumbuhan dan perkembangan
yang
memiliki
peran
penting
dalam
suatu perilaku baik atau melakukan suatu
perilaku tidak baik.
Ohoitmur
(dalam
Rataq
dan
kehidupan individu, termasuk salah satunya
Korompis, 2011), menyebutkan karakter
dalam
Menurut
terdiri dari dua unsur, yaitu karakter bawaan
Berkowitz, dkk (2009), karakter merupakan
dan karakter binaan. Karakter bawaan
kumpulan karakteristik psikologis individual
merupakan karakter yang secara hereditas
yang mempengaruhi bakat seseorang dan
menjadi ciri khas kepribadian seseorang
kecenderungan
sedangkan
dengan
membentuk
untuk
moralitas.
karakter.
bertindak
Dengan
sesuai
demikian,
karakter terdiri dari karakteristik-karakteristik
karakter
pembinaan
sistematis.
karakter
yang
dan
binaan
merupakan
berkembang
melalui
pendidikan
secara
Anak
yang
dan
Secara etimologi, kearifan (wisdom) berarti
berkembang dalam lingkup panti asuhan
kemampuan individu dalam menggunakan
akan
memiliki
tumbuh
berbeda
akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu
dengan anak yang tumbuh dan berkembang
kejadian, obyek atau situasi, sedangkan
dalam pengasuhan orang tua. Anak yang
lokal menunjukkan ruang interaksi dimana
tinggal
peristiwa
atau
Secara
substansial,
di
membawa
karakter
panti
yang
asuhan
karakter
selain
hereditas
sudah
masing-
situasi
tersebut
terjadi.
kearifan
lokal
masing yang didapat dari pengasuhan
merupakan norma yang berlaku dalam
orang tua juga dibentuk dengan karakter
suatu
binaan
kebenarannya dan menjadi acuan dalam
dari
panti
asuhan
sehingga
terbentuk dengan karakter tertentu.
masyarakat
yang
diyakini
bertindak dan berperilaku sehari-hari. Oleh
Panti asuhan anak merupakan salah
karena itu, kearifan lokal merupakan entitas
satu panti sosial yang memiliki tugas
yang
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi
martabat manusia
anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang
(Geertz, 1992).
kurang mampu ataupun terlantar agar
sangat
Panti
menentukan
harkat
dan
dalam komunitasnya
asuhan
tat
twam
asi
potensi dan kapasitas belajar pulih kembali
merupakan salah satu panti sosial anak
dan
wajar
yang berlatar belakang budaya Bali. Panti
(Depertemen Sosial Republik Indonesia,
asuhan tat twam asi didirikan oleh para
2004). Dengan kata lain, panti asuhan anak
pemerhati anak yang bernaung di bawah
bertugas menggantikan kewajiban keluarga
yayasan tat twam asi untuk membantu
termasuk melakukan pembinaan secara
anak-anak usia sekolah di Propinsi Bali
moral.
yang tidak dapat menempuh pendidikan
dapat
berkembang
secara
Anak yang tinggal di panti asuhan
sebagaimana mestinya. Adapun anak-anak
berasal dari latar belakang yang berbeda-
yang di berikan bantuan berasal dari
beda sehingga pengelola panti menerapkan
seluruh kabupaten dengan latar belakang
nilai-nilai tertentu yang sudah mengakar
keluarga
kuat sebagai sistem budaya dalam upaya
sekolah, yatim, piatu, maupun yatim piatu
melakukan
pembinaan.
namun masih memiliki motivasi kuat untuk
Salah satunya adalah nilai kearifan lokal
belajar dan meraih cita-cita. Secara teknis,
atau yang disebut local wisdom.
anak yang akan ditampung di panti asuhan
lokal
bimbingan
dan
administrasi dan mendapat rekomendasi
telah
melalui
putus
adalah
yang
harus
anak
tat
kebenaran
asi
mampu,
Menurut Gobyah (2003), kearifan
mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
twam
kurang
proses
dari kecamatan dan dinas sosial setempat
diri manusia dapat didamaikan dengan
dalam bentuk surat pengantar.
memandang semua manusia sama dan
Anak yang tinggal di panti asuhan
tat twam asi memiliki latar belakang yang
melihat manusia sebagai saudara.
kaya
parisudha;
berbeda-beda sehingga dalam melakukan
menjaga kesucian pikiran,
perkataan,
upaya bimbingan dan pembinaan, pengurus
dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
panti asuhan menerapkan nilai-nilai kearifan
hari.
