Bioplastwan “plastik biodegradable asal hewan” inovasi plastik ramah lingkungan berbahan dasar bulu ayam dengan teknik polimerisasi

(1)

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

BIOPLASTWAN “PLASTIK BIODEGRADABLE ASAL HEWAN”

INOVASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN BERBAHAN DASAR BULU AYAM DENGAN TEKNIK POLIMERISASI

Oleh :

Ketua Kelompok : Slamet Heri Kiswanto D14100012 2010

Anggota kelompok : Ike Wulansari D14090108 2009

Ihwan Nul Padli D14100036 2010

Siti Syefira Salsabila D14100053 2010

Yusuf Jafar Rizali D14100064 2010

Dibiayai oleh:

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Program Kreativitas Mahasiswa Nomor : 050/SP2H/KPM/Dit.Litabmas/V/2013, tanggal 13 Mei 2013

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

BIOPLASTWAN “BIODEGRADABLE PLASTIC BASED ON CHICKEN FEATHERS AS ECO-PACKAGING PLASTIC BY USING

POLIMERIZATION TECHICS

Slamet Heri Kiswanto1); Ike Wulan Sari2); Ihwan Nul Padli3); Siti Syefira Salsabila4); Yusuf Jafar Rizali5)

Animal Production and Technology, Animal Husbandry, Bogor Agricultural University 1) Animal Production and Technology, Animal Husbandry, Bogor Agricultural University 2) Animal Production and Technology, Animal Husbandry, Bogor Agricultural University 3) Animal Production and Technology, Animal Husbandry, Bogor Agricultural University 4) Animal Production and Technology, Animal Husbandry, Bogor Agricultural University 5)

Abstract

Plastic is one of the waste remained a most ranks. Plastic waste is generally included as inorganic waste which is very hard for soil to degrade. Feather contains keratin which has a structural similarity with cellulose in plants. Biodegradable plastics can be made from raw chicken feather keratin. Keratin extracted from feathers and then mixed with plasticizer and processed by a sheet of plastic film. The aim of this research is to produce biodegradable plastic by using chicken feather keratin. In this research plastic that is produced shows tensile strength 5567.002 psi (water boil), 3755.099 psi (autoclave), and 1756.943 psi (n-Hexane). Then for elongation n-Hexane (2.563%), autoclave (1.540%), and water boil (1.013%). Then for pH’s value n-Hexane (5.95), autoclave (7.00), and water boil (11.56). This result indicates that biodegradable plastic may be produced from chicken feather keratin but it should be combined with another material glycerol, SDS, cellulose and other. Good combination will produce good product of biodegradable plastic.


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan kekuatan dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) dengan judul ―BIOPLASTWAN BIODEGRADABLE PLASTIK ASAL HEWAN INOVASI PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN BERBAHAN DASAR BULU AYAM DENGAN TEKNIK POLIMERISASI”. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan para sahabat. Teriring doa dan harap semoga Allah meridhoi upaya yang kami lakukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Salundik sebagai dosen pendamping yang banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya program penelitian ini.

Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya dan guna membantu dalam usaha mengurangi dampak pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan plastik konvesional dengan mulai menggiatkan penggunaan plastik biodegradable yang lebih ramah lingkungan.

Bogor, 24 Agustus 2013


(5)

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, pencemaran lingkungan menjadi perhatian besar masyarakat. Banyaknya sampah yang semakin tidak terkendali menjadi masalah utama bagi masyarakat dunia. Sekian banyak sampah yang beredar, sampah plastik merupakan sampah yang paling banyak dihasilkan oleh manusia. Konsumsi kantong plastik dunia dalam setahunnya mencapai 1 triliun, dan hanya 1% dari kantong plastik tersebut yang bisa didaur ulang (Jayalaksana, 2011). Menurut data InSWA (Indonesia Solid Waste Association), pemakaian plastik di Indonesia saat ini mencapai 3 juta ton per tahun. Sementara sampah plastik baru akan terurai setelah ratusan tahun (Muntako, 2010). Di sisi lain, untuk memproduksi 1 ton kantong plastik (dari polyethylene) dibutuhkan 12 barel minyak yang menghasilkan residu berupa gas rumah kaca dalam jumlah yang relatif besar.

