Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester.

,6%1

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
COVER ............................................................................................................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................................................................................... ii
SAMBUTAN REKTOR .................................................................................................................................................................................................. iii
SAMBUTAN DEKAN ..................................................................................................................................................................................................... iv
REVIEWER ..................................................................................................................................................................................................................... v
PANITIA .......................................................................................................................................................................................................................... vii
JADWAL ACARA ........................................................................................................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................................................................... xxvii
KEYNOTE SPEAKER.................................................................................................................................................................................................... xlix

BIDANG KONVERSI ENERGI
NO

JUDUL

KODE


1

Genset dengan bahan bakar co-gasifikasi downdraft kulit kopi dan batubara

KE 01

2

Unjuk Kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

KE 02

3

Analisis Unjuk Kerja Sistem Turbin Gas Mikro Bioenergi Proto X-3 Berbahan Bakar LPG

KE 04

4


Optimasi periode data berdasarkan time constant pada pengujian unjuk kerja termal kolektor
surya pelat datar

KE 06

5

Pengembangan Model Matematika Kinetika Reaksi Torefaksi Sampah

KE 07

6

PENGGUNAAN GAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR BERMESIN INJEKSI

KE 10

7

STUDI NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN GAS-SOLID DAN PEMBAKARAN PADA TANGENTIALLY

FIRED PULVERIZED-COAL BURNER DENGAN VARIASI SUDUT TILTING

KE 11

8

Pemanfaatan Panas Buang Kondenser pada Pengering Beku Vakum

KE 12

9

Sistem Pendingin Adsorpsi dengan Single Bed Adsorber

KE 13

10

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe
Terpisah (AC Split)


KE 14

11

Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada
Residential Air Conditioning Hibrida

KE 15

12

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

KE 17

13

PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP KARAKTERISITIK ALIRAN DUA FASE GAS DAN AIR


KE 22

14

Karakteristik Pembentukan Cincin Vorteks pada Jet Sintetik akibat Perubahan Frekwensi Eksitasi
pada Aktuator Ber-cavity Kerucut

KE 23

15

KAJI TEORITIK KONSUMSI GAS LPG SEBAGAI SUMBER PANAS PADA PETERNAKAN AYAM BROILER
TIPE KANDANG TERTUTUP (CLOSED HOUSE)

KE 24

16

STUDI AWAL GASIFIKASI SERBUK KAYU PADA OPEN TOP STRATIFIED DOWNDRAFT GASIFIER


KE 25

17

Prototipe Sistem Pengering Cengkeh Dengan Energi Surya

KE 26

18

Drag Reduction in Flow Separation Using Plasma Actuator in Cylinder Models

KE 28

19

PENGARUH VARIASI NORMALITAS AKTIVATOR PADA AKTIVASI NaOH-FISIK ADSORBEN FLY ASH
BATUBARA TERHADAP PRESTASI MESIN SEPEDA MOTOR 4-LANGKAH

KE 29


xxvii

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
32

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SIFAT MAKANIK KOMPOSIT SERAT PURUN TIKUS (ELEOCHARIS
DULCIS) BERMATRIK POLYESTER DENGAN PERLAKUAN NaOH

Material

45

33

Pengaruh Panjang Serat Terhadap Sifat Bending Komposit Poliester Berpenguat Serat Daun
Gewang

Material


46

34

Analisis Struktur Mikro dan Fraktografi Hasil Pengelasan GMAW Metode Temper Bead Welding
dengan Variasi Masukan Panas pada Baja Karbon Sedang

Material

47

35

KAJIAN Penggunaan metoda taguchi pada proses pembentukan komposit tehadap Sifat mekanik
bahan

Material

48


36

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

Material

49

xxxvi

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar
Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester
Ngakan Putu Gede Suardana1, I M. Parwata2, I P. Lokantara3, IKG. Sugita4
1,2,3,4)