lokal Bali yang sudah mengakar kuat
2. Melaksanakan
3. Merasakan
tri
penderitaan
orang
lain;
sebagai sistem budaya. Salah satu nilai
mampu merasakan penderitaan orang
kearifan lokal Bali yang diterapkan adalah
lain
tat twam asi.
merupakan ukuran rasa kemanusiaan
Menurut Suastika (dalam
Redana, 2011), tat twam asi merupakan
kata-kata
dalam
mengajarkan
filsafat
kesusilaan
Hindu
penderitaan
pribadi
seseorang.
yang
Berbagai keadaan yang dirasakan
batas.
oleh individu, baik senang maupun susah
Secara arti kata, tat twam asi terdiri dari tiga
akan mengenalkan individu pada rasa
kata, yaitu tat berarti itu (dia), twam berarti
kebersamaan sehingga se-berapa berat
kamu, dan asi berarti adalah. Jadi, tat twam
masalah yang dihadapi akan terasa ringan.
asi berarti itu atau dia adalah kamu atau
Pemahaman dan pengamalan terhadap
engkau,
dan
saya
tanpa
sebagai
kamu.
ajaran tat twam asi akan membuat individu
Implementasi dari nilai tat twam asi dapat
adalah
mampu merasakan berat dan ringan dalam
dilihat dalam perilaku sehari-hari individu.
menjalani kehidupan karena selalu ada dan
Tat twam asi mengandung makna kamu
berdampingan.
adalah saya, saya adalah kamu sehingga
hendaknya individu mampu selalu saling
bila kita menolong orang lain berarti juga
tolong-menolong,
menolong diri sendiri. Semua makhluk
sepenanggungan dalam kehidupan.
Dengan
demikian,
merasa
senasib
dan
adalah sama, yakni sama-sama ciptaan
Penerapan nilai kearifan lokal Bali
Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yaitu tat twam asi pada salah satu panti
(Redana, 2011).
asuhan
Aryasa
(dalam
Redana,
2011)
anak
yang
berlatar
belakang
budaya Bali dalam melakukan pembinaan
mengatakan ajaran tat twam asi tampak
kepada
dalam
membentuk munculnya karakter tertentu
perilaku
di
dalam
hidup
bermasyarakat antara lain:
1. Memandang semua manusia adalah
sama; keberadaan sifat-sifat buruk dalam
anak
penghuni
panti
akan
yang tampil dalam perilaku sehari-hari.
Berdasarkan
permasalahan
di
latar
atas
maka
belakang
tujuan
penelitian ini adalah ingin mengungkap dan
adalah ketua, pengurus, dan anak-anak
menggambarkan implementasi nilai kearifan
panti asuhan.
lokal Bali yaitu tat twam asi di panti asuhan
Pengumpulan data
dalam membentuk karakter anak asuh.
Pengumpulan data dalam penelitian
METODE
kualitatif harus dalam, jelas, dan spesifik.
Jenis penelitian
Untuk itu, peneliti menggunakan metode
Permasalahan
dengan
metode
deskriptif
penelitian
penelitian
yaitu
menyajikan
dikaji
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
kualitatif
Untuk mendapatkan gambaran bagaimana
data,
implementasi nilai kearifan lokal Bali yaitu
menginterprestasikan
tat twam asi di panti asuhan anak, peneliti
(Narbuko dan Achmadi, 2010). Penelitian
menggunakan metode wawancara yang
deskriptif
kualitatif
jenis
dilakukan kepada ketua dan pengurus panti
penelitian
yang
untuk
asuhan. Selain metode wawancara, peneliti
menganalisis
dan
menggambarkan
merupakan
dilakukan
suatu
variabel
secara
juga
menggunakan
metode
observasi
mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
terhadap keseharian aktivitas anak-anak
membuat
atau
panti asuhan. Dokumentasi yang digunakan
menghubungkan variabel dengan variabel
berupa foto, gambar, atau data-data yang
lainnya. Data deskriptif dalam penelitian
didapat dari pihak panti asuhan.
perbandingan
kualitatif adalah berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari individu dan perilaku yang
Analisis data
Dalam uji validitas data, peneliti
diamati (Moleong, 2007).