Kondisi tersebut menstimulasi para peneliti untuk berusaha menemukan plastik yang lebih mudah terdegradasi. Plastik tersebut dikenal dengan istilah plastik biodegradable. Menurut Pranamuda (2001), plastik biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan. Bahan baku untuk pembuatan plastik ini diantaranya adalah kopi, ubi kayu, kulit singkong, kedelai, dan bahan organik lainnya yang memiliki kandungan selulosa yang tinggi. Dalam dekade terakhir ini salah seorang ahli kimia dari Institute of Agriculture Research Service, Amerika Serikat, Walter Schmidt, berhasil mengembangkan plastik dari cacahan bulu ayam. Walter Schmidt (2002) menemukan bahwa plastik berbahan baku bulu ayam memiliki durabilitas delapan kali lebih kuat dari plastik biasa.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa pembuatan film plastik dari bulu ayam dengan perlakuan pencacahan pada bulu ayam dan penambahan gliserol serta pemanasan dengan petroleum eter menghasilkan tingkat elastisitas dan durabilitas film sedikit lebih baik dari film plastik konvensional (Martelli et al, 2006). Pembuatan film plastik biodegradable dengan proses polimerisasi gliserol dari bulu ayam yang diberi perlakuan berbeda merupakan potensi yang dapat diwujudkan untuk memilih mutu film plastik yang lebih baik. Pemanfaatan limbah bulu ayam sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable, dapat mengurangi jumlah sampah plastik dan juga limbah bulu ayam di kalangan peternak. Hal ini didukung oleh ketersediaan limbah bulu ayam yang cukup melimpah dan belum digunakan secara optimal

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Penggunaan plastik konvensional dikalangan masyarakat semakin tidak dapat dihentikan. Peningkatan jumlah sampah plastic semakin tinggi, sehingga menimbulkan masalah serius bagi lingkungan. Penelitian mengenai pembuatan plastik biodegradable telah banyak dilakukan, salah satunya dengan menggunakan hasil samping (by product) peternakan ayam yakni bulu ayam. Pembuatan film plastik biodegradable dengan proses polimerisasi gliserol dari bulu ayam yang diberi perlakuan berbeda merupakan potensi yang dapat diwujudkan untuk memilih mutu film plastik yang baik. Hal ini didukung dengan


(6)

struktur bulu ayam terdiri dari protein struktural, keratin, yang memiliki kemampuan untuk membentuk film.

1.3. TUJUAN

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah membuat inovasi plastik

biodegradable ramah lingkungan berbahan dasar bulu ayam dengan teknik polimerisasi.

1.4. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Dihasilkan suatu produk inovatif berupa plastik biodegradable dari bulu ayam sebagai media pengganti plastik konvensional yang sulit terurai di alam. Plastik ini diharapkan mampu menjadi plastik utama yang akan digunakan oleh kalangan masyarakat sebagai media pembungkus.

1.5. KEGUNAAN

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi rumah potong ayam (RPA), masyarakat umum, kalangan akademis, industri penghasil plastik dan pemerintah. Manfaat yang dapat diperoleh bagi rumah potong ayam (RPA) dan masyarakat umum yaitu, pemanfaatan limbah bulu ayam sebagai bahan baku pembuatan plastik, pembuatan dan ketersediaan plastik yang mudah terurai (biodegradable), dan memberikan nilai tambah pada limbah bulu ayam secara ekonomis.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Plastik Biodegradable

Menurut Pranamuda (2001), plastik biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan layaknya seperti plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir air dan gas karbondioksida setelah habis terpakai dan dibuang ke lingkungan. Plastik biodegradable

merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya yang dapat kembali ke alam. Menurut Stevens (2001), plastik biodegradable disebut juga bioplastik, adalah plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Istilah bioplastik ditujukan untuk bahan kemasan yang berasal dari polimer yang 100% biodegradable dan sudah diuji biodegradabilitasnya berdasarkan standar yang berlaku (ISO 14855,CEN/TC 261/SC 4 N 99 atau ASTM D6400-99) atau dari biopolimer (produk hasil pertanian) (Vink et al., 2003).