Teknik Mesin, Universitas Udayana, Kampus Jimbaran, Badung, Bali, Indonesia,

Telp/Fax: 0361-703321,
1
npgsuardana@unud.ac.id

Abstrak
Pemanfaatkan limbah hasil industri merupakan salah satu cara yang sangat bagus untuk
memaksimalkan sumber daya alam yang tersedia sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Salah satu limbah industri yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah batu apung.
Batu apung banyak dijumpai di Indonesia sebagai limbah alam. Limbah batu apung merupakan sisa
hasil dari proses pengayakan batu apung yang sudah tidak terpakai lagi karena ukurannya kurang
dari syarat pengepakan untuk dipasarkan Limbah batu apung ini digunakan untuk membuat
komposit sebagai panel peredam suara.
Pembuatan panel peredam suara yang berbahan batu apung ini bertujuan untuk mendeskripsikan
karateristik akustik dalam skala laboratorium dengan variasi fraksi berat dan ukuran butir partikel
batu apungnya. Bahan penelitian adalah batu apung (pumice) berukuran butir 3 mm, 5 mm dan 10
mm dengan variasi fraksi berat 40%, 60%, dan 80% untuk setiap ukuran butir batu apung. Bahan
untuk perlakuan dan proses pembuatan komposit adalah aquades, polyester jenis Yukalac 157
BQTN, hardener jenis MEKPO , dan Gliserin. Spesimen uji komposit dibuat dengan teknik Hand
lay-up. Uji yang dilakukan adalah penentuan koefisien penyerapan suara.
Hasil penelitian mennjukkan bahwa koefisien penyerapan suara tertinggi terjadi pada specimen

komposit batuapung-poliester dengan ukuran partikel 3 mm dan fraksi berat 60%
Kata kunci: limbah batu apung, ramah lingkungan, akustik

Pendahuluan
Suasana ruang yang nyaman dan tidak
bising sangat diperlukan dalam kepentingan
lingkungan pabrik, perhotelan, perkantoran
maupun pribadi. Material peredam suara
sangat berperan penting untuk menyerap
suara/bunyi sehingga mengurangi intensitas
resonansi bunyi yang sampai ke telinga
sehingga tercipta kualitas ruang yang nyaman
bagi penggunanya.
Bahan peredam suara berupa material
berpori, resonator dan panel [1]. Jenis bahan
peredam suara yang sudah ada yaitu bahan
berpori seperti foam, glass wool, rockwool,
dan resonator. Penggunaan material-material
ini masih relatif rendah karena harga yang
tinggi.
Pengembangan peredam suara dengan
beberapa limbah dan serat telah mulai
dikembangkan untuk meningkatkan daya
guna bahan tersebut. Beberapa penelitian
perdam suara telah dikembangkan oleh
Koizumi (2002), [1], yang mengembangkan

peredam suara dari serat polister daur ulang.
Pengembangkan peredam suara berbahan
jerami untuk campuran bahan bangunan
dikembangkan oleh [2].
Batu apung mempunyai struktur berpori
yang serupa dengan ciri bahan peredam yang
telah ada. Batu apung (pumice) adalah batuan
alam yang merupakan hasil dari aktivitas
gunung api efusif yang mengandung buih
yang terbuat dari gelembung berdinding
gelas, dan biasanya disebut juga sebagai
batuan gelas vulkanik silikat. Batu apung
berwarna hitam, abu-abu terang hingga putih.
Batuan ini memiliki karateristik, struktur poripori , ringan, mudah didapat dan murah
namun rapuh. Batu apung banyak dijumpai di
Indonesia sebagai limbah alam. Limbah batu
apung merupakan sisa hasil dari proses
pengayakan batu apung yang sudah tidak
terpakai lagi karena ukurannya kurang dari
syarat pengepakan untuk dipasarkan (ukuran
agregat limbah batu apung kurang dari 10
mm).

