Prosiding Kongres Nasional Ikatan Ahli K

Prosiding
Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat ke- 13
(KONAS IAKMI XIII)
“Masyarakat
 Hidup
 Sehat
 dan
 Bahagia
 dalam
 Mencapai
 Sasaran
 
Pembangunan
 Berkelanjutan
 (SDGs
 2030)”

Makassar, 3-5 November 2016

Prosiding KONAS IAKMI XIII
Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat ke- 13

Penyusun :
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI)
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
ISBN : 978-602-60338-0-2
Editor :
Veni Hadju
Ida Leida M. Thaha
Indra Dwinata
Andi Selvi Yusnitasari
Uswatun Hasanah
Herlindayanti
Desain Sampul :
Erwin Aziza Jayadipraja
Penerbit :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Redaksi :
Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea 90245
Telp. 08114440454, Fax (0411) 586013
E-mail : jurnal.mkmi@gmail.com
OJS : http://journal.unhas.ac.id/index.php/JMKMI

Cetakan pertama, Oktober 2016, Hak Cipta pada © IAKMI
Perpustakaan Nasional RI

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tak lupa kita memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan Prosiding Kongres Nasional Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Konas IAKMI) yang ke-13 ini dengan baik.
Konas IAKMI kali ini, yang diadakan di Kota Makassar, tepatnya di Hotel Four Points by Sheraton,
dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan Forum Ilmiah Tahunan (FIT) yang ke-2. Forum ilmiah ini
menjadi sangat penting dalam Konas kali ini, karena diharapkan menjadi tempat untuk saling tukar
menukar informasi tentang berbagai hasil penelitian dan program inovasi terkini yang telah dilakukan
selama ini oleh seluruh sektor terkait dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Disamping itu, Forum ilmiah ini bisa menjadi kegiatan yang nantinya dapat mengakselerasi program
pembangunan kesehatan masyarakat di masa yang akan datang.
Prosiding ini kami buat agar seluruh materi yang dipaparkan dalam Konas dan sekaligus FIT ini dapat
ditelaah lebih jauh oleh para peserta dan juga oleh seluruh anggota IAKMI yang mencintai profesi ini.
Panitia telah bekerja keras dalam mensukseskan kegiatan Konas IAKMI ke-13, termasuk dalam
pengumpulan makalah lengkap dari para pembicara. Kami sangat berterima kasih atas dukungan dari
para pembicara yang telah mengirim makalah lengkap sesuai format yang telah kami berikan dan waktu

yang telah ditentukan. Tanpa dukungan seperti ini tentu kami akan sulit dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah
mendukung penyelesaian dari penyusunan Prosiding ini, khususnya kepada Penerbit IPB Press, yang
bersedia membantu panitia untuk mencetak dalam waktu yang cepat. Semoga Allah membalas seluruh
amal kebaikan kita semuanya dengan balasan yang lebih baik dan memberi kemudahan dalam
menjalankan seluruh aktifitas kita selamanya.

Wassalam,

Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D.

Makassar, 1 Oktober 2016
Nomor
Lampiran
Perihal

: 542/KONAS IAKMI XIII/X/2016
: Surat Konfirmasi Kehadiran
: Penerimaan Abstrak


Kepada:
Yth. Yeni Paramata
Di,
Tempat

Dengan Hormat,
Kami sampaikan bahwa abstrak yang Anda kirimkan dinyatakan diterima untuk presentasi
poster pada Kongres Nasional Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) XIII, tanggal 3-5
November 2016 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar.
No. Abstrak

: P02012

Judul

:

Tema

: KB & Kesehatan Reproduksi


Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pengguna Kontrasepsi di Puskesmas Tolangohula
Kabupaten Gorontalo

Kami juga menyampaikan bahwa Anda harus segera mengirimkan Full Paper (makalah)
sesuai

dengan

Nomor

Abstrak,

format

dan

jadwal


yang

tercantum

di

www.konasiakmi13.org. Demikian juga dengan konfirmasi kehadiran diharapkan segera
dilakukan paling lambat 3 Oktober 2016, yaitu dengan mengirimkan kembali surat
konfirmasi

kehadiran

sebagai

presenter

pada

acara


konas

ke

email

konasiakmi13@gmail.com, sebagaimana terlampir.
Semoga kita bisa bertemu di Kongres Nasional IAKMI XIII
Salam Hangat dari Makassar.
Ketua Panitia,

Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc., Ph.D

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA PENGGUNA KONTRASEPSI
DI PUSKESMAS TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO
Yeni Paramata1*, Zul Adhayani2, dan Linda yulistiani lamatenggo3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo, Limboto, 96211, Indonesia, yeniparamata@yahoo.com
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo, Limboto, 96211, Indonesia, adhayani_r@yahoo.co.id
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo, Limboto, 96211, Indonesia, linda_y.lamatenggo@yahoo.com


(*corresponding author)
1

Abstrak
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia termasuk
Indonesia dimana penderitanya lebih banyak pada wanita dibanding pria. Penelitian ini bertujuan menganalisis
faktor yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada pengguna kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas
Tolangohula tahun 2015. Jenis penelitian menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional
study, waktu penelitian pada bulan Maret sampai April 2016 dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas
tolangohula, populasi semua Wanita Usia Subur (1,457 orang) dan sampel Wanita Usia Subur yang
menggunakan kontrasepsi (303 orang) diambil secara purposive sampling. Hubungan umur menikah, lama
penggunaan kontrasepsi, jenis kontrasepsi dan IMT dengan kejadian Hipertensi menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia subur yang menjadi responden menggunakan
jenis kontrasepsi Hormonal (92.7%). Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
hipertensi, yakni lama penggunaan kontrasepsi (p 0,004 < α 0,05) dan Indeks Massa Tubuh ( p 0,000 < α 0,05).
Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara umur menikah (p 1,000 > α 0,05) dan jenis kontrasepsi (p
0,130 > α 0,05) dengan kejadian hipertensi. Disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama penggunaan
kontrasepsi dan Indeks Massa Tubuh dengan kejadian hipertensi pada pengguna kontrasepsi di wilayah kerja
Puskesmas Tolangohula. Disarankan perlu adanya sosialisasi puskesmas dalam hal penggunaan kontrasepsi agar

wanita usia subur mengetahui bahwa kejadian hipertensi juga dipengaruhi oleh kontrasepsi.
Kata kunci: Hipertensi, Kontrasepsi, Umur menikah, IMT

1. PENDAHULUAN
ipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan
darah yang memberi gejala yang akan berlanjut
ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak),
penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah
jantung dan hipertrofi ventrikel kanan/left ventricle
hipertrophy untuk otot jantung). Dengan target organ
di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi
penyebab utama stroke yang membawa kematian yang
tinggi [1]. Hipertensi merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh
dunia termasuk Indonesia. Pada tahun 2000, negaranegara SEARO (South East Asia Regional Office)
yang berada di bawah World Health Organization
(WHO) termasuk Indonesia melaporkan bahwa 52%
penyebab kematian adalah akibat penyakit tidak
menular. Penyakit tidak menular yang banyak
meningkat dalam sepuluh tahun terakhir sebagai

penyebab kematian adalah penyakit jantung dan
stroke[2].
Berdasarkan Profil Data Kesehatan di BKKBN
Provinsi Gorontalo jumlah WUS (wanita usia subur)
pengguna kontrasepsi pada tahun 2014 yakni 65,837
jiwa, dan tahun 2015 yakni 62,873 jiwa. Dari data

H

yang telah di peroleh dari BKKBN Kabupaten
Gorontalo, jumlah pengguna kontarsepsi KB pada
tahun 2014 yakni 4703 jiwa dari semua alat
kontrasepsi yang digunakan pada wilayah kerja
puskesmas tolangohula. Di kecamatan Tolangohula
mencapai 1457 WUS yang memakai alat kontrasepsi
KB dari wilayah puskesmas tolangohula di antaranya
terdapat 5 desa yakni Desa Polohungo, Suka Makmur,
Makmur Abadi, Gandaria dan Binajaya[3]. Kejadian
wanita kawin usia dini masih banyak ditemukan di
Indonesia. Perkawinan usia dini mencerminkan

rendahnya status wanita dan merupakan tradisi sosial
yang menopang tingginya tingkat kesuburan.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki
persentase perkawinan yang tinggi di dunia dengan
menempati ranking ke 37 sedangkan di kawasan
ASEAN tertinggi ke dua setelah Kamboja[4].
Berdasarkan data Riskesdas (2013) yang menikah
pertama kali pada usia ≥21 tahun sebesar 2,6%
sedangkan yang menikah pada usia < 21 tahun sebesar
23,9%. Pernikahan yang terlalu dini merupakan awal
permasalahan kesehatan reproduksi karena semakin
muda umur menikah maka semakin panjang masa
reproduksi seorang wanita yang berdampak pada
banyaknya anak yang dilahirkan. Lamanya