Berdasarkan sumber atau cara memperolehnya, Tharanathan (2003) mengklasifikasikan biopolimer sebagai bahan baku bio-kemasan menjadi empat kelompok. Berdasarkan bahan baku yang dipakai, plastik biodegradable

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia dan kelompok dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosa. Kelompok pertama adalah penggunaan sumberdaya alam yang tidak terbaharui (non-renewable resources), sedangkan kelompok kedua adalah sumber daya alam terbarui (renewable resources). Saat ini polimer plastik biodegradable

yang telah diproduksi adalah kebanyakan dari polimer jenis poliester alifatik (Pranamuda, 2001). Menurut Sriroth et al. (2006), pati singkong dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku plastik biodegradable.


(7)

2.2. Bulu Ayam

Bulu ayam merupakan produk samping yang berasal dari tempat pemotongan ayam. Jumlah bulu ayam yang dapat diperoleh setiap tahunnya tergantung dari jumlah ternak ayam yang dipotong. Menurut Packham (1982) dari hasil pemotongan setiap 5 ekor ternak unggas akan diperoleh bulu sebanyak ± 6% dari bobot hidup (bobot potong ± 1,5 kg). Populasi ayam broiler dan perkiraan potensi bulu tersedia di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.

Bulu ayam terdiri dari protein struktural, keratin, yang memiliki kemampuan untuk membentuk film (Schrooyen et al., 2001b). Stabilitas keratin pada kondisi padat disebabkan adanya ikatan silang yang diproduksi dari pembentukan ikatan sistein disulfida, ikatan hidrogen, dan ikatan garam (Woodin, 1954). Penambahan reagen yang memecah ikatan-ikatan tersebut menurunkan kekuatan seratnya. Oleh karena itu, keratin dapat diurai dengan menggunakan pelarut yang merusak ikatan –S-S- dan ikatan hidrogen (Schrooyen et al., 2001a).

Dispersi ekstrak keratin yang stabil tanpa adanya agen pereduksi dapat dicapai dengan menggunakan sodium dodecyl sulfate (SDS). Surfaktan ini membentuk kompleks dengan keratin dan mencegah agregasi protein ekstensif selama prosedur dialisis untuk menghilangkan agen pereduksi (Schrooyen et al., 2001a). Oleh karena itu, memungkinkan untuk membuat material biodegradable

seperti film dengan bahan baku keratin, dengan cara pencetakan. Namun, protein ini membentuk film yang mudah hancur tanpa adanya penambahan plasticizer

seperti polyols. Plasticizer menurunkan kekuatan inter-dan intramolekular dan meningkatkan mobilitas dan fleksibilatas film (Sanchez et al., 1998). Berdasarkan

Gambar 1. Populasi Ayam Broiler di Indonesia (Ditjennak 2011)

Gambar 2. Produksi Bulu Ayam Broiler (Ditjennak 2011)

Gambar 2. Bulu kontur atau vaned (Bartels, 2003)


(8)

Jangchud dan Chinnan (1999) dan Vanin et al. (2005), gliserol adalah salah satu plastikizer terbaik yang dapat digunakan pada film protein, karena gliserol larut air, polar, nonvolatil, protein miscible, dan memiliki berat molekul yang rendah dan satu gugus hidroksil pada setiap karbon.

III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yakni mulai dari bulan Maret hingga Juli 2013. Adapun tempat pelaksanaan kegiatan adalah di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Hasil Ikutan Ternak, dan Laboratorium PBMT Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, serta Laboratorium Uji, Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta Timur.

3.2. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual Pelaksanaan

3.3. Instrumen Pelaksanaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulu-bulu ayam segar, aquades, petrolum eter, urea, Sodium Dedocyl Sulfate (SDS), mercaptoethanol, tris (hidroksimetil)-aminometana (pH 9,0), reaktor, kertas saring, plasticizers (gliserol), dan pereaksi biuret.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah waterbath, oven, neraca OHAUS, Soxhlet, evaporator, desikator, magnetic stirrer, cawan petri polistirena, Digimatic digital eksternal mikrometer, RH meter, pH meter, membran dialisis dari selulosa, gelas piala, pipet tetes, biuret, baskom, pisau,

Tensile Strength, Elongation Tester Strograph dan Micro-cal Mesher. No Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 Studi literature dan

Pembimbingan 4 Survei dan pembelian

materi penelitian 6 Ekstraksi keratin 7 Pembuatan film 9 Uji fisik film plastik

10 Pembuatan laporan dan presentasi monev

12 Pengolahan data untuk pimnas 13 Pembuatan laporan


(9)