Material 49

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Limbah batu apung yang berlimpah,
menjadi pertimbangan yang cukup ekonomis
untuk merekayasa batuan tersebut menjadi
material yang berdaya guna. Batu apung yang
memiliki karateritik berfori sangat berpeluang
besar untuk digunakan sebagai material
akustik pelapis dinding. Penelitian ini akan
mengkaji kelayakan penggabungan dari dua
material
berbeda
mampu
melakukan
penyerapan suara yang baik sehingga dapat
diaplikasikan sebagai dinding akustik.
Pemanfaatkan limbah hasil industri,
merupakan salah satu cara yang sangat baik
untuk memaksimalkan sumber daya alam
yang tersedia sehingga dapat bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Limbah batu apung yang
berlimpah di Indonesia sangat memungkinkan
dikembangkan menjadi bahan komposit untuk
peredam suara. Penelitian ini bertujuan
menentukan karakteristik akustik penyerapan
suara akibat pengaruh variasi fraksi berat
partikel dan besar butiran partikel.
Metode Penelitian
Spesimen dicetak dengan teknik Press
Hand Lay-Up. Mesin uji koefisien/angka
serapan suara bahan (impedance tube
standing wave method ). Bahan yang
digunakan sebagai matrik adalah Unsaturated
Polyester Resin (UPRs) jenis Yukalac 157
BQTN, dengan hardener jenis MEKPO.
Penguatnya sekaligus sebagai komponen
penyerap suara adalah batu apung (pumice)
berukuran partikel 3 mm, 5 mm dan 10 mm
dengan variasi fraksi berat 40%, 60%, dan
80% untuk setiap besar batu apung. Uji
karateristik penyerapan suara specimen
berskala laboratorium dilakukan dengan
ukuran specimen berdiameter 100mm.

Gambar 2. Alat uji Penyerapan Suara
Studi Pustaka
1. Batu apung
Batu apung (pumice) ialah istilah tekstural
untuk batuan vulkanik yang merupakan lava

berbuih terpadatkan yang tersusun atas
piroklastik yang amat mikrovesikular dengan
dinding batuan beku gunung berapi ekstrusif
yang bergelembung, amat tipis dan tembus
cahaya. Batu apung adalah produk umum
letusan gunung (pembentuk plinus dan
ignimbrite) dan umumnya membentuk zonazona di bagian atas lava silikat. Batu apung
banyak digunakan untuk membuat beton
ringan atau yang kepadatannya rendah dan
insulatif. Berdasarkan kegunaannya limbah
batu apung dapat dimanfaatkan sebagai:
1. Sebagai pengganti bahan bangunan
galian golongan C.
2. Sebagai bahan campuran beton
3. Sebagai bahan pembuatan genteng
4. Sebagai alat kosmetik
5. Bahan penghapus
6. Pembersih papan sirkuit
7. Campuran bahan kimia.

Pori pori

Gambar 1. Batu apung
Rongga-rongga pada bagian batu apung
yang mempunyai kemampuan penyerapan
suara yang baik sehingga dapat dimanfaatkan
untuk bahan penyerap suara.. Susunan poripori dari batu apung berbentuk ronga antara
lapisan pori-pori. Karena keunggulan tersebut
batu apung cocok untuk dijadikan material
altematif untuk pembuatan material penyerap
suara. Gambar 1 menunjukkan contoh batu
apung yang ada di lapangan.
2. Fraksi Berat Partikel dalam Komposit
Fraksi berat partikel dalam komposit
adalah perbandingan antara berat partikel dan
berat komposit yang dapat ditunjukkan dalam
bentuk fraksi berat partikel. Berat partikel
didapat berdasar pada hasil penelitian dengan
cara menimbang partikel batu apung yang
telah ditentukan (Wp) dan perhitungan berat
komposit hasil percobaan (Wc), dan fraksi

Material 49

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

berat partikel dengan persamaan sebagai
berikut:
Volume Cetakan Uji Impact (Vc)
Vc = p x l x t ………………..……….(1)
Dimana :
Vc
p
l
t