1

Penggunaan kontrasepsi adalah menyatakan bahwa
berapa lama seorang responden memakai alat
kontrasepsi yang digunakan berbahaya atau akan
mengakibatkan risiko tinggi bagi kesehatan atau tubuh
terlalu lama memakai khususnya pada kejadian
hipertensi. Penggunaan kontrasepsi menjadi sangat
penting untuk menjarangkan dan membatasi
kehamilan sekaligus berbagai jenis kontrasepsi
hormonal dan non hormonal yang digunakan oleh
wanita usia subur (WUS)[5]. Dari penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa WUS yang
menggunakan KB hormonal berpeluang menjadi
hipertensi 1,198 kali dibandingkan dengan yang tidak
memakai KB Hormonal, selain itu WUS
yang
memiliki IMT >= 25 kg/m2 berpeluang menjadi
hipertensi 2,272 kali dibandingkan dengan yang
IMTnya < 25 kg/m2 [6]. Penelitian ini untuk
menganalisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada pengguna kontrasepsi di
Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
observasional analitik dengan rancangan Cross
Sectional Study. Lokasi penelitian adalah di wilayah
kerja Puskesmas Tolangohula. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur (WUS)
yang berada di Kecamatan Tolangohula yang
berjumlah 1457 jiwa. Sampel adalah wanita usia subur
yang menggunakan kontrasepsi
berjumlah 303
sampel.
Data
dikumpulkan
melalui
wawancara
menggunakan kuesioner kepada responden. Data
sekunder diperoleh dari instansi kesehatan yaitu
BKKBN Provinsi dan BKKBN Kabupaten. Instrument
penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Data
tekanan darah diperoleh dengan pengukuran tekanan
darah menggunakan sphygmomanometer. Data Indeks
Massa Tubuh diperoleh melalui pengukuran
Antropometri. Data berat badan diperoleh dengan
menggunakan
timbangan
digital
sementara
pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice.
Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat
gambaran distribusi dan frekuensi dari masing-masing
variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk menilai
hubungan antara variabel. Uji statistik yang digunakan
adalah Chi-square dengan tingkat kemaknaan α =
0,05 serta menggunakan software program SPSS
versi 16.0.

3. HASIL PENELITIAN
Gambaran karakteristik pengguna kontrasepsi
dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 1. Untuk
WUS (wanita usia subur) responden yang paling
banyak berumur 21-25 tahun dan yang berumur 26-30

tahun yakni 24,4%. Untuk Pendidikan responden yang
paling banyak yakni Tamat SD sebanyak 46,9%.
Untuk Pekerjaan yang paling banyak berpekerjaan
IRT 142 orang (47,9%). Untuk kejadian hipertensi
paling banyak responden yang bukan hipertensi yakni
sebanyak 196 orang (64,7%).
Tabel 1. Karakteristik WUS Pengguna Kontrasepsi
di Tolangohula, Gorontalo
Karakteristik
Umur WUS (tahun)
15-20
21-25
26-30
31-35
≥ 36
Pendidikan
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Sarjana
Pekerjaan
Petani
Pedagang
PNS
Wiraswasta
IRT
Kejadian Hipertensi
Hipertensi
Bukan Hipertensi

Jumlah
n

%

22
74
74
72
61

7,3
24,4
24,4
23,4
20,1

19
142
67
55
20

6,3
46,9
22,1
18,2
6,6

56
59
19
24
145

18,5
19,3
6,3
7,9
47,9

107
196

35,3
64,7

Analisis hubungan antara umur menikah, lama
penggunaan kontrasepsi, jenis kontrasepsi dan IMT
ditunjukkan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa secara keseluruhan responden
pengguna kontrasepsi dengan hipertensi sebesar
35,3%. Dari hasil analisis didapatkan bahwa lama
penggunaan kontrasepsi dan Indeks Massa Tubuh
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada pengguna kontrasepsi (α0,05).
Meskipun dari hasil analisis tidak terdapat hubungan
yang bermakna, namun sebanyak 35,3% responden
dengan umur menikah < 21 tahun mengalami
hipertensi bila dibandingkan dengan umur menikah ≥
21 tahun. Sementara itu untuk pemakaian jenis
kontrasepsi hormonal lebih banyak mengalami
hipertensi yaitu 36,7% dibandingkan dengan memakai
jenis kontrasepsi non hormonal.