3.4. Penggunaan Biaya

Rincian Biaya Jumlah Satuan Harga Total biaya

(Rp/satuan) (Rp) 1. Biaya pembelian bahan

pembuatan film plastik

Bulu ayam segar 25 Kg 5.000,00 125.000,00

Urea 5 Kg 5.000,00 25.000,00

Membran dialisis selulosa 2 Buah 450.000,00 900.000,00

Gliserol 3 Liter 30.000,00 90.000,00

Na2S 4 Kg 16.000,00 64.000,00

n Hexane 4 Liter 40.000,00 160.000,00

NaOH 100 Gram 500,00 50.000,00

Aquades 50 Liter 1.000,00 50.000,00

Sub total 1.464.000,00

2. Biaya pembelian alat pendukung

Baskom 4 Unit 20.000,00 40.000,00

Pisau stainless 8 Unit 20.000,00 160.000,00

Thermometer 1 Unit 25.000,00 25.000,00

Gunting 3 Unit 10.000,00 30.000,00

Sub total 255.000,00

3. Biaya uji sifat fisik

Tensile Strength 1 Buah 300.000,00 300.000,00

Elongation Tester Strograph 1 Buah 300.000,00 300.000,00

Micro-cal Meshmer 1 Buah 300.000,00 300.000,00

Sub total 900.000,00

4. Biaya sewa

Laboratorium 4 bulan 200.000,00 800.000,00

Timbangan Digital 1 Unit 100.000,00 100.000,00

Oven 1 Unit 100.000,00 100.000,00

Stirrer 2 Unit 50.000,00 100.000,00

pH meter 12 Sampel 10.000,00 120.000,00

Soxhlet 1 Unit 500.000,00 500.000,00

Desikator 1 Buah 50.000,00 50.000,00

Digimatic digital mikrometer 1 Unit 50.000,00 50.000,00

Autoclave 1 Sample 50.000,00 50.000,00

Sub total 1.870.000,00

5. Lain-lain

Kain lap 2 Paket 10.000,00 20.000,00

Tisu 1 Paket 10.000,00 10.000,00

Masker 1 Kotak 50.000,00 50.000,00

Sarung tangan 1 Kotak 50.000,00 50.000,00


(10)

Gambar 5. Kuat Tarik (psi) Plastik Gambar 6. Elongasi (%) Plastik

Kapas 1 Kotak 10.000,00 10.000,00

Pembuatan proposal 5 Eks 25.000,00 125.000,00

Pembuatan laporan monev 5 Eks 25.000,00 125.000,00

Transportasi - - 500.000,00 500.000,00

Operasional - - 200.000,00 200.000,00

Sub total 1.140.000,00

Total 5.629.000,00

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Plastik merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan dalam kegiatan sehari-hari, terutama sebagai plastik bag atau kantong plastik. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas dan sebagainya terutama disebabkan karena sifat plastik yang fleksibel, berbobot ringan, tidak mudah pecah, dan harga relative lebih murah (POM 2011). Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan kantong plastik semakin bertambah, sehingga menimbulkan dampak berupa produksi limbah yang semakin banyak juga. Sifat plastik yang sangat sulit terdegradasi oleh tanah atau mikroba pendegradasi lainnya, merupakan ancaman bagi lingkungan. Oleh karena itulah, banyak peneliti yang mulai memikirkan untuk menciptakan suatu produk plastik yang ramah lingkungan dan mudah terdegrasi oleh tanah atau biodegradable plastik salah satunya berbahan dasar protein keratin bulu ayam.

Plastik biodegradable disebut juga bioplastik, adalah plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui (Stevens 2001). Plastik biodegradable yang diproduksi dari bahan dasar berupa protein keratin bulu ayam memiliki tingkat elastisitas dan durabilitas sedikit lebih baik dibanding plastik konvensional (Martelli et al. 2006).