: Volume Cetakan (cm3)
: Panjang Cetakan (cm)
: Lebar Cetakan (cm)
: Tinggi Cetakan (cm)

Fraksi berat partikel dapat dihitung dengan
persamaan :
FW =
x 100%...........…………...(2)
Dimana :
FW : Fraksi Berat Partikel (%)
Wf : Berat Partikel (gram)
Wr : Berat Resin (gram)
3. Penyerapan Suara (Sound Absorption)
Bahan lembut, berpori dan kain serta
berbagai bahan lainnya; termasuk manusia,
menyerap sebagian besar gelombang suara
yang menumbuk kepadanya, dengan kata lain
mereka adalah bahan penyerap suara. Dari
definisi, penyerapan suara adalah perubahan
energi suara menjadi suatu bentuk lain,
biasanya panas, ketika melewati suatu bahan
atau ketika menumbuk suatu permukaan.
Jumlah panas yang dihasilkan pada perubahan
energi ini adalah sangat kecil, sedang
kecepatan perambatan gelombang suara tidak
dipengaruhi oleh penyerapan.
Efisiensi penyerapan suara suatu bahan
pada suatu frekuensi tertentu yang dinyatakan
dengan suatu Koefisien Penyerapan Suara
(coefficient of sound absorption). Koefisien
penyerapan suara suatu permukaan adalah
bagian energi suara datang yang diserap, atau
tidak dipantulkan oleh permukaan. Satuan ini
dinyatakan dalam huruf Geek α. Nilai α dapat
berada antara 0 sampai dengan 1; misalnya
pada 500 Hz bila material akustik menyerap
65% dari energi suara datang dan
memantulkan 35% daripadanya, maka
koefisien penyerapan suara bahan ini adalah
0,65. Koefisien penyerapan suara berubah
dengan sudut datang gelombang suara pada
bahan dan dengan frekuensi. Nilai koefisien
penyerapan suara pada suatu frekuensi
tertentu, dirata-rata terhadap semua sudut

datang pada suatu frekuensi tertentu (datang
acak).
Penyerapan suara suatu permukaan
(penyerapan permukaan) diukur dalam sabins,
sebelumnya disebut satuan jendela terbuka
(open-window units). Satu sabin menyatakan
suatu permukaan seluas 1 ft2 atau 1 m2 yang
mempunyai koefisien penyerapan α = 1.0.
Penyerapan permukaan diperoleh dengan
mengalikan luas permukaan dalam ft (atau
m2), dengan koefisien penyerapan suaranya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
koefisien absorbsi suara antara lain:
1. Ukuran
batu
(Particles
Size).
Meningkatnya koefisien absorbsi suara
seiring dengan menurunnya diameter
batu. Ini dikarenakan diameter batu
yang lebih kecil mudah bergenak
daripada batu yang berdiameter besar
pada suatu gelombang suara.
2. Ketahanan Aliran Udara (Airflow
Resistance). Salah satu kualitas paling
penting
yang
mempengaruhi
karakteristik bahan berpori penyerap
suara adalah hambatan aliran spesifik
per unit ketebalan material.
3. Porositas (Porosity). Jumlah, ukuran dan
tipe dari porositas merupakan faktor
penting yang menjadi pertimbangan
selama mempelajari tentang mekanisme
penyerapan suara pada material berpori.
4. Perlakuan (Tortuousity). Hal ini
merupakan pengukuran lintas pori yang
dibandingkan
dengan
ketebalan
material.
5. Ketebalan
(Thickness).
Berbagai
penelitian yang berhubungan dengan
penyerapan suara pada bahan berpori
mendapat
kesimpulan
bahwa
penyerapan suara pada frekuensi rendah
berhubungan langsung pada ketebalan.
Pada studi berikutya, memperlihatkan
bahwa peningkatan penyerapan suara
hanya pada frekuensi rendah pada
material
yang
semakin
tipis
ketebalannya.
6. Kerapatan Massa (Density). Kerapatan
massa suatu material sering dianggap
sebagai
faktor
penting
yang
mempengaruhi perilaku penyerapan
suara dari material.