Penelitian ini bertujuan mengungkap
menggunakan
triangulasi
dengan
bagaimana
mengecek data yang diperoleh dari hasil,
implementasi nilai kearifan lokal Bali, yaitu
wawancara, observasi dan dokumentasi.
tat twam asi pada salah satu panti asuhan
Analisis data meliputi tahapan-tahapan,
anak yang berlatar belakang budaya Bali.
yaitu pengkategorian data, menginterpretasi
dan
menggambarkan
data untuk kemudian mengkaitkan data
Informan penelitian
Teknik
dengan teori, memaparkan hasil penelitian
penentuan
informan
menggunakan purposive sampling dimana
kriteria
informan
telah
ditetapkan
sebelumnya. Informan dalam penelitian ini
dengan
membuat
menarik kesimpulan.
deskripsi,
kemudian
HASIL DAN PEMBAHASAN
sembilan
orang
perempuan.
Secara
Gambaran Panti Asuhan
penempatan, anak laki-laki tinggal bersama
Panti asuhan tat twam asi didirikan
dengan beberapa orang pengelola yayasan
pada tahun 1987 dan bernaung di bawah
dan anak perempuan tinggal bersama
yayasan tat twam asi. Panti asuhan ini
pengurus di panti asuhan. Pembedaan
didirikan oleh beberapa wanita pemerhati
secara tempat tinggal dilakukan untuk
anak yang melihat kondisi banyak anak-
meminimalisir
anak usia sekolah di Bali yang tidak
diinginkan karena sebagian besar anak
mendapatkan
sedang memasuki masa pubertas. Anak-
mestinya.
adalah
pendidikan
Anak
asuh
anak-anak
sebagaimana
yang
ditampung
putus
sekolah,
kejadian
yang
tidak
anak penghuni panti asuhan yang berusia
sekitar
12-17
tahun
saat
ini
sedang
khususnya anak perempuan dari kalangan
menempuh pendidikan sekolah menengah
keluarga
pertama (SMP) dan sekolah menengah
miskin
maupun
yatim
piatu,
dengan usia minimal 6 tahun atau sudah
atas (SMA).
pernah duduk di sekolah dasar. Anak
Rutinitas
sehari-hari
anak
panti
penghuni panti diberi kesempatan untuk
asuhan sudah dimulai sejak pagi hingga
mengikuti
setingkat
menjelang malam hari dimana pada siang
sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah
pendidikan
formal
hari mereka belajar di sekolah (Lihat Tabel.
menengah atas (SMA) serta pendidikan non
1).
formal. Sebagian besar anak asuh berasal
Tabel 1. Rutinitas Anak Panti Asuhan
dari hampir seluruh kabupaten di Bali.
Jam
05.00 - 05.30
yang digunakan sebagai ruang kantor,
17.00 - 18.00
Aktivitas
Tugas rutin pagi; menyapu, ke
pasar, memasak, dan
menghaturkan sesajen
Mandi dan sembayang
Sarapan
Sekolah
Makan siang dan istirahat
Tugas rutin sore; menyapu,
membuat
canang,
dan
memasak.
Mandi
dapur yang menyatu dengan ruang makan,
18.00 - 18.30
Sembahyang bersama
serta ruang kegiatan anak yang menyatu
18.30 - 19.00
Makan malam
19.00 - 21.00
Belajar
21.00 - 21.30
Bebas
21.30 - 05.00
Tidur
Secara
sarana
dan
prasarana,
yayasan dan panti asuhan tat twam asi
menempati bangunan di atas tanah negara
seluas 1100 m2 yang merupakan bantuan
dari pemerintah Provinsi Bali dengan hak
05.30 - 06.00
06.00 - 06.30
06.30 - 14.00
14.00 - 15.00
16.00 - 17.00
guna pakai. Bangunan terdiri dari 3 unit
dengan ruang perawatan.
Panti asuhan tat twam asi memiliki
empat puluh satu orang anak asuh yang
terdiri dari 2 orang laki-laki dan tiga puluh
Dalam melakukan rutinitas sehari-
pembedaan
antar
yang
satu
lain.
teman
dengan
hari, anak panti asuhan tat twam asi di bagi
teman
Berdasarkan
menjadi beberapa regu piket yang terdiri
observasi terlihat bahwa setiap aktivitas di
dari 2-3 orang yang tergabung ke dalam 2
panti asuhan dilakukan oleh anak asuh
regu besar, yaitu regu yang bertugas dari
secara
pagi hari hingga sore hari dan regu yang
layaknya dalam sebuah keluarga. Menurut
bertugas dari sore hari hingga malam hari.
Aryasa
bersama-sama
(dalam
mengatakan
dalam
Redana,
bahwa
rasa
hasil
suasana
2011)
yang
kebersamaan
Implementasi Nilai Kearifan Lokal Bali
akan membuat masalah yang dihadapi
Tat Twam Asi
terasa lebih ringan.