Hasil pengujian nilai kekuatan tarik dan elastisitas menunjukkan bahwa kekuatan tarik paling tinggi didapatkan pada perlakuan rebus (5567,002 psi) kemudian autoclave (3755,099 psi), sedangkan paling rendah adalah perlakuan n-Hexane (1756.943 psi). Sementara itu, hasil pengujian persentase pemanjangan menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada perlakuan n-Hexane (2,563%), kemudian autoclave (1,540%), dan rebus (1,013%). Data hasil pengujian kekuatan tarik dan persentase pemanjangan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa P-Value untuk parameter kekuatan tarik dan persentase pemanjangan adalah 0,000


(11)

(P-Gambar 7. pH Adonan Plastik Gambar 8. Ketebalan (µm) Plastik Val<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam perlakuan perebusan berpengaruh terhadap kekuatan tarik plastik dan persentase pemanjangan yang dihasilkan. Woodin (1954) menyatakan bahwa dalam struktur keratin terdapat ikatan silang antara ikatan sistein disulfida, ikatan hidrogen, dan ikatan garam yang mampu menjaga stabilitas saat kondisi padat.

Hasil pengukuran pada tingkat ketebalan film plastik yang dihasilkan menunjukkan bahwa perlakuan n-Hexane memiliki rataan ketebalan 0,015 µm, autoclave 0,015 µm, dan rebus 0,014 µm. Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa P-Value adalah 0,729 (P-Val>0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa perbedaan perlakuan perebusan tidak berpengaruh nyata terhadap ketebalan film plastik yang dihasilkan. Sumarto (2008) menjelaskan bahwa ketebalan film plastik dipengaruhi oleh banyaknya total padatan dalam larutan dan ketebalan atau tinggi cetakan. Pembuatan plastik biodegradable dari keratin bulu ayam ini dilakukan pada cetakan dengan ketinggian atau ketebalan yang sama sehingga hal ini berpengaruh pada ukuran ketebalan film yang dihasilkan. Sementara itu pada pengujian kadar pH adonan plastik dapat disimpulkan bahwa pH terbaik terdapat pada perlakuan autoclave yakni 7, sedangkan pada n-Hexane 5,95, dan rebus 11,56.

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Plastik biodegradable dapat dihasilkan dari bahan ekstrak keratin bulu ayam dengan menggunakan beberapa metode perebusan. Kualitas fisik yang meliputi kekuatan tarik dan persentase pemanjangan dipengaruhi oleh adanya perlakuan perebusan, sedangkan pada tingkat ketebalan film perlakuan perebusan tersebut tidak mempengaruhi. Pembuatan film plastik biodegradable dari protein keratin bulu ayam membutuhkan bahan campuran lainnya untuk memaksimalkan pembentukan film plastik, hal ini disebabkan karena kandungan keratin yang dihasilkan relatif sedikit untuk pembuatan plastik.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah maish diperlukan adanya pengembangan dan penelitian lebih lanjut mengenai proses ekstraksi keratin dan penentuan komposisi adonan plastik (termasuk penambahan bahan pencampur lainnya) sehingga dapat dihasilkan film plastik yang lebih baik dan berkualitas.


(12)

VI. DAFTAR PUSTAKA

ASTM. 1980. Standard test methods for water vapor transmission of materials. In Annual book of ASTM standards (pp. 771–778). Philadelphia, PA: American Society for Testing and Materials.

Bartels, T., 2003, Variations in the morphology, distribution, and arrangement of feathers in domesticated birds, Journal of Experimental Zoology (Mol. Dev. Evol.), 298B: 91-108.

Ditjennak. 2011. Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta: CV. Karya Cemerlang

Jangchud, A., & Chinnan, M. S. 1999. Properties of peanut protein film: sorption isotherm and plastikizer effect. Lebensmittel—Wissenschaft und— Technologie, 32, 89–94.

Jayalaksana, Naomi. 2011. Plastik Dari Bulu Ayam. http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=810&cid=1&views=2. (7 Oktober 2012)

Martelli, S. M., Moore, G. R. P., Gandolfo, C. A., Paes, S. S., dan Laurindo, J. B. 2006. Influence of plasticizers on the water sorption isotherms and water vapor permeability of chicken feather keratin films. Lebensmittel-Wissenschaft Und-Technologie-Food Science and Technology, (39): 292– 301.

Muntako, kiki. 2010. 15% sampah plastik di DKI Jakarta.

http://green.kompasiana.com/limbah/2010/12/26/15-sampah-plastik-di-dki-jakarta/. (8 Oktober 2012)

Packham, R.G. 1982. Feed Composition, Formulation and Poultry Nutrition, Nutrition and Growth Manual. Melbourne: Australian Universities International Development Program (AUIDP).

Pranamuda, H. 2001. Pengembangan bahan plastik biodegradabel berbahan baku pati tropis. Disampaikan pada Seminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21, 1-14 Februari 2001. Jepang: Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technology.

Purwanti. 2010. sorbitol sebagai plastisizer. http:

//jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/99_106_ani_ purwanti. pdf. Jurnal teknologi. 3, 99-106

Sanchez, A. C., Popineau, Y., Mangavel, C., Larre, C., & Geguen, J. 1998. Effect of different plasticizers on the mechanical and surface properties of wheat gliadin films. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 46, 4539–4544. Schrooyen, P. M. M., Dijkstra, P. J., Oberthur, R., Bantjes, A., & Feijen, J. 2001a. tabilization of solutions of feather keratins by sodium dodecyl sulfate. Journal of Colloid and Interface Science, 240, 30–39.

Schrooyen, P. M. M., Dijkstra, P. J., Oberthur, R., Bantjes, A., & Feijen, J. 2001b. Partially carboxymethylated feather keratins thermal and mechanical properties of films. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49, 221– 230.

Sriroth, K. , Sangseethong K. 2005. Biodegradable Plastiks from Cassava Starch.

http://www.actahort.org/members/showpdf?booknrarnr=703_16 (8 Oktober 2012)


(13)

Penjemuran matahari setelah pencucian

P1 (hidrolisis lemak dengan hexane)

P2 (perebusan autoclave) Stirrer P1(perlakuan hexane)+N2S

Stirrer P3(perlakuan rebus biasa)+N2S

Pembentukan endapan keratin

Pembuatan film plastik pada cawan

Penyimpanan dalam oven Sumarto. 2008. Mempelajari Pengaruh Penambahan Asam Lemak dan Natrium

Benzoat terhadap Sifat Fisik, Mekanik dan Aktivitas Antimikroba Film Edibel Kitosan. Skripsi Departemen Ilmu dan teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Tanabe, T., Okitsu, N., Tachibana, A., & Yamauchi, K. (2002). Preparation and characterization of keratin–chitosan composite film. Biomaterials, (23): 817–825.

Tharanathan, R.N. 2003. Biodegradable films and composite coatings: past, present and future. Trends Food Sci. Tech., 14, 71-78.

Vink E.T.H, Rabago K.R., Glassner D.A., dan Gruber P.R. 2003. Apllications of life cycle assessment to Nature WorksTM polylactide (PLA) production. Polym. Deg. Stab, 80, 403-419.

Woodin, A. M. 1954. Molecular size, shape and aggregation of soluble feather keratin. Biochemical Journal, 57, 99–109.

VII. LAMPIRAN

Tabel 1. Data Nilai pH, Kuat Tarik, dan Elongasi Plastik Biodegrale Bioplastwan

Perlakuan pH Kuat Tarik (psi) Elongasi (%)

1 2 3 1 2 3 1 2 3

n-Hexane 5,950 5,950 5,960 1757,276 1757,276 1756,277 2,560 2,570 2,560 Autoclave 7,000 7,000 7,000 3754,765 3754,765 3755,766 1,540 1,530 1,550 Rebus 11,670 11,640 11,650 5567,003 5567,002 5567,001 1,030 1,000 1,010

Bulu pasca pengeringan

P3 (perebusan panci biasa)

Stirrer P2(perlakuan autoclave)+N2S

Penambahan ZA dan pembentukan endapan keratin


(14)

(15)

(16)

(17)

(1)

VI. DAFTAR PUSTAKA

ASTM. 1980. Standard test methods for water vapor transmission of materials. In

Annual book of ASTM standards (pp. 771–778). Philadelphia, PA:

American Society for Testing and Materials.

Bartels, T., 2003, Variations in the morphology, distribution, and arrangement of feathers in domesticated birds, Journal of Experimental Zoology (Mol. Dev. Evol.), 298B: 91-108.

Ditjennak. 2011. Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta: CV. Karya Cemerlang

Jangchud, A., & Chinnan, M. S. 1999. Properties of peanut protein film: sorption isotherm and plastikizer effect. Lebensmittel—Wissenschaft und— Technologie, 32, 89–94.

Jayalaksana, Naomi. 2011. Plastik Dari Bulu Ayam. http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=810&cid=1&views=2. (7 Oktober 2012)

Martelli, S. M., Moore, G. R. P., Gandolfo, C. A., Paes, S. S., dan Laurindo, J. B. 2006. Influence of plasticizers on the water sorption isotherms and water vapor permeability of chicken feather keratin films. Lebensmittel-Wissenschaft Und-Technologie-Food Science and Technology, (39): 292– 301.

Muntako, kiki. 2010. 15% sampah plastik di DKI Jakarta. http://green.kompasiana.com/limbah/2010/12/26/15-sampah-plastik-di-dki-jakarta/. (8 Oktober 2012)

Packham, R.G. 1982. Feed Composition, Formulation and Poultry Nutrition, Nutrition and Growth Manual. Melbourne: Australian Universities International Development Program (AUIDP).

Pranamuda, H. 2001. Pengembangan bahan plastik biodegradabel berbahan baku pati tropis. Disampaikan pada Seminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21, 1-14 Februari 2001. Jepang: Sinergy Forum-PPI Tokyo Institute of Technology.

Purwanti. 2010. sorbitol sebagai plastisizer. http:

//jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/99_106_ani_ purwanti. pdf. Jurnal teknologi. 3, 99-106

Sanchez, A. C., Popineau, Y., Mangavel, C., Larre, C., & Geguen, J. 1998. Effect of different plasticizers on the mechanical and surface properties of wheat gliadin films. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 46, 4539–4544. Schrooyen, P. M. M., Dijkstra, P. J., Oberthur, R., Bantjes, A., & Feijen, J. 2001a. tabilization of solutions of feather keratins by sodium dodecyl sulfate. Journal of Colloid and Interface Science, 240, 30–39.

Schrooyen, P. M. M., Dijkstra, P. J., Oberthur, R., Bantjes, A., & Feijen, J. 2001b. Partially carboxymethylated feather keratins thermal and mechanical properties of films. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 49, 221– 230.

Sriroth, K. , Sangseethong K. 2005. Biodegradable Plastiks from Cassava Starch.

http://www.actahort.org/members/showpdf?booknrarnr=703_16 (8

Oktober 2012)


(2)

9

Penjemuran matahari setelah pencucian

P1 (hidrolisis lemak dengan hexane)

P2 (perebusan autoclave) Stirrer P1(perlakuan hexane)+N2S

Stirrer P3(perlakuan rebus biasa)+N2S

Pembentukan endapan keratin

Pembuatan film plastik pada cawan

Penyimpanan dalam oven Sumarto. 2008. Mempelajari Pengaruh Penambahan Asam Lemak dan Natrium

Benzoat terhadap Sifat Fisik, Mekanik dan Aktivitas Antimikroba Film Edibel Kitosan. Skripsi Departemen Ilmu dan teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Tanabe, T., Okitsu, N., Tachibana, A., & Yamauchi, K. (2002). Preparation and characterization of keratin–chitosan composite film. Biomaterials, (23): 817–825.

Tharanathan, R.N. 2003. Biodegradable films and composite coatings: past, present and future. Trends Food Sci. Tech., 14, 71-78.

Vink E.T.H, Rabago K.R., Glassner D.A., dan Gruber P.R. 2003. Apllications of life cycle assessment to Nature WorksTM polylactide (PLA) production. Polym. Deg. Stab, 80, 403-419.

Woodin, A. M. 1954. Molecular size, shape and aggregation of soluble feather keratin. Biochemical Journal, 57, 99–109.

VII. LAMPIRAN

Tabel 1. Data Nilai pH, Kuat Tarik, dan Elongasi Plastik Biodegrale Bioplastwan

Perlakuan pH Kuat Tarik (psi) Elongasi (%)

1 2 3 1 2 3 1 2 3

n-Hexane 5,950 5,950 5,960 1757,276 1757,276 1756,277 2,560 2,570 2,560

Autoclave 7,000 7,000 7,000 3754,765 3754,765 3755,766 1,540 1,530 1,550

Rebus 11,670 11,640 11,650 5567,003 5567,002 5567,001 1,030 1,000 1,010

Bulu pasca pengeringan

P3 (perebusan panci biasa)

Stirrer P2(perlakuan autoclave)+N2S

Penambahan ZA dan pembentukan endapan keratin


(3)

(4)

(5)

(6)