Material 49

Koefisien Penyerapan Suara α

Besar butir partikel 3mm
4
0
%

Besar butir partikel 5mm
4
0
%

Frekwensi (Hz)
Besar butir partikel 10mm
4
0
%

Frekwensi (Hz)
Fraksi Berat partikel 40%
3
m
m

Frekwensi (Hz)

Koefisien Penyerapan Suara (α

Koefisien Penyerapan Suara (α)

Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil Pengujian Koefisien Penyerapan
Suara
Berikut adalah data hasil pengujian dari
spesimen uji yang didapatkan dengan
spesimen bahan uji diameter besar 100 mm
untuk input f 120 – 1500 Hz. Koefisien
absorpsi bunyi didefenisikan perbandingan
antara energi bunyi yang diserap dengan
energi bunyi yang datang pada permukaan
material (Mediastika, 2005). Besarnya
kemampuan suatu material dalam menyerap
bunyi digunakan parameter koefisien absorpsi
bunyi (α).
Grafik besar partikel dan fraksi berat
terhadap koefisien serapan suara pada
frekuensi 400 Hz sampai dengan 1500 Hz
seperti gambar-gambar berikut.

Koefisien Penyerapan Suara (α

7. Impedansi
Permukaan
(Surface
Impedance). Semakin tinggi resistensi
bahan, semakin tinggi disipasi pada
lapisan tertentu. Pada saat yang sama
lapisan dari permukaan impedansi juga
meningkat
pada
resistensi,
menghasilkan jumlah refleksi pada
lapisan permukaan yang menyumbang
kemampuan serap suara yang rendah.
Kebiasaan standar untuk membuat
daftar nilai koefisien penyerapan suara pada
wakil frekuensi standar yang meliputi bagian
yang paling penting dari jangkauan audio,
yaitu pada 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000
dan 8000 Hz atau 128, 256, 512, 1024, 2048,
4096 dan 8192 Hz.

Koefisien Penyerapan Suara α

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Fraksi Berat partikel 60%
3
m
m

Frekwensi (Hz)
Frekwensi (Hz)

Material 49

Koefisien Penyerapan Suara (α

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Fraksi Berat partikel 80%
3
m
m

Frekwensi (Hz)

Gambar 3. Hubungan besar partikel dan fraksi
berat terhadap koefisien serapan suara pada
frekuensi 400 Hz sampai dengan 1500 Hz
2. Pembahasan Hasil Pengujian Koefisien
Penyerapan Suara
Hasil perhitungan pengujian koefisien
penyerapan suara dengan frekuensi input 400
Hz hingga 1500 Hz ditunjukkan seperti
Gambar 3. Keseluruhan data hasil ujinya
memiliki angka koefisien serapan suara yang
bervariasi.
Secara
umum
koefisien
penyerapan suara komposit batuapung
meningkat secara landai dari frekuensi 400
Hz hingga 800 Hz kemudian menurun pada
frekuensi 1000 Hz dan 1200 Hz dan
kemudian meningkat tajam pada frekuensi
input 1500 Hz. Untuk frekuensi 1500 Hz pada
komposit dengan besar partikel 3 mm
diperoleh nilai tertinggi penyerapan suaranya
terdapat pada fraksi berat partikel 60% yaitu
0,39, dan terkecil pada fraksi berat 80% yaitu
0,20. Untuk komposit dengan besar partikel 5
mm diperoleh nilai tertinggi penyerapan
suaranya terdapat pada fraksi berat partikel
60% yaitu 0,37, dan terkecil pada fraksi berat
80% yaitu 0,16. Sedangkan komposit dengan
besar partikel 10 mm diperoleh nilai tertinggi
penyerapan suaranya terdapat pada fraksi
berat partikel 60% yaitu 0,24, dan terkecil
pada fraksi berat 40% yaitu 0,19. Jadi dapat
disimpulkan bahwa komposit yang memiliki
fraksi berat partikel batuapung 60% dan besar
ukuran partikel 3 mm yang memiliki
koefisien penyerapan suara terbaik untuk
frekuensi input 1500 Hz. Hal ini disebabkan
karena permukaan specimen lebih rata
sehingga luas permukaan yang dapat
menyerap suara lebih besar dibandingkan
dengan ukuran partikel yang lebih besar.