Berdasarkan
telaah
dokumen,
2. Berbagi
hasilnya menunjukkan bahwa implementasi
Nilai berbagi tidak hanya terkait
nilai kearifan lokal tat twam asi tertuang
kondisi psikologis, suka maupun duka yang
dalam visi dan misi panti asuhan tat twam
dirasakan atau dialami namun juga yang
asi, yaitu memberikan pembinaan dan
tanggung jawab dalam tugas. Jika dilihat
kesempatan
pendidikan
dari rutinitas anak panti asuhan yang
formal kepada anak yang kurang mampu,
dilakukan secara bersama-sama, tampak
piatu, yatim, dan yatim piatu dengan
bahwa setiap orang dalam regu berbagi
membawa surat pengantar yang merupakan
dalam melakukan tugas mereka secara
rekomendasi dari kecamatan dan dinas
sungguh-sungguh.
sosial setempat. Hasil wawancara dengan
3. Tidak iri hati
mengenyam
pengurus panti asuhan didapatkan bahwa
Pengurus panti asuhan tat twam asi
dalam rutinitas keseharian membina dan
menanamkan agar anak asuh tidak saling iri
membimbing anak asuh, ada implementasi
hati satu sama kepada sesama teman yang
nilai kearifan tat twam asi yang dilakukan
sedang
dalam bentuk, yaitu:
Banyaknya kunjungan donatur ke panti
1. Rasa kekeluargaan
asuhan yang kadang tidak terduga dalam
mendapat
keberuntungan.
Latar belakang anak asuh yang
memberikan hadiah kecil ketika berkunjung
berbeda-beda dan berasal dari hampir
agar mampu diterima oleh setiap anak
seluruh
secara ikhlas.
kabupaten
di
Bali
membuat
pengurus panti menanamkan secara kuat
Sejalan dengan pendapat Pawarti
rasa kekeluargaan dengan sikap saling
(2012) yang mengatakan bahwa kearifan
peduli satu sama lain, semua adalah sama
lokal
dan
adalah
bersaudara,
dan tidak
melakukan
memiliki
secara
manfaat,
salah
satunya
sosial
yakni
adanya
kepatuhan pada tradisi, bertanggungjawab,
kebersamaan, saling berbagi dan jujur.
2. Mandiri
Adanya rasa kekeluargaan yang
nilai
melekat dalam kehidupan anak panti
kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari
asuhan tat twam asi, tetap membuat
membawa manfaat dalam berbagai aspek.
anak
Dengan
kata
lain,
implementasi
asuh
mampu
penyelesaian
terhadap
menunjukkan
suatu
tugas
Karakter Anak Panti Asuhan Tat Twam
secara mandiri tanpa harus tergantung
Asi
pada orang lain.
Berdasarkan hasil wawancara dan
“Anak-anak
di
panti
terbiasa
untuk
observasi yang dilakukan, implementasi
melakukan
nilai
mandiri...eee..mulai dari bangun pagi
kearifan
tat
twam
asi
mampu
tugas
secara
membentuk anak panti asuhan
sampai
memliki suatu karakter, yaitu:
tugasnya masing-masing. Kalo belajar
1. Toleransi
juga kenten (begitu), mereka ngatur
Anak panti asuhan tat twam asi
malam
hari
sesuai
dengan
sendiri” (Pengurus yayasan – B32)
mampu menampilkan sikap dan tindakan
menghargai perbedaan baik pendapat,
“Ya..anak-anak di panti harus dididik
sikap, maupun tindakan orang lain yang
untuk
berbeda dengan dirinya dalam perilaku
melakukan kegiatan atau tugas mereka
sehari-hari.
sehari-hari.
“Anak-anak di panti di didik untuk
bisa
sendiri
dengan
Yah...paling
menyelesaikan
sendiri
sadar
tidak
bisa
lah..eee..tidak
memiliki rasa saling menghargai satu
tergantung sama orang” (Ketua yayasan
sama lain. Niki (ini) karena latar belakang
– A28)
mereka yang berbeda sehingga konflik
pasti muncul.” (Ketua yayasan – A23)
3. Tanggung jawab
Nilai
“Sehari-hari nggih (ya) bu...anak-anak
driki
(disini)
diajarkan
menghargai..eee...toleransi
untuk
bisa
lah
sama
saling
berbagi
mampu
membentuk anak panti asuhan tampil
dengan sikap atau perilaku mampu
mengatasi
hambatan,
baik
rutinitas
temannya dan penghuni panti yang lain.”
sehari-hari maupun tugas belajar di
(Pengurus yayasan – A18)
sekolah.
“Semua kegiatan di panti dilakukan
bersama-sama..eee..apa
dikerjakan
bersama
yang
ada
mulai
dari
Comment [P1]: Akan lebih lengkap bila dapat
beberapa contoh kutipan langsung hasil wawancara
yang menunjukkan adanya karakter toleransi,
mandiri, tanggung jawab dan cinta damai.
mengerjakan tugas harian di panti
tindakan
sosial
sampai dengan berbagi makanan, saling
unggah
ungguh
meminjamkan.
ada
Demikian halnya pada karakter anak panti
membantu.”
asuhan tat twam asi yang muncul dalam
kesulitan,
Dan..eee...kalau
ya...saling
(Pengurus yayasan – B30)
sikap
dan
bermasyarakat,
dan
sopan
seperti
santun.
perilaku sehar-hari maupun
dalam interaksi sosial di masyarakat.
Dengan
4. Cinta damai
demikian,
berdasarkan
Karakter cinta damai tampil dalam
analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap saling mencintai sesama walau
nilai kearifan lokal Bali, yaitu tat twam asi
berasal
mampu
dari
latar
belakang
yang
di-implementasikan
dalam
kehidupan panti asuhan tat twam asi dalam
berbeda.
“Anak-anak niki (ini) kan berasal dari
upaya membina dan membimbing sehingga
latar belakang berbeda...eee..jadi mereka
anak asuh terbentuk dengan sikap dan
di didik untuk saling mencintai seperti
tindakan yang mencirikan suatu karakter
keluarga. Kalau wenten (ada) masalah
sosial yang mampu ditampil dalam perilaku
mangde (supaya) bisa menyelesaikan
sehari-hari serta aktivitas yang dilakukan.
Sejalan dengan pendapat Wagiran
dengan baik-baik, ten wenten (tidak ada)
memusuhan (bermusuhan).” (Pengurus
(2012),
bahwa
implementasi
dari
nilai
yayasan – B25)
kearifan lokal akan mampu menyiapkan
manusia yang berkualitas dan memiliki
Karakter yang tampil pada anak
karakter yang mantap.
panti asuhan tat twam asi merupakan
karakter binaan yang berkembang melalui
Daftar Pustaka
pembinaan dan pendidikan selama tinggal
di panti asuhan tat twam asi. Namun tidak
menutup kemungkinan, anak asuh memiliki
juga karakter hereditas yang menjadi ciri
khas kepribadian individu.
Wagiran (2012) mengatakan bahwa
kearifan lokal muncul pada: (a). pemikiran,
Berkowitz, Marvin, W., & Mary, A. H. (2009).
Character Education and Gifted Children.
Journal of High Ability Studies. Vol. 120 N0.
2 December 2009, hal. 131 – 142.
Departemen Sosial RI. (2004). Acuan
Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti
Asuhan Anak. Jakarta: Departemen Sosial
RI.
(b). sikap, dan (c). perilaku yang hampir
sulit
dipisahkan
dalam
pelaksanaannya
Geertz, C. 1992. Kebudayaan dan Agama.
Yogyakarta: Kanisius Press.
sehingga cakupan kearifan lokal salah
satunya meliputi pemikiran, sikap, dan
Gobyah. 2003. Pengenalan Kearifan Lokal
Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya
Offset. Bandung.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2010).
Metodelogi Penelitian. Jakarta. PT. Bumi
Aksara.
Pawarti, A., H. Purnaweni, & D.D Anggoro.
(2012). Nilai Pelestarian Lingkungan Dalam
Kearifan Lokal Lubuk Larangan Ngalau
Agung di Kampung Surau Kabupaten
Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Ratag, M. A. & Korompis, R. (2009).
Kurikulum Berbasis Kehidupan: Pandangan
Tentang Pendidikan Menurut Ronald
Korompis. Tomohon: Yayasan Pendidikan
Lokon.
Redana, D. N. (2011). Kode Genetik
(Kodon) Sebagai Bukti Dari Konsep Tat
Twam Asi (Suatu Kajian Lintas Domain).
Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 10. No. 3
April 2014, hal. 112-131.
Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter
Berbasis
Kearifan
Lokal
Hamemayu
Hayuning
Bawana.
Jurnal
Pendidikan
Karakter Tahun ke 2. No. 3 Oktober 2012.
hal. 329-339.