2

Tabel 2. Analisis Hubungan antara umur menikah, lama penggunaan kontrasepsi, jenis kontrasepsi
dan IMT pada WUS pengguna kontrasepsi di Tolangohula, Gorontalo
Kejadian Hipertensi
p value
Variabel
Hipertensi
Bukan Hipertensi
Total
n
%
n
%
n
%
Umur menikah
< 21 tahun
77
35,5
140
64,5
217
71,6
≥ 21 tahun
30
34,9
56
65,1
86
28,4
1,000
Lama Penggunaan Kontrasepsi
≥3 tahun
80
41,7
112
58,3
192
63,4
21 tahun dan penggunaan kontrasepsinya
4. PEMBAHASAN
Implant.
4.1 Umur Menikah dengan Kejadian Hipertensi
Hasil penelitian dengan analisis uji chi square
menemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara 4.2 Lama penggunaan kontrasepsi dengan kejadian
hipertensi
umur menikah dengan kejadian hipertensi meskipun
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat
ditemukan bahwa umur menikah < 21 tahun 35,5%
menderita hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi dengan
dengan Januar R dimana umur menikah terbukti tidak kejadian hipertensi pada WUS pengguna kontrasepsi
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian (p=0,004). WUS dengan lama penggunaan ≥ 3 tahun
hipertensi dimana p = 1,000 [7]. Hasil ini tidak sejalan kontrasepsi 41,7% yang mengalami hipertrensi.
dengan penelitian sebelumnya di Kelurahan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Sumbersari kabupaten Jember menunjukkan bahwa dilakukan oleh Nafisah, dkk, di kabupaten Jember,
terdapat hubungan yang signifikan antara umur dimana terdapat hubungan yang signifikan antara lama
menikah dengan kejadian hipertensi pada akseptor pil penggunaan kontrasepsi terutama pil KB dengan
KB, dimana 32,86% akseptor pil KB yang berumur > kejadian hipertensi pada akseptor KB dengan nilai
35 tahun mengalami hipertensi [8]. Meskipun umur p=0,003. Pengguna kontrasepsi pil KB > 2 tahun akan
menikah < 21 tahun yang menderita hipertensi lebih berisiko 10,09 kali untuk menderita hipertensi [8].
di kabupaten Karanganyar
banyak 35,5%, namun masih lebih banyak umur Hasil penelitian
menikah < 21 tahun yang menggunakan kontrasepsi menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan
tidak mengalami hipertensi. Hal ini dikarenakan rata- kontrasepsi selama 12 tahun berturut-turut berisiko
rata usia responden dalam penelitian masih berumur ≤ terkena hipertensi sebesar 5,38 kali dibandingkan
35 tahun, sehingga risiko untuk terkena hipertensi wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi selama
lebih rendah meskipun ada faktor pemicu dari 12 tahun berturut-turut [10]. Lama penggunaan pil KB
penggunaan kontrasepsi. Terjadi peningkatan tekanan dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu selama
darah seiring dengan bertambahnya usia yang penggunaan pil kontrasepsi terjadi peningkatan ringan
disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, tekanan darah sistolik dan diastolik terutama pada 2
pembuluh darah, dan hormone [9]. Hal ini didukung tahun pertama penggunaannya. Jenis pil KB yang
dari data hasil penelitian, dimana hanya 20,1% umur digunakan juga dapat mempengaruhi perubahan
WUS > 35 tahun. Selain itu umur < 21 tahun tetapi tekanan darah akseptor. Pil KB kombinasi yang
tidak berisiko pada kejadian hipertensi ini dikarenakan mengandung estrogen tinggi dapat mempengaruhi

3

metabolisme elektrolit yang dapat mempercepat
adanya aterosklerosis dan memicu terjadinya
hipertensi [11].
4.3 Jenis kontrasepsi dengan kejadian hipertensi
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan
uji statistic Chi-Square maka diperoleh hasil p=0,130
Berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara
jenis kontrasepsi dengan kejadian hipertensi pada
WUS pengguna kontrasepsi. Akan tetapi dari analisis
bivariat didapatkan bahwa 36,7% responden yang
menggunakan kontrasepsi hormonal mengalami
hipertensi
dibandingkan
yang
menggunakan
kontrasepsi non hormonal yang hanya 18,2%.
Penelitian ini sejalan dengan Efi sriwahyuni di
Surabaya, dimana diperoleh nilai p=0,438 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan jenis
alat kontrasepsi hormonal yang digunakan dengan
peningkatan tekanan darah [12]. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Lamria, dkk menemukan bahwa
25,9% pengguna jenis kontrasepsi pil mengalami
hipertensi. Pengguna kontrasepsi pil akan berisiko
1,29 kali untuk mengalami hipertensi dibandingkan
dengan yang hanya menggunakan kontrasepsi non
hormonal [2]. Penyebab gejala timbulnya tekanan
darah tinggi adalah karena pengaruh estrogen terhadap
pembuluh darah sehingga terjadi hypertropi arteriole
dan vasokonstriksi, selain itu estrogen mempengaruhi
sistem
Renin–Aldosteron-angiostensin
sehingga
terjadi perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Etinilestradiol (estrogen) merupakan penyebab
terjadianya hipertensi, progesteron memiliki pengaruh
minimal
terhadap
tekanan
darah,
dijumpai
peningkatan angiostensinogen dan angiostensin II.
Etinilestradiol dapat meningkatkan angiostensinogen
3–5 kali kadar normal [13].
4.4 IMT dengan kejadian hipertensi
Analisis uji Chi Square menunjukkan terdapat
hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh
(IMT) terhadap kejadian obesitas pada WUS
pengguna kontrasepsi. Analisis menunjukkan bahwa
58,3% responden dengan kategori obesitas mengalami
hipertensi.
Penelitian ini sejalan dengan Riska
Agustina, dimana berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kejadian obesitas dengan hipertensi usia produktif
dengan nilai p = 0,038 (p < 0,05)[14]. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Litbangkes untuk
melihat hubungan kontrasepsi pil dan faktor risiko
lainnya terhadap kejadian hipertensi pada wanita usia
15-49 tahun di Indonesia menemukan bahwa 32,7%
menderita obesitas dan berisiko 1,91 kali untuk
menderita hipertensi [2].
Efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi
hormonal adalah penambahan berat badan. Hal
tersebut disebabkan karena faktor hormonal. Akibat
dari respons alat kontrasepsi terjadi peredaman retensi
air dalam tubuh, sehingga terjadi kegemukan.
Semakin lama penggunaan kontrasepsi maka akan

terjadi peningkatan berat badan atau IMT, karena
komponen esterogen dapat menyebabkab restensi
cairan, sedangkan komponen progestin memberikan
efek nafsu makan, sementara pemakaian kontrasepsi
suntik dan pil dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kekeringan pada vagina, penurunan
libido, gangguan emosi, dan sakit kepala. Disebabkan
terjadi keseimbangan hormonal dalam tubuh serta
kandungan dari hormon progestin yang membuat
lendir rahim mengental. Kenaikan berat badan
disebabkan karena hormon progesteron yang
mempermudah terjadinya perubahan gula dan
karbohidrat menjadi lemak, sehingga lemak banyak
yang bertumpuk di bawah kulit, selain itu DMPA
dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di
hipotalamus yang dapat menyebabkan akseptor makan
lebih banyak dari biasanya akibatnya pemakaian
suntikan dapat menyebabkan berat badan bertambah
[15].
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Disimpulkan bahwa kejadian hipertensi pada umur
menikah pertama kali < 21 tahun 35,5%, lama
penggunaan kontrasepsi ≥ 3 tahun 41,7%, jenis
kontrasepsi hormonal 36,7% dan IMT dengan kategori
obesitas 58,3%. Terdapat hubungan antara lama
penggunaan kontrasepsi dan IMT dengan kejadian
hipertensi pada WUS pengguna kontrasepsi. Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara umur
menikah pertama kali dan jenis kontrasepsi dengan
kejadian hipertensi pada WUS pengguna kontrasepsi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
Bagi Petugas kesehatan sebaiknya memberikan
pengarahan dan penyuluhan dalam memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kesehatan.
Perlunya sosialisasi dalam hal penggunaan kontrasepsi
agar wanita usia subur mengetahui bahwa kejadian
hipertensi juga dipengaruhi oleh kontrasepsi.
6. DAFTAR PUSTAKA

1. Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak
menular. Jakarta; Rineka Cipta; 2007
2. Lamria Pangaribuan, Dina Bisara Lolong.
Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan
kejadian hipertensi pada wanita usia 15-49
tahun di Indonesia tahun 2013. Jurnal media
Litbangkes. 2015; 25 (2).
3. BKKBN. Profil Pembangunan Kependudukan
dan KB Provinsi Gorontalo tahun 2015.
4. Hery Aryanti. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Penggunaan Kontrasepsi pada Wanita
Kawin Usia Dini di Kecamatan Aikmel
Kabupaten
Lombok
Timur
[Tesis].
Universitas Udayana; 2014.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan

4

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Penelitian
Pengembangan
Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2013.
Kristina, Lamria Pangaribuan,
dan Dina
Bisara. Hubungan Index Massa Tubuh dengan
Hipertensi pada Wanita Usia Subur (Analisis
Data RISKESDAS 2013). Jurnal media
Litbangkes. 2015; 117-127.
Rico Januar S. Hubungan antara umur dan
lama penggunaan terhadap keluhan kesehatan
pada wanita usia subur. Jakarta: e.journal
litbang.
Dewi Nafisah, Pudjo Wahjudi, Andrei
Ramani. Factor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada akseptor pil KB di
kelurahan Sumbersari Kabupaten Jember
tahun
2014.
E-jurnal
pustaka
kesehatan.2014;2(3):453-459
Baziad A. kontrasepsi hormonal. Jakarta:
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Sugiharto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi
Grade II pada masyarakat. Studi kasus di
kabupaten Karanganyar. 2007. [internet]
available
from:
http://eprint.undip.ac.i
[accessed 18 februari 2016].
Resty Amelia. Gambaran status Ph dan volume
saliva pada pengguna kontrasepsi hormonal di
kecamatan
mappakasunggu
kabupaten
Takalar. Kedokteran UNHAS. 2013.
Efi Sriwahyuni dan Chatarina Umbul
Wahyuni. Hubungan antara Jenis dan Lama
Pemakaian Alat Kontrasepsi Hormonal
dengan
Peningkatan
Berat
Badan
Akseptor.Surabaya. The Indonesian Journal of
Public Health. 2012; 8 (3): 112-116.
Ganiswara S. Kontrasepsi hormonal dalam
Farmakologi dan Terapy. Edisi 6.EGC:
Jakarta;2006.
Riska Agustina dan Bambang Budi Raharjo.
Faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi usia produktif (25-54
tahun). Semarang. 2015. [internet] available
from: http://journal.unnes.ac.id [accessed 17
januari 2016].
Guyton AC., Hall JE. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran (Terjemahan). Edisi ke-11.
Jakarta: Penerbit buku EGC; 2007.

5

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pengembangan Profesi Guru Sains melalui Penelitian dan Karya Teknologi yang Sesuai dengan Tuntutan Kurikulum 2013

6 77 175

Peranan Multi Nasional Cooperation (MNC) Dalam Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Daerah

1 52 81

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 25 157

Implementasi Piagam Pelembang Kesepakatan Perusahaan Pers Nasional Di Redaksi PT. Galamedia Bandung Perkasa (HU Galamedia)

0 26 153

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Lembaga Kantor Berita Nasional Antar Biro Jawa Barat

0 59 1

Tinjauan mengenai perkembangan penyaluran kredit pensiunan dan non pensiunan pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Pusat Bandung Periode 1998-2002 : laporan kerja praktek

0 34 1

Pelaksanaan bauran pemasaran dan pengaruhnya terhadap ekuitas merek serta implikasinya terhadap loyalitas pelanggan pada perusahaan bakery PT.Jesslyn K Cakes Indonesia cabang Bandung

0 19 1

TEMA 8 UNTUK KELAS 2 K 13

18 286 4