Karena ketebalan specimen hanya 10mm dan
diameter partikel terbesar juga 10 mm
sehingga ada celah-celah diantara partikel
tersebut
yang mana
celah
tersebut
permukaannya adalah pengikatnya (polyester)
yang tidak dapat menyerap suara seperti
ditunjukkan pada Gambar 4. Sedangkan pada
komposit dengan fraksi berat partikel 40%
terjadi penutupan pori-pori batuapung oleh
pengikatnya karena persentase pengikat lebih
banyak dari batuapungnya sehingga bunyi
lebih banyak dipantulkan dari pada diserap.
Untuk fraksi berat 80% terlalu banyak
partikel sehingga tidak seluruh partikel dapat
terikat oleh polyester sehingga permukaan
specimen tidak rata dan ada bagian polyester
yang tampak juga sehingga terjadi
pemantulan bunyi. Jadi pada frekuensi
1500Hz komposit yang diuji mampu
menyerap suara dengan baik α > 0,15 sesuai
dengan ISO 11654 [3], sedangkan untuk
frekuensi rendah komposit yang diuji tidak
menyerap suara dengan baik sehingga perlu
dilakukan pengujia dengan frekuensi di atas
1500 Hz.

Material 49

Ukuran partikel 3mm

Permukaan rata

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015

Ukuran partikel 5mm

Simpulan
Seluruh komposit yang diuji pada
frekuensi 1500Hz dapat menyerap bunyi
dengan baik (α >0.15), sedangkan untuk
frekuensi rendah komposit yang diuji tidak
menunjukkan daya penyerapan suara yang
baik.
Ucapan Terima kasih
Paper
ini
dibiayai
dari
penelitian
Desentralisasi Hibah Bersaing dengan Surat
Perjanjian
Penugasan
No.
31123/UN14.2/PNL.01.03.00/2015

Permukaan tidak
rata

Referensi

Matrik
terlihat
Ukuran partikel 10mm

[1]
Lee, Y and Changwhan Joo.Sound
Absorption Properties of Recycled Polyester
Fibrous
AssemblyAbsorbers
(AUTEX
ResearchJournal, Vol. 3, No2, June 2003.
[2] Mediastika. 2005. Akustik Bangunan.
Jakarta: Erlangga.
[3]
Ainie
Khuriati,
Eko
Komaruddin,Muhammad
Nur,
Disain
Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa
dan Pengukuran Koefisien Penyerapan
Bunyinya, (Berkala Fisika ISSN : 1410 –
9662 Vol.9, No.1, Januari 2006, hal 43-53

Gambar 4. Spesimen penyerapan suara
dengan fraksi berat 60%

Material 49

Banjarmasin, 7 - 8 Oktober 2015

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
ISBN

: 978-602-73732-0-4

Diterbitkan oleh
Alamat

: Program Studi Teknik Mesin Universitas Lambung Mangkurat
: Gedung Fakultas Teknik Unlam Banjarbaru
Jl. A. Yani Km.36 km. 36 Banjarbaru

Telepon/fax

: 0511-4772646

Email

: teknikmesin.ft@unlam.ac.id / fpaper.unlam@gmail.com

Contact Person

: Akhmad Syarief ()

Hak cipta (c) 2015 ada pada penulis
Artikel pada prosiding ini dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan
bukan komersil, dengan syarat tidak menghapus atau mengubah atribut penulis. Tidak
diperbolehkan melakukan penulisan ulang kